• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Luar Negeri Bebas Aktif dan Pelaksanaannya

3. Perbedaan pelaksanaan politik luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi Liberal terjadi karena . . . .

a. tidak ada batasan ”kanan” dan ”kiri” yang jelas bagi pelaksanaan politik luar negeri Indonesia b. sistem pemerintahan pada masa Demokrasi Liberal menitikberatkan pada koalisi kabinet c. parlemen pada masa Demokrasi Liberal terbagi dalam dua kubu yaitu blok Barat dan blok Timur

d. tidak ada landasan konstitusional pelaksana-an politik luar negeri Indonesia

e. Presiden Soekarno tidak berhak menentukan arah politik luar negeri Indonesia

Jawaban: a

Pada masa Demokrasi Liberal politik luar negeri Indonesia berkaitan erat dengan kabinet-kabinet yang berkuasa. Setiap kabinet yang berkuasa, membawa politik luar negeri Indonesia dengan cara berbeda. Kondisi tersebut terjadi karena tidak adanya batasan ”kanan” dan ”kiri” yang jelas bagi pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Akibat-nya, pelaksanaan politik luar negeri dapat berujung pada jatuhnya suatu kabinet.

4. Salah satu prinsip pelaksanaan politik luar negeri Indonesia adalah tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Prinsip tersebut pernah mengalami penyimpangan pada masa Demokrasi Terpimpin yang ditandai dengan peristiwa . . . . a. penyelenggaraan pesta olahraga

negara-negara Nefo

b. pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika di Bandung

c. penyerangan terhadap wilayah Irian Barat d. pengiriman Kontingen Garuda ke Kongo e. konfrontasi dengan Malaysia

Jawaban: e

Pada masa Demokrasi Terpimpin, politik luar negeri Indonesia pernah mengalami penyimpangan. Pemerintah Indonesia saat itu berupaya men-campuri urusan dalam negeri negara lain yang dibuktikan terjadinya konfrontasi dengan Malaysia pada tahun 1961. Tindakan tersebut dilakukan karena pemerintah Indonesia menganggap Malaysia merupakan antek neokolonialisme. 5. Pada saat hubungan luar negeri Indonesia–Uni

Soviet memburuk, terbentuklah poros Jakarta– Peking–Pyongyang. Adapun faktor yang turut mendasari terbentuknya poros tersebut yaitu . . . . a. Uni Soviet menghentikan bantuan militer

terhadap pemerintah Indonesia

b. pemerintah Indonesia membutuhkan aliansi dalam konfrontasi dengan Malaysia

c. pemerintah Indonesia dipilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB

d. Malaysia mendapat dukungan penuh dari Inggris dalam pembentukan Federasi Malaysia

e. pemerintah Indonesia mengirim pasukan per-damaian ke wilayah Semenanjung Indo-Cina

Jawaban: b

Poros Jakarta–Peking–Pyongyang merupakan salah satu bentuk politik luar negeri yang cenderung ke negara sosialis. Poros tersebut terbentuk ketika pemerintah Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia. Malaysia mendapat dukungan penuh dari Inggris. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia membutuhkan aliansi negara besar yaitu Republik Rakyat Tiongkok.

6. Perhatikan tabel berikut!

No. X Y

1) Umarjadi Njotowidjojo Rusli Noor 2) Adam Malik Ali Wardhana 3) Ali Alatas Mochtar

Kusumaatmadja

Tokoh-tokoh yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia pada masa Orde Baru ditunjuk-kan oleh kombinasi . . . .

a. X1), X2), dan Y1) b. X1), X3), dan Y2) c. X2), X3), dan Y3) d. X3), Y1), dan Y2) e. X3), Y2), dan Y3)

Jawaban: c

Politik luar negeri Indonesia erat kaitannya dengan jabatan menteri luar negeri yang membawa politik luar negeri Indonesia ke dunia internasional. Pada masa Orde Baru, ada tiga tokoh yang menjabat sebagai menteri luar negeri yaitu Adam Malik, Mochtar Kusumaatmadja, dan Ali Alatas. Jadi, jawaban yang tepat ditunjukkan oleh kombinasi

X2), X3), dan Y3).

7. Politik luar negeri Indonesia pada masa Orde Baru berhasil meningkatkan posisi tawar Indonesia di dunia internasional. Fakta yang mendukung pernyataan tersebut adalah . . . .

a. pembentukan kerja sama ekonomi dan militer dengan Amerika Serikat pada tahun 1969 b. penyelenggaraan Games of The New

Emerging Forces (Ganefo) pada tahun 1963 c. pengangkatan Indonesia sebagai ketua

Gerakan Non-Blok pada tahun 1992

d. pemrakarsa normalisasi hubungan Indonesia dengan Malaysia pada tahun 1966

e. pembentukan organisasi ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967

Jawaban: c

Pada masa Orde Baru, politik luar negeri Indonesia diarahkan untuk menunjang pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia berupaya membangun hubungan baik dengan negara-negara tetangga. Dengan penerapan politik tersebut, pemerintah Orde Baru berhasil meningkatkan posisi tawar Indonesia secara global. Kondisi tersebut dibuktikan dengan penunjukan Indonesia sebagai ketua KTT Non-Blok pada tahun 1992.

8. Setelah Perang Dingin, politik luar negeri Indonesia mengalami permasalahan karena . . . .

a. paham komunis kembali berkembang di Indonesia

b. isu dunia beralih dari isu komunisme ke isu penegakan HAM

c. Indonesia merupakan sekutu utama Uni Soviet selama Perang Dingin

d. bantuan militer dari Uni Soviet kepada pemerintah Indonesia berhenti

e. pemerintah Orde Baru sarat dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme

Jawaban: b

Pada masa Orde Baru, politik luar negeri Indonesia pernah mengalami kejayaan karena berhasil membendung pengaruh komunisme di Asia Tenggara. Setelah Perang Dingin, politik luar negeri Indonesia menghadapi permasalahan karena perubahan isu komunisme ke isu demokratisasi, penegakan HAM, dan lingkungan hidup. Sementara itu, beberapa kasus di Indonesia mengindikasi adanya pelanggaran HAM di Indonesia. Oleh karena itu, pasca-Perang Dingin politik luar negeri Indonesia menghadapi banyak kendala.

9. Lepasnya Timor Timur pada tahun 1999 ber-pengaruh bagi pelaksanaan politik luar negeri Indonesia karena . . . .

a. Timor Timur menjadi basis perkembangan komunisme di Asia Tenggara

b. disintegrasi Timor Timur menormalisasi hubungan Indonesia–Portugis

c. pemerintah Indonesia melepas Timor Timur secara demokratis

d. pemerintah Indonesia terlepas dari tuduhan pelanggaran HAM

e. wilayah Timor Timur menyerap banyak dana pembangunan

Jawaban: d

Pasca-Perang Dingin, isu dunia beralih dari isu komunisme ke arah isu demokratisasi, penegak-an HAM, dpenegak-an lingkungpenegak-an hidup. Masalah Timor Timur merupakan salah satu penyebab buruknya

indikasi pelanggaran HAM dalam kasus Timor Timur. Oleh karena itu, ketika Timor Timur lepas dari wilayah RI, politik luar negeri Indonesia membaik karena pemerintah Indonesia terlepas dari tuduhan pelanggaran HAM.

10. Pada tahun 2005 pemerintah Indonesia berhasil menyelesaikan konflik di Aceh dengan bantuan mediasi dari pemerintah Finlandia. Fakta tersebut menunjukkan bahwa . . . .

a. dunia internasional kembali menaruh perhatian terhadap Indonesia

b. konflik internal dalam negeri Indonesia membutuhkan mediasi dari PBB

c. pemerintah Indonesia berupaya membersih-kan tuduhan pelanggaran HAM

d. konflik di Aceh mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

e. pemerintah Indonesia berhasil membangun kemitraan strategis dengan Finlandia

Jawaban: a

Pada periode reformasi, politik luar negeri Indonesia diarahkan untuk memulihkan keper-cayaan dunia internasional terhadap pemerintah Indonesia. Upaya tersebut memperoleh hasil signifikan dengan adanya bantuan dari Finlandia dalam penyelesaian konflik Aceh pada tahun 2005. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa dunia internasional kembali menaruh perhatian terhadap Indonesia.

B. Kerjakan soal-soal berikut!

1. Jelaskan penyimpangan politik luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi Liberal!

Jawaban:

Penyimpangan politik luar negeri Indonesia terjadi pada masa Kabinet Sukiman. Ahmad Soebardjo yang pada saat itu menjabat sebagai menteri luar negeri melakukan kesepakatan dengan Duta Besar Amerika Serikat, Merle Cochran yang dikenal dengan istilah Mutual Security Act. Tindakan tersebut dianggap melanggar politik luar negeri Indonesia karena menunjukkan kedekatan pemerintah Indonesia dengan blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat.

2. Sebukan dua aspek pelaksanaan politik luar negeri Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin menurut Menlu Subandrio!

Jawaban:

Menteri Luar Negeri Subandrio menerapkan politik luar negeri bebas aktif dengan memperhatikan dua aspek berikut.

a. Menjalankan politik persahabatan dengan dunia luar secara konvensional seperti yang

b. Berjuang menyelesaikan Revolusi Indonesia yang merupakan kenyataan dan harus diterima oleh dunia luar.

3. Jelaskan konsep Nefo dan Oldefo yang dicetuskan Presiden Soekarno!

Jawaban:

New Emerging Forces (Nefo) adalah kelompok negara berkembang dan negara sosialis yang dianggap progresif, termasuk juga negara-negara yang baru merdeka atau sedang memperjuangkan kemerdekaannya. Adapun negara kolonialis, imperialis, dan penghambat kemajuan bangsa yang sedang berkembang dikelompokkan sebagai Old Established Forces (Oldefo). Dalam pidatonya, Soekarno menjelaskan bahwa kesepakatan damai hanya dapat dicapai jika negara berkembang memiliki kekuatan yang sama dengan negara-negara imperialis. Oleh karena itu, negara-negara-negara-negara berkembang harus menjalin rasa setia kawan yang erat.

4. Bagaimana perkembangan politik luar negeri Indonesia pada periode pemerintahan Abdurrahman Wahid dan Megawati Soekarnoputri?

Jawaban:

Pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid pemerintah Indonesia aktif melakukan kunjungan

ke luar negeri. Setiap kunjungannya ke luar negeri, Presiden Abdurrahman Wahid secara konsisten mencari dukungan bagi pemulihan ekonomi dan isu-isu dalam negeri yang mengancam integritas teritorial Indonesia. Sementara itu, pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, pemerintah Indonesia justru mengakhiri kerja sama dengan IMF karena pembengkakan utang luar negeri. Selain itu, lepasnya Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan pada tahun 2003 menunjukkan politik luar negeri Indonesia masih lemah. 5. Bagaimana pelaksanaan politik luar negeri pada

periode pemerintahan Joko Widodo?

Jawaban:

Periode pemerintahan Joko Widodo memberi warna baru bagi pelaksanaan politik luar negeri Indonesia. Pemerintah Indonesia kembali berpartisipasi dalam momen-momen penting internasional. Pada bulan November 2014, pemerintah Indonesia menghadiri KTT APEC di Beijing. Pada bulan Mei 2015, pemerintah Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah peringatan 60 tahun KAA. Selain itu, pemerintah Indonesia menunjukkan keaktifannya dalam membantu pengungsi di Rohingya.

A. Pilihlah jawaban yang tepat!

1. Konferensi Bogor pada tanggal 28–30 Desember 1954 pada dasarnya bertujuan . . . .

a. memastikan kehadiran setiap negara peserta Konferensi Asia-Afrika

b. membicarakan persiapan akhir pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika

c. menetapkan Indonesia sebagai tuan rumah Konferensi Asia-Afrika

d. menetapkan negara sponsor pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika

e. memunculkan ide mengenai pembentukan Gerakan Non-Blok

Jawaban: b

Konferensi Bogor merupakan salah satu konferensi pendahulu Konferensi Asia-Afrika. Konferensi Bogor dilaksanakan pada tanggal 28–30 Desember 1954 di Istana Bogor. Konferensi tersebut membicarakan persiapan akhir pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika meliputi kepastian negara-negara yang akan hadir. Selain itu, disepakati pula waktu pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika yaitu pada bulan April 1955.

2. Perhatikan tabel berikut!

No. X Y

1) Nigeria Mesir 2) Aljazair Ethiopia 3) Sudan Rhodesia

Negara-negara Afrika yang hadir dalam Konferensi Asia-Afrika ditunjukkan oleh kombinasi . . . . a. X1), X2), dan Y1)

b. X1), X3), dan Y2) c. X2), X3), dan Y3) d. X3), Y1), dan Y2) e. X3), Y2), dan Y3)

Jawaban: d

Konferensi Asia-Afrika (18–24 April 1955) dihadiri oleh 29 negara dari Benua Asia dan Afrika. Negara-negara Afrika yang hadir dalam Konferensi Asia-Afrika yaitu Mesir, Sudan, Ethiopia, Libia, Liberia, dan Ghana. Jadi, jawaban yang tepat ditunjukkan oleh kombinasi X3), Y1), dan Y2).