• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengintegrasian Perencanaan BOK dalam perencanaan tingkat

Dalam dokumen b583809b 15bf 40b3 9702 1f00804fa7f3 (Halaman 81-86)

d) Sesi-sesi Hari

3. Pengintegrasian Perencanaan BOK dalam perencanaan tingkat

puskesmas

3.1 Peran BOK

Upaya kesehatan promotif dan preventif adalah pilar utama kesehatan masyarakat. Upaya promotif dan preventif yang baik akan mampu mengurangi tindakan kuratif dan rehabilitatif yang seringkali membutuhkan biaya lebih besar dalam pelaksanaannya. Terselenggaranya upaya promotif dan preventif ini utamanya menjadi tanggung jawab pemerintah dalam hal pendanaannya. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan seharusnya memperoleh kecukupan anggaran untuk pelayanan kepada masyarakat, utamanya untuk promosi dan preventif dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal. Menyadari hal tersebut, pemerintah pusat meluncurkan program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

BOK dimaksudkan untuk mendorong

puskesmas agar mampu mengidentiikasi

permasalahan di wilayahnya melalui mini lokakarya yang selanjutnya dapat disusun rencana tindak lanjut untuk pemecahan

masalah tersebut. Melalui BOK diharapkan akan terjadi peningkatan kinerja di puskesmas dan jaringannya (poskesdes dan posyandu) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

Lampiran A - Uraian Substansi

80

Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

• PP 7/2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan

• Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

HK.03.01/60/I/2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010 – 2014;

• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/

Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan tentang BOK sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota danPihak terkait yang menyelenggarakan Bantuan Operasional Kesehatan dalam rangka meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan.

• Permenkes 59/Menkes/PER/XII/2012 tentang

Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan yang merupakan perubahan atas Permenkes No. 2556/MENKES/PER/XII/2011.

Dana BOK tidak merupakan penerimaan fungsional pemerintah daerah, sehingga tidak disetorkan ke kas daerah dan dapat dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan upaya kesehatan.Tetapi yang harus dipahami oleh pemerintah daerah adalah bahwa dana BOK tidak merupakan dana utama dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di puskesmas dan jaringannya (polindes, poskesdes dan posyandu). Pemerintah Daerah tetap

berkewajiban mengalokasikan dana operasional untuk puskesmas.

3.3 Besaran alokasi dana BOK

Besaran alokasi dana BOK setiap Puskesmas ditetapkan dengan Surat Keputusan Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota dengan memperhatikan situasi dan kondisi, antara lain:

a) Jumlah penduduk; b) Luas wilayah;

c) Kondisi geograis;

d) Kesulitan wilayah; e) Cakupan program;

f) Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringannya;

g) Jumlah Poskesdes/Polindes dan Posyandu di wilayah Puskesmas;

h) Parameter lain yang ditentukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan kearifan local.

3.4 Tujuan BOK

Tujuan umum program BOK adalah meningkatnya upaya kesehatan yang bersifat promotif dan

preventif dalam mencapai target MDGs tahun 2015.

Adapun tujuan khususnya adalah:

1. Tersedianya alokasi anggaran operasional untuk upaya kesehatan promotif dan preventif di puskesmas dan jaringannya serta poskesdes dan posyandu.

2. Tersusunnya perencanaan tingkat puskesmas untuk penyelenggaraan upaya kesehatan di wilayah kerja.

3. Terselenggaranya lokakarya mini sebagai forum penggerakan pelaksanaan upaya kesehatan di puskesmas.

4. Terlaksananya kegiatan upaya kesehatan promotif dan preventif di puskesmas dan jaringannya serta poskesdes/polindes dan posyandu serta UKBM dan tempat pelayanan kesehatan lainnya

5. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam kegiatan upaya kesehatan promotif dan preventif dan MSF dalam pengawasan pelaksanaannya. 6. Terselenggaranya dukungan manajemen di

Kabupaten/Kota dan Provinsi.

3.5 Ruang lingkup pemanfaatan dana BOK

Ruang lingkup kegiatan di Puskesmas terdiri dari Upaya Kesehatan dan Manajemen Puskesmas. Secara umum, pemanfaatan dana BOK

diprioritaskan pada kegiatan yang berdaya ungkit

tinggi untuk pencapaian indikator MDGs bidang

kesehatan. Proporsi pemanfaatan dana BOK di Puskesmas diatur sebagai berikut:

• Minimal 60% dari total alokasi dana BOK

Puskesmas digunakan untuk Upaya Kesehatan Prioritas;

• Maksimal 40% dari total alokasi dana BOK

Puskesmas digunakan untuk Upaya Kesehatan lainnya dan Manajemen Puskesmas.

Ruang lingkup pemanfaatan dana BOK adalah untuk dukungan operasional pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan promotif dan preventif dan manajemen

Puskesmas di Puskesmas dan Jaringannya beserta Poskesdes/Polindes dan Posyandu serta UKBM lainnya.

Ruang lingkup pemanfaatan dana BOK meliputi:

a) Transport lokal kegiatan ke luar gedung

Transport lokal kegiatan ke luar gedung meliputi:

• Transport petugas kesehatan untuk pelaksanaan

kegiatan upaya kesehatan di luar gedung (ke Posyandu, Poskesdes/Polindes, UKBM lainnya, kunjungan rumah dan institusi/tempat terdapat sasaran yang memiliki resiko tinggi terhadap kesehatan);

• Transport kader kesehatan termasuk dukun

bersalin dari tempat tinggal ke tempat pelayanan kesehatan atau ke rumah penduduk (ke

Posyandu, Poskesdes/Polindes, UKBM lainnya, kunjungan rumah dan institusi/tempat terdapat sasaran yang memiliki resiko tinggi terhadap kesehatan);

• Transport peserta rapat/pertemuan bagi

undangan yang berasal dari luar tempat diselenggarakannya rapat/pertemuan;

• Transport petugas kesehatan untuk konsultasi/

rapat/pertemuan/pengiriman laporan/pengiriman pertanggungjawaban ke kabupaten/kota apabila perjalanan pulang pergi kurang dari 8 (delapan) jam;

• Transport lokal lainnya yang terkait dengan

Lampiran A - Uraian Substansi

82

Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

b) Perjalanan Dinas dalam Batas Kabupaten/ Kota

Perjalanan Dinas dalam Batas Kabupaten/Kota meliputi:

• Untuk petugas kesehatan Puskesmas,

Puskesmas Pembantu, Poskesdes/Polindes yang dalam melaksanakan upaya kesehatan

karena kondisi geograis memerlukan perjalanan

lebih dari 8 (delapan) jam pulang pergi atau menginap di lokasi;

• Untuk petugas kesehatan Puskesmas,

Puskesmas Pembantu, Poskesdes/Polindes menghadiri rapat/pertemuan/konsultasi ke Kabupaten/Kota yang terkait BOK yang karena

kondisi geograis memerlukan perjalanan lebih

dari 8 (delapan) jam atau harus menginap di lokasi rapat/pertemuan/konsultasi di Kabupaten/ Kota;

• Perjalanan dinas lainnya bagi Petugas

Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poskesdes/ Polindes terkait dengan kegiatan BOK.

c) Pembelian/Belanja barang

Belanja meliputi:

• Pembelian/belanja barang untuk mendukung

pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan promotif dan preventif ke luar gedung yang dapat berupa bahan PMT Penyuluhan, bahan PMT Pemulihan, bahan penyuluhan/KIE yang diperlukan dan konsumsi pertemuan;

• Pembelian/belanja barang untuk mendukung

pelaksanaan manajemen Puskesmas,

manajemen pengelolaan keuangan BOK, Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD), yang dapat berupa belanja ATK, biaya administrasi perbankan, pembelian materai, fotocopy, dan pembelian konsumsi.

Dana BOK di Puskesmas tidak boleh dimanfaatkan untuk:

Upaya kuratif dan rehabilitatif;Gaji, uang lembur, dan insentif;Pemeliharaan gedung (ringan, sedang

dan berat);

Pemeliharaan kendaraan (ringan, sedang dan berat);

Biaya listrik, telepon, dan air;

Pengadaan obat, vaksin, reagensia dan alat kesehatan;

Biaya transportasi rujukan pasien.

Pemanfaatan dana BOK untuk kegiatan Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu harus berdasarkan hasil perencanaan yang disepakati dalam Lokakarya Mini Puskesmas, yang diselenggarakan secara rutin/periodik sesuai kondisi wilayah kerja Puskesmas. Kualitas perencanaan BOK yang disusun ini akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya program kesehatan yang dijalankan. Hal ini bisa dipahami karena tanpa dukungan dana yang memadai akan sangat sulit bagi pelaksana untuk menjalankan semua aktivitas dengan baik.

Sebagai upaya untuk memperoleh hasil

penyusunan perencanaan itu sendiri. Partisipasi berbagai pihak yang terkait merupakan unsur penting bagi tersusunnya perencanaan yang komprehensif, relevan dan aplikatif. Dengan demikian diharapkan berbagai masalah yang dihadapi Puskesmas dapat diselesaikan secara tepat.

Oleh karena itulah dalam kerangka pencapaian target program Persalinan Aman, IMD dan ASI Ekslusif sebagai determinan penurunan AKI dan AKB, beberapa upaya promotif dan preventif terkait dengan hal tersebut sangat penting untuk mendapat prioritas pendanaan BOK.

3.6 Perencanaan dan pengawasan BOK

yang partisipatif

Setelah menerima SK alokasi dana BOK, Puskesmas segera menyelenggarakan rapat lokakarya mini Puskesmas, untuk menyusun Plan of Action (POA) tahunan yang bersumber dana BOK dan sumber lain. Berdasarkan POA tahunan yang telah tersusun, selanjutnya Puskesmas menetapkan POA yang akan dilaksanakan pada tahap pertama bersumber dana BOK dengan periode kegiatan satu bulan atau beberapa bulan ke depan, untuk diusulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk proses pencairan dana.

Proses penyusunan rencana kegiatan BOK hendaknya dilakukan dengan melibatkan unsur masyarakat, terutama pada fase assessment dan penyusunan alternatif kegiatan, agar rencana kegiatan yang dihasilkan lebih komprehensif dan sesuai dengan permasalahan lokal. Pelibatan unsur masyarakat dapat diwakili oleh MSF pada saat

minilokakarya berkala yang diselenggarakan oleh puskesmas.

Demikian juga pada saat pelaksanaannya, masyarakat diharapkan dapat ikut memantau pelaksanaan kegiatan, terutama menyangkut alokasi dan realisasi penggunaan dana.

3.7 Laporan pertanggungjawaban yang

transparan dan akutabel

Puskesmas dan dinas kesehatan sebagai pengelola dan pengguna dana BOK wajib membuat laporan pertanggungjawaban atas pemanfaatan dana BOK yang menjadi kewenangannya. Laporan pertanggungjawaban adalah laporan yang dibuat bendahara pengeluaran atas uang yang dikelolanya sebagai pertanggungjawaban pengelolaan uang. Untuk melakukan penilaian keberhasilan pencapaian program dan laporan keuangan maka puskesmas dapat melakukan penilaian secara periodik yang dapat terintegrasi dengan rapat lokakarya mini di Puskesmas. Hasil penilaian berupa laporan secara periodik sesuai dengan format yang disepakati.

Pelaporan BOK dari kabupaten/kota dikirim ke sekretariat Kementerian Kesehatan dan ditembuskan ke sekretariat BOK Dinas Kesehatan Provinsi. Pencatatan dan pelaporan ini disusun mulai dari puskesmas, kabupaten/kota dan provinsi. Pencatatan dan pelaporan yang dibuat dan

dikirimkan adalah:

1. Pencatatan hasil pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Hasil pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh

Lampiran A - Uraian Substansi

84

Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

Puskesmas dan jaringannya dicatat dalam buku register yang sudah ada.

2. Pencatatan pemanfaatan dana BOK. Pencatatan pemanfaatan dana BOK dibuat dalam buku keuangan tersendiri, dilengkapi dengan bukti pengeluaran dan tanda terima dana oleh petugas yang melaksanakan kegiatan. 3. Pelaporan pelaksanaan pelayanan kesehatan

secara menyeluruh. Hasil pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas dan jaringannya direkapitulasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menggunakan format SP2TP/ SP3.

4. Pelaporan keuangan BOK. Pelaoran keuangan di tingkat Puskesmas berupa laporan pencairan dan pemanfaatan dana BOK.

5. Laporan tahunan. Laporan tahunan BOK disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi setiap tahunnya.

Adanya berbagai ketentuan tersebut dimaksudkan untuk menjamin adanya akuntabilitas dalam pemanfaatan dana BOK yang merupakan amanat undang-undang bagi kesehatan rakyat Indonesia. KINERJA mendorong akuntabilitas dan transparansi

pemanfaatan dana BOK ini melalui intensiikasi

peran MSF agar lebih terlibat aktif mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, hingga monitoring dan evaluasi.

Dalam dokumen b583809b 15bf 40b3 9702 1f00804fa7f3 (Halaman 81-86)