• Tidak ada hasil yang ditemukan

22

yang obyektif tentang obyek yang diteliti, sehingga akan menghasilkan data-data yang akurat.

Kedua, Empiris. Fenomena menjamurnya tasawuf modern, tasawuf urban, neo-sufisme dan sejenisnya dikalangan masyarakat perkotaan dan masyarakat modern menjadi sesuatu yang niscaya harus disikapi secara proporsional dan akademik. Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan informasi akademis terhadap fenomena-fenomena tersebut, serta menjadi bahan pertimbangan dalam merespon problem-problem sosial keagaam yang berkelindan disekitar fenomena-fenomena ini. Secara khusus, bagi para pelaku tarekat hasil penelitian ini diharapkan mampu jadi bahan introspeksi sekaligus bahan untuk memahami eksistensi mereka agar mampu memberikan kontribusi lebih terhadap kehidupan post-modernisme saat ini dan kedepannya nanti.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu tentang tarekat Qa>diriyah wa Al-Naqshabandiyah pimpinan Kyai Asrori telah banyak dilakukan, baik mengenai esensi tarekat al-Qa>diriyah wa al-Naqshabandiyah al-Oesmaniyah, mengenai pemikiran Kyai Asrori sebagai murshid, maupun tentang jama’ahnya. Penelitian terdahulu sangat penting untuk diungkapkan agar tidak terjadi duplikasi dan kesamaan obyek penelitian. Peneltian terdahulu tentang tarekat al-Qa>diriyah wa al-Naqshabandiyah al-Oesmaniyah adalah:

Pertama, Ahmad Amir Aziz, meneliti tentang pandangan (world view) pengikut tarekat Qa>diriyah wa Al-Naqshabandiyah tentang Ketuhanan,

23

kedudukan murshid, bekerja dan takdir.43 Disertasi dengan pendekatan fenomenologi ini menarik kesimpulan bahwa bagi kaum tarekat beragama adalah pengalaman ketuhanan yang dapat diraih melalui zikir dengan intens dan pengendalian diri di bawah bimbingan seorang murshid. Sedangkan pandangan teologis tentang takdir, meskipun mereka berada dalam satu komunitas, ternyata tidak seragam. Begitu pula pandangan mereka tentang bekerja. Dalam hal takdir terdapat tiga varian; nerimo, ikhtiar dan kombinasi antara keduanya. Tentang bekerja, pemikiran mereka terpola juga menjadi tiga; Bekerja sebagai tuntutan hidup, bekerja sebagai bagian ibadah dan bekerja sebagai ekspresi khalifah di bumi. Terdapat titik kesamaan antara penelitian ini dengan penelitian Amir, yaitu tentang obyek yang diteliti, yakni para pengikut tarekat al-Qa>diriyah wa al-Naqshabandiyah al-Oesmaniyah. Perbedaannya, penelitian Amir menitik beratkan pada aspek teologi, sedangkan penelitian ini fokus kepada aspek neo-sufisme yang terdapat dalam praktek ritual tarekat al-Qa>diriyah wa al-Naqshabandiyah al-Oesmaniyah. Obyek Amir juga lebih luas, sebab kaum tarekat yang jadi obyek penelitian selain pengikut Kyai Asrori, juga pengikut tarekat Abah Anom. Sedangkan penelitian ini fokus kepada para pengikut Kyai Asrori.

Kedua, Syafi’i, meneliti tentang pengikut tarekat mu’tabarah namun fokus kepada bah{thul masa>’il yang terdapat di kalangan mereka.44

Sesuai dengan permasalahan pokok yang diteliti, Syafi’i menarik tiga kesimpulan; (1). Hasil keputusanbah{thul masa>’il bidang shufiyah dibagi menjadi 3 kategori, yaitu valid,

43

Ahmad Amir Aziz, “Worldview Kaum Tarekat (Studi Pandangan Teologis Pengikut Tarekat Qadiriyah wa Naqshbandiyah di Surabaya)”, (Disertasi--IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2013). 44Syafi’i, “Istinba>t{ Hukum di Lingkungan Ahli T{ari>qah (Analisis Bah{Thul Masa>’il Diniyyah Jam’iyyah Ahl al- T{ari>qah al-Mu’tabarah al-Nahd{iyyah)”, (Disertasi--IAIN Sunan Ampel

24

dianggap valid dan tidak valid. (2). Bentuk istinba>t{ hukum kaum ahli tarekat adalah tat{biq al-ah{ka>m seperti yang terdapat dalam al-kutub al-mu’tabarah. (3). Metode yang digunakan dalam istinba>t al-ah{ka>m adalah qauliyah, ilha>qy, manha>jy dan ‘irfa>ny. Penelitian yang akan dilakukan sama sekali berbeda dengan studi yang telah dilakukan oleh Syafi’i ini, sebab penelitian ini sama sekali tidak akan masuk ke ranah metode pengembilan hukum yang biasa dilakukan oleh kaum tarekat.

Ketiga, Muhammad Musyaffa’ mengangkat tema disertasi tentang kitab tasawuf karya Kyai Ahmad Asrori Al-Ishaqi.45 Menurut Musyaffa’ dari aspek ontologis tafsir sufistik Kyai Asrori menguatkan teori al-T{u>sy dalam kerangka sinergitas shari’at, tarekat dan hakikat. Dari aspek epistemologis ditemukan formulasi lima langkah tafsir sufistik Kyai Asrori secara praksis. Sedangkan dari aspek aksiologis metode tafsir Kyai Asrori dalam kehidupan kekinian berimplikasi pada paradigma dan sikapwasat{iyah, membentuk kesalihan individu dan masyarakat, mendorong untuk husn al-kha>timah, transformasi dari tradisi dinasti, sentralistik dan senioritas ke sistem demokratis, bersifat profesional dan terbuka. Studi Musyaffa’ ini sama sama sekali tidak menyentuh penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, sebab penelitian Musyaffa’ terfokus pada pemikiran Kyai Asrori, sedangkan obyek penelitian yang akan dilakukan terfokus pada ritual tarekatnya.

45 Muhammad Musyafa’, “Kontruksi Tafsir Sufistik (Studi Kitab al-Muntakhaba>t Karya KH.

25

Keempat, Rosidi. Studi tesis Rosidi adalah tentang konsep maqa>ma>t Kyai Asrori.46 Studi yang dilakukan oleh Rosidi ini adalah studi pemikiran tasawuf Kyai Asrori. Dalam hasil penelitiannya Rosidi menyimpulkan bahwa Kyai Asrori memiliki konsepmaqa>ma>t yang jauh berbeda dengan konsep maqa>ma>t yang telah dicetuskan oleh para tokoh tasawuf jauh sebelumnya. Menurut Kyai Asrori maqa>ma>t yang bisa ditempuh oleh seorang pelaku tasawuf ada lima, yaitu : al-maut al-ikhtiya>ry, taubat, zuhud, syukur dan raja>’. Perbedaan yang paling signifikan dari konsepsi maqa>ma>t Kyai Asrori adalah, bahwa setelah melewati maqa>m taubat sebagai maqa>m pertama, seorang sa>lik diberi kebebasan untuk memilih maqa>m berikutnya, tidak harus bertahap seperti konsep para tokoh sufi yang lain. Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian lapangan tentang ritual para pengikut tarekat al-Qa>diriyah wa al-Naqshabandiyah al-Oesmaniyah, jadi berbeda dengan studi yang telah dilakukan oleh Rosidi.

Kelima, Jainudin, meneliti tentang pendidikan karakter pada pengikut tarekat.47 Dalam hasil studinya Jainudin menyimpulkan bahwa karakter dapat dibentuk melalui pelaksanaan ajaran, amalan maupun ritual tarekat. Penganut tarekat al-Qa>diriyah wa al-Naqshabandiyah al-Oesmaniyah memiliki kondisi sosiopsikologis yang baik, misalnya sabar, tabah, ikhlas, qana’ah dan istiqamah dalam beribadah mah{d{ah maupun sosial, dibandingkan sebelum mereka

46

Rosidi, “Maqa>ma>t dalam Perspektif Sufistik KH. Ahmad Asrori al-Ishaqy” (Tesis--UIN Sunan

Ampel Surabaya, 2014).

47 Jainudin, “Pendidikan Karakter Pada Aliran Tarekat (Studi Perubahan Sosiopsikologis Para Penganut TarekatQa>diriyyah wa Naqshabandiyyah di Surabaya)”, (Disertasi--UIN Sunan Ampel

26

menganut taekat. Hal ini merupakan indikator dari seorang individu yang berkarakter baik.

Keenam, Mochammad Chamdillah. Menulis buku tentang genre tasawuf Kyai Ahmad Asrori.48 Menurut Chamdillah, Tasawuf Kyai Asrori adalah tasawuf akhlaqi, yang berkonsentrasi pada teori-teori prilaku, akhlak atau budi pekerti atau perbaikan akhlak. Melalui tasawuf akhlaqi, Kyai Asrori melakukan balancing atas fenomena di tengah arus rasionalisme dan positivisme yang memuncak. Menurut Kyai Asrori akhlaq adalah puncak dari pelaksanaan ajaran Islam, sebab akhlaq merupakan esensi dari al-Qur’an dan al-Sunah. Dengan metode-metode tertentu yang telah dirumuskannya, Kyai Asrori mengajak para pengikutnya untuk melakukan penyucian jiwa, menghindari akhlaq madhmumah dan mewujudkan akhlaq mahmudah. Puncaknya, jika ada orang yang mengaku telah melakukan aqidah dan shari’at, akan tetapi akhlaqnya tidak baik, berarti pengakuannya bohong. Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan studi Chamdillah ini. Sebab Chamdillah melakukan penelitian fokus kepada individu dan pemikiran Kyai Asrori, sedangkan penelitian yang akan dilakukan fokus kepada ritual tarekatnya yang dijalankan oleh para pengikutnya.

Ketujuh, Ahmad Syatori. Mengangkat judul tesis Relasi Murshid-Murid dalam Tradisi Tarekat al-Qa>diriyah wa al-Naqshabandiyah .49 Dalam hasil penelitiannya Syatori menyimpulkan bahwa hubungan antara murshid dengan murid secara horizontal merupakan media, jembatan penghubung yang dapat

48

Mochammad Chamdillah, Pemikiran dan Implementasi Tasawuh Akhlaqi KH. Ahmad Asrori dalam Kehidupan Modern (Jakarta: Pustaka STAINU, 2015), 135-137.

49Ahmad Syatori, “Relasi Murshid-Murid dalam Tradisi Tarekat Qa>diriyah wa Naqshabandiyyah

(Studi Tasawuf tentang Perilaku Sosial-Spiritual di Pondok Pesantren al-Salafi al-Fithrah Surabaya)”,(Tesis--UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015).

27

menghantarkan hubungan sentral vertical kepada Allah SWT. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hubungan sosial sesama manusia bisa juga dijadikan sebagai alat atau sarana spiritual untuk menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Tabel 1

Penelitian-Penelitian Terdahulu

No Peneliti PenelitianFokus Metode Penelitian/HasilTemuan

1. AhmadAmir Aziz

World view pengikut tarekat Qa>diriyah wa Al-Naqshabandiyah Fenomenologi

Menurut kaum tarekat beragama adalah pengalaman ketuhanan yang dapat diraih melalui zikir. Dalam hal takdir terdapat tiga varian; nerimo, ikhtiar dan kombinasi.

Tentang bekerja juga terbagi menjadi 3 varian; Bekerja sebagai tuntutan hidup, sebagai ibadah dan sebagai ekspresi khalifah. 2. Syafi‘i Bah{thul masa>’il Diniyah sebagai istinbat hukum di lingkungan tarekat mu‘tabarah. Fenomenologi

Bentukistinba>t{ hukum kaum ahli tarekat adalahtat{biq al-ah{ka>m seperti yang terdapat dalamkutub al-mu’tabarah. Metode yang digunakan dalam istinba>t al-ah{ka>m adalahqauliyah, ilha>qy, manha>jy dan ‘irfa>ny. 3. Muhammad Musyaffa’ Metode tafsir sufi kitab tasawuf Kyai Ahmad Asrori Al-Ishaqi Pendekatan tafsir Baya>ni dan ‘Irfa>ny

Dalam aspek ontologis tafsir sufistik Kyai Asrori menguatkan teorial-T{u>sy, epistemologis ditemukan formulasi lima langkah tafsir sufistik secara praksis,

28

aksiologis dalam kehidupan kekinian berimplikasi pada paradigma dan sikap wasat{iyah, kesalihan individu dan

masyarakat dan

mendorong untukhusn al-kha>timah,

4. Rosidi KonsepKH. Achmadsufistik Asrori al-Ishaqy

Fenomenologi

Konsepmaqa>ma>t Kyai Asrori berbeda dengan konsep maqa>ma>t para tokoh tasawuf sebelumnya. Perbedaan yang paling signifikan adalah setelah melewati maqa>m taubat sebagai maqa>m pertama, seorangsa>lik diberi kebebasan untuk memilih maqa>m berikutnya, tidak harus berurutan. 5. Jainudin Pendidikan karakter pengikut tarekat al-Qa>diriyah wa al-Naqshabandiyah al-Oesmaniyah Kualitatif Karakter dapat dibentuk melalui pelaksanaan ajaran, amalan maupun ritual tarekat. Penganut tarekat memiliki kondisi sosiopsikologis sifat sabar, tabah, ikhlas,qana’ah dan istiqamah dalam beribadahmah{d{ah maupun sosial, dibandingkan sebelum mereka menganut taekat. 6. MochammadChamdillah Aliran tasawuf KH. Achmad Asrori al-Ishaqy Fenomenologi

Tasawuf Kyai Asrori adalah tasawuf akhlaqi, yang berkonsentrasi pada teori-teori prilaku, akhlak atau budi pekerti atau perbaikan

29 akhlak. 7. AhmadSyathori Relasi Murshid-Murid dalam Tradisi Tarekat Qa>diriyah wa Al-Naqshabandiyah Fenomenologi Hubungan antara

murshid dengan murid

merupakan media

penghubung yang

dapat menghantarkan

hubungan sentral

vertical kepada Allah SWT. Dengan kata lain, hubungan sosial sesama manusia bisa juga dijadikan sebagai alat atau sarana

spiritual untuk

menghubungkan dan

mendekatkan diri

kepada Allah SWT.

Penelitian-penelitian diatas memiliki obyek dan fokus yang berbeda-beda, namun belum ada satupun yang mengkaji secara spesifik tentang transformasi ritual yang terdapat dalam ritual tarekat al-Qa>diriyah wa Naqshabandiyah al-Oesmaniyah dan implikasinya terhadap masyarakat urban. Dengan demikian penelitian ini adalah penelitian yang orisinil sebagai upaya melengkapi studi tentang TQNal-Oesmaniyah.