• Tidak ada hasil yang ditemukan

RKPD TAHUN LALU

29 DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

2.3. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAERAH

Rancangan Awal RKPD Kota Pekalongan 2018 | EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU 143

No Urusan Program Kegiatan

Tingkat Capaian Kinerja dan Realisasi anggaran RKPD yang

dievaluasi %

K Rp

18 Urusan Wajib Kepemudaan dan Olah Raga 38,86 50,04

19 Urusan Wajib Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

58,62 60,70

20 Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, dan Persandian

50,42 52,61

21 Urusan Wajib Ketahanan Pangan 44,25 60,45

22 Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa 62,16 55,54

23 Urusan Wajib Statistik 50,00 16,16

24 Urusan Wajib Kearsipan 78,55 44,90

25 Urusan Wajib Komunikasi dan Informatika 62,14 54,84

26 Urusan Wajib Perpustakaan 86,69 61,33

27 Urusan Pilihan Pertanian 27,18 19,79

28 Urusan Pilihan Pariwisata 36,71 35,63

29 Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan 50,93 34,90

30 Urusan Pilihan Perdagangan 50,52 35,67

31 Urusan Pilihan Industri 38,89 26,10

32 Urusan Pilihan Ketransmigrasian 50,00 10,44

2.3. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAERAH

Identifikasi permasalahan pembangunan daerah dilakukan berdasarkan analisis gambaran umum kondisi daerah dari aspek geografi, demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah, serta mendasarkan pada hasil evaluasi RKPD Kota Pekalongan Tahun 2016 Triwulan Ketiga. Hasil identifikasi permasalahan ini kemudian disintesis dengan hasil evaluasi RKPD Kota Pekalongan Tahun 2016 dan lingkungan strategis menjadi isu strategis.

Hasil identifikasi permasalahan pembangunan Kota Pekalongan berdasarkan aspek geografi, demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah adalah sebagai berikut:

2.3.1. Aspek Geografi dan Demografi

1. Cepatnya sedimentasi, baik pada saluran primer, sekunder, ataupun tersier dan juga saluran lingkungan perumahan dan permukiman.

2. Terjadinya genangan air di lingkungan permukiman dalam waktu yang relatif lama. 3. Rendahnya kualitas lingkungan permukiman seperti kebutuhan air bersih, sanitasi,

persampahan, dan drainase.

4. Sulitnya pemenuhan kebutuhan irigasi karena terbatasnya kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Pekalongan.

5. Peningkatan kebutuhan pemenuhan air bersih tidak sejalan dengan ketersediaan air baku, dimana sebagian air baku berasal dari wilayah Kabupaten Batang dan

Rancangan Awal RKPD Kota Pekalongan 2018 | EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU 144 Kabupaten Pekalongan. Di sisi lain, Pemerintah Pusat menargetkan cakupan akses aman air minum 100% pada akhri tahun 2019.

6. Menurunnya luas lahan pertanian sawah sehingga akan menurunkan jumlah produksi padi. Kondisi ini berpotensi mengganggu ketahanan pangan, baik lokal maupun nasional.

7. Peningkatan luasan kawasan terbangun (built up area), terutama untuk pembangunan perumahan/kawasan permukiman, industri serta jasa dan perdagangan. Peningkatan kawasan terbangun akan berimplikasi terhadap peningkatan kebutuhan infrastruktur permukiman dan perkotaan.

8. Kerusakan infrastruktur dan sarana wilayah serta kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat sebagai akibat bencana rob, banjir, dan abrasi.

9. Kepadatan penduduk Kota Pekalongan mengalami peningkatan terutama di wilayah Kecamatan Pekalongan Barat dan Kecamatan Pekalongan Timur.

10. Jumlah penduduk miskin meningkat pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014

2.3.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

1. Kebijakan penanggulangan kemiskinan oleh Pemerintah sering mengalami perubahan

2. Data penduduk miskin memerlukan validasi secara rutin dengan melibatkan warga masyarakat sekitar sehingga lebih menjamin validitas data.

3. Pemerataan pendapatan penduduk masih menunjukkan angka yang kurang sesuai dengan harpan.

4. Perkembangan jumlah lapangan pekerjaan tidak seimbang dengan pertambahan jumlah angkatan kerja.

5. Tidak adanya link and match (keterhubungan) antara kebutuhan tenaga kerja dengan calon tenaga kerja yang dihasilkan oleh Lembaga Pendidikan dan Pelatihan.

6. Rata-rata tingkat pendidikan penduduk Kota Pekalongan relatif masih rendah selain diakibatkan karena belum optimalnya akses ketersediaan layanan pendidikan di beberapa kawasan juga sebagai akibat kurangnya pemahaman tentang kemanfaatan pendidikan dalam peningkatan kesejahteraan.

7. Masih munculnya penyebab kesakitan pada Bayi seperti ISPA, pneumonia, diare, campak atau kurang gizi/gizi buruk, kurangnya kesadaran dan peran aktif masyarakat serta kesigapan petugas kesehatan.

8. Meningkat angka kematian balita dari 12,46 per 1.000 kelahiran menjadi 12,50 per 1.000 kelahiran

9. Masih rendahnya tingkat pendapatan perempuan dibandingkan pendapatan laki-laki. 10. Masih kurangnya peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi ataupun politik. 11. Masih kecilnya rasio gedung kesenian dengan jumlah kelompok kesenian.

12. Masih minimnya ajang pentas seni yang akan mendorong peningkatan kreativitas seni dari masyarakat.

13. Masih kecilnya rasio gedung olahraga dengan jumlah klub olahraga.

14. Masih minimnya ajang kompetisi kejuaraan olahraga yang akan mendorong peningkatan kualitas olahraga.

Rancangan Awal RKPD Kota Pekalongan 2018 | EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU 145 15. Beberapa karakteristik masyarakat Kota Pekalongan yang kemungkinan menjadi

penyebab tingginya pengeluaran perkapita dapat berupa yaitu tingginya tingkat kesejahteraan; tingginya biaya hidup; pola hidup yang cenderung konsumtif; serta tingginya biaya produksi yang melekat pada aktivitas industri rumah tangga sehingga berimplikasi terhadap masih minimnya kebiasaan hidup menabung.

16. Masih tingginya angka kriminalitas dengan berbagai kemungkinan penyebab, seperti pengaruh kesulitan ekonomi, pengaruh gaya hidup, pengaruh lingkungan pergaulan, NARKOBA, dan lain-lain.

2.3.3. Aspek Pelayanan Umum

1. Masih kurangnya jumlah lembaga pendidikan di beberapa wilayah Kecamatan/Kelurahan khususnya pada jenjang pendidikan menengah serta masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk berupaya mengakses layanan pendidikan sehingga menyebabkan adanya penduduk usia sekolah yang tidak bersekolah. Di samping itu, masyarakat juga belum sepenuhnya menuntaskan pendidikan dasar sembilan tahun. Pada saat ini upaya perluasan akses pendidikan menengah dibatasi oleh kewenangan yang tidak dimiliki oleh Pemerintah Kota Pekalongan, , tetapi menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

2. Pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini, kondisinya tidak berbeda dengan pendidikan jenjang menengah. Selain itu Pendidikan Anak Usia Dini masih dipandang kurang penting karena pada usia tersebut anak masih dalam asuhan orang tua. Kondisi ini telah menyebabkan rendahnya Angka Partisipasi Sekolah pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini..

3. Masih adanya guru dengan Kualifikasi Pendidikan belum mencapai minimal S1/D4, khususnya pada jenjang pendidikan SD/MI (17,77 %)

4. Penduduk miskin belum seluruhnya mendapatkan jaminan kesehatan. Hal ini terjadi baik karena “inclussion and exclussion error” atau karena kemiskinan yang tiba-tiba sehingga belum tercantum dalam data KK/penduduk miskin maupun karena kekurangvalidan data penduduk miskin.

5. Kecenderungan semakin meningkatnya jumlah penderita penyakit menular dan tidak menular dari tahun ke tahun.

6. Kondisi infrastruktur dasar permukiman dan saluran drainase yang mengalami kerusakan dan tidak berfungsi, baik karena sampah ataupun karena tingginya sedimentasi sehingga menyebabkan terjadinya genangn air dalam waktu yang cukup lama. Di samping itu infrastruktur penanggulangan bencana rob juga belum maksimal, baik secara kuantitas maupun secara kualitas.

7. Upaya pencapaian target 100-0-100 masih terkendala dengan banyaknya kawasan kumuh sebagai akibat kurang maksimalnya upaya bersama dalam pengelolaan sampah atau karena potensi genangan akibat kondisi alam, layanan air bersih yang belum 100% serta masih adanya penduduk yang belum dapat memenuhi kebutuhan sanitasinya.

8. Rencana pembangunan jalan tol yang tidak melewati Kota Pekalongan memerlukan perhatian lebih untuk dapat mempertahankan akses yang selama ini menjadi pendorong perekonomian Kota Pekalongan sehingga Kota Pekalongan tetap mendapatkan manfaat dari pengembangan jalan tol.

Rancangan Awal RKPD Kota Pekalongan 2018 | EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU 146 9. Pengelolaan sampah belum optimal dilaksanakan dan harus terus ditingkatkan

kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah. Di sisi hulu, kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan ataupun dalam pemilahan sampah masih harus menjadi perhatian tinggi, di sisi proses, rasio sarana prasarana dan jumlah SDM pengelola sampah dibandingkan dengan volume sampah masih rendah. Sementara di sisi hilir, kapasitas TPA Degayu terus menurun sebagai akibat terbatasnya lahan dibandingkan dengan tingginya volume sampah sehingga sampah yang belum tertangani mencapai 19,8%.

10. Kesadaran masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup belum optimal.

11. Upaya peningkatan kualitas pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil masih terhambat oleh regulasi dari Pemerintah Pusat, atau lambatnya ketercukupan blanko-blanko administrasi kependudukan dari Pemerintah Pusat. Di sisi lain, peran Pemerintah Daerah masih dibatasi dalam hal pemenuhan kebutuhan blanko administrasi tersebut.

12. Penyediaan infrastruktur, baik dalam kerangka pelayanan umum administrasi pemerintahan ataupun infrastruktur perkotaan masih belum optimal dalam hal keberpihakan pada keseimbangan gender. Belum ada keseimbangan peran, dimana pria masih mendominasi dibandingkan wanita

13. Meskipun secara umum cukup aman dan tertib, namun masih diperlukan peningkatan kondusivitas wilayah dalam rangka memberi rasa aman bagi warga.

14. Peningkatan jumlah kejadian kebakaran serta padatnya permukiman penduduk memerlukan strategi penanganan dan penyediaan peralatan pemadam kebakaran yang dapat mencakup keseluruhan wilayah Kota Pekalongan

15. Kecenderungan ketersediaan pangan utama per tahun terus mengalami penurunan.

2.3.4. Aspek Daya Saing Daerah

1. Penambahan jumlah hotel berbintang belum diikuti dengan penyediaan infrastruktur pendukung kepariwisataan yang memadai. Sementara itu sarana angkutan umum yang belum representatif sejalan dengan peningkatan jumlah hotel berbintang serta meningkatnya jumlah pengunjung melalui jalur kereta api karena hampir semua trayek kereta api berhenti di Stasiun Besar Kota Pekalongan.

2. Kurang optimalnya pengembangan data klaster industri, penguatan regulasi terkait klaster industri, pemberian insentif untuk pengembangan klaster industri maupun pembangunan infrastruktur dasar klaster industri (seperti kelembagaan).

3. Industri pengolahan terutama kerajinan batik sering dikeluhkan dengan permasalahan bahan baku dan pemasaran.

4. Tingginya investasi perlu dibarengi dengan sistem dan mekanisme dalam kegiatan penanaman modal.

5. Kurang optimalnya pengembangan sistem transportasi perkotaan yang mampu mengantisipasi ketidakseimbangan peningkatan jumlah kendaraan dengan penambahan kapasitas jalan yang akan berdampak terjadinya kemacetan di masa yang akan datang, maupun penambahan trayek untuk mengatasi berbagai tujuan pelayanan seperti lembaga pendidikan, pusat layanan kesehatan, layanan administrasi pemerintahan, layana jasa perkantoran, pusat perdagangan, pasar tradisional, destinasi wisata dan lain-lain.

Rancangan Awal RKPD Kota Pekalongan 2018 | EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU 147 6. Minimnya fasilitas Kota Kreatif, khususnya terkait dengan pengembangan kesenian

rakyat sehingga ciri kesenian rakyat Kota Pekalongan yang mampu mengusung keberagaman etnis dan budaya belum sepenuhnya menyebar ke semua wilayah dan kelompok-kelompok masyarakat. Infrastruktur berupa ruang publik kreatif perlu ditambah dengan mendekatkan pada wilayah-wilayah permukiman, sehingga dapat menjadi pusat-pusat pengembangan secara lebih merata.

7. Belum optimalnya pengembangan potensi ekonomi kreatif yang dimilik Kota Pekalongan seperti desain, fesyen, perfilman, kuliner, dan lain-lain. Sehingga munculnya komunitas-komunitas belum dirasakan sebagai gerakan bersama antara Pemerintah dengan seluruh masyarakat Kota Pekalongan.

8. Pengembangan Sistem Inovasi Daerah masih belum optimal, antara lain 1) dalam hal penyediaan basis data tentang pelaku usaha/bisnis dan inovasi masih tersebar di beberapa PD terkait serta pelayanan yang masih manual, 2) Tim koordinasi Penguatan Sistem Inovasi Daerah belum dilengkapi dengan kelompok kerja dan sekretariat, 3) Jumlah SDM yang memangku jabatan fungsional tertentu di lembaga Iptekin/litbangyasa milik Pemerintah Kota Pekalongan masih terbatas, dan 4) Alokasi anggaran untuk fasilitasi penguatan sistem inovasi daerah masih relatif kecil..