• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pasal 6 Perbup No. 55 Tahun 2014

4.4.4 Sikap atau Kecenderungan (Disposisi) para pelaksana

Sikap para pelaksana dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab sebagai pelaksana kebijakan harus dilandasi dengan sikap disiplin. Hal tersebut dilakukan karena dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, setiap badan atau instansi pelaksana kebijakan harus merasa memiliki tanggungjawab terhadap tugasnya masing-masing berdasarkan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam dimensi penilaian mengenai disposisi para pelaksana, terdapat dua elemen penting yang perlu diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap kinerja implementasi kebijakan yakni, kognisi (pemahaman) serta respons (dukungan / pesetujuan) agen pelaksana. Dalam pelaksanaan kebijakan program Kartu Tangerang Pintar, Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang merupakan instansi utama atau leading sector yang berwenang dalam penyelenggaraan program dan dituntut untuk memahami kebijakan program agar dapat mensukseskan program Kartu Tangerang Pintar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh I1-1

“Program ini adalah program pak bupati bagus sehingga dapat mencegah terjadinya Drop Out, orangtua yang anaknya tidak mampu untuk melanjutkan sekolah secara otomatis bisa menyekolahkan anaknya dengan adanya KPKT ini. Program ini menjadi tanggung jawab kami dalam hal ini dinas pendidikan yang menjadi ujung tombak dalam implementasi program kartu Tangerang pintar”(wawancara dengan 11-1 14 November 2016, pukul 09.30 wib di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang)

Hal serupa juga diungkapkan oleh I2

“kartu Tangerang pintar merupakan kebijakan program kabupaten Tangerang dalam bidang pendidikan dan yang memegang kendali dalam kebijakan ini adalah Dinas Pendidikan” (wawancara dengan I2 8 Desember pukul 10.00 wib di Kantor Kementrian Agama Kabupaten Tangerang)

Sikap pelaksana dapat dikatakan memegang peranan penting dalam keberhasilan implementasi kebijakan. Kebijakan yang dilaksanakan merupakan hasil perencanaan dari para implementor itu sendiri, sehingga sangat diperlukan pemahaman terhadap tujuan dan sasaran kebijakan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh I3

“program ini adalah salah satu dari 25 program unggulan Kabupaten Tangerang jadi saya sangat mensupport pemerintah daerah dan harus diperbesar lagi anggarannya sebab kebutuhan terhadap bantuan itu sangat luar biasa besar karena masyarakat kabupaten tangerang rata-rata tingkat ekonominya masih menengah kebawah. Kita sangat mersepon dengan bangga bahwa pemerintah daerah punya keinginan untuk membantu pendidikan bagi siswa miskin, dan itu salah satu apresiasi kami dari Dewan Pendidikan untuk pemerintah daerah yang berkenan untuk mengalokasikan anggaran bagi mereka-mereka yang tidak mampu (wawancara dengan 13 15 Desember 2016, pukul 09.00 wib di UNIS Tangerang)

Program Kartu Pintar Kabupaten Tangerang merupakan program yang menggunakan pendekatan top down. Artinya program tersebut dibuat oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang. Keberhasilan program tersebut diraih apabila kognisi agen pelaksana yang baik dan mendapatkan dukungan penuh serta persetujuan para stakeholder

yang terlibat dalam hal ini para agen pelaksana. Seperti yang diungkapkan I4

“program ini menjadi salah satu program dalam bidang pendidikan untuk pemerataan juga mengurangi drop out di tingkat sekolah menengah. saya sangat mengapresiasi terobosan yang dilakukan oleh pak bupati dengan membuat program-program unggulan untuk mewujudkan Tangerang gemilang.” (wawancara dengan I4 21 Desember pukul 10.00 wib di Kantor UPT Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang)

Sementara mengenai respons (dukungan/persetujuan) pelaksana, peneliti dapat menganalisis bahwa semua agen pelaksana sepenuhnya mendukung program kartu tangerang pintar meskipun program ini akan diberhentikan karena sesuai dengan UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah yaitu bidang SMA, SMK dan MA akan diambil oleh Dinas Pendidikan Provinsi Banten, seperti yang diungkapkan oleh I1-2

“ya kita sangat merespon, karena ini membantu siswa yang tidak mampu dan juga memberi penghargaan kepada siswa yang punya prestasi di sekolah. Jadi KPKT ini tidak hanya untuk siswa yg tidak mampu tp jg untuk siswa yg berprestasi. Tahun ini KPKT terakhir karena UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah yaitu diambil alih bidang sma, smk oleh provinsi. Karena takut ada salah dalam penganggaran jadi kami berhentikan kan sudah diurus provinsi, tp kami sudah usulkan ke provinsi ini bahwa di Kabupaten Tangerang ada program KPKT dan mudah-mudahan dilanjutkan provinsi karena program ini sangat membantu siswa” (wawancara dengan 11-2 15 Desember 2016, pukul 09.00 wib di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang)

Respons (dukungan/ persetujuan) dari stakeholder-stakeholder lain yang terlibat dalam program kartu tangerang pintar juga memberikan dukungan untuk diteruskannya program kartu tangerang pintar. Hal ini diungkapkan oleh I3

“karena SMA, SMK sudah di take over ke provinsi jadi diambil alih oleh provinsi jadi bukan salah daerah kabupaten/kota. Adapun misalnya kebijakan pemda itu tetap tidak men stop atau

terus mencairkan bantuan ini kan tergantung dari komitmen dan pertimbangan pak bupati. Ada ga kepeduliannya terhadap siswa miskin sehingga dia punya semangat untuk tidak men stop, adapun pertimbangan kedua karena program ini menyerap anggaran yang cukup besar hampir 6 milyar lebih itu kan harus ada pertanggungjawabannya di APBD jangan sampai gara-gara bupati memebri bantuan menjadi masalah hukum, oleh sebab itu untuk sementara di take over belum ada kebijakan apakah bupati harus tetap diberi keleluasaan memberikan bantuan nanti tahun berikutnya menunggu perda dari provinsi. Saya berharap sih program ini akan terus berlanjut”. (wawancara dengan 13 15 Desember 2016, pukul 09.00 wib di UNIS Tangerang)

Hal serupa juga diungkapkan I4

“sangat mendukung dan berharap akan terus dilanjutkan karena program ini sangat dirasakan bermanfaat sekali bagi masyarakat.”(wawancara dengan I4 21 Desember pukul 10.00 wib di Kantor Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang)”. Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa respon (dukungan/persetujuan) dari semua agen pelaksana sangat mendukung untuk melanjutkan program kartu tangerang pintar karena sangat membantu siswa miskin dari masyarakat berpenghasilan rendah dalam memenuhi kebutuhan biaya pendidikan, selain itu dapat membawa dampak positif bagi siswa khusunya siswa berprestasi untuk terus semangat dalam mencapai prestasi akademik maupun non akademik. 4.4.5 Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana

Komunikasi sangat menetukan keberhasilan pencapaian tujuan dari Implementasi program jaminan kesehatan gratis daerah di Puskesmas Sumbang. Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengtahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan yang akan mereka kerjakan dapat berjalan dengan baik bila komunikasi

berjalan dengan baik. Sehingga implementasi program harus dikomunikasikan dengan baik kepada pihak pihak yang terkait. Sebagaimana yang diungkapkan I1-1

“kordinasi program ini dilakukan dengan beberapa stakeholder seperti dengan Dewan Pendidikan, Kemenag, Komite sekolah dan sekolah menengah negeri atau operator sekolah. Dari operator SMA dan SMK kordinasi ke pihak dinas pendidikan melalui bidang dikmen dan kemudian dari Aliyah kordinasi ke kemenag dan baru ke Dinas Pendidikan. Setelah itu kordinasi melalui seluruh operator sekolah dikumpulin sebelum pendataan dan pencairan.” (wawancara dengan 11-1 14 November 2016, pukul 09.30 wib di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa kordinasi dilakukan oleh Dinas Pendidikan dengan melibatkan Dewan Pendidikan Kabupaten Tangerang. Informan I3 mengungkapkan bahwa

“kordinasi nya cukup bagus dari mulai membahas perbup nya tentang kartu pintar kita bahas bersama kemudian launching nya juga kita bersama sama pemerintah daerah dalam hal ini bupati yang melakukan launching kemudian pihak Bank nya kita kerja sama kemudian ada stakeholder terkait dan siswa nya yang mendapatkannya KPKT ini”. (wawancara dengan 13 15 Desember 2016, pukul 09.00 wib di UNIS Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang melakukan kordinasi mengenai program kartu tangerang pintar dengan Kemenag Kabupaten Tangerang, Dewan Pendidikan dan juga operator-operator sekolah penerima program Kartu Tangerang Pintar. Namun berdasarkan temuan peneliti di lapangan kordinasi hanya dilakukan saat launching peluncuran program dan pendataan usulan saja, hal tersebut diungkapkan oleh I2

“kita cuman dikasih tau ada program ini, tidak pernah dilibatkan dalam program Kartu Tangerang Pintar sebab yg bertanggung jawab adalah dinas pendidikan, kordinasi ketika awal peluncuran saja dan dalam setiap tahunnya tidak ada, kordinasinya mungkin langsung ke kepala sekolah MA langsung”. (wawancara dengan I2 8 Desember pukul 10.00 wib di Kantor Kementrian Agama Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti ketahui bahwa kordinasi yang dilakukan antara Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang dengan Kemenag Kabupaten Tangerang tidak berjalan baik karena hanya dilakukan pada saat peluncuran program Kartu Tangerang Pintar saja. Kebijakan sebuah program harus di komunikasikan dengan tepat, akurat, dan konsisten.. Sebagaimana yang diungkapakan oleh I4

“program ini sebenernya sangat bagus sekali, tapi sayang sosialisasi dari pemerintah daerah itu dipasrahkan ke sekolah, makanya kami ikut membantu sosialisasi tiap ada rapat pertemuan dengan orangtua/wali siswa ketika anak mereka awal masuk ke sekolah, kita kordinasikan ke komite-komite tiap sekolah agar bisa diinfokan” (wawancara dengan I4 21 Desember pukul 10.00 wib di Kantor UPT Pendidikan Kecamatan Tigaraksa Kabupaten Tangerang)

Program Kartu Tangerang Pintar yang diterapkan oleh pemerintah, pada dasarnya program ini bertujuan untuk membantu dan meringankan beban masyarakat dalam pembiayaan pendidikan. Yang paling penting dalam operasional program ini adalah bahwa masyarakat tau akan fasilitas bantuan pendidikan untuk siswa dari masyarakat berpenghasilan rendah dan siswa yang berprestasi yang diluncurkan oleh pemerintah. Namun kenyataanya dilapangan penulis melihat bahwa tidak semua masyarakat tahu akan adanya program Kartu Tangerang Pintar ini. Seperti yang diungkapkan oleh I5-3

“jujur saja kenapa sekolah kami paling sedikit peserta penerima program Tangerang pintar karena masyarakat atau dapat dikatakan orangtua wali masih banyak yang belum mengetahui tentang program ini, karena kan kurangnya pemberitaan dari dinas itu sendiri ke masyarakat. Untuk itu pada semester ini kami kordinasikan dengan komite agar bisa di sosialisasikan pada saat penerimaan siswa baru.” (wawancara dengan I5-3 28 November 2016 pukul 10.00 wib di ruang kesiswaan SMA Negeri 12 Kabupaten Tangerang)

Keterlibatan stakeholder dalam penyampaian proram ini menjadi kunci utama dalam kesuksesan program tersebut. Komunikasi di perlukan agar para pembuat kebijakan dan para implementer program tersebut akan semakin konsisten dalam melaksanakan setiap program yang akan diterapkan kepada sasaran dari program tersebut. Komunikasi didalam dan antara organisasi-organisasi merupakan suatu cara agar implementasi dapat berjalan optimal.

Sosialisasi program Kartu Tangerang Pintar dilaksanakan ditingkat Kabupaten oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, khususnya oleh Bidang Pendidikan Menengah melalui seksi kesiswaan yang diketuai oleh Kepala Dinas Pendidikan, sebagaiman yang diungkapkan oleh I1-1

“kita sosialisasi ke sekolah-sekolah awal digulirkan program ini, yang melaksanakan dinas pendidikan melalui bidang dikmen. kita undang sekolah kesini, kalo kita kunjungan ke sekolah kan banyak kapan selesainya dan melalui operator (Bank JABAR) datang kesini.” (wawancara dengan 11-1 14 November 2016, pukul 09.30 wib di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang)

Selanjutnya sosialisasi dilakukan dengan penyebaraan informasi Program Kartu Tangerang Pintar kepada pihak sekolah dan sekolah

menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan sosialisasi seperti yang diungkapkan oleh I1-2

“sosialisasi berupa brosur trus operator sekolah juga kita undang kesini untuk disosialisasikan. Sosialisasi dilakukan menjelang usulan tiap semester. Setelah itu pihak sekolah yang memberikan penyuluhan kepada siswa bahwa ada program ini” (wawancara dengan 11-2 15 Desember 2016, pukul 09.00 wib di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang)

Hal tersebut juga diungkapkan I6-2

“Sosialisasi dilakukan sama pak ahyadi dia guru yang ngurusin program ini, trus sekolah juga ngasih brosur tentang program ini”(wawancara dengan I6-2 7 Desember 2016 pukul 12.00 wib di MAN Mauk Kabupaten Tangerang)

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti ketahui bahwa Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang melakukan sosialisasi kepada sekolah. Sekolah-sekolah penerima program Kartu Tangerang Pintar adalah pihak sangat diharapkan perannya untuk mensosialisasikan program ini kepada siswa-siswa bahkan masyarakat luas. Hal tersebut diungkapkan I5-5

“sosialisasi dilakukan dari dinas, sekolah yang datang ke dinas, kalo kita penyambung lidah dari dinas kita sampaikan lagi ke anak-anak melalui selebaran pengumuman ditempel di mading”. (wawancara dengan I5-5 7 Desember 2016 pukul 13.00 wib di ruang kesiswaan SMK Negeri 5 Kabupaten Tangerang)

Hal tersebut juga diungkapkan oleh I5-3

“ya sosialisasi itu kita dipanggil oleh dinas, semua sekolah dipanggil kumpul di satu titik tertentu, pihak dinas itu memberikan sosialisasi ke wakil dari sekolah. Kalo ke siswa diberitahukan oleh sekolah.” (wawancara dengan I5-3 28 November 2016 pukul 10.00 wib di ruang kesiswaan SMA Negeri 12 Kabupaten Tangerang)

Salah satu cara komunikasi kebijakan yang dapat dilakukan yakni melalui sosialisasi program kartu tangerang pintar. Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dipaparkan sebelumnya, sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan selaku Leading Sector dari program kartu tangerang pintar belum optimal. Bila dikaitkan dengan yang ada dilapangan sosialisasi hanya dilakukan sampai pada tingkat perangkat saja sedangkan untuk masyrakat sangat kurang atau sangat minim. Sosialisasi melalui media berbasis internet website hanya dilakukan pada saat awal peluncuran saja seperti yang diungkapkan oleh I5-1

“sosialisasi dilakukan langsung oleh dinas melalui operator -operator sekolah kemudian -operator yang menyapaikan ke siswa, sebenernya dengan cara ini jujur saja sekolah menjadi kewalahan, kalo dulu pernah ada website tentang KPKT tapi sekarang terakhir saya cek sudah tidak ada sepertinya” (wawancara dengan 15-1 5 Desember 2016, pukul 10.00 wib di ruang TU Man Balaraja)

Pengetahuan masyarakat akan adanya program Kartu Tangerang Pintar ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh I7-2

“saya tidak pernah denger pemberitaan tentang program ini sebelumnya, tp pas anak saya masuk SMA dan ada rapat pertemuan orangtua murid baru saya diinfokan bahwa ada program ini”(wawancara dengan 17-2 10 Desember 2016, pukul 14.00 wib di Desa Gintung)

Pernyataan diatas mengartikan bahwa dalam pelakasanaan sosialisasi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang tidak menyentuh ke lapisan masyarakat langsung karena sosialisasi hanya diberikan kepada pihak sekolah saja.

Salah satu tolak ukur keberhasilan sosialisasi yang terpenting adalah jika informasi sampai ke tingkat paling bawah dari sasaran program, yaitu para peserta didik yang ada di sekolah dan orang tua/wali nya. Melihat kondisi yang ada dilapangan mengenai cara sosialisasi yang dilakukan oleh para pelaksana program kartu tangerang pintar penulis merasa sangat minim yakni hanya melalui pertemuan pertemuan orang tertentu saja, tapi tidak menyampaikannya langsung dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat, memasang spanduk spanduk terkait program kartu tangerang pintar. Media komunikasi yang cukup sederhana itu menghambat kelancaran penyampaian pesan masyarakat yang pada akhirnya akan menghambat implementasi program kartu tangerang pintar. Dengan melihat realita diatas penulis berkesimpulan bahwa proses komunikasi yang berjalan tidak maksimal sehingga sasaran dari program tersebut belum tersosialisasikan dengan baik dan maksimal.