• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan

Dalam dokumen b583809b 15bf 40b3 9702 1f00804fa7f3 (Halaman 54-59)

1. Pengantar

a) Fasilitator membuka sesi dengan menjelaskan pendekatan khusus yang digunakan oleh KINERJA dalam mengelola program IMD dan ASI Eksklusif dengan lebih baik, yaitu dengan memperhatikan keseimbangan unsur supply dan demand. Untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang KINERJA, ada baiknya terlebih dahulu disampaikan gambaran sekilas tentang program KINERJA, khususnya bidang kesehatan. b) Fasilitator menjelaskan desain kegiatan

secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 1 hari, dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Materi yang akan dibahas tentang program KINERJA bidang kesehatan yang

meliputi IMD dan ASI Eksklusif dengan penekanan khusus pada pendekatan KINERJA tersebut termasuk Peran pemangku kepentingan (Multi Stakeholder Forum-MSF) di tingkat Puskesmas dan masyarakat.

c) Fasilitator melakukan bina suasana untuk mencairkan situasi sebelum memulai pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan misalnya: perkenalan, mapping harapan peserta dan motivation game.

d) Melaksanakan self-assessment untuk memetakan kondisi daerah terkait pelaksanaan program Inisiasi Menyusu Dinidan ASI Eksklusif. Hasil pemetaan awal ini dapat digunakan sebagai entry point

dalam menyusun langkah perbaikan, yaitu

dengan menerapkan pendekatan spesiik

yang dikembangkan KINERJA.

2. Proses pelatihan

a) Fasilitator atau nara sumber menyajikan materi sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan. Gunakan media pembelajaran

yang sesuai untuk memudahkan

penangkapan peserta. Bahan presentasi dapat menggunakan bahan yang tersedia

dalam modul ini. Gunakan metode interaktif,

dengan mengutamakan peran aktif dari seluruh peserta. Minta peserta untuk menyampaikan pendapatnya terkait dengan topik yang tengah dibahas.

b) Beri kesempatan kepada setiap peserta untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan dulu komentar atas pertanyaan peserta 2 x 45 menit

Penyajian materi: Strategi

Pendekatan Kinerja Dalam Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif Diskusi dan tanya jawab

2 x 45 menit

Penyajian materi: Peran pemangku kepentingan (Multi Stakeholder Forum-MSF) dalam pengelolaan program Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif di tingkat Puskesmas dan masyarakat.

Diskusi dan tanya jawab

1 x 45 menit Rencana tindak lanjut Penutupan

kepada peserta yang lain, agar suasana diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas fasilitator adalah memfasilitasi proses diskusi dan mengarahkan jika ada proses diskusi yang menyimpang.

Rincian aktivitas per sesi adalah sebagai berikut:

i. Sesi I: Sudah dijelaskan dalam pengantar

ii. Sesi II: Minta peserta untuk membentuk kelompok dan mendiskusikan kondisi daerah terkait dengan pelaksanaan program Persalinan Aman. Beberapa hal yang bisa disoroti diantaranya: tingkat pencapaian target, keterlibatan unsur masyarakat dan stakeholder yang lain dalam program, serta hambatan dan peluang program.

iii. Sesi III: Nara sumber menyajikan materi tentang Strategi Pendekatan Kinerja Dalam Persalinan Aman. Beberapa point yang perlu mendapat penekanan khusus adalah: konsep governance, keseimbangan sisi demand dan supply, dan kesetaraan gender dalam program. Tampilkan contoh praktek baik yang telah ada dari berbagai daerah untuk menginspirasi peserta.

iv. Sesi IV: Nara sumber menyajikan materi tentang Peran pemangku kepentingan (Multi Stakeholder Forum-MSF) dalam pengelolaan program Persalinan Aman ditingkat Puskesmas dan masyarakat. Uraikan secara jelas bentuk partisipasi

yang bisa dilakukan oleh MSF serta dasar hukum yang mengatur tentang hal tersebut.

3. Penutup

Setelah semua sesi berakhir, susun rencana tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan kontribusi aktif peserta. Rencana tindak lanjut yang dimaksud berupa uraian langkah konkrit yang akan dilakukan baik oleh OMP, LPSS, MSF, maupun Puskesmas dan Dinas Kesehatan untuk mulai menerapkan beberapa pendekatan KINERJA tersebut dalam menjalankan program Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif. Selanjutnya fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab, serta menekankan kembali beberapa hal yang akan dilakukan sesuai dengan rencana tidak lanjut yang telah disusun.

Uraian Substansi

1. Program USAID-KINERJA

USAID-KINERJA adalah program bantuan teknis untuk 24 kabupaten/kota di 5 provinsi di Indonesia. Sampai dengan tahun 2013, terdapat 5 provinsi yang menjadi wilayah kerja USAID-KINERJA yaitu Aceh, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Jawa Timur, dan Papua. Program USAID-KINERJA dalam modul ini difokuskan pada pengembangan tata kelola

Lampiran A - Uraian Substansi

54

Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

pemerintahan khususnya di aspek pelayanan publik pada bidang kesehatan kecuali Papua.

Sesungguhnya konstitusi menjamin hak warga dalam pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 terutama pasal 28H dan pasal 34 ayat (3). Selanjutnya diturunkan peraturan lebih implementatif melalui Undang-Undang Pelayanan Publik (UU No 25 tahun 2009). Walaupun sebelumnya sudah terbit beberapa peraturan Kementerian Aparatur Negara dalam peningkatan pelayanan publik terutama pada fasilitas pemerintah.

Pentingnya penekanan pada fasilitas pemerintah karena fasilitas pemerintah merupakan fasilitas kesehatan yang tidak memiliki risiko ketika fasilitasnya tidak dikunjungi oleh masyarakat. Bahkan sangat menguntungkan bagi pegawai negeri karena tidak banyak kerja dan tidak menambah laporan. Pada sisi lain, fasilitas kesehatan pemerintah secara tidak sadar masih terpengaruh oleh pola pikir masa kolonial Belanda.

Pada masa itu, penduduk Indonesia (lander) harus memberi penghormatan yang besar kepada pemberi layanan karena layanan itu adalah anugerah dari bangsa kolonial. Akibatnya, petugas pemberi layanan susah mendengar keluhan, berperilaku seenaknya dan tidak jelas berbagai pelayanan.

Era desentralisasi diharapkan terjadi perubahan ini tetapi tidak terjadi karena pemerintah daerah

masih turut terpengaruhi pula pola pikir yang sama. Namun era demokrasi ini harus didorong ke arah tata kelola yang baik. Karena dampak utama dari demokrasi adalah pelayanan publik yang baik. Sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Penataan tatakelola pemerintahan yang baik (good governance) dalam pelayanan publik dengan menerapkan beberapa unsur tatakelola yaitu partisipasi, transparansi, daya tanggap dan akuntabilitas.

2. Dasar Desain Program

Persalinan Aman, Inisiasi

Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif

Paket dukungan KINERJA dalam bidang kesehatan meliputi Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif. Program kesehatan ibu dan anak (KIA) memang merupakan salah satu prioritas pembangunan kesehatan nasional dan menjadi salah satu indikator utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) membuat pemerintah menempatkan upaya penurunan AKI dan AKB sebagai program prioritas nasional. Oleh karena itu prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia sampai saat ini masih fokus pada program kesehatan ibu dan anak. Meskipun demikian, ‘empat faktor

terlambat’ yang mempengaruhi kematian ibu, yaitu (1) terlambat mengenal tanda bahaya sejak dini; (2) terlambat membuat keputusan karena hambatan budaya, gender, dan ekonomi; (3) terlambat mencapai fasilitas kesehatan; dan (4) terlambat penanganan oleh petugas kesehatan masih belum berubah. Capaian indikator SPM Kesehatan untuk cakupan pemeriksaan kehamilan pertama dan terkahir (disingkat K1 dan K4), persalinan oleh tenaga kesehatan, dan persalinan di fasilitas kesehatan di banyak daerah di Indonesia juga masih rendah.

Walaupun berstatus sebagai negara berpenghasilan menengah, Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka kematian ibu tertinggi di Asia Tenggara yaitu 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup1.

Target MDG Indonesia adalah 102 per 100.000.

RISKESDAS (2010) melaporkan bahwa hanya 61,4% ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan di petugas kesehatan, dan hanya 82,4% persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Cakupan pelayanan sangat berbeda-beda di seluruh Indonesia di mana daerah pedesaan seringkali jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah perkotaan.

Kementerian Kesehatan telah menerapkan empat aspek strategi WHO untuk Menjadikan Kehamilan Lebih Aman:

1) Memperbaiki akses dan perawatan yang berkualitas;

2) Membangun kemitraan lintas program dan lintas sektor;

3) Mendorong keterlibatan masyarakat, termasuk perempuan dan keluarga; dan 4) Meningkatkan pengawasan manajemen,

dan memperbaiki sistem informasi, pemantauan dan pembiayaan.

Peningkatan yang dramatis pada MDG 4

mengenai ‘menurun kematian anak’ dapat dicapai melalui penerapan dua strategi: pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini, dan pemberian ASI Eksklusif bagi bayi yang berumur enam bulan ke bawah. IMD juga dapat mengurangi 22% kematian bayi dengan mencegah penyakit diare dan penyakit infeksi lainnya. Menurut RISKESDAS 2010, angka ASI Eksklusif hanya mencapai 15,3% sedangkan angka IMD mencapai 29,3%. Indonesia menghadapi cukup banyak tantangan di bidang ini, termasuk minimnya promosi IMD dan ASI Eksklusif di semua tingkatan; budaya yang sering memberikan makanan tambahan sejak dini; promosi susu formula bayi oleh petugas kesehatan; dan kurangnya fasilitas pojok laktasi bagi ibu yang menyusui di tempat-tempat umum dan tempat kerja. Berbagai upaya penurunan kematian bayi, seperti pemberian ASI Eksklusif di negara-negara berkembang ternyata mampu

1. TEMPO, 26 September 2013. ‘Menkes Kaget Angka Kematian Ibu Bayi Masih Tinggi’, http://www.tempo.co/read/ news/2013/09/26/060516873/Menkes-Kaget-Angka-Kematian-Ibu-Bayi-Masih-Tinggi

Lampiran A - Uraian Substansi

56

Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

menurunkan secara tajam angka kematian bayi dengan menurunkan penyakit diare dan infeksi lainnya.

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan kebijakan tentang ASI Eksklusi yaitu PP 33/2012 tentang Air Susu Ibu. Namun, jauh sebelumnya, kebijakan pemberian ASI Eksklusif telah diatur dalam Permenkes 450/MENKES/SK/VI/2004 tentang ASI Eksklusif, Peraturan Bersama Menteri Negera Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (MenegPP dan PA), Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Mennakertrans), dan Menteri Kesehatan No: 48/MEN.PP/XII/2008, Per27/MEN/XII/2008 dan 1177/MENKES/PB/XII/2008 mengenai pemberian ASI Eksklusif di tempat kerja, namun dalam pelaksanaan belum berjalan dengan semestinya.

Proyek KINERJA mendukung upaya Pemerintah

Indonesia untuk mencapai MDG 4 tentang Kesehatan Anak dan MDG 5 tentang Kesehatan

Ibu pada tahun 2015. Meskipun terdapat peningkatan di sektor kesehatan masyarakat selama beberapa tahun terakhir, pengurangan angka kematian ibu dan bayi baru lahir masih sangat lambat. KINERJA mendukung paket kesehatan yang mendorong pemeriksaan kehamilan sejak dini dan lebih berkala melalui program Persalinan Aman, serta paket kesehatan yang mendorong peningkatan kesadaran dan advokasi untuk mempromosikan IMD dan ASI Eksklusif. Intervensi ini sederhana namun ampuh untuk mengurangi penyakit

anak dan menganjurkan nutrisi sehat, sekaligus mendorong tercapainya penurunan angka kematian bayi. Strategi peningkatan cakupan IMD dan ASI Eksklusif dibahas dalam panduan pendampingan lain.

Dalam upaya peningkatan pelayanan publik sektor kesehatan ini mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan sebagai ukuran kinerja utama dalam pelaksanaan pelayanan sektor kesehatan. Perencanaan pencapaian SPM kesehatan secara khusus dibahas dalam Modul Perencanaan Pencapaian SPM Kesehatan.

Berdasarkan tinjauan teori dan konsultasi kabupaten/kota maka disusun beberapa kegiatan yaitu:

a) Penguatan Kebijakan Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif; b) Penguatan Partisipasi Masyarakat melalui

Multi-Stakeholder Forum yang mampu melakukan monitoring, mediasi, dan advokasi;

c) Peningkatan Manajemen Puskesmas: a. Manajemen organisasi (planning

dan budgeting [APBD, BOK] yang partisipatif, transparan dan akuntabel) b. Manajemen program (Kemitraan bidan

dan dukun, sistem informasi kesehatan [kantung persalinan])

c. Manajemen Pelayanan (Janji Perbaikan Layanan, Pengelolaan Pengaduan, SOP, dan Standar Layanan); dan

d) Peningkatan Pemahaman Masyarakat terhadap kesehatan ibu dan anak melalui strategi promosi yang partisipatif (dengan keterlibatan pimpinan daerah, Kementerian Agama, Dinas Pendidikan, tokoh budaya, media, dan lainnya).

3. Strategi Pendekatan KINERJA

dalam Persalinan Aman

Program KINERJA memiliki dua sisi yaitu sisi pengguna layanan dan masyarakat (demand) dan sisi penyedia layanan (supply). Kedua sisi itu akan fokus pada prinsip-prinsip tata kelola yang baik (good governance). Pada sisi demand, KINERJA meningkatkan kepedulian, partisipasi dan keterlibatan masyarakat terhadap kualitas pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah yang disebut sebagai insentif. Pada sisi supply, KINERJA meningkatkan kemampuan pemberi layanan untuk pengelolaan pelayanan berbasis inovasi, yaitu praktik yang baik yang disebut sebagai inovatif. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) melaksanakan kegiatan, dan mendokumentasi dan mereplikasi praktek yang baik dari hasil pendampingan KINERJA.

a) Tata Kelola (governance) dalam

Dalam dokumen b583809b 15bf 40b3 9702 1f00804fa7f3 (Halaman 54-59)