• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip Penerimaan

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR PENELITIAN TIM PASCASARJANA (Halaman 164-170)

Akses Media Sosial di Indonesia

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil/Temuan Penelitian

2) Prinsip Penerimaan

Pelanggaran prinsip ‗penerimaan‘ dalam wacana politik pilkada DKI Jakarta 2017 oleh komunitas pendukung paslon, diantaranya terlihat dalam tuturan berikut ini.

(60) Kalo dipersulit pas mau nyoblos, bilang aja mau nyobolos Anies-Sandi. Tapi pas di bilik suara, coblos nomor 2. (GP5:18/04/17)

157

(61) Hanya karena minoritas semua pengorbanan dan kebsikan yang kita lakukan itu kalah hokum karena keadilan diinterfensi oleh ormas radikal!! (PC1:10/05/17).

(62) Silahkan anda jadikan ahok sebagai nabi kalian. Tapi jangan sekali-sekali nodai Islam dan perjuangan Umat Islam. Atau kamu akan kami habisi dengan cara kami. (DF3:01/04/17) (63) Bagi kami ini adalah PENGHINAAN terhadap kalangan SANTRI!

Bagaimana mungkin gelar kehormatan itu disematkan kepada Non-Muslim terlebih penista Al-Qur‘an?! (DF5:25/03/17)

(64) Toleransi macam apa menista kitab suci kami? Toleransi macam apa menghina ulama kami? Mari ke sini, kami ajari kau soal Toleransi! (DF6:11/02/17)

Tuturan pada data (59) melanggar prinsip ‗penerimaan‘ karena dianggap meprinsipalkan keuntungan bagi dirinya sendiri. Dalam hal ini, penutur meminta agar masyarakat memilih paslon yang didukungnya. Hal tersebut ditandai dengan pernyataan Tapi pas di bilik suara, coblos nomor 2. Pada tuturan (60) pelanggaran prinsip ‗penerimaan‘ karena penutur dianggap tidak menerima atas kerugian yang dialami. Hal tersebut ditandai dengan pernyataan Hanya karena minoritas semua pengorbanan dan kebaikan yang kita lakukan itu kalah hokum. Pernyataan tersebut menggambarkan keluhan si penutur, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendukung paslon tersebut tidak menerima atau tidak ikhlas atas kerugian atau ketidakadilan yang dialaminya sebagai kaum minoritas.

Selanjutnya, pada tuturan (61) komentar pendukung paslon dikatakan melanggar prinsip ‗penerimaan‘ karena penutur dianggap tidak ingin sesuatu yang ia miliki diganggu- gugat. Hal ini disimpulkan sebagai bentuk perasaan yang tidak ingin dirugikan. Dalam hal ini, penutur meminta agar agama Islam dan perjuangan umat islam tidak dinodai, yang ditandai dengan ungkapan Tapi jangan sekali-sekali nodai Islam dan perjuangan Umat Islam.

Tuturan (62) dikatakan melanggar prinsip ‗penerimaan‘ karena tuturan tersebut menggambarkan ungkapan perasaan penutur yang tidak ingin dirugikan. Dalam hal ini, penutur tidak menerima apabila seorang non-muslin diberi gelar kehormatan. Hal tersebut ditandai dengan pernyataan Bagi kami ini adalah penghinaan terhadap kalangan santri. Penutur menganggap hal tersebut adalah sebuah penghinaan, yang tentunya akan merugikan kalangan santri.

158

Terakhir, tuturan pada data (63) juga dikatakan melanggar prinsip ‗penerimaan‘ disebabkan penutur tidak menerima apabila kitab sucinya dinistakan serta ulamanya dihina. Hal tersebut ditandai dengan pernyataan Toleransi macam apa menista kitab suci kami?, dan Toleransi macam apa menghina ulama kami?.

3) Prinsip Pujian

Pelanggaran prinsip ‗pujian‘ dalam wacana politik pilkada DKI Jakarta 2017 oleh komunitas pendukung paslon ditemukan dalam tuturan berikut.

(65) Topeng tampil berwibawa, topeng tampil cool, topeng tampil manis, tuh kan basa-basi. (GP9:17/04/17)

(66) Hanya kecurangan yang bisa memenangkan Anies-Sandi (PK8:15/04/17).

(67) Selama ini kita tahu hanya program jualan SARA dan nyerang pribadi lawan yang banyak dilakukan. Ini bukti betapa „murahannya‟ program yang diusung Anies, dan ini juga sebagai bukti Anies tak layak jadi Gubernur DKI. (PK13:02/04/17)

(68) Ketahuilah!! Pelayan rakyat tidak ada yang berkata kasar pada rakyatnya! (TL8:15/02/17)

(69) Semua berawal dari si dungu ini. Terpilih menjadi Gubernur DKI. jabatan itu diwariskan kepada seorang Cina bermulut Jamban.Tentu saja si mulut jamban jadi tahu semua tentang kelicikan si dungu ini. Si dungu ketakutan. Jadilah si mulut jamban penguasa pemegang ‖kartu as‖ bagi si dungu. Maka mau tak mau, Si dungu harus terus melindungi si mulut jamban. TAMAT (WI27:06/04/17)

Kelima tuturan tersebut merupakan tuturan yang melanggar prinsip ‗pujian‘. Prinsip pujian adalah prinsip yang menganjurkan penuturnya untuk tidak mengecam orang lain dan meprinsipalkan pujian terhadap orang lain. Tuturan (64) merupakan tuturan yang melanggar prinsip pujian karena berisi kecaman terhadap orang lain. Hal tersebut terlihat pada pernyataan ‖topeng tampil berwibawa, topeng tampil cool, topeng tampil manis” dan ‖tuh kan basa-basi‖.

Selanjutnya, pada tuturan (65) juga terdapat bentuk pelanggaran terhadap prinsip ‗pujian‘, karena penutur secara langsung merendahkan atau tidak mengindahkan terhadap keberhasilan mitra tutur. Dalam hal ini, penutur menyatakan bahwa kemengan yang diraih adalah karena kecurangan. Hal tersebut ditandai dengan pernyataan Hanya kecurangan yang bisa memenangkan Anies-Sandi.

159

Pada tuturan (66), juga terlihat penutur melanggar maskim ‗pujian‘ melalui pernyataan ‖betapa „murahannya‟ program yang diusung Anies‖ serta ‖Anies tak layak jadi Gubernur DKI‖. Pernyataan tersebut adalah sebagai bentuk kecaman serta hinaan terhadap pihak yang dimaksud atau mitra tutur. Penutur menyatakan bahwa program yang diusung paslon-3 adalah program murahan serta mengecam bahwa paslon-3 tidak layak menjadi gubernur.

Selanjutnya, tuturan (67) merupakan tuturan yang melanggar prinsip ‗pujian‘ karena berisi kecaman terhadap orang lain. Hal tersebut terlihat pada pernyataan ‖Pelayan rakyat tidak ada yang berkata kasar pada rakyatnya!‖.

Pada tuturan (68) pelanggaran prinsip ‗pujian‘ karena berisi kecaman terhadap orang lain. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata ‖si dungu‖ serta ‖si mulut jamban‖.

4) Prinsip Kerendahan Hati

Pelanggaran prinsip ‗kerendahan hati‘ dalam wacana politik pilkada DKI Jakarta 2017 oleh komunitas pendukung paslon ditemukan dalam data berikut ini.

(70) Eh kunyuk, itu namanya Ahok lagi kerja! (PP10:28/02/17).

(71) Sakit jiwa kalau ada yang bilang, Program Anies lebih baik dari program Ahok soal rumah untuk rakyat miskin (PP12:26/02/17).

(72) Belum ada satupun posko banjir Jakarta dari Ahokers, sementara FPI buka posko banjir di berbagai wilayah DKI (TL3:21/02/17).

(73) Aksi bela Ahok hanya 500 orang, bikin ulah bahkan anarkis. Aksi bela islam jutaan orang, damai, rapi dan tak ada yang tersakiti. BEDA KUALITAS! (WI6:13/05/17)

(74) Masuk penjara lebih terhormat daripada lari dari proses hukum. (PC3:09/05/17)

Pada tuturan (69), terlihat penutur melanggar prinsip ‗kerendahan hati‘. Artinya, penutur lebih banyak memuji berlebih-lebihan dalam konteks di sini adalah paslon yang didukungnya. Hal itu terdapat pada pernyataan Ahok lagi kerja!. Pada kalimat tersebut, penutur untuk memuji kinerja dari paslon yang didukungnya.

Selanjutnya, pada kalimat (70) juga terlihat penutur melanggar prinsip ‗kerendahan hati‘. Pelanggaran itu terlihat, pada pernyataan Sakit jiwa kalau ada yang bilang, Program Anies lebih baik dariprogram Ahok Artinya, secara lagsung penutur mengklaim bahwa program yang diusung paslon yang didukungny lebih baik, dengan merendahkan program yang diusung paslon lain.

160

Tuturan (71) merupakan tuturan yang melanggar prinsip ‗kerendahan hati‘. Hal tersebut, ditandai dengan pernyataan FPI buka posko banjir di berbagai wilayah DKI. Artinya, secara lagsung penutur mengklaim mengenai pembuatan posko banjir di berbagai wilayah DKI yang dilakukan oleh pihaknya.

Begitu juga pada tuturan (72), penutur pada tuturan ini terlihat sangat membanggakan atau memuji dirinya serta pihaknya mengenai aksi bela Islam dengan mengatakan bahwa Aksi bela islam jutaan orang, damai, rapi dan tak ada yang tersakiti serta dengan merendahkan aksi yang dilakukan oleh pihak lain (mitra tutur) Aksi bela Ahok hanya 500 orang, bikin ulah bahkan anarkis, BEDA KUALITAS!. Dengan ungkapan tersebut, maka secara langsung penutur sudah melanggar prinsip ‗kerendahan hati‘.

Selanjutnya, pada tuturan (73) juga ditemukan adanya pelanggaran prinsip ‗kerendahan hati‘. Hal tersebut terlihat dari pernyataan ‖Masuk penjara lebih terhormat daripada lari dari proses hukum‖. Pada tuturan tersebut terlihat bahwa penutur mengklaim secara berlebihan bahwa suatu tindakan tersebut lebih baik darin perbuatan lainnya. Jika dikaitkan dengan konteksnya, penutur mengklaim bahwa Ahok yang masuk penjara lebih baik dari Rizik yang mangkir dari proses hukum. Maksudnya adalah penutur secara tidak langsung membanggakan paslon yang didukungnya

5) Prinsip Kesepakatan

Komentar pendukung paslon yang melanggar prinsip ‗kesepakatan‘ dapat dilihat pada tuturan berikut ini.

(75) Pendukung Anies Sandi Baswedan adalah: 1. Rizieq Shihab terlapor kasus pencabulan. 2. Tomy Suharto terpidana kasus pembunuhan. 3. Fahrurrozi gubernur tandingan FPI. Begundal mainnya sama begundal (PK6:20/04/17).

(76) Media pun akan disuap semua demi memberikan opini paslon 3 yang menang (PK7:18/04/17).

(77) Mau pilih paslon 3? Dijamin tidak akan menyelesaikan masalah, justru menambah masalah baru (PK9:15/04/17).

(78) Karena terlalu sibuk untuk berkampanye hitam dan politik uang, Tim Ahok sampai lupa untuk meminta izin ke PANWASLU (TL6:08/04/17)

(79) Jaksa jadi pembela Ahok jaksa khianati umat Islam (Df4:20/04/17).

Kelima komentar yang terdapat dalam tuturan tersebut merupakan tuturan yang melanggar prinsip ‗kesepakatan‘ karena menuai pandangan yang berlebih-lebihan meskipun

161

belum tentu semua orang termasuk pihak yang disebutkan dalam tuturan setuju mengenai hal yang disebutkan dalam tuturan. Hal tersebut pada data (74) ditandai dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa pendukung Anies Sandi Baswedan adalah terlapor kasus pencabulan, terpidana kasus pembunuhan, gubernur tandingan FPI. Pada tuturan (75) ditandai dengan ungkapan media akan disuap semua demi memberikan opini paslon 3 yang menang. Pada tuturan (76) dengan ungkapan Paslon 3 dijamin tidak menyelesaikan masalah, justru menambah masalah baru. Pada tuturan (77) Tim Ahok sampai lupa untuk meminta izin ke panwaslu karena terlalu sibuk berkampanye hitam. Selanjutnya, pada tuturan (78) dengan ungkapan jaksa jadi pembela Ahok‖. Dalam hal ini pendukung paslon terlalu berlebihan dalam mengungkapkan pendapatnya tanpa memikirkan apakah pendapat tersebut disetujui atau tidak oleh orang lain atau pihak yang dituju dalam tuturan tersebut

6) Prinsip Kesimpatian

Komentar pendukung paslon yang melanggarr prinsip ‗kesepakatan‘, diantaranya dapat dilihat pada tuturan berikut ini.

(80) Selamat buat kaum keledai yang memilih gubernur seagama (PK5:27/04/17).

(81) Saya muslim, saya sedih Ahok dipenjara, tapi saya bangga Ahok dihukum mati. (WI1:16/05/17).

(82) Biarkan bani serbet kirim bunga sendiri, bikin kata-kata sendiri, bahagia sendiri, viralin sendiri. Yang penting kita ketawain bersama-sama hahahaha (WI11:27/04/17) (83) Ahok tumbang, Allahu Akbar!!! (WI18:19/04/17)

(84) Nantang nantang sok jago… Pendukung Ahok keok babak belur berkelahi 1 lawan 1... Nangis nangis minta bantuan polisi dan fitnah dikeroyok... Ternyata segitu aja kualitas pendukung si penista agama... Bacot doang gede (DF9:07/01/17).

Pada tuturan (79), terdapat pelanggaran prinsip ‗kesimpatian‘ yang disampaikan penutur terhadap pihak yang dimaksud. Ketidaksimpatian tersebut, terlihat pada komentar Selamat buat kaum keledai yang memilih gubernur seagama. Dalam hal ini terlihat keantipatian yang berlebihan dari penurtur yang enggan mengucapkan selamat atas kesuksesan yang didapatkan oleh lawan tuturnya.

Selanjutnya, pada tuturan (80) juga terdapat pelanggaran prinsip ‗kesimpatian‘ karena penutur tidak meprinsipalkan rasa simpati melainkan meprinsipalkan rasa antipati terhadap pihak yang dituju sebagai lawan tuturnya. Hal tersebut terlihat dari pernyataan saya bangga

162

Ahok dihukum mati yang bermakna penutur tidak peduli terhadap keburukan atau kedukaan yang akan diterima oleh lawan tutur.

Begitu juga halnya pada tuturan (81), tuturan tersebut melanggar prinsip ‗kesimpatian‘ kerena penutur tidak meprinsipalkan rasa simpati terhadap pihak yang dituju atau lawan tutur dengan mengatakan Yang penting kita ketawain bersama-sama hahahaha yang bermakna penutur tidak peduli bahkan terkesan bersenang-senang di atas keburukan atau kemalangan yang diterima pihak lain atau lawan tutur.

Selanjutnya, pada tuturan (82) juga terdapat pelanggaran prinsip ‗kesimpatian‘, yaitu penutur tidak mementingkan rasa simpati melainkan rasa antipati terhadap pihak yang dituju atau lawan tutur. Hal tersebut terlihat dari pernyataan Ahok tumbang, Allahu akbar!!! yang bermakna penutur tidak peduli terhadap keburukan atau kedukaan yang akan diterima oleh lawan tutur atau pihak yang disebutkan dalam tuturan.

Begitu juga halnya pada tuturan (83), pelanggaran prinsip ‗kesimpatian‘ kerena penutur tidak mengutamakan rasa simpati melainkan rasa antipati terhadap pihak yang dituju atau lawan tutur dengan mengungkapkan Pendukung Ahok keok babak belur berkelahi 1 lawan 1... Nangis nangis minta bantuan polisi dan fitnah dikeroyok... Ternyata segitu aja kualitas pendukung si penista agama... Bacot doang gede yang bermakna penutur tidak peduli bahkan terkesan bersenang-senang di atas kedukaan atau kemalangan yang menimpa pihak lain atau lawan tutur.

B. Pembahasan

1. Representasi Tingkat Kesantunan Para Politikus dalam Wacana Politik Pilkada DKI

Dalam dokumen LAPORAN AKHIR PENELITIAN TIM PASCASARJANA (Halaman 164-170)