• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pasal 10 Perbup No.55 Tahun 2014

Sumber : Perbup No.55 Tahun 2014

Namun berdasarkan temuan peneliti dilapangan bahwa Kartu ATM untuk pengambilan dana BBPP Kartu Tangerang Pintar hanya diberikan pada saat awal peluncuran program saja, hal tersebut diungkapkan oleh I5-1

“kalo ngambil ke bank itu tidak bisa kalo tidak ada rekomendasi dari pihak sekolah. awalnya untuk peluncuran pertama di 2014 bupati itu pengennya pakai ATM, tapi kesininya sudah gak dikasih kartu ATM cuman pakai surat aja dari sekolah” (wawancara dengan 15-1 5 Desember 2016, pukul 10.00 wib di ruang TU Man Balaraja)

Hal tersebut juga diungkapkan oleh I5-6

“penyaluran melalui bank BJB dengan menggunakan surat rekom dari kepala sekolah untuk pencairan, awalnya program ini pencairannya menggunakan kartu ATM tapi setelah di evaluasi katanya ga efektif pakai ATM, padahal menurut saya bisa mempermudah orangtua siswa pada saat pencairan” (wawancara dengan I5-6 29 November 2016 pukul 11.00 wib di ruang kesiswaan SMK Negeri 12 Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat peneliti ketahui bahwa pencairan dana bantuan program Kartu Tangerang Pintar tidak menggunakan kartu ATM sehingga menyulitkan orangtua siswa yang akan mencairkan dana program tersebut, seperti yang diungkapkan oleh I7-2

“menurut saya sangat menyulitkan kalo buat pribadi saya karna kan saya kerja sedangkan untuk pengambilan kan tidak bisa diwakilkan coba kalo pake ATM kan saya bisa ambil kapan saja”(wawancara dengan 17-2 10 Desember 2016, pukul 14.00 wib di Desa Gintung)

Hal tersebut juga diungkapkan oleh I6-1

“orang tua saya kerja di pabrik kadang susah buat libur jadi setiap saat pengambilan itu harus libur dulu baru bisa ngambil tp pas semester kemaren diwakilin pake surat kuasa baru bisa diambil” (wawancara dengan I6-1 12 Desember 2016, pukul 13.00 Wib di Katin SMK 5 Kab. Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti ketahui mengenai penyaluran dana dilakukan setiap semester sebesar Rp 500.000,- per siswa melalui Bank BJB dengan menggunakan surat rekomendasi dari sekolah kepada orangtua, hal tersebut diungkapkan oleh I1-2

“ya saat ini untuk pencairan dana dapat menggunakan surat rekomendasi dari kepala sekolah agar bisa terkontrol dalam pencairan dana karena memang kalo kita tetap menggunakan kartu ATM itu siswa takutnya menyalahgunakan uang tersebut untuk beli yang macam-macam tanpa sepengetahuan pihak sekolah” (wawancara dengan 11-2 15 Desember 2016, pukul 09.00 wib di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang) Namun hal berbeda diungkapkan oleh I5-6

“sekarang gini aja kan pengawasan itu dilakukan sekolah lewat bukti kwitansi belanja jadi kan pencairan lewat kartu ATM juga tetap bisa diawasi oleh kita, kasian pihak sekolah kan kalo ga pakai ATM mereka kerepotan kan yg dikerjain bukan cuma kartu tangerang pintar saja lagipula orangtua tidak perlu repot-repot kalo mau mencairkan dana bantuan tersebut. Tapi kan

memang semuanya kita kembalikan lagi ke orang dinas nya mereka yang memegang kebijakan program ini” (wawancara dengan I5-6 29 November 2016 pukul 11.00 wib di ruang kesiswaan SMK Negeri 12 Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa sistem pencairan dana bantuan program Kartu Tangerang Pintar tersebut sangat menyulitkan orangtua siswa karena tidak menggunakan kartu ATM yang berfungsi memudahkan orangtua pada saat pencairan dana.

Ketiga, sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang dalam keberhasilan implementasi program kartu tangerang pintar di Kabupaten Tangerang. I1-2

“untuk sarana prasarana kan sudah alat-alat komputer di kantor, sekolah itu sendiri untuk menunjang kegiatan program ini. kalo fasilitas lainnya kan diberikan kartu atm untuk siswa.” (wawancara dengan 11-2 15 Desember 2016, pukul 09.00 wib di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang)

Selaras dengan hal tersebut I3 mengungkapkan

“sarana penunjang kan dari dinas seperti buku pedoman, juknis dan sebagainya seperti kartu juga untuk siswa dari dinas sudah diberikan. secara otomatis sudah dipastikan proses pendataan kan sudah ada bagian-bagiannya yang melakukan pendataan.” (wawancara dengan 13 29 November 2016 pukul 11.00 wib di UNIS Tangerang)

Pemerintah Kabupaten Tangerang memfasilitasi sarana dan prasarana program Kartu Tangerang Pintar, yakni memberikan kartu peserta penerima Kartu Tangerang Pintar kepada setiap siswa dan memberikan buku pedoman bagi sekolah untuk melaksanakan program kartu tangerang pintar, namun dalam temuan peneliti di lapangan program Kartu Tangerang Pintar tidak didukung dengan sarana dan prasarana yang

memadai, misalnya saja fasilitas kartu ATM untuk siswa hanya diberikan pada saat awal diberlakukan program Kartu Tangerang Pintar saja. Hal tersebut diungkapkan oleh I5-3

“ya fasilitas nya yang diberikan ya seperti ini, mereka membuat ada semacam kartu buat siswa yang dulu tuh buat mempermudah anak, tetapi sekarang sudah tidak diberikan kartu tersebut. juga ada buku petunjuk yang diberikan dinas pendidikan tinggal kami mengimlementasikan sesuai petunjuk tersebut.” (wawancara dengan I5-3 28 November 2016 pukul 10.00 wib di ruang kesiswaan SMA Negeri 12 Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa fasilitas kartu yang diberikan kepada siswa penerima program kartu tangerang pintar hanya diberikan pada awal peluncuran program tersebut saja.

Keempat, sumber daya waktu, poin terakhir dari aspek sumber daya yang patut dipertimbangkan dalam menentukan keberhasilan program kartu tangerang pintar adalah waktu.

Informan I1-2 mengungkapkan

“waktu yang kita berikan tiap semester itu hamper tiga bulan dari verifikasi sampai pencairan, seharusnya ga ada kendala kan program ini rutin jadi sekolah sudah bisa mensiasati sebelum ada informasi dari kita, sekolah bisa mempersiapkan terlebih dahulu” (wawancara dengan 11-2 15 Desember 2016, pukul 09.00 wib di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang) Program kartu tangerang pintar diberikan setiap semester oleh pemerintah daerah Kabupaten Tangerang. Selain bantuan Kartu Tangerang Pintar, ada dua program lain yang diberikan kepada siswa yaitu BSM dari provinsi dan KIP oleh pemerintah pusat. Program kartu tangerang pintar

mau tidak mau mesti berbenturan dengan program-program lain yang diberikan kepada siswa. Hal ini kurang efektif karena waktu saat pendataan dan pencairan terbagi dengan program lain sedangkan sumberdaya manusia atau staff sekolah yang terbatas. Terkait dengan kecukupan waktu dirasakan kurang oleh I5-3

“mungkin agak lebih lama sedikit lah. Kadang kita menerima informasi waktu sekian dikumpulkan sekian nah karena siswa kami tuh dipelosok kadang untuk mengurus ke kelurahan terkadang mereka belum siap karna ada pengumuman baru mereka mengurus SKTM lah segala macem. Terus kalo ada siswa yang ketinggalan ngumpulin gak mungkin kita tinggalin karena ada sisi kemanusiaan juga merasa ga enak aja”. (wawancara dengan I5-3 28 November 2016 pukul 10.00 wib di ruang kesiswaan SMA Negeri 12 Kabupaten Tangerang)

Hal berbeda diungkapkan oleh I5-6

cukup waktu yang diberikan karena kita sebelum dinas memberitahu konfirmasi untuk pengajuan, kita disini sudah menerima pengajuan dari orangtua siswa jadi kita lakukan dari awal supaya tepat waktu. 3 minggu paling selesai” (wawancara dengan I5-6 29 November 2016 pukul 11.00 wib di ruang kesiswaan SMK Negeri 12 Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti ketahui terkait kecukupan waktu yang diberikan tiap sekolah memiliki kendala atau hambatan yang berbeda dikarenakan kurang siap nya operator yang bertugas menjalankan pelaksanaan program Kartu Tangerang Pintar. 4.4.3 Karakteristik Agen Pelaksana

Karakterisitik merupakan ciri-ciri khusus atau sifat khas yang dimiliki. Pada teori Van Mater dan Van Horn, karakteristik merupakan variabel yang juga mempengaruhi dalam proses implementasi kebijakan

publik. Keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik dapat dilihat dari ciri-ciri atau sifat pada agen pelaksananya. Bagaimana agen pelaksana tersebut turut menunjang dalam kinerja implementasi kebijakan sehingga dapat mencapai keberhasilan yang diharapkan. Dalam dimensi karakteristik agen pelaksana ini, peneliti menilai beberapa aspek yang terkandung didalamnya, yaitu karakteristik agen pelaksana, Standard Operating System (SOP), dan sanksi.

Pertama, karakteristik agen pelaksana. Dalam karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program. Program Kartu Tangerang Pintar adalah salah satu program unggulan Kabupaten Tangerang. Yang menjadi leading sector program kartu tangerang pintar adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Bidang Pendidikan Menengah dengan seksi kesiswaan adalah ujung tombak dalam program kartu tangerang pintar memiliki peran dalam pendataan dan verifikasi serta sosialisasi pelatihan kepada operator-operator sekolah. Hal tersebut diungkapkan oleh I1-1

“program kartu tangerang pintar adalah salah satu dari 25 program unggulan pak bupati kabupaten tangerang, untuk program ini sendiri yang menjadi pelaksan utama yaitu kami dinas pendidikan.” (wawancara dengan 11-1 14 November 2016, pukul 09.30 wib di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang)

Program kartu tangerang pintar di Kabupaten Tangerang merupakan kebijakan untuk membantu siswa miskin dari masyarakat yang berpenghasilan rendah dan siswa berprestasi di sekolah menengah negeri. Oleh karena itu, sekolah menengah negeri penerima program kartu tangerang pintar juga mempunyai peran utama dalam mensukseskan program kartu tangerang pintar I5-2

“kita dapat dikatakan sebagai pembantu siswa atau perantara siswa terkait dengan tanggung jawab yang sudah dibebankan kepada kita selaku petugas penyambung lidah dari dinas membantu siswa-siswa”. (wawancara dengan I5-2 24 November 2016 pukul 14.00 wib di ruang kesiswaan MAN Mauk Kabupaten Tangerang)

Hal serupa juga diungkapkan I5-6

“kita sebagai yang mendampingi siswa dari awal dari pengajuan, pencairan jadi kita terjun langsung apabila ada masalah atau kendala dilapangan itu semua kita yang bantu.” (wawancara dengan I5-6 29 November 2016 pukul 11.00 wib di ruang kesiswaan SMK Negeri 12 Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat peneliti ketahui selain Dinas Pendidikan yang menjadi pelaksana utama program kartu tangerang pintar juga terdapat peran dari operator-operator di tiap sekolah sebagai penghubung dari dinas pendidikan kepada siswa penerima program tersebut. Dalam hal ini selain Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang sebagai penanggung jawab program Kartu Tangerang Pintar, peran aparatur yang lainnya juga sangat berpengaruh penting dalam berjalannya program ini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh I2

“Peran kita adalah sebagai fasilitator, karena kan yang punya kebijakan program adalah Dinas Pendidikan itu sendiri, paling

kita sebagai penghubung kepala MAN dengan dinas pendidikan.” (wawancara dengan I2 8 Desember pukul 10.00 wib di Kantor Kementrian Agama Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa peran dari Kemenag Kabupaten Tangerang adalah sebagai fasilitator atau memfasilitasi sekolah MAN dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang. Sebagaimana yang diungkapkan oleh I1-1

“dari kementrian agama itu sendiri kan ada sekolah dibawah naungan mereka yaitu MA, nah dari orang tua didik mengusulkan ke sekolah, sekolah di verifikasi setelah itu direkap untuk MA dikirim ke kementrian agama langsung direkap dan diverifikasi apakah layak atau tidak setelah itu dikirim ke Dinas Pendidikan. Jadi Kemenag itu sendiri penghubung antara MA ke dinas pendidikan”. (wawancara dengan 11-1 14 November 2016, pukul 09.30 wib di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa Kemenag Kabupaten Tangerang berperan sebagai penghubung antara MA dengan Dinas Pendidikan, selain itu sebagai pemberi data dan memverifikasi seluruh usulan siswa peserta calon penerima Kartu Tangerang Pintar untuk diserahkan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang. Selain Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang selaku leading sector, stakeholder-stakeholder lain yang ikut terlibat dalam pelaksanaan program Kartu Tangerang Pintar juga mempunyai peran dalam mensukseskan keberhasilan program kartu tangerang pintar, seperti yang diungkapkan oleh I3

“Dewan pendidikan itu kan controlling tugasnya melakukan pengawasan melakukan mediasi melakukan adviser dalam posisi sebagai controlling dewan pendidikan melakukan pengawasan

terhadap pelaksanaan KPKT, selama ini di Kabupaten Tangerang kurang lebih ada sekitar 6717 sudah di teraplikasi semua dari anggaran APBD”. (wawancara dengan 13 29 November 2016 pukul 11.00 wib di UNIS Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa peran Dewan Pendidikan Kabupaten Tangerang adalah salah satu stakeholder yang ikut melakukan pengawasan pelaksanaan program Kartu Tangerang Pintar di Kabupaten Tangerang.

Kedua, SOP (Standard Operating Procedure). Program kartu tangerang pintar merupakan program yang dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang yang dilaksanakan secara teknis oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang. Mengenai acuan yang dijadikan SOP adalah Perbup dan Buku Pedoman yang dibuat pemerintah daerah Kabupaten Tangerang, seperti yang disampaikan oleh informan I1-1 mengungkapkan

“acuannya adalah perbub no 55 tahun 2014 tentang petunjuk pelaksanaan program kartu tangerang pintar dan juga ada buku pedoman yang sudah dibuat oleh dinas yang diserahkan ke sekolah” (wawancara dengan 11-1 14 November 2016, pukul 09.30 wib di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang) Berdasarkan wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa yang menjadi acuan atau petunjuk dalam pelaksanaan Program Kartu Tangerang Pintar adalah Peraturan Bupati No 55 Tahun 2014 dan buku pedoman kartu tangerang pintar. Hal ini juga disampaikan oleh I1-2

“SOP tentang program ini adalah Peraturan Bupati No 55 Tahun 2014.”(wawancara dengan 11-2 15 Desember 2016, pukul 09.00 wib di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang)

Dalam SOP tentang Kartu Tangerang Pintar verifikasi data dibutuhkan untuk dapat menjaring peserta Kartu Tangerang Pintar sesuai dengan amanat Peraturan Bupati Nomor 55 Tahun 2014 dan ketentuan program yang diterangkan dalam buku pedoman program. Data yang sudah diserahkan oleh calon peserta harus diteliti dengan cermat agar memenuhi standar persyaratan yang dibutuhkan, mengenai prosedur verifikasi seperti disampaikan oleh informan I1-1

“sekolah mengusulkan kemudian di verifikasi usulan sekolah, sekolah juga sudah meverifikasi kemudian dikirim ke Dinas Pendidikan, demikian pula dari kementrian agama itu sendiri kan ada sekolah dibawah naungan mereka yaitu MA, nah dari orang tua didik mengusulkan ke sekolah, sekolah di verifikasi setelah itu direkap untuk MA dikirim ke Kantor Kementrian Agama langsung direkap dan diverifikasi apakah layak atau tidak setelah itu dikirim ke Dinas Pendidikan.untuk dapat dicairkan di SK kan ke Bupati” (wawancara dengan 11-1 14 November 2016, pukul 09.30 wib di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa verifikasi dilakukan mulai dari tingkat sekolah sampai ke timgat dinas pendidikan dan peserta didik yang akan mengajukan permohonan bantuan Kartu Tangeraang Pintar harus membuat usulan tertulis kepada Bupati melalui Kepala Sekolah dan diserahkan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang dengan ketentuan dan format yang sudah ditentukan. sebagaimana yang diungkapakan oleh I1-1

“peserta didik membuat usulan tertulis dan formatnya sudah disediakan kemudian hasil pendataan dan verifikasi untuk peserta didik SMAN dan SMKN melalui kepala bidang SMA dan SMK pada dinas, sedangkan untuk peserta didik MAN melalui kepala kantor kemenag yang selanjutnya disampaikan

kepada kami”. (wawancara dengan 11-1 14 November 2016, pukul 09.30 wib di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang)

Verifikasi data yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah dengan memeriksa kelengkapan persyaratan yang sudah diajukan oleh peserta didik agar sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam perbub, sebagaimana yang diungkapkan oleh I5-4

“kita lakukan verifikasi satu per satu agar semuanya lengkap, kalo sudah lengkap semua saya laporkan ke kepala sekolah untuk disah kan dan dikirim ke dinas” (wawancara dengan I5-4

25 November 2016 pukul 08.00 wib di ruang kesiswaan SMAN 20 Kabupaten Tangerang)

Hal tersebut juga diungkapkan oleh I5-5

“kita adalah sebagai yang mendampingi siswa dari awal verifikasi dari pengajuan, pencairan jadi kita terjun langsung apabila ada masalah atau kendala dilapangan kita yang bantu. Seperti pengumpulan KK, SKTM dan lainnya” (wawancara dengan I5-5 7 Desember 2016 pukul 13.00 wib di ruang kesiswaan SMK Negeri 5 Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat peneliti ketahui bahwa verifikasi data dilakukan oleh pihak sekolah SMAN/SMKN dan diusulkan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang. Sedangkan sekolah madrasah aliyah dilakukan oleh Kemenag Kabupaten Tangerang untuk diusulkan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang.

Gambar 4.4