SOSIAL EKOLOGI
3.4. Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisis Data
Dalam tahap ini ditetapkan : (a) faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan penyakit DBD di enam kecamatan penelitian; (b) data sekunder dan data
primer yang akan dikumpulkan untuk keperluan analisis deskriptif dan bivariat, analisis ISM, dan AHP; (c) teknik pengumpulan data masing-masing.
Adapun faktor-faktor dan aspek yang dianalisis dalam rangka membangun model kebijakan pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Indramayu yaitu tertera dalam Tabel 3.
Tabel 3. Faktor-faktor dan aspek yang dianalisis dalam membangun model kebijakan pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Indramayu
Data sekunder yang diperlukan untuk analisis deskriptif dan bivariat ialah data faktor-faktor atau aspek lingkungan, kependudukan, layanan kesehatan, dan vektor penyakit DBD seperti tertera dalam Tabel 3.
Data primer yang diperlukan untuk analisis deskriptif dan bivariat ialah seperti tertuang dalam Tabel 4.
1. Lingkungan
• Rumah tangga
• Air bersih /air minum
• Curah hujan/suhu udara/ kelembaban udara
• Sampah/air limbah rumah tangga
• Tanaman anti nyamuk Aedes aegypti
2. Kependudukan
• Pengetahuan, sikap, dan perilaku sehat masyarakat
• Pendidikan formal masya-rakat
• Pendapatan masyarakat 3. Layanan kesehatan
• Penanganan penderita pe-nyakit DBD • Penyuluhan kesehatan lingkungan • Bimbingan teknis kesehatan lingkungan 4. Vektor penyakit DBD • TPA /TPN
1.Kesehatan rumah tangga
2.Perolehan air bersih/ air minum rumah tangga
3.Angka curah hujan, suhu udara, dan kelembaban udara
4.Pengelolaan sampah/ air limbah rumah tangga
5.Keadaan tanaman anti nyamuk
Aedes aegypti
6.Tingkat pengetahuan masyarakat tentang DBD
7. Sikap masyarakat terhadap pence- gahan penyakit DBD
8.Tingkat perilaku sehat masyarakat 9.Tingkat penyuluhan formal
masya-rakat
10. Tingkat pendapatan/pengeluaran per kalita keluarga masyarakat 11. Cakupan layanan penanganan
penderita penyakit DBD
12. Frekuensi layanan penyuluhan kesehatan lingkungan
13. Frekuensi layanan bimbingan teknis kesehatan lingkungan
14. Kebersihan TPA/keadaan TPN di dalam dan di luar rumah tangga
Faktor-faktor Aspek yang dianalisis Hasil
Model kebija
kan pengenda
lian penya
kit
Tabel 4. Perincian data primer yang diperlukan untuk membangun model pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Indramayu
Faktor Aspek Sumber
Kebijak-an pen-cegahan DBD
• Konsistensi kebijakan pengendalian DBD tingkat Pusat, Provinisi Jawa Barat, Kabu-paten Indramayu, dan enam Kecamatan penelitian
Hasil wawancara dengan pihak:
Depkes. R.I.; Dinas Kesehatan Provinisi Jawa Barat; Kabupaten Indramayu; dan PUSKESMAS di enam lokasi penelitian
Ling-kungan
• Hubungan antara kesehatan rumah tangga dengan kejadian DBD
Hasil analisis hubungan menggunakan uji Chi-square (dinilai signifikan jika p-value<alpha = 0,05)
• Hubungan antara perolehan air bersih/ air
minum rumah tangga dengan kejadian DBD Sama dengan atas (s.d.a.)
• Hubungan antara sampah rumah tangga
dengan kejadian DBD Sama dengan atas (s.d.a.)
• Hubungan antara air limbah rumah tangga
dengan kejadian DBD Sama dengan atas (s.d.a.)
• Hubungan antara curah hujan, suhu dan kelembaban udara dengan kejadian DBD
Hasil analisis hubungan dengan uji korelasi, regresi sederhana
Kepen-dudukan
• Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang DBD dengan kejadian DBD
Hasil analisis hubungan menggunakan uji Chi-square (dinilai signifikan jika
p-value<alpha = 0,05)
• Hubungan antara sikap penduduk dengan
kejadian DBD s.d.a.
• Hubungan antara tingkat PHBS masyarakat
dengan kejadian DBD s.d.a.
• Hubungan antara tingkat pendidikan formal
masyarakat dengan kejadian DBD s.d.a.
• Hubungan antara tingkat pendapatan
masyarakat dengan kejadian DBD s.d.a.
Layanan kesehat-an
• Hubungan antara mutu layanan penanganan
penderita DBD dengan kejadian DBD s.d.a.
• Hubungan antara frekuensi penyuluhan
ke-sehatan lingkungan dengan kejadian DBD s.d.a.
• Hubungan antara frekuensi layanan bimbingan teknis kesehatan lingkungan dengan kejadian DBD
s.d.a.
Vektor DBD
• Hubungan antara kebersihan TPA di dalam dan di luar sekitar rumah tangga dengan kejadian DBD
s.d.a.
Untuk menampung data primer yang tertera dalam Tabel 4 maka dipersiapkan kuesioner bagi responden masyarakat dan responden dinas/instansi.
Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara deskriptif dan bivariat. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi, uji regresi, dan uji
Chi-square (χ2).
Data primer untuk keperluan ISM yang dikumpulkan dari responden pakar ialah mencakup sub-elemen sub-elemen dari elemen ”tujuan”, ”kriteria”, dan ”strategi” pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Indramayu.
Adapun perincian sub elemen dari elemen “Tujuan” pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Indramayu ialah seperti tertera dalam Tabel 5.
Tabel 5. Elemen dan sub elemen “Tujuan” pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Indramayu
Elemen Sub elemen
• Kabupaten Indramayu bebas penyakit DBD
1. Pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam rangka pencegahan penyakit DBD berkembang positif. (ST-1)
2. Keadaan rumah tangga masyarakat dan lingkungannya bersih dan sehat. (ST-2)
3. Tercukupinya kebutuhan air bersih dan air minum masyarakat sesuai dengan jumlah dan mutu yang diharapkan. (ST-3)
4. Angka bebas jentik di semua desa 100%. (ST-4)
5. Kerjasama lintas program dan sektoral dalam pencegahan penyakit DBD di semua tingkat administrasi pemerintahan berkembang positif. (ST-5)
• Meningkatnya kenyamanan atau ketenteraman masyarakat
6. Terwujudnya sistem kewaspadaan dini dalam rangka pencegahan penyakit DBD. (ST-6)
7. Terwujudnya mutu layanan PUSKESMAS dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD sesuai dengan kebutuhan masyarakat. (ST-7)
8. Berkembangnya lembaga sosial kesehatan masyarakat desa. (ST-8)
• Meningkatnya produktivitas kerja masyarakat
9. Tingkat kesakitan umum masyarakat terkendali. (ST-9) 10. Terwujudnya sistem dana sehat swadaya masyarakat
di desa. (ST-10)
Perincian sub elemen dari elemen ”Kriteria” pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Indramayu ialah seperti tertera dalam Tabel 6.
Tabel 6. Elemen dan sub elemen ”Kriteria” pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Indramayu
Elemen Sub elemen
• Teknologi
1.Dukungan teknologi penyuluhan kesehatan lingkungan. (SK-1) 2.Dukungan teknologi penyehatan lingkungan permukiman. (SK-2) 3.Dukungan teknologi pengembangan tanaman anti nyamuk Aedes
aegypti. (SK-3)
• Dana dan Sarana
4.Dukungan dana atau anggaran keuangan bantuan Pemerintah dalam rangka peningkatan penyuluhan kesehatan lingkungan. (SK-4)
5.Dukungan dana atau anggaran keuangan bantuan Pemerintah dalam rangka peningkatan penyehatan lingkungan permukiman (SK-5) 6.Dukungan dana atau anggaran keuangan bantuan Pemerintah dalam
rangka peningkatan pengembangan tanaman anti nyamuk Aedes
aegypti. (SK-6)
7.Sistem pendanaan swadaya masyarakat memadai untuk peningkatan kesehatan lingkungan. (SK-7)
8.Sarana penyuluhan kesehatan lingkungan memadai. (SK-8) 9.Sarana penyediaan air bersih dan air minum yang memadai. (SK-9) 10. Sarana pengolahan limbah padat dan limbah cair domestik yang
memadai. (SK-10)
11. Dana dan sarana surveilans dan epidemiologi serta penelitian dan pengembangan pencegahan DBD memadai. (SK-11)
12. Dana dan sarana sistem komunikasi dan informasi kesehatan yang memadai. (SK-12)
• Sumber-daya Manusia
13. Jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia sektor kesehatan di tingkat kabupaten dan kecamatan atau desa memadai. (SK-13) 14. Jumlah dan kualitas dukungan tenaga sektor non-kesehatan dalam
rangka pencegahan penyakit DBD memadai. (SK-14)
15. Jumlah dan kualitas dukungan individu, kelompok, dan masyarakat umum memadai. (SK-15)
• Edukatif
16. Penyuluhan kesehatan yang diselenggarakan bersifat gerakan pemberdayaan masyarakat melalui kemitraan: kesetaraan, keterbukaan, dan saling menguntungkan. (SK-16)
17. Penyuluhan kesehatan bersifat gerakan bina suasana melalui pendekatan individu, kelompok, dan masyarakat umum. (SK-17) 18. Penyuluhan kesehatan bersifat gerakan advokasi untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari stakeholders. (SK-18) 19. Penyuluhan kesehatan berdasarkan metode dan sarana
komunikasi yang sesuai dengan budaya lokal masyarakat. (SK-19)
20. Penyuluhan kesehatan berdasarkan pada data dan informasi yang riil. (SK-20)
Perincian sub elemen dari elemen “Strategi” pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Indramayu ialah seperti tertera dalam Tabel 7.
Tabel 7. Elemen dan sub elemen “Strategi” pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Indramayu
Elemen Sub elemen
• Peningkatan kesehatan lingkungan permukiman
1.Peningkatan mutu sanitasi ruang dan bangunan perumahan. (SS-1) 2.Peningkatan mutu pengelolaan limbah padat domestik. (SS-2) 3.Peningkatan mutu pengelolaan limbah cair domestik. (SS-3) 4.Peningkatan mutu pengelolaan air bersih/minum. (SS-4)
• Peningkatan kesiapan hidup sehat
masyarakat
5.Peningkatan kesiapan masyarakat dalam menerima penge-tahuan hidup sehat melalui penyuluhan kesehatan. (SS-5)
6.Peningkatan kesiapan masyarakat dalam mengembangkan sikap positif menuju hidup sehat. (SS-6)
7.Peningkatan kesiapan masyarakat untuk melakukan perubahan perilaku menuju hidup sehat. (SS-7)
8.Peningkatan kesiapan masyarakat untuk menegakkan hukum kesehatan dan lingkungan hidup. (SS-8)
• Peningkatan layanan kesehatan kepada masyarakat
9.Peningkatan mutu layanan pengobatan penyakit DBD oleh petugas kesehatan di Rumah Sakit dan PUSKESMAS. (SS-9)
10. Pengembangan standard operating procedure (SOP) pengobatan penyakit DBD di Rumah Sakit dan PUSKESMAS. (SS-10)
11. Peningkatan frekuensi penyuluhan kesehatan lingkungan kepada masyarakat oleh Pemerintah, khususnya Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, dan PUSKESMAS. (SS-11)
12. Pengembangan standard operating procedure (SOP) penyuluhan kesehatan lingkungan di Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, dan PUSKESMAS. (SS-12)
13. Peningkatan frekuensi bimbingan teknis kesehatan lingkungan kepada masyarakat oleh Dinas Kesehatan dan PUSKESMAS. (SS-13)
14. Pengembangan standard operating procedure (SOP) bimbingan teknis kesehatan lingkungan kepada masyarakat di Dinas Kesehatan dan PUSKESMAS. (SS-14)
• Pengendalian vektor penyakit DBD
15. Peningkatan sistem kewaspadaan dini dan pengendalian DBD oleh tim koordinasi lintas sektoral. (SS-15)
16. Peningkatan kegiatan surveilans dan epidemiologi. (SS-16)
17. Pengembangan ikan pemakan jentik nyamuk Aedes aegypti. (SS-17)
18. Gerakan kebersihan TPA rutin di masyarakat (SS-18)
19. Gerakan kebersihan TPA rutin di fasilitas umum dan sosial. (SS-19)
20. Pengembangan tanaman anti nyamuk.(SS-20)
Untuk menampung data keperluan anaisis berdasarkan ISM ini dibuat
Structural self interaction matrix (SSIM) termasuk Reachability matrix (RM) berdasarkan notasi V (1,0), A (0,1), X (1,1), dan O (0,0). Semua sub-elemen dari
elemen tujuan, kriteria, dan strategi dituangkan dalam SSIM, untuk kemudian dinilai oleh responden. Dengan demikian jumlah SSIM yang akan dinilai oleh responden ada tiga, yaitu matriks tujuan, kriteria, dan strategi.
Data primer untuk keperluan AHP didasarkan pada elemen-elemen yang termasuk dalam struktur hierarki antar elemen pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Indramayu yaitu: level 1, Fokus yaitu Kebijakan pengendalian penyakit DBD di Kabupaten Indramayu; level 2, Aktor yaitu (1) Pemerintah Kabupaten Indramayu, (2) Pemerintah Kecamatan : Sindang, Indramayu, Jatibarang, Terisi, Sukagumiwang, dan Tukdana, (3) Pemerintah Desa/Kelurahan di Kecamatan Sindang, Indramayu, Jatibarang, Terisi, Sukagumiwang, Tukdana, dan (4) Lembaga Kemasyarakatan; level 3, Faktor yaitu lingkungan, kependudukan, layanan kesehatan, dan vektor penyakit; level 4, Tujuan yaitu (1) Kabupaten Indramayu bebas penyakit DBD, (2) meningkatnya kenyamanan/ ketenteraman masyarakat, dan (3) meningkatnya produktivitas kerja masyarakat; level 5, Kriteria yaitu (1) Teknologi, (2) Dana dan sarana, (3) Jumlah dan mutu sumber daya manusia, dan (4) Edukatif ; level 6, Strategi yaitu (1) Peningkatan kesehatan lingkungan permukiman, (2) Peningkatan kesiapan hidup sehat masyarakat, (3) Peningkatan layanan kesehatan kepada masyarakat, dan (4) Pengendalian vektor penyakit DBD.