• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DISTRIBUSI INFORMASI KUR PADA UKM TASIKMALAYA JAWA BARAT

HASIL PENELITIAN

B. Distribusi Informasi KUR

1. Penyaluran KUR di BRI Cabang Singaparna

Dalam menyalurkan KUR kepada debitur, ada beberapa tahap atau prosedur yang harus dilaksanakan oleh calon debitur. Secara umum prosedur pengambilan KUR melewati dua tahap, yaitu tahap pengajuan permohonan dan tahap pembayaran kembali. Tahap pengajuan permohonan diawali dengan engisi formulir yang tersedia di BRI Unit Singaparna. Formulir dilengkapi dengan pas foto suami dan istri ukuran 4 x 6, foto copy KTP, dan foto copy kartu keluarga. Formulir diserahkan kepada BRI Unit Singaparna untuk kemudian Mantri KUR dari pihak BRI Unit Singaparna melakukan kunjungan ke rumah calon debitur dengan membawa Laporan Kunjungan Nasabah (LKN) dimana dalam LKN tersebut ada beberapa hal yang harus diisi oleh calon debitur, meliputi identitas responden, lama usaha, alamat usaha, modal usaha, penghasilan per bulan gabungan antara penghasilan istri dan suami, dan pengeluaran keluarga per bulan. Setelah Mantri melakukan kunjungan nasabah, kemudian Mantri tersebut melakukan analisis dari hasil LKN tersebut, analisis yang dilakukan meliputi menghitung pendapatan bersih, R/C ratio, dan jumlah angsuran (anuitas) kemampuan debitur. Dari hasil analisis perhitungan mantri dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu, seberapa besar kemampuan calon debitur dalam membayar angsuran, jumlah kredit yang dapat diberikan, dan berapa lama jangka waktu yang diberikan. Hasil ini yang kemudian menjadi rekomendasi dari mantra terhadap calon debitur tersebut, apakah calon debitur tersebut layak diberikan kredit atau tidak.

Hasil analisis calon debitur dari Mantri tersebut kemudian diberikan kepada Kepala Unit (Kaunit). Kaunit melakukan peninjauan dan menilai analisis LKN yang dilakukan oleh Mantri. Hasil analisis yang dikatakan layak oleh Kaunit kemudian dilakukan pengecekan/identifikasi nasabah yang terhubung secara online ke bagian kredit Bank Indonesia. Dalam sistem tersebut dicari nama nasabah yang akan mengajukan kredit tersebut. Pengecekan/identifikasi ini dilakukan dengan tujuan apakah calon debitur memiliki pinjaman lain di bank lain dan juga melihat apakah calon debitur merupakan debitur yang masuk daftar hitam atau tidak. Hal ini dilakukan karena KUR diperuntukkan bagi nasabah yang tidak memiliki pinjaman lain di lembaga keuangan yang lain Apabila dalam analisis usaha tersebut dinyatakan layak, maka Kaunit dapat langsung memutuskan pemberian kredit, kemudian nasabah tersebut akan dihubungi oleh pihak bank. Lama proses realisasi mulai dari permohonan kredit sampai dengan realisasi adalah 7 hari. Dalam proses pencairan kredit yang ndilakukan BRI Unit Singaparna, tidak ada biaya apapun seperti biaya provisi, asuransi, dan percetakan. Nasabah mendapatkan pinjaman secara utuh tanpa adanya potongan. Plafond KUR di Unit Singaparna yang dapat direalisasi sebesarlima juta rupiah. Proses realisasi KUR kurang dari seminggu setelah pengajuan kredit. Dalam penyaluran KUR, tidak terlepas dari prinsip 5C (Character, Capacity, Collateral, Capital, dan Condition of Economy).

a. Karakter (Character)

Salah satu prinsip 5C, yaitu karakter yang merupakan persyaratan dalam mekanisme penyaluran KUR. Nasabah BRI Unit Tasikmalaya memiliki karakter yang berbeda, realisasi KUR dipengaruhi dari baik tidaknya seorang debitur dalam pengajuan kredit. Pemberian kredit berdasarkan atas kepercayaan atau adanya keyakinan bahwa debitur mempunyai watak atau sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Selain itu, juga memiliki rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupannya sebagai anggota masyarakat,ataupun dalam menjalankan kegiatan usahanya, secara sadar untuk membayarseluruh kewajibannya termasuk hutang. Manfaat dari penilaian karakter ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik, yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari calon debitur. Hal ini untuk mengurangi resiko dalam tingkat pengembalian kredit karena KUR tidak menggunakan agunan dan dikhawatirkan nasabah tidak terlalu peduli dengan angsuran pembayaran KUR. Nasabah KUR BRI Unit Singaparna memiliki frekuensi kredit yang tidak memiliki masalah dalam pengembalian.

b. Kapasitas (capacity)

Kapasitas merupakan suatu penilaian kepada calon debitur yang mengajukan KUR mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukan atau kegiatan usaha yang akan dibiayai dengan kredit dari bank. Penilaian terhadap kapasitas ini untuk menilai sampai mana hasil usaha yang akan diperolehnya tersebut mampu melunasi kewajiban tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Dalam pengukuran kapasitas oleh BRI dalam menilai calon debiturdilakukan berbagai pendekatan diantaranya yaitu pendekatan historis, pendekatan finansial, pendekatan edukasional, pendekatan yuridis, pendekatan manajerial, dan pendekatan teknis.

c. Modal (capital)

Modal merupakan jumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Hal ini terlihat kontradiktif dengan tujuan kredit yang berfungsi sebagai penyedia dana. namun dalam kaitan bisnis yang murni, semakin kaya seseorang maka semakin dipercaya untuk memperoleh kredit.Rata-rata modal nasabah KUR BRI cabang Singaparna sebesar Rp 49.590.740,79. Sebagian besar nasabah KUR BRI cabang Singaparna memiliki modal antara Rp 50,5 juta hingga Rp150 . jumlah modal yang digunakan dan sebagian besar modal debitur maka dapat disimpulkan bahwa skala usaha debitur KUR BRI cabang Singaparna merupakan skala kecil/ menengah. Hal ini sesuai dengan tujuan dari KUR dimana KUR digunakan untuk memberikan bantuan modal bagi usaha dengan skala kecil.

d. Agunan (collateral)

Agunan merupakan barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam/debitur sebagai jaminan atas kredit yang diterimanya. Manfaat agunan yaitu sebagai alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari hasil usaha secara normal. Jaminan juga dapat berfungsi sebagai alat pengamanan dalam menghadapi

kemungkinan adanya ketidakpastian pada kurun waktu yang akan datang pada saat kredit tersebut harus dilunasi.Dalam penyaluran KUR bagi calon nasabah, tidak ada agunan yangdiberikan debitur kepada pihak bank untuk menjamin kredit tersebut. Karena KUR merupakan program pemerintah sehingga pmerintah menjamin kredit yang diajukan debitur. Jaminan KUR dijamin pemerintah sebesar 70 persen melalui PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan 30 persen sisanya ditanggung oleh pihak bank itu sendiri.

e. Kondisi Ekonomi (condition of economy)

Kondisi ekonomi merupakan suatu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk suatu kurun waktu tertentu. Hal ini memiliki kemungkinan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit baik yang bersifat positif maupun negatif. Kondisi ini dapat digambarkan dengan adanya KUR yang merupakan program pemerintah dalam memberikan bantuan modal bagi UMKM, program ini bersifat positif sehingga diharapkan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dan dapat membantu usaha yang kesulitan modal.

Pendekatan Sumber Informasi

Pendekatan bank terhadap UKM harus mensinergikan antar hard information yang berupa persyaratan kredit baku, harus mempertimbangkan soft information dalam menilai kelayakan KUR, seperti: melibatkan informasi pengelola UKM, pihak keluarga terdekat, partner bisnis, suplier, atau promotor (Dinas Perindustrian) untuk menilai kredit UKM, serta melakukan monitoring terhadap pelaksanaan usaha agar terpantau mengenai: rencana & tindakan riel pengembangan usaha, kualitas produk apabila unit usaha UKM di bidang pengolahan, mengawasi aktivitas servis bagi konsumen apabila di bidang jasa, standart/kualitas mesin/peralatan produksi, kualitas bahan baku/supplier/distributor, pelatihan pengembangan skill & pengetahuan SDM & pengelola UKM, pemantauan harga produk/kondisi persaingan/profitabilitas. Pembahasan

Berdasarkan observasi dan analsis hasil, teridentifikasi potensi unggul UKM Kabupaten Tasikmalaya terfokus pada empat potensi, yaitu: bambu, pandan, mendong dan bordir. Keberadaan empat potensi tersebut dilatarbelakangi oleh adanya daya dukung lingkungan, seperti: sumber daya alam, ketersediaan bahan baku, infrastruktur daerah, ketersediaan SDM, serta dukungan/fasilitas pemda dalam mengembangkan potensi tersebut. Keberhasilan masyarakat mengembangkan usaha ke-4 potensi mampu menyerap tenaga kerja sangat besar dan mampu meningkatkan perekonomian daerah. Melalui analisis keunggulan dan kelemahan UKM dilakukan dengan SWOT analysis pada masing-masing usaha kerajinan yaitu pada kerajinan bambu terletak pada jumlah pasokan bahan baku bambu, jumlah tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya, serta tingkat kreativitas masyarakat dalam membuat anyaman bambu. Untuk pandan dan mendong terfokus pada jumlah tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya, serta tingkat kreativitas masyarakat dalam membuat anyaman pandan/mendong. Untuk bordir terfokus pada kemudahan mendapat bahan

baku, tenaga kerja, kreativitas dan penguasaan pasar lokal. Kelemahan ke-4 sektor Kabupaten Tasikmalaya terkait dengan masalah pendanaan yang biasanya terbatas pada modal sendiri atau bantuan dari pihak supplyer/buyer. Untuk perlu suport dari bank, pemerintah dan CSR untuk pengembangan usaha Tasikmalaya. Kesempatan ke-4 sektor Kabupaten Tasikmalaya terlihat adanya potensi pengembangan pasar luar negeri, seperti pasar Eropa, Malaysia, Singapura dan Jepang. Ancaman ke-4 sektor Kabupaten Tasikmalaya adalah adanya pesaing luar negeri yang menjual produk sama dengan harga murah yang menggunakan teknologi mesin lebih moderen, menyebabkan volume produksi menjadi lebih banyak dan efisien. Hal ini yang tidak dimiliki sebagian UKM.

Dalam pendistribusian informasi KUR dilakukan dengan pemberian informasi mengenai prosedur, tata cara pengajuan, mekanisme maupun pendekatan KUR melalui kerja sama dengan pihak BRI cabang Singaparna Kabupaten Tasikmalaya mesosialisasikan KUR dengan pihak UKM, masih banyak UKM yang tidak/belum tertarik dengan bank. Kondisi ini terkait dengan syarat jaminan yang harus berupa fixed asset serta kekuatiran mengelola risiko bisnis. Pengrajin tidak memiliki jaminan sehingga tidak tertarik dengan bank. Namun banyak pengrajin bordir berani menggunakan kredit bank untuk penggadaan mesin bordir komputer, sehingga kapasitas usahanya jauh maju pesat dibandingkan mesin Yuki. Pendekatan bank terhadap UKM harus mensinergikan antar hard information yang berupa persyaratan kredit baku, harus mempertimbangkan soft information dalam menilai kelayakan KUR, seperti: melibatkan informasi pengelola UKM, pihak keluarga terdekat, partner bisnis, suplier, atau promotor (Dinas Perindustrian) untuk menilai kredit UKM, serta melakukan monitoring terhadap pelaksanaan usaha agar terpantau mengenai: rencana & tindakan riel pengembangan usaha, kualitas produk apabila unit usaha UKM di bidang pengolahan, mengawasi aktivitas servis bagi konsumen apabila di bidang jasa, standart/kualitas mesin/peralatan produksi, kualitas bahan baku/supplier/distributor, pelatihan pengembangan skill & pengetahuan SDM & pengelola UKM, pemantauan harga produk/kondisi persaingan/profitabilitas.

Pada dasarnya Bank BRI cabang Singaparna di Kabupaten Tasikmalaya sudah menjalan prosedur tersebut, tetapi belum secara optimal. Untuk itu masih sangat perlu kerja keras dari BRI dalam menjalankan tiga prosedur tersebut agar keberhasilan UKM Tasikmalaya semakin meningkat.

KESIMPULAN :

1. Potensi Tasikmalaya terkelompok pada empat potensi, yaitu: bambu, pandan, mendong dan bordir.

2. Kekuatan ke-4 sektor Kabupaten Tasikmalaya sebagai berikut: a). Sektor bambu terletak pada jumlah pasokan bahan baku bambu, jumlah tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya, serta tingkat kreativitas masyarakat dalam

membuat anyaman bambu. b). Untuk pandan dan mendong terfokus pada jumlah tenaga kerja di Kabupaten Tasikmalaya, serta tingkat kreativitas masyarakat dalam membuat anyaman pandan/mendong. c). Untuk bordir terfokus pada kemudahan mendapat bahan baku, tenaga kerja, kreativitas dan penguasaan pasar lokal.

3. Kelemahan ke-4 sektor Kabupaten Tasikmalaya adalah terkait dengan masalah pendanaan yang biasanya terbatas pada modal sendiri atau bantuan dari pihak supplyer/buyer. Untuk perlu suport dari bank, pemerintah dan CSR untuk pengembangan usaha Tasikmalaya.

4. Kesempatan ke-4 sektor Kabupaten Tasikmalaya adalah terlihat adanya potensi pengembangan pasar luar negeri, seperti pasar Eropa, Malaysia, Singapura dan Jepang.

5. Ancaman ke-4 sektor Kabupaten Tasikmalaya adalah adanya pesaing luar negeri yang menjual produk sama dengan harga murah, serta adanya mesin menyebabkan volume produksi menjadi lebih banyak dan efisien.

6. Cara mempermudah mendistribusikan kepada UKM, dilakukan dengan memberikan pemahaman/sosialisasi kepada para UKM tentang KUR, tujuan , prosedur, persyaratan, mekanisme dan pendekatan KUR. Sosialisasi juga melibatkan pihak bank dalam hal ini bank BRI cabang Singaparna di Kabupaten Tasikmalaya.

REFERENSI

Afiah, N.N. (2009). Peran Kewirausahaan dalam memperkuat UKM Indonesia menghadapi krisis finansial global, Working paper in accounting and finance.

Ardic, O.P. Mylenko, N. & Saltane, V. (2011). Small and medium enterprises Across-country analysis with a new data set, The world bank, January.

Berger, A.N. and G.F. Udell. "A More Complete Conceptual Framework for Financing of Small and Medium Enterprises." Journal of Finance and Banking 30(11) (2006): 2945–2966.

[BRI] Bank Rakyat Indonesia. 2009. Management Information Report (MIR) 02. Jakarta: BRI Unit Singaparna

Gitman. L.J. (2003). Principles of Managerial Finance, Ed.10, Addision Wisley, USA.

Jogiyanto. HM (1999), Analisis dan Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, Yogyakarta : Andi Offset.

Meryana, E. & Djumena, E. (2012). BRI Penyalur KUR terbesar, Kompas.com. Thampy, A. (2010). Financing of SME firms in Indian Bank: interview with Ranjana

Kumar, former CMD, indian bank; vigilance commisioner, central vigilance commission, IIMB Management Review, 22, pp: 93-101.

USAID & Nigeria PRISMS Project. (2005). Micro, small and medium enterprise Financial service demand survey Nigeria, Report of research.

UU No. 20 tahun 2008 tentang usaha, mikro, dan menengah

PENGARUH TEKANAN KOMPETISI TERHADAP