• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

3.1 ARAH KEBIJAKAN EKONOMI DAERAH

3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah

Rancangan Awal RKPD Kota Pekalongan 2018 | RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH

DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

154

Lapangan Usaha 2011 2012 2013* 2014** 2015***

(1) (3) (4) (5) (6) (6)

P Jasa Pendidikan 3,51 3,98 4,64 4,63 4,52

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

1,07 1,14 1,14 1,20 1,22

R,S,T,U Jasa lainnya 1,89 1,72 1,75 1,83 1,77

Produk Domestik Regional Bruto 100 100 100 100 100

Sumber data : PDRB Kota Pekalongan Tahun 2016

PDRB per kapita merupakan PDRB yang dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. Pada Tahun 2015, PDRB per kapita Kota Pekalongan ADHB mencapai Rp.26,36 juta, meningkat dibandingkan dengan tahun 2014. PDRB per kapita Kota Pekalongan secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3 PDRB Per Kapita dan Pendapatan Per Kapita Kota Pekalongan Tahun 2011-2015

No Tahun Pendapatan Per Kapita (atas dasar harga berlaku) (Rp Juta)

1 2011 18,28

2 2012 20,04

3 2013 22,10

4 2014 24,26

5 2015 26,36

Sumber data : PDRB Kota Pekalongan Tahun 2016

c. Inflasi

Pada periode tahun 2011 - 2015, inflasi di Kota Pekalongan cenderung berfluktuasi dari kisaran 2,45 persen di tahun 2011 hingga tertinggi pada 7,82 persen di tahun 2014. Nilai inflasi Kota Pekalongan dari tahun 2011 - 2014 lebih rendah dibanding dengan inflasi nasional dan Provinsi Jawa Tengah. Tetapi pada tahun 2015 lebih tinggi dari Nasional dan Provinsi Jawa Tengah. Perkembangan inflasi kota Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah dan nasional dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4 Laju Inflasi Kota Pekalongan Tahun 2011-2015

2011 2012 2013 2014 2015

Kota Pekalongan (%) 2,45 3,55 7,40 7,82 3,46

Prov Jateng (%) 2,68 4,24 7,99 8,22 2,73

Nasional (%) 3,79 4,30 8,38 8,36 3,35

Sumber: Kota Pekalongan Dalam Angka 2016

3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah

Dari buku laporan BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 6% pada 2017, 6,5% pada 2018, dan 7% pada 2019. Namun, target itu bisa terealisasi kalau Indonesia sungguh-sungguh melakukan reformasi struktural di bidang ekonomi. Mengutip kebiajakan ekonomi nawacita bahwa kebiajakn ekonomi Indoensia harus beralih dari ekonomi yang tergantung pada komoditas menjadi negara dengan ekonomi yang berbasis pada manufaktur, sehingga investasi harus didorong dan ditingkatkan sampai ke daerah.

Rancangan Awal RKPD Kota Pekalongan 2018 | RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH

DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

155 Tantangan utama dari ekonomi global bersumber dari pertumbuhan ekonomi global yang masih belum cukup kuat dan berlanjutnya penurunan harga komoditas dunia. Sementara itu, meski ketidak pastian pasar keuangan dunia membaik sejalan dengan menyempitnya divergensi kebijakan moneter antar negara maju, dampak risiko perekonomian Tiongkok perlu diwaspadai. Meskipun pertumbuhan ekonomi global diperkirakan membaik, namun masih terdapat risiko pertumbuhan tersebut menjadi lebih rendah sejalan dengan perekonomian AS yang belum cukup solid dan perlambatan ekonomi Tiongkok. Normalisasi kebijakan moneter AS diprakirakan berjalan gradual, sementara Eropa dan Jepang diprakirakan tetap menerapkan kebijakan Quantitative Easing (QE) sehingga divergensi kebijakan moneter mulai menyempit. Namun demikian, meski divergensi kebijakan moneter di negara maju mulai berkurang, kinerja perekonomian Tiongkok yang belum pulih dapat memicu sentimen negatif investor terhadap negara emerging markets.

Di sisi domestik, perekonomian Indonesia ke depan juga masih dihadapkan dengan berbagai tantangan permasalahan struktural domestik yang belum terselesaikan secara menyeluruh. Tantangan struktural yang pertama adalah pencapaian ketahanan pangan, energi, dan air sebagai faktor input utama yang diperlukan dalam proses transformasi menuju industrialisasi.

Tantangan permasalahan struktural domestik tersebut tidak terlepas dari berbagai permasalahan modal dasar pembangunan khususnya yang terkait infrastruktur, sumber daya manusia, iklim usaha, dan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Berdasarkan pendekatan growth diagnostic, tantangan utama dalam perekonomian di hampir seluruh wilayah Indonesia bersumber dari permasalahan infrastruktur listrik, konektivitas, dan kualitas sumber daya manusia. Listrik sebagai sumber pemenuhan kebutuhan energi belum dapat terpenuhi dengan baik terutama di luar jawa. Sementara itu, belum terintegrasinya infrastruktur terkait konektivitas menjadi hambatan dalam upaya menurunkan biaya logistik pada rantai nilai domestik, memperkuat integrasi internal, dan meningkatkan daya saing produk Indonesia. Dari sisi kualitas sumber daya manusia, tingkat pendidikan tenaga kerja yang mayoritas merupakan lulusan pendidikan dasar dan menengah belum kompatible dengan upaya penguatan struktur ekonomi pada sektor teknologi menengah-tinggi. Di sisi iklim usaha, meski sudah jauh lebih baik ketimbang tahun sebelumnya, perbaikan iklim usaha perlu terus ditingkatkan antara lain melalui kemudahan terkait ijin investasi, mekanisme perpajakan, penyederhanaan birokrasi, dan perbaikan manajemen pemerintah. Di sisi iptek, belum optimalnya dukungan iptek dalam meningkatkan daya saing sektor produksi dan jasa merupakan permasalahan yang harus terus dicermati.

a. Tantangan Perekonomian Tahun 2018

Sesuai amanat RPJMD Kota Pekalongan prioritas kebijakan difokuskan untuk menciptakan struktur ekonomi yang kuat melalui penguatan produk unggulan daerah guna menciptakan perekonomian yang berkelanjutan dan seimbang. Diversifikasi ekonomi dan transformasi struktural melalui penggalian dan pengembangan potensi produk unggulan daerah memegang peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan menjaga ketahanan ekonomi daerah terhadap guncangan eksternal

Pada tahun 2018 yang akan mempengaruhi perekonomian Kota Pekalongan antara lain:

a. Rencana penguatan kebijakan ekonomi melalui Revisi Tata Ruang sangat strategis dalam mengakomodir dinamika pembangunan daerah yang terjadi termasuk untuk

Rancangan Awal RKPD Kota Pekalongan 2018 | RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH

DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

156 kepastian peluang investasi pada sektor yang belum terkamodir dalam peraturan yang lama akan mampu menguatkan ekonomi daerah

b. Isu penguatan ketahanan pangan, energi, dan air dimana ketergantungan Kota Pekalongan masih sangat besar untuk mendapatkan pasokan dari luar daerah terutama dari daerah sekitar

c. Melemahnya daya saing Kota Pekalongan seiring dengan belum berkelanjutannya produk unggulan daerah terutama pada produk unggulan Batik yang masih berupa bahan komoditi pemenuhan kebutuhan pasar semata namun untuk Batik Pekalongan sendiri belum memiliki brand produk yang original dan kuat dipasaran dan masih sebatas sebagai tempat memproduksi saja.

d. Di sektor industri, maritim, dan pariwisata pengembangannya masih belum maksimal disamping terkait dengan luasan lahan Kota yang terbatas untuk pengembangan industri baik industri pengolahan maupun industri maritim meski masih adanya peluang untuk pengembangan jasa perkantoran dan pariwisata dengan mengajak investor untuk pengembangan destinasi wisata di Kota Pekalongan dengan menggandeng investor.

e. Perlunya menciptakan ekonomi inklusif dengan penguatan UMKM di Kota Pekalongan dengan pembangunan technopark perikanan dan pengembangan pusat inovasi dan budaya batik

f. Meski letak Kota Pekalongan yang strategis sebagai pusat pelayanan kegiatan wilayah regional Petanglong namun hal ini belum dimaksimalkan terutama dalam hal pelayanan jasa dan perdagangan dimana selama dua tahun terkahir tidak terlalu singnifikan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi daerah

b. Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2018.

Prioritas kebijakan pembangunan ekonomi Kota Pekalongan secara makro tahun 2018 difokuskan kepada infrastruktur, kualitas SDM, dan Sistem Inovasi untuk Mendukung Pengembangan Ekonomi Kreatif. Keterbatasan keuangan daerah dalam pembiayaan pembangunan daerah berimplikasi luas terhadap perekonomian daerah. Pemerintah Kota Pekalongan diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), efisiensi pendanaan pembangunan dan efektivitas pengelolaan keuangan daerah.

Berkaitan dengan kondisi yang tersebut di atas maka usaha-usaha yang harus dilakukan dalam pemantapan perekonomian daerah, adalah sebagai berikut:

a. Mewujudkan ketertiban hukum dan ketenteraman dalam masyarakat guna menjamin kegiatan usaha dalam masyarakat dapat terselenggara dengan baik. b. Meningkatkan pelayanan perijinan usaha secara terpadu, untuk meningkatkan

unit-unit layanan dan fasilitasi perijinan bagi usaha mikro, kecil serta sektor informal secara gratis agar dapat menjadi usaha formal dan mudah mengakses kredit perbankan.

c. Menjamin ketersediaan prasarana dan sarana perekonomian (revitalisasi pasar tradisional, perlindungan UMKM) agar berfungsi dengan baik dan sektor-sektor lain sebagai penunjang pertumbuhan dan distribusi barang semakin efisien.

d. Peningkatan produktivitas tenaga kerja, menyempurnakan sistem pengupahan, peningkatan keterampilan dan kewirausahaan dalam masyarakat.

Rancangan Awal RKPD Kota Pekalongan 2018 | RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH

DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

157 e. Meningkatkan koordinasi antar PD, kerjasama antar daerah, mengembangkan

kemitraan usaha dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan sektor informal. Melalui kerjasama kemitraan dan program tanggung jawab sosial perusahaan (program CSR) dari dunia usaha untuk mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan lembaga keuangan mikro (LKM) di tingkat Rukun Warga (RW).

f. Meningkatkan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan, pendidikan kecakapan hidup (life skills), teknologi tepat guna dan produktivitas kerja dan keterampilan yang bersifat teknis.