• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penokohan dalam Kedua Novel

Dalam dokumen DISSERTATION REPRESENTASI PERLAWANAN PR (Halaman 126-158)

REPRESENTASI MASYARAKAT HINDIA BELANDA DALAM KARYA SASTRA KOLONIAL DAN PASCAKOLONIAL

12 L Perjuangan Minke Melawan Hukum Kolonial Belanda: Kegagalan Minke Mempertahankan Istrinya

2.3.2 Penokohan dalam Kedua Novel

Tabel 5 Penokohan DSK dan BM

Novel BM Novel DSK

Nama Tokoh Penampilan Nama Tokoh Penampil-an tokoh utama Minke; ia menjadi tokoh utama Ditampilkan melalui narasi diri sendiri

Residen Van Oudijck adalah

Sebagian besar

115 sekaligus narator . Ia berasal dari keluarga bangsawan Jawa, bersekolah di HBS, kemudian beristrikan

Annelies, putri Nyai Ontosoroh (focalizer-character) dan lewat fokalisasi tokoh lain tokoh utama ; sebagai residen ia membawahi kota fiktif Labuwangi, Jawa Timur. Tokoh ini berusaha mengangkat keluarga bangsawan Jawa ke posisi tinggi perwatakan ditampilkan oleh narator eksternal; kadang-kadang oleh fokalisasi tokoh lain tokoh utama Sanikem/Nyai Ontosoroh Ditampilkan oleh narator internal (Minke) dan lewat narasi diri sendiri yang disarikan dan difokalisasi oleh tokoh lain

Leoni van Oudijck (istri residen van Oudijck). Perwatak-an disam-paikan oleh narator eksternal Figur-an Tuan Mellema, Annelies Mellema, dan Robert Mellema. Ditampilkan oleh narator internal (Minke) dan lewat narasi diri sendiri yang disarikan dan difokalisasi oleh tokoh lain

Theo van Oudijck, Doddy van Oudijck, dan Addy de Luce.

Perwatak-an di-sampaikan oleh narator eksternal Figur-an

Jean Marais, Tuan

Asisten Residen Herbert de la Croix, Magda Peters Ditampilkan oleh narator internal (Minke) dan lewat narasi diri sendiri yang disarikan dan difokalisasi oleh tokoh lain

Eva Eldersma dan Onno Eldersma (suami-istri) Perwatak-an disam-paikan oleh narator eksternal baik secara dramatik maupun non dramatik Anta-gonis Ir. Maurits Mellema Ditampilkan oleh narator internal (Minke) dan difokalisasi oleh tokoh lain. Narator (Minke) tidak pernah bertenu dengan tokoh ini

Bupati Soenario (yang telah

dianggap adik oleh Van Oudijck) dan keluarganya Perwatak-an disam-paikan oleh narator eksternal

116 Novel DSK menampilkan tokoh utama orang-orang Belanda: Residen Otto van Oudijck dan istrinya Leoni van Oudijck, sementara BM mengambil orang pribumi, Minke dan Nyai Ontosoroh. Tokoh antagonisnya juga berkebalikan; dalam DSK pribumi, bupati Soenario menjadi tokoh lawan residen Van Oudijck dan BM mengangkat lelaki Belanda, Ir. Maurits Mellema.

Tokoh protagonis dan antagonis dalam kedua novel memiliki kedekatan hubungan. Ayah Bupati Soenario dan Van Oudijck memiliki hubungan akrab, layaknya 'bapak dan anak', sehingga Van Oudijck menganggap Soenario semacam 'saudara muda'. Tokoh protagonis dalam BM adalah 'anak tiri' Nyai Ontosoroh.

Menarik, membahas tokoh-tokoh dalam kedua novel. Kebanyakan tokoh yang ditampilkan adalah tokoh bulat yang sikapnya berubah-ubah. Dua novel ini memang bukan dongeng yang menetapkan tokoh baik dan tokoh jahat. Kedua novel tiada henti-hentinya menyajikan dialog dalam diri mereka; tokoh yang dipenuhi sikap mendua atau ragu-ragu bertebaran dalam kedua novel. Residen Van Oudijck memiliki pro kontra terhadap Hindia Belanda dan manusia yang tinggal di dalamnya: waktu tertentu positif dan waktu yang lain negatif. Minke yang mengagungkan pendidikan Eropa dan mengritik feodalisme Jawa menjadi sangat terluka ketika kekurangan orang Jawa disebut-sebut.

Sikap ragu-ragu, mendua dan karakter labil juga dimiliki oleh golongan anak-anak muda berdarah Indo, baik dalam DSK maupun BM. Theo van

117 Oudijck yang berwajah totok mirip bapaknya justru merasakan kebencian pada bapaknya yang dinilainya tidak memiliki kecintaan murni pada tanah Hindia-Belanda seperti dirinya. Sebaliknya, Robert Mellema sangat membenci ibunya Nyai Ontosoroh sebagai gambaran kebenciannya kepada darah pribumi yang mengalir dalam dirinya.

Tabel 6 Pencitraan ‘Wong Jawa’ dan ‘Wong Landa” Pencitraan 'Wong Jawa' 'Wong Landa'

DSK BM DSK BM Rajin/pe-kerja keras Almarhum bupati Adiningrat; dia adalah sosok yang mau bekerja keras dengan pejabat Belanda Minke, Nyai Ontosoroh. Kedua tokoh dalam lingkungan elite Hindia Belanda dinilai memiliki kualitas kemampuan setara orang Eropa: pintar dan juga lancar berbahasa Belanda. Van Oudijck dan bawahan-nya Onno Eldersma (dan juga istrinya, Eva) Magda Peters, asisten residen de la Croix

Malas Bupati Ngajiwa Kemalasan

orang Jawa untuk inovasi dianalogkan dengan bunyi gamelan yang mengulang-ulang. Pencitraan difokalisasikan oleh asisten residen De la Croix Istri residen (Leoni); dia tidak pernah mau menangani kegiatan sosial yang menjadi tanggung jawabnya. Semuanya diserahkannya kepada Eva, istri sekretaris Oudijck. Hobinya

berbelanja dan merawat diri

118 dan keluarganya;

orang Jawa sibuk

dengan urusan 'petangan' (Sanikem=nama gadisOntosoroh) menggunakan gendam untuk memikat Tuan Londo.

Rasional Van Oudijck

Transparan/ Tertutup

Tokoh orang

Jawa yang tidak terbuka: Soenario dan keluarganya, pembantu di rumah Eva Eldersma Van Oudicjk mencitrakan diri sebagai sosok transparan pada akhirnya juga berahasia Poligami atau buaya darat atau main perempuan Bupati Ngajiwa, demikian disapa sesuai daerah kerjanya, digambarkan sebagai tokoh yang main perempuan Bangsawan Jawa; Minke dikatakan oleh temannya sebagai philogynik, seorang lelaki Jawa pastilah buaya darat Herman Mellema muncul sebagai laki-laki yang menyembunyi-kan perkawinannya terdahulu Penjudi/pe-mabuk Bupati Ngajiwa keluarga janda Addy de Luce - -

Orang Indo adalah orang yang dalam dirinya dialiri keturunan pribumi dan Eropa. Dengan kondisi ini, muncul juga interaksi budaya pribumi dan Eropa. Budaya yang dihasilkan disebut Bhabha sebagai hibriditas. Apakah mereka cenderung mengikuti citra Eropa: transparan, pekerja keras, rasional atau citra pribumi: malas, takhayul, berahasia. Berikut gambaran tokoh Indo dan pencitraannya dalam kedua novel.

119 Tabel 7 Pencitraan Orang Indo dalam Kedua Novel

Pencitraan Orang Indo DSK BM

Rajin/pekerja keras - Annelies Mellema Malas Theo van Oudijck Robert Mellema Takhayul Doddy van Oudijck

sering merasa melihat hantu 'de witte hadji' yang berujud Haji berbaju dan bertulban putih

Rasional - -

Berahasia Theo dan Doddy van Oudijck

Robert dan Annelies Mellema

Poligami atau buaya darat atau main perempuan

Theo van Oudijck yang berselingkuh dengan ibu tirinya, Leoni van Oudijck.

Addy de Luce

(berayahkan orang Eropa dan beribu putri keraton Solo) yang berpacaran dengan Doddy dan sejumlah gadis lain. Dia juga berselingkuh dengan Leoni.

Robert Mellema; dia telah memperkosa adik kandungnya.

Robert kemudian menjadi pengunjung tetap rumah plesiran babah Ah Tjong.

Penjudi/pemabuk - -

Kedua novel menempatkan tokoh Indo dalam citra yang 'miring', citra 'minder'. Annelies yang cantik jelita disosokkan sebagai pekerja keras, tetapi rapuh mentalnya. Addy de Luce adalah pemuda ganteng rupawan, tetapi tanpa otak dan juga malas, demikian dia ditampilkan.

120 2.3.3 Pembahasan Lanjut Peristiwa-Peristiwa Penting dalam Kedua Novel (DSK dan BM)

Cara bercerita kedua novel dapat dilihat perbedaannya dengan lebih jelas melalui pembuka dari setiap peristiwa (1, 2, 3 dan seterusnya) atau juga bab per bab.

Tabel 8 Kutipan Narasi oleh Narator Urutan

Peristiwa

Penceritaan BM Penceritaan DSK

3 RASANYA BELUM LAMA AKU

TERTIDUR. PUKULAN pada pintu kamarku membikin aku menggeragap bangun (bab7: 124)

Van Oudijck sangat senang karena istri dan anak-anaknya ingin berjalan-jalan, dan kereta sudah disiapkan (bab 1 bag.6 )18

4 AYAH DAN BUNDA SANGAT BANGGA

AKU MENDAPAT UN-dangan dari Tuan Asisten Residen Herbert de la Croix (bab 8: 161)

Berjarak limabelas pal dari Laboewangi, tigabelas dari Ngajiwa terletak pabrik gula Pacaram milik keluarga De Luce (bab III, bag 1 )19

6/8 DAN BAGAIMANA DENGAN ROBERT

MELLEMA? Menurut cerita orang-orang

Boerderij, juga menurut saksi-saksi serta terdakwa di depan sidang pengadilan di kemudian hari, kejadiannya adalah seperti yang kususun di bawah ini:( bab 9 :177).

Eva Eldersma dalam suasana kelemahan dan kemurungan hati; sepertinya suasana itu belum pernah dialaminya di Hindia Belanda (bab V, bag. 1).20

Berbagai peristiwa penting dalam kedua novel disandingkan dalam uraian berikut.

18Van Oudijck, pleizerig om zijn vrouw en kinderen, wilde gaarne toeren, en de landauer werd ingespannen.

19

Vijftien paal van Laboewangi, dertien paal van Ngajiwa lag de suikerfabriek Patjaram, van de familie de Luce

20Eva Eldersma was in een stemming van lusteloosheid en spleen als zij nog nooit in Indie had ondervonden.

121 (1) Misteri untuk tokoh utama Minke (BM) dan Van Oudijck (DSK)

Novel BM ini menggunakan sudut pandang orang pertama; tokoh utama Minke menjadi narator utama atau autodiegetic. Ada bagian narasi yang membiarkan tokoh lain bernarasi, tetapi narasi tersebut selalu dibuka dengan pengantar oleh Minke.

Di bawah ini jawaban-jawaban Babah Ah Tjong di depan Pengadilan, diucapkan dalam Melayu, dibelandakan oleh penerjemah tersumpah, dan setelah kususun sendiri menjadi begini: Pada waktu itu aku sedang berada di kantor rumah plesiranku (BM: 193 atau 188).

Minke memperkenalkan dirinya dan mengantar pembaca melihat kehidupan dan suasana di Hindia Belanda, terutama keadaan sekolahnya. Minke pada awal cerita, pada bab1 dari 20 bab, telah bertutur mengenai misteri diri sendiri; bab 1 ini hanya separuh halaman isinya.

ORANG MEMANGGIL AKU: MINKE!

Namaku sendiri...Sementara ini tak perlu kusebut-sebutkan. Bukan karena gila mysteri. Telah aku timbang: belum perlu benar tampilkan diri di hadapan mata orang lain. Pada mulanya catatan pendek ini aku tulis dalam masa berkabung: dia telah tinggalkan aku, entah untuk sementara entah tidak. (Waktu itu aku tak tahu bagaimana bakal jadinya). Hari depan yang selalu menggoda! Mysteri! Setiap pribadi akan datang padanya...(BM, hal.1; huruf tebal dari saya).

Cerita dalam novel ini telah dicatat dan disimpan oleh Minke untuk kemudian diceritakan kembali. Novel BM berisi memoar hidup Minke.

Tigabelas tahun kemudian catatan pendek ini kubacai dan kupelajari kembali, kupadu dengan impian, khayal. Memang menjadi lain dari aslinya. Tak kepalang tanggung. Dan begini kemudian jadinya (BM,

hal.1).

Perhatikan bagaimana peristiwa-peristiwa dalam Bumi Manusia disajikan! Berbeda dengan DSK, text-order yang digunakan BM lebih

122 kompleks. Peristiwa masa kini berbalik ke masa lalu dan kembali lagi ke masa kini secara berkali-kali.

BM dibuka dengan penuturan Minke, tokoh cerita utamanya tentang peristiwa yang menimpanya. BM semacam memoar dari Minke. Minke seorang pribumi bangsawan yang disekolahkan ke sekolah Belanda. Ketidaktahuan dan ketidakmampuannya berbahasa Belanda menyulitkannya. Karena jengkel seorang gurunya hendak memakinya dalam bahasa Inggris, ‘monkey’ yang berarti monyet.

Berbeda dengan BM, novel DSK dibuka dengan deskripsi tentang tempat tinggal residen lewat mata narator yang absen di luar cerita.

De volle maan, tragisch die avond, was reeds vroeg, nog in de laatste dagschemer opgerezen als een immense, bloed-roze bol, vlamde als een zonsondergang laag achter de tamarindebomen der Lange Laan en steeg, langzaam zich louterende van hare tragische tint, in een vage hemel op. (DSK: 5).

(Bulan purnama, tragis malam itu, sudah datang awal, muncul pada ujung senja hari, sebagai sesuatu yang maha besar, serupa bola merah jambu yang menyala-nyala, bagaikan matahari terbenam rendah di bawah pohon asam bulevar, yang perlahan memurnikan diri dari nuansa tragis di langit yang samar-samar, KD: 5 )

DSK sering disebut sebagai karya sastra yang menampilkan sosok residen Van Oudijck. Meskipun disebut sebagai drama Van Oudijck, novel ini juga berbicara mengenai konfrontasi antara Barat dan Timur (boleh dibaca sebagai Penjajah dan Terjajah). Di awal cerita konfrontasi itu ditampilkan samar-samar lewat adegan yang mengajak pembaca menyaksikan lingkungan residensi Labuwangi melalui acara jalan-jalan sore yang dilakukan residen

123 diiringi oleh penjaganya. Cara pandang residen, sebagai orang Belanda, terhadap laut berbeda dengan penjaganya, sebagai pribumi.

Senja hari itu residen Van Oudijck berjalan-jalan ke laut untuk mengirup udara segar. Di kota, atau di keresidenan, udara terasa pengap, malam tak berangin. Untuk pembantu laki-lakinya, seorang opas atau penjaga malam, tindakan itu adalah hal yang aneh. Laut adalah berbahaya terutama di waktu senja karena di sana ada roh-roh jahat. Laut dipenuhi roh-roh jahat yang setiap kali harus diberi sesaji. Tokoh cerita menyatakan pandangannya mengenai residen dan laut Jawa disambung oleh penceritaan narator terhadap si pembantu.

De zeegeesten waren nu om....Er zijn kaaimannen onder het water, en iedere kaaiman is een geest... Zie, daar heeft men aan ze geofferd, pisang en rijst en deng-deng en een hard ei op een vlotje van bamboe; onderaan bij het voetstuk van de vuurtoren..Wat doet de Kandjeng Toean nu hier..Het is hier niet goed, het is hier niet goed... tjelaka, tjelaka...En zijn spiedende ogen gleden op en neer langs de brede rug van zijn heer, die maar stond en uitzag...Waar zag hij naar toe...? Wat zag hij aanwaaien in de wind...? Zo vreemd, die Hollanders, vreemd...

(DSK : 11)

(Roh-roh jahat laut sekarang ada... dan buaya-buaya ada di bawah air, dan setiap buaya adalah roh jahat... Lihat ada korban untuk laut, pisang dan nasi, dan dendeng, dan sebuah telur matang keras pada rakit bambu ; di bawah itu, dekat penopang menara api.... Apa yang dilakukan Kanjeng di sini sekarang...Tempat ini tidak bagus....ini tidak bagus...celaka, celaka,...

Dan matanya mengintip, memperhatikan dari atas ke bawah pada punggung lebar tuannya yang hanya berdiri melihat kejauhan.... Apa yang dia lihat ?.... Apa yang dia lihat dalam tiupan angin? Begitu aneh orang-orang Belanda itu...aneh…(KD: 11-12)).

Bagi pembantunya, alam laut mengandung roh-roh jahat, makhluk yang tak kelihatan dan sulit dibuktikan keberadaannya secara logis. Sesuatu yang

124 selalu menjadi misteri. Bagi Van Oudijck, di awal cerita ini, dia tidak mengakui misteri.

die grote stevige man, praktisch, koel van denken, kort beslist van langdurige gezagsuitoefening, voelde misschien niet die donkere geheimzinnigheid drijven over de Indische avondstad ─ hoofdplaats van zijn gewest ─ maar hij voelde een begeerte naar tederheid (DSK: 9).

(laki-laki kekar itu, praktis, berpikir dingin, tegas karena lama bekerja sebagai penguasa dan pelaksana tugas kepemerintahan, mungkin tidak merasakan kerahasiaan gelap yang memasuki kota malam Hindia, ibukota wilayahnya, tetapi dia merasakan hasrat kemesraan (KD: 10)) .... de geheimzinnige weemoed der Indische zeeën, de opspokende

weemoed der zeeën van Java; de weemoed, die aanruist van verre als op suizende wieken van geheimzinnigheid. Maar zijn natuur was niet om zich over te geven aan mysterie. Hij ontkende het mysterie. (DSK : 10)

(kemurungan rahasia laut Hindia; kemurungan yang muncul dari laut Java; kemurungan yang mendesir dari jauh seperti sayap-sayap kerahasiaan yang berbisik sayup-sayup. Tapi nalurinya bukanlah untuk menyerah pada misteri. Dia tidak mengakui misteri (KD: 11)).

Baik Minke maupun Van Oudijck adalah dua tokoh yang menghadapi misteri, misteri kehidupan. Hari depan yang selalu menggoda adalah misteri bagi Minke; alam Jawa yang mistik akhirnya menjadi misteri bagi Van Oudijck, meskipun dia bukan orang yang mau mengakui misteri.

(2) Sanikem dan Leoni van Oudijck : dua wanita berseberangan jalan Gundik dan istri residen tentu saja memiliki intonasi dan nuansa berbeda bila diucapkan. Yang satu terhina dan yang lain terhormat. Sanikem telah dipaksa untuk menjadi gundik; dia menghilangkan kehinaannya dengan

125 menjadikan dirinya gundik yang pandai dan terhormat. Gundik yang kepintarannya bisa disandingkan dengan wanita Eropa. Leoni telah menduduki posisi terhormat dalam masyarakat. Istri residen yang berkebangsaan Eropa, cantik, putih pada masa itu jumlahnya terbatas. Namun, novel ini menampilkan wanita Eropa dalam karakter terhina : berselingkuh dengan banyak pria, berselingkuh dengan anak tirinya. Leoni digambarkan juga sebagai wanita yang malas dan senang melamun di atas ranjangnya.

Sanikem adalah nama gadis Nyai Ontosoroh, ibu mertua Minke yang kesohor di Wonokromo. Seorang wanita pribumi, seorang gundik, yang secara otodidak belajar bahasa dan tatacara Belanda, selalu berpakaian rapi berkebaya dan bersanggul; wanita pribumi yang bertangan dingin dalam mengurus perusahaan besar milik keluarga. Dia menjadi wanita kontroversial.

Leoni van Oudijck, wanita utama di residensi Labuwangi. Cantik, putih dan pirang, tinggi dan selalu berpakaian rapi menawan. Senyum selalu menghiasi wajahnya; senyum yang memaksa orang untuk membalasnya bagaimananpun mereka membicarakan kejelekannya di belakang Leoni. Sebagai istri residen, Leoni malas mengurus resepsi rutin di rumah residen, semua tugas diserahkannya kepada Eva, istri sekretaris. Sudah menjadi pembicaraan umum secara bisik-bisik bahwa Leoni berselingkuh dengan banyak laki-laki, bahkan dengan anak tirinya. Perselingkuhan yang tak diketahui suaminya karena residen ditampilkan sebagai pribadi yang

126 sederhana, yang hanya percaya apa yang dilihatnya. Sedikitpun dia tidak merasakan ketidakberesan hubungan istri dan anaknya.

Kisah Sanikem diceritakan oleh Minke setelah dia mendapatkannya lewat Annelies. “TAK DAPAT AKU MENAHAN KECUCUKANKU UNTUK MENGE-tahui siapa sebenarnya Nyai Ontosoroh yang hebat ini. Beberapa bulan kemudian baru kuketahui dari cerita lisan Annelies tentang ibunya. Setelah kususun kembali cerita itu jadi begini: “(BM: 75).

Sanikem adalah anak kedua dari keluarga Sastrotomo, seorang juru tulis. Jabatan yang sudah cukup tinggi pada waktu itu belum memuaskannya. Dia ingin menjadi juru bayar atau kasir pemegang kas pabrik gula Tulangan Sidoarjo. Pedagang akan menghormatinya. Tuan-tuan totok dan peranakan akan memberinya salam dalam bahasa Melayu. Meski telah bekerja rajin, pangkatnya tidak naik. Segala jalan pun ditempuhnya: dukun, jampi, bertirakat memutih, berpuasa Senin-Kamis. Dia juga mulai suka menjilat; dia menarik tuan-tuan Belanda agar berkunjung ke rumahnya; mereka dilayani dan disenangkannya. Semua itu menjadikan dia dikucilkan teman-temannya sedangkan jabatan impian tak kunjung datang.

Guna-guna juga muncul dalam BM melalui gendam ayah Sanikem kepada Tuan Administratur. Namun, gendamnya tidak berhasil. Jelas ini berbeda dengan novel DSK. Sastrotomo akhirnya sering mengunjungi kediaman Tuan Administratur dengan alasan membantunya di belakang. Pernah pula dia menawarkan wanita kepadanya sehingga marahlah Tuan Besar

127 dan mengancam akan memecatnya. Sejak itu masyarakat menertawakannya dan menyindir: “Jangan-jangan anaknya sendiri ditawarkan”.

Dan itu benar-benar terjadi. Berbulan-bulan kemudian Sastrotomo berhasil mengundang Tuan Administratur berkunjung ke rumahnya. Dimintanya Sanikem berdandan rapi dan menyuguhkan kopi. Tiga hari kemudian Sanikem harus mengemasi barang-barangnya dalam koper coklat penyok milik ibunya. Diiringi protes dan tangis ibunya sepanjang perjalanan, Sanikem berangkat ke rumah Tuan Kuasa Besar atau Tuan Administratur. Di depan Sanikem, ayahnya menerima sampul kertas dan juga selembar kertas yang kemudian ditandatanganinya. Kemudian hari Sanikem tahu sampul itu berisi uang dua puluh lima gulden, penyerahan Sanikem kepadanya, dan juga janji pengangkatan Sastrotomo menjadi kasir sesudah selesai masa magang. Pendek kata, Sastrotomo telah menjual dan menukar anaknya dengan jabatan impiannya.

Kelakuan ayahnya menjadikan Sanikem keras hati. Dia hanya bertekad untuk menjadi nyai yang baik, bertekad untuk tak tergantung siapapun. Bila Tuan Besar kembali ke Belanda, dia akan bisa hidup mandiri tanpa tergantung orang tuanya. Bahkan dia telah bersumpah untuk tidak lagi menemui ayah dan ibunya lagi meskipun berkali-kali mereka datang. Dia telah menolak identitasnya yang lama, Sanikem anak Pak Sastrotomo.

Dia kemudian bernegosiasi dengan identitas baru, menjadi nyai yang bekerja keras dan patuh pada Tuan Besar. Kebetulan Tuan Besar adalah orang

128 yang penyabar dalam mengajar Sanikem membaca dan menulis, baik dalam bahasa Melayu maupun Belanda. Dia juga mengajarinya berdandan dan juga memasak cara Eropa. Sanikem juga rajin menabung di bank.

Begitu kontrak sebagai pegawai administratur selesai, Mellema membeli tanah kosong dan mulai menernakkan sapi-sapi dari Australia. Perusahaan semakin besar. Peran Sanikem semakin bertambah : mengurus peternakan, administrasi dan karyawan. Tuan Mellema lebih banyak keluar untuk mencari pelanggan. Sejak itu Sanikem berubah nama menjadi Nyai Ontosoroh. Dia pun mendapat keuntungan lima ribu gulden setiap tahun yang disimpan dalam rekening atas namanya. Robert dan Annelies dilahirkan dalam kejayaan Buitenzorg .

Sanikem adalah seorang ibu yang mendambakan perkawinan sah agar anak-anaknya menjadi sah pula. Akan tetapi, perkawinan campur belum menjadi hal yang umum. Dalam hukum Eropa, orang Eropa hanya menikah secara Kristen, dan warga pribumi dapat mengajukan persamaan kewarganegaraan atau gelijkstelling sebelum menikah dengan orang Eropa. Tanpa diketahui Nyai Ontosoroh, Tuan Mellema ternyata tidak memegang surat perceraian dengan istri terdahulu sehingga permohonan pernikahan mereka ditolak, bahkan baptis untuk Annelies dan Robert ditolak.

Kemudian, Ann, kemudian kebahagiaan itu terguncang dahsyat, menggeletarkan sendi-sendi kehidupanku. Pada suatu hari aku dan Tuan datang ke Pengadilan untuk mengakui Robert dan kau sebagai anak Tuan Mellema. Pada mulanya aku menduga, dengan pengakuan itu anak-anakku akan mendapatkan pengakuan hukum sebagai anak syah. Ternyata tidak, Ann. Abangmu dan kau tetap dianggap sebagai anak

129 tidak syah, hanya diakui sebagai anak Tuan Mellema dan punya hak untuk menggunakan namanya. Dengan campurtangan Pengadilan hukum justru tidak mengakui abangmu dan kau sebagai anak-anakku,

Dalam dokumen DISSERTATION REPRESENTASI PERLAWANAN PR (Halaman 126-158)