• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagaimana klaim penulis di latar penelitian ini, topik penelitian pengembangan wirausaha di pesantren sudah sangat banyak diteliti dalam lingkup grading pendidikan dan kepentingan berbeda-beda, maka untuk menunjukkan distingsi penelitian ini dengan yang sebelumnya, penulis akan memaparkan beberapa penelitian berbasis pada buku, disertasi, jurnal penelitian; apakah nasional ataupun internasional, dan beberapa penelitian individual dosen yang tidak dipublikasikan.

Adapun penelitian yang telah dilakukan mengenai perilaku kepemimpnan kiai dan pengembangan kewirausahaan pesantren dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perilaku Kepemimpinan Kiai

a. Penelitian disertasi Imam Syafi’i dari Universitas Islam Negeri Surabaya berjudul “Kepemimpinan Kyai Abdul Ghofur dalam pengembangan pendidikan Entrepreneurship di Pesantren Sunan Drajat Lamongan”.46 Asumsi dasar penelitian ini ada pada tiga fokus penting; bagaimana tipologi kepemimpinan Kyai Abdul Ghofur, bagaiman strategi pelaksanaan pendidikan entrepreneurship, dan bagaimana bentuk-bentuk usaha berbasis pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Kyai Abdul

46 Imam Syafi’i, “Kepemimpinan Kiai Abdul Ghofur dalam pengembangan Pendidikan Entrepreneurship di Pesantren Sunan Drajat Lamongan” (Disertasi-UIN Sunan Ampel Surabaya, 2017).

Ghofur di Pesantren Sunan Drajat Lamongan? Dari tiga fokus ini, dia menyimpulkan temuannya sebagaimana berikut; pertama, tipologi kepemimpinan Kyai Abdul Ghofur adalah “Kyai Entrepreneur”.47 Kedua, strategi pelaksanaan pendidikan entrepreneurship yang dilakukan adalah; menanamkan karakter kemandirian, memberikan tanggung jawab dan pendelegasian kewenangan untuk pengelolaan usaha bagi para santri, memberikan pelatihan terhadap para santri, membuka SMK untuk santri, memberikan kesempatan bagi santri untuk bekerja di perusahaannya, mengirim santri megikuti bursa kerja dan pelatihan, dan mrngkutkan santri pada kegiatan produk baru. Ketiga, bentuk usaha yang dijalankan mulai dari industry, dan agrobisnis yang bermacam-macam. Semuanya berada dibawah naungan pesantren. Implikasi teoritik dari riset ini adalah untuk menegaskan bahwa ada postulat kyai entrepreneur dalam nomenklatur pendidikan Islam.

b. Penelitian disertasi Moh. Ali Azis, dari Universitas Islam Negeri Surabaya berjudul “Kepemimpinan Kyai Pesantren; Pola Kepemimpinan Kyai di Pesantren Mahasiswa Surabaya”.48 Model penelitian Moh Ali Azis merupakan sebuah pengembangan dari model-model kajian kepemimpinan Pesantren sebelumnya. Pesantren yang identik dengan

47 Ada hal yang unik menurut penulis dalam penelitian ini, dimana Imam Syafi’i mendefinisikan ulang sikap kepemimpinan entrepreneur Kiai Abdul Ghofur pada enam model kepemimpinan entrenpreneur. Pertama, kiaientrepreneur percistensif. Kedua kiai entrepreneur demokratis dan egaliter. Ketiga, kiaientrepreneur komunikatif. Keempat, kiai entrepreneurresponsive. Kelima, kiai entrepreneurkreatif-inovatif. Keenam, Kiai entrepreneur partisipatif.

48Moh. Ali Azis, dari Universitas Islam Negeri Surabaya berjudul “Kepemimpinan Kiai Pesantren; Pola Kepemimpinan Kiai di Pesantren Mahasiswa Surabaya”. (Disertasi-UNTAQ Surabaya Tahun 2004).

masyarakat tradisional, serta diikuti oleh masyarakat dalam wujud bertaklid irasional, mulai di rubah pada kondisi masyarakat urban dan modern. Pembedaan lokus dan stage santri ini akhirnya menjadikan tipologi kepemimpinannya pun berbeda dari sebelumnya. Dalam temuannya dia mengatakan bahwa kepemimpinan kyai di kalangan mahasiswa dan urban lebih mengandalkan model demokratis, tidak menonjolkan aspek karismatik. Oleh sebab itulah, pendekatan kepemimpinannya lebih rasional. Kyai harus mampu menjadi seorang administrator, pengajar, dan juga pelayan terhadap kebutuhan-kebutuhan akademik para santri di lingkungan Pesantrennya.

c. Tulisan jurnal Nur Khusniyah Indrawati berjudul “Management by Inspiration; Implementation of Transformational Leadership on Business at Pesantren Sunan Drajat”.49. Tulisan ini mengulas bahwa salah satu cara transformasi nilai-nilai pengembangan wirausaha di pesantren adalah melalui modeling (tauladan) yang ditunjukkan oleh kyai kepada para santri. Dari sisi lokus penelitian ini, rupanya sama seperti penelitian Imam Syafi’i yakni sosok Kyai Abdul Ghofur yang menjadi pengasuh Pesantren Sunan Drajat, Paciran Lamongan, Hanya saja penelitian ini tidak menggunakan instrument pemimpin entrepreneur sebagai theoretical framework-nya. Nur Khusniyah Indrawati menggunakan konsep kepemimpinan transformasional untuk mendeskripsikan

49 Nur Khusniiyah Indrawati “Management by inspiration: Implementation of Transformational Leadership on Business at Pesantren Sunan Drajat” in Procedia Social and Behavioral Sciences Vol 115 Tahun 2014

bagaimana tipe dan model kepemimpinan yang ditunjukkan oleh pengasuhPesantren Sunan Drajat Lamongan.

d. Tulisan Jurnal Ahmad Zakki, berjudul “Influence of Strategic, spiritual and entreprenual leadership of kyai to the santri’s work satisfaction and

to the Jihad (performance) of santripreneur at the entrepreneual Pesantren in East-Java Province”50. Penelitian ini berbasis kuantitatif dengan mengambil empat sampel penelitian Pesantren entrepreneur di Jawa Timur (Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Pesantren Sunan Drajat, Lamongan, Pesantren Alam Bumi Jombang dan Pesantren Mukmin Mandiri, Sidoarjo). Penelitian ini menguji hepotesis (asumsi dasar) sebagaiman bagan berikut:

Secara sederhana, mungkin bisa disimpulkan, bahwa dari tiga model tersebut memiliki pengaruh positif terhadap mediate dan depended variable dalam skala yang berbeda-beda. Artinya, apapun model dan karakter kepemimpinan yang ingin ditunjukkan oleh kyai di pesantren

50Muhammad Zakki, Budiman Cristiananta, & Teman Koesmono “Influence of strategic, spiritual, and entrepreneurial leadership of the Kiai to the sanri work satisfaction and to Jihad (performance) of santripreneur at the entrepreneurial Pesantren in East Java Province” in Academic Research International Vol 7 No 5 2016 accessed fromwww.journal.savap.org.pkat 23 September 2017

entrepreneur kultur dan iklimnya sangat mendukung bagaimana para santri ingin mendalami dan memahami hidup berwira usaha di dalam kehidupan nyata nantinya.

e. Supriyanto, dkk, “Kontribusi Kepemimpinan Kiai Dalam Pengembangan Kewirausahaan Pondok Pesantren” penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil lokasi penelitian di PP Sidogiri Pasuruan.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Kiai terbukti berkontribusi penting dalam pemberdayaan ekonomi pondok pesantren. Kontribusi kepemimpinan kiai adalah sebagai inisiator, fasilitator, investor, dinamisator, dan mobilisator kewirausahaan pondok pesantren. Kiai juga terbukti memiliki visi ke depan dalam mengembangkan kewirausahaan pesantren. Sebagai bukti kinerja kepemimpinan kiai, koperasi Pondok Pesantren Sidogiri mendapatkan penghargaan nasional menjadi koperasi terbaik milik pesantren.51

f. Hayana, Nur and Wahidmurni, Wahidmurni, Kepemimpinan Kyai Dalam Memberdayakan Kewirausahaan Santri. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam (J-MPI), 4 (1) (2019). pp. 1-8. ISSN 2477-6467.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang diterapkan Kyai dalam memberdayakan kewirausahaan santri dilakukan dengan memberikan keteladanan berwirausaha, memberikan pembelajaran lapangan, memberikan tugas di unit usaha pesantren dan memberikan motivasi; gaya kepemimpinan yang diterapkan adalah perpaduan dari

51 Supriyanto, “Kontribusi Kepemimpinan Kiai Dalam Pengembangan Kewirausahaan Pondok Pesantren” Jurnal Inovasi Pendidikan Ekonomi, Vol. 12 No.1 hlm 01-11, Available at http://:ejournal.unp.ac.id/index.php/jipe. DOI;https://doi.org/10.24036/011166210

gaya kepemimpinan demokratis, transformatif dan kharismatik;

implikasinya santri memiliki jiwa enterpreneur dan enterpreneur berjiwa santri.52

g. Imam Safi'i, Model Kepemimpinan Kyai dalam Membentuk Santri Mandiri di Era 4.0, Peneliti ini bertujuan untuk: Mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana tipe kepemimpinan Kyai Mohammad Ali Shobirin didalam mencetak santri yang mandiri. Pembiasaan yang seperti apa dilakukan pondok pesantren al Qoyyim untuk mencetak santri mandiri. Model Kepemimpinan Kyai Ali shobirin dalam mencetak Santri Mandiri di pondok pesantren Al Qoyyim Kasembon Malang. Metode penelitian yang dipakai untuk menjawab tujuan diatas adalah grounded theory, karena penelitian bersifat lapangan, yang mana penelitian ini referensinya terdiri dari data primer, sekunder dan tersier. Teknik pengumpulan data melalui studi observasi, interview dan dokumentasi.

Analisis data menggunakan analisis data kualitatif. Hasil penelitian ini bahwa kyai Ali Shobirin adalah pemimpin yang masuk dalam tiga tipe yaitu tipe pertama, Pemimpin yang visioner kedua, pemimpin transformasional ketiga, Pemimpin yang kharismatik. Pembiasaan santri untuk mencetak santri yang mandiri di Era Revolusi Industri 4.0 yaitu pembiasaan santri agar selalu disiplin dalam semua hal, pembiasaan santri berwirausaha. dan kyai Ali Shobirin termasuk model kepemimpinan individual-kolektif disebabkan dengan kolaborasi dalam

52 Hayana, Nur and Wahidmurni, Wahidmurni, Kepemimpinan Kyai Dalam Memberdayakan Kewirausahaan Santri. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam (J-MPI), 4 (1) (2019). pp. 1-8. ISSN 2477-6467

mengembangkan pondok pesantren akan tetapi kebijakan masih sangat dominan dimiliki oleh pengasuh.53

2. Pengembangan Kewirausahaan Pesantren

a. Rofiq, Pemberdayaan Pesantren; Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan”54. Buku ini menawarkan beberapa konsep empowering sumber daya yang dimiliki oleh pesantren dalam upaya mengembangkan kesinambungan dengan masyarakat. Gagasan utama buku ini ada pada tiga hal penting;

pertama, menilai Pesantren bisa berkontribusi terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan masyarakat. Kedua, keberadaan Pesantren yang harus tetap mandiri untuk menyeimbangkan antara kepentingan masyarakat dan pemerintah. Ketiga, model pendekatan baru dalam bentuk daurah kebudayaan. Ini merupakan pendekatan dimana para santri dan pengelola pesantren diperkenalkan pada popular culture yang berkembang di dalam masyarakat. Pada kesimpulannya, Pesantren harus menjaga peran, fungsi, dan identitas aslinya sebagai wujud trialektis antara kyai sebagai seorang pemimpin, santri sebagai member, dan masyarakat sebagai partisipan aktif untuk memberdayakan atau diberdayakan melalui kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pesantren.

53Imam Safi'i, Model Kepemimpinan Kyai dalam Membentuk Santri Mandiri di Era 4.0, Jurnal Al-Mada, Vol 3 No 2 (2020): Agama Sosial dan Budaya , DOI: https:// doi.org/10.

31538/almada. v3i2.656

54A. Rofiq, Pemberdayaan Pesantren; Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, (Yogyakarta; LKiS, 2005)

b. Penelitian disertasi Mustadi dari Universitas Islam Negeri Surabaya berjudul “Internalisasi Nilai-Nilai Pengembangan wirausaha (Studi di Pesantren Sidogiri Pasuruan)”.55 Sama seperti riset-riset umumnya tentang pendidikan entrepreneurship, penelitian ini berupaya untuk menggali konsep nilai-nilai pengembangan wirausaha yang dikembangkan dalam menstimulasi potensi yang dimiliki oleh santri di Pesantren Sidogiri, melalui tiga jalur utama pendidikan yang ada, yakni;

madrasah diniyah, pengajin kitab dan lembaga ekonomi, studi terhadap actor-aktor yang terlibat di dalam internalisasi nilai-nilai tersebut, serta penilaian terhadap hasil yang sudah dilakukan secara bertahap tersebut.

Dari sisi temuan, penelitian ini tidak banyak merubah kerangka teori yang ada. Penulis diseratasi ini hanya melakukan analisa deskriptif terhadap fenomena yang ada di pesantren, kemudian disandingkan dengan perangkat teori umum dan praktis sebagaimana sudah ditemukan oleh para penggagas penelitian pendidikan entrepreneurship sebelumnya.

c. Penelitian disertasi Abdul Jalil, dari Universitas Islam Negeri Surabaya berjudul “Spiritual entrepreneurship (Studi Transformasi Spiritualitas Pengusaha Kudus”.56Corak disertasi ini lebih pada disiplin ilmu kajian Islam atau pemikiran keislaman. Kendati demikian, relevansi penelitian ini dengan topik penulis ada pada sisi fitur temuan karakter seorang

55Mustadi “Internalisasi Nilai-nilai Pengembangan wirausaha di Pesantren” (Disertasi-UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014)

56Abdul Jalil “Spiritual Enrepreneurship: Studi Transformasi Spiritualitas Pengusaha Kudus” (Disertasi UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014).

pengusaha muslim. Penulis disertasi ini menyebutkan bahwa fitur-fitur spiritual entrepreneurs adalah amanah, sustainable, komparatif, sinerji, empati, kreatif, taktis, dan sikap mandiri menjadi penentu dari semua hal yang sudah disebutkan sebelumnya. Selain itu dia juga menjelaskan jika teologi wirausaha dalam diri seorang muslim merupakan bentuk inheren dan koheren. Sejarah Islam dan perilaku yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW adalah wujud visible bagaimana kemandirian atau pengembangan wirausaha merupakan sebuah pilihan sebagai seorang manusia.

d. Penelitian disertasi Gunawan, dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang berjudul “Manajemen Strategik dalam mewujudkan Kemandirian Pesantren (Studi Multi Situs di Pesantren Sidogiri Pasuruan dan Pesantren al Ishlah Bondowoso)”.57 Jika penelitian disertasi sebelumnya lebih pada aspek kepemimpinan, corak, dan bagaimana model pendidikan entrepreneurhip dijalankan di pesantren. Penelitian ini lebih aplikatif dan instrumentatif sebab menggunakan instrument teoritik yang bagi berkaitan dengan grand theory management strategis (baca; strategic planning until strategic controlling). Selain itu, perangkat-perangkat analisis pun digunakan untuk menilai apakah yang dilakukan Pesantren tersebut berkesuaian dengan teori yang ada. Ditambah dilakukan integrasi dalam model keilmuan Islam ala UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Pada

57Penelitian Disertasi Gunawan, Manajemen Strategik dalam mewujudkan Kemandirian Pesantren (Studi Multi Situs di Pesantren Sidogiri Pasuruan dan Pesantren al Ishlah Bondowoso)”.

(Disertasi-UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Tahun 2015)

kesimpulannya dia menyebutkan temuannya adalah manajemen strategis visioner-sinergis dengan motivasi Ibadah sehingga bisa WAH (Wealthy and Helpful) dan CASH (Care solidarity for Humanity).

e. Penelitian individu dosen Noor Ahmadi, dari Universitas Islam Negeri Surabaya, berjudul “Pesantren dan Pengembangan wirausaha ; Peran Pesantren Sidogiri Pasuruan dalam Mencetak Wirausaha Muda Mandiri”58. Penelitian ini sejatinya tidak jauh berbeda secara hasil dengan disertasi sebelumnya. Namun, tampaknya penelitian ini lebih awal dilakukan, sehingga proses integrasi pendidikan pengembangan wirausaha yang ditemukan tidak se-detail apa yang dijelaskan Mu’tadi.

Dia lebih terfokus pada bagaimana Pesantren Sidogiri menjalankan kegiatan dan aktivitas bisnis yang dilihat langsung oleh para santri.

Tidak ada kerangka sistemik melalui lembaga pendidikan yang diselenggarakan di Pesantren Sidogiri.

f.Penelitian Moh. Rasyad dari Sekolah Tinggi Al Karimiyah Bangkalan, berjudul “Pemberdayaan Pesantren Menuju Kemandirian dan Profesionalisme (Studi tentang Manajemen Pengembangan wirausaha Pondok Modern Darussyahid Sampang Mandura).59. Penelitian ini mendeskripsikan bahwa di Pesantren Modern Darussyahid Sampang Madura melakukan integrasi manajerial; baik itu secara struktur formal

58Noor Ahmadi, “Pesantren dan Pengembangan wirausaha ; Peran Pesantren Sidogiri Pasuruan dalam Mencetak Wirausaha Muda Mandiri (Penelitian Individu Dosen UINSA Surabaya melalui DIPA Lemlit Tahun 2013)

59 Moh Rasyad, “Pemberdayaan Pesantren Menuju Kemandirian dan Profesionalisme (Studi tentang manajemen Pengembangan wirausaha Pondok Modern Darussyahid Sampang Mandura). (Penelitian Individu Dosen STAI Al Karimiyah Bangkalan)

dan nonformal. Struktur integrasi formal berarti pemberdayaan santri berbasis kemandirian dijalankan melalui kurikulum pendidikan Pesantren dan pendidikan formal. Semua santri dilibatkan di dalam usaha-usaha yang dijalankan oleh pesantren serta mereka dilatih untuk menjalankan bisnis tersebut secara simultan. Adapun integrasi nonformal lebih mengarah pada sistem pemagangan para santri di dunia usaha nyata. Jadi, mereka menyebutnya sebagai lembaga/laboratorium bisnis yang dijalankan oleh pesantren untuk mengenalkan kompetisi di dunia nyata.

g. Penelitian Arie Eko Cahyono, dari IKIP PGRI Jember berjudul

“Penanaman Karakter Pengembangan wirausaha di Pesantren Nurul

Islam Jember sebagai upaya mempersiapkan santri menghadapi MEA”.60 Penelitian ini, tampaknya, hanya menambah kekayaan lokus dari pelbaga model pendidikan karakter pengembangan wirausaha yang ada di pesantren melalui Pesantren Nurul Islam Jember. Di dalam paparan dan analisa datanya, dia menyebutkan bahwa; 1) motif dilaksanakannya pendidikan pengembangan wirausaha disebabkan adanya perubahan zaman yang semakin pesat dan konpetisi masyarakat ekonomi asia. 2) sasaran pemberdayaan mereka adalah siswa/santri pada tingkatan SMA/MA/SMK. 3) Pelaksanaan berbasis pada pelatihan dan pembentukan Tim Bisnis. Dari data tersebut, dia menganalisa data

60Arie Eko Cahyono “Penanaman Karakter Pengembangan wirausaha di Pesantren Nurul Islam Jember sebagai upaya mempersiapkan santri menghadapi MEA” (Penelitian Individu Dosen IKIP Jember dan dipublish dalam prosiding Seminar Nasional Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam pembelajaran kreatif di Era Masyarakat Ekonomi Asean Tahun 2016)

tersebut sehingga berkesimpulan: Strategi tersebut terdiri dari pelatihan keterampilan, meneladani sosok wirausahawan sukses, dan membentuk tim bisnis. Pelatihan keterampilan yang diadakan beberapa diantaranya adalah dengan pemberian pelatihan otomotif dan pelatihan komputer bagi santri SMK, serta pemberian pelatihan membuat kerajinan tangan bagi santri SMA dan MA. Meneladani sosok wirausahawan sukses pada pesantren ini adalah dengan mendatangkan sosok wirausahawan sukses untuk memberikan seminar pengembangan wirausaha bagi santri.

Membentuk tim bisnis terwujud dengan adanya entrepreneur club pada pesantren ini. Entrepreneur club ini mengelolah usaha yang dimiliki oleh pesantren seperti Pujasera Nurismart, Laundry Nuris, Air Minum Nuris, dan Nuris Printing. Selain mengelolah usaha yang dimiliki pesantren tersebut, entrepreneur club ini juga memiliki usaha kecil-kecilan yang dikelolah bersama berupa stand capucinno cincau.

h. Penelitian Dewi Chalimatus Sholicah dari Institut Pertanian Bogor yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Wirausaha Agribisnis terhadap kompetesi Wirausaha Santri Pada Usaha Sapi Potong; Studi Kasus Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman bin Auf, Klaten Jawa Tengah”.61. Dari model penelitian kuantitatif ini penulisnya berkesmpulan bahwa secara umum pendidikanwa wirausaha berbasis agrobisnis ini tidak memiliki signifikansi terhadap kompetensi bisnis

61 Dewi Chalimatus Sholicah“Pengaruh Pendidikan Wirausaha Agribisnis terhadap kompetensi Wirausaha Santri Pada Usaha Sapi Potong; Studi Kasus Pesantren Wirausaha Agrobisnis Abdurrahman bin Auf, Klaten Jawa Tengah” (Penelitian Individu Dosen Institut Pertanian Bogor Tahun 2015)

para santri dalam indicator yang lengkap. Kendati, model dan pendekatan seperti ini memiliki berdampak signifikan untuk pembentukan pengetahuan kognitif para santri, tidak pada skill dan afeksi para santri untuk menjadi seorang wirausaha. Dari riset ini dia mengusulkan agar pesantren meningkatkan kualitas dan sarana pendidikannya agar lebih melengkapi kebutuhan holistic didalam menyelenggarakan pendidikan wirausaha berbasis agribisnis, khususnya di Pesantren Abdurrahman bin Auf Klaten Jawa Tengah.

i. Tulisan Siswanto, berjudul “Entrepreneual Motivation in Pesantren”62. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menilai bagaimana motivasi berwirausaha hadir di kalangan para santri. Untuk membingkainya dia menggunakan penelitian lapangan dengan lokus Pesantren Sidogiri Pasuruan. Dari hasil penelitiannya dia membagi motivasi tersebut menjadi dua model; motivasi internal dan ekternal.

Motivasi internal disebabkan karena adanya keinginan untuk memberikan pengalaman pada santri dan memperbaiki kondisi eksternal (masyarakat). Selain itu, karena adanya keinginan akan jaminan halal pada setiap konsumsi yang dimakan dan transaksi keuangan yang dilakukan terhadap masyarakat, dan mereka ingin menjaga dan memelihara nilai-nilai salafiyah yang sudah dipegang teguh oleh pesantren Sidogiri sejak lama. Adapun motivasi eksternal, tentunya, berhubungan dengan kondisi masyarakat lokal dan nasional, yang

62 Siswanto, Armano, Margono Setiawan, & Umar Nimran “Entrepreneurial Motivation in Pesantren” in International Journal of Business and Behavioral Sciences Vol 3 No 2 Tahun 2013

termotivasi juga untuk mencari konsumsi, transaksi finasial yang halalan toyyibah dan serta didukung distrust terhadap kondisi lembaga pendidikan umum yang tidak sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dan karakter bangsa.

j. Tulisan Saeful Anam “Pesantren Entrepreneur (Analisis Kurikulum Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo dalam pengembangan dunia usaha)”63 Tulisan menjelaskan bahwa secara sistematik Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo menjalankan pendidikan wirausaha secara baik dan menjadikan para santri mampu melaksanakan kewenangan yang diberikan kiai terhadap mereka, apakah itu sebagai seorang santri ataupun sebagai seorang karyawan di perusahaan yang dikelola oleh pesantren Mukmin Mandiri.

k. Tulisan Ali Mosthofa “Manajemen Pengembangan wirausaha Pesantren berbasis berbasis Agrobisnis Studi Kasus di Pesantren Mukmin Mandiri dan Pesantren Nurul Karomah”.64. Berbeda dengan Saeful Anam, penelitian multi situs ini lebih ingin melihat alur dan tata kelola agrobisnis yang dijalankan di Pesantren Mukmin Mandiri, Sidoarjo dan Pesantren Nurul Karomah, Pamekasan. Pesantren Mukmin Mandiri memiliki tatakelola agrobisnis dengan sistem sewa para petani Kopi, hingga kemudian memiliki lahan sendiri di beberapa daerah. Dari hasil pertanian tersebut diproduksi di perusahaan kopi, kemudian

63Saeful Anam “Pesantren Entrepreneur; analisis Kurikulum Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo dalam pengembangan dunia usaha” dalam jurna Maraji’ Vol 3 No 2 Tahun 2016

64 Ali Mostofa “Manajemen Pengembangan wirausaha Pesantren Berbasis Agrobisnis;

Studi Kasus di Pesantren Mukmin Mandiri dan Pesantren Nurul Karomah” dalam Jurnal Kependidikan Islam Vol 6 No 2 Tahun 2015

dibranding memiliki nilai khas Pesantren. Misalnya, Kopi Plus Do’a dan Kopi Mix Barokah. Dari bisnis kopi ini, Pesantren Mukmin Mandiri bisa mensupport semua kegiatan pesantren tanpa harus meminta bantuan dari pemerintah dan masyarakat sekitar, bahkan sebaliknya mereka memberikan sumbangsih penuh untuk pengembangan Pesantren dan masyarakat. Adapun di Pesantren Nurul Karomah cenderung tradisional.

Hasil pertanian dan perkebunan yang dimiliki oleh pesantren diolah, di-package, kemudian dipasarkan ke beberapa pasar di Pamekasan. Mereka juga tidak melakukan rebranding terhadap produk yang dihasilkan.

Dari berbagai paparan hasil penenlitian terdahulu di atas, maka bagi penulis kerangka tersebut sudah sangat menampakkan bahwa penelitian tentang entrepreneurship sangat beragam dan luas. Apakah itu dilihat dari sudut pandang kepemimpinan kiai dan pembudayaan di lingkungan Pesantren, memaknai sendiri kata pengembangan wirausaha dalam konteks keislaman, mencari format dan model bisnis yang dijalankan pesantren, hingga bagaimana idealnya sebuah kepemimpian dihasilkan dari kajian entrepreneurship.

Meskipun penelitian tentang pengembangan wirausaha Pesantren telah banyak dihasilkan, penelitian tentang pengembangan wirausaha tetap saja mengundang daya tarik, terutama bagi pribadi peneliti. Dalam prespektif pengembangan ilmu, kesinambungan penelitian mutlak diperlukan, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan selalu berkembang dalam konteks ruang dan waktu (context of discovery), dan kajian ilmiah

dan hasil-hasilnya akan selalu diuji berdasarkan katagori perkembangan dan kreteria yng murni ilmiah yang selalu dinamis bidang (context of justication).

Dengan demikian penelitian ini, memiliki perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya antara lain yaitu Pertama, penelitian ini akan dibingkai dalam kajian perilaku kepemimpinan kiai dalam pengembangan wirausaha Pesantren berdasarkan komunikasi kiai, motivasi kiai, dan kreativitas kiai dalam meningkatkan kemandirian Pesantren dalam berwirausaha di tiga Pesantren yang menjadi lokus penelitian. Kedua, Penelitian ini akan menempatkan kiai sebagai leader dalam tiga konsepsi yang sebelumnya sudah dijelaskan melalui penelitian terdahulu, yakni transformatif, entreprenuerial, ataupun integrative-entreprenuerial leadership. Sebab dalam lokusnya penulis melihat ada perlakuan (treatment) berbeda dari tiga Pesantren yang akan menjadi lokus penelitian ini sesuai dengan asumsi penulis. Dan ketiga, secara metodologis dan kerangka teoritis (theoretical framework), penulis menganggap bahwa ini akan menjadi topik pengembangan dari kerangka instrumental yang sudah ada; apakah dari sisi perilaku kiai yang memiliki unsur komunikasi, motivasi ataupun konstruksi kiai membangun kreatifitas santri dalam memimpin manajemen pengembangan wirausaha Pesantren atau dari sisi diseminasinya dalam peningkatan pendidikan dan pembudayaan wirausaha di Pesantren.