• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4. Strategi Pelayanan Kepada Pelanggan

4.4.1. Pesan Antar

Dalam melayani pelanggan-pelanggannya, Pak Dirman berusaha memberikan pelayanan maksimal yang mampu beliau lakukan. Salah satu cara yang dilakukan untuk memanjakan pelanggannya adalah beliau memberikan layanan pesan antar (delivery).

Sistem ini berlaku untuk barang-barang tertentu dan jumlah tertentu. Misalnya untuk produk-produk dalam jumlah yang sedikit seperti beberapa produk atau satu sampai dua lusin saja. Untuk pesanan-pesanan demikian Pak Dirman dapat mengantarkan pesanan tersebut ke tempat tujuan dan tentunya beliau sudah memperkirakan biaya transportasi ke tempat tujuan tersebut sehingga mampu membuat pelayanan demikian.

4.4.2. Permintaan

Salah satu sifat dari sebuah kerajinan tangan tradisional adalah kefleksibelannya. Artinya bentuk dan designnya tidak terpatok harus seperti itu-itu saja. Bagaimana hasilnya bisa disesuaikan dengan kreasi yang diinginkan. Hal inilah yang menjadi salah satu pelayanan yang diberikan Berkah Lidi bagi pelanggan-pelanggannya. Mereka bisa memesan barang dan merequest bagaimana bentuk dan hal-hal lainnya sesuai dengan yang mereka inginkan.

Permintaan-permintaan pelanggan inilah yang menjadi salah satu bukti bahwa produk-produk yang dihasilkan oleh Pak Dirman tidaklah pasaran dan

orang, dan setiap orang tentu memiliki keinginan yang berbeda. Sehingga membuat setiap pesanan itu menjadi berbeda.

Dari permintaan-permintaan pelanggan tersebut juga Pak Dirman dan para anggota/perajin lainnya banyak belajar untuk membuat hal-hal yang baru. Permintaan-permintaan tersebut menjadi salah satu sumber inspirasi bagi mereka dalam berkreasi.

4.4.3. Bonus

Pada umumnya orang akan senang membeli barang yang berkualitas dengan harga yang murah. Bahkan tidak jarang orang berusaha untuk memperoleh potongan harga. Kita juga sering melihat sebuah toko yang ramai pengunjung ketika ada program diskon yang sedang berlangsung. Hal tersebut juga dilakukan oleh Pak Dirman terhadap pelanggannya. Untuk hitungan tertentu, setelah kedua pihak sepakat, yang biasanya disebut proses tawar menawar, Pak Dirman mau memberikan potongan harga atau bonus kepada pembeli. Untuk barang-barang yang besar, baik dari segi ukuran maupun harga, biasanya Pak Dirman melayani tawar menawar dari pelanggan. Dari proses tersebutlah tidak jarang Pak Dirman mengurangi harga dari handycraft yang hendak dibeli tersebut. Di lain kondisi, Pak Dirman juga mau memberikan bonus untuk pelanggannya. Misalnya seseorang sudah membeli banyak barang-barang kerajinan tangan Pak Dirman. Tanpa harus diminta pun beliau bisa memberikan bonus berupa produk kerajinan tangan tradisional yang sepantasnya kepada pembeli tersebut secara gratis.

Dengan demikian, menurut pengakuan Pak Dirman bahwa dalam strategi usaha swadaya Kelompok Berkah Lidi meliputi strategi ekonomi, strategi kreatifitas, strategi pemasaran dan strategi pelayanan kepada pelanggan.

Sebagaimana diketahui strategi ekonomi meliputi strategi pemanfaatan barang bekas. Dalam strategi pemanfaatan barang bekas bahwaBarang bekas yang digunakan untuk membuat produk-produk Bekah Lidi adalah barang bekas yang banyak ditemukan di lingkungan sekitar Kotapinang, Labuhanbatu Selatan. Barang bekas tersebut adalah lidi kelapa sawit. Pemanfaatan barang bekas tersebut merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh Pak Dirman untuk menghemat biaya produksi. Menurut beliau jika lidi kelapa sawit yang melimpah di Kotapinang dimanfaatkan dengan baik secara cuma-cuma, maka akan dapat bernilai ekonomis. Selain itu dapat mengurangi penganguran dengan menjadi mata pencaharian tambahan bagi masyarakat setempat. Selain itu juga meliputi nilai seni, nilai ekonomi dan nilai keuntungan.

Dalam strategi kreatifitas terdapat strategi produksi. Strategi produksi bahwa solusi memanfaatkan barang bekas yang menjadi salah satu strategi produksi beliau untuk menghemat biaya dan memanfaatkan sumber daya alam (SDA) yang melimpah di Kotapinang, Labuhanbatu Selatan. Lidi kelapa sawit yang sudah bersih dibeli seharga Rp. 2.000 per kilonya, dapat diubah menjadi kerajinan tangan yang menarik dan memiliki niali jual yang lebih tinggi dibandingkan harga bahan bakunya. Salah satu contoh adalah lampion duduk SBF lidi kelapa sawit dikombinasikan dengan lampu dan wayar yang dijual seharga Rp. 45.000. Dalam strategi pemasaran, malalui media cetak, melalui wadah dari PT PP LONSUM Sei Rumbia dan mengikuti pameran. Dalam strategi pelayanan kepada pelanggan meliputi pesan antar, permintaan (request) dan bonus.

Hal yang sama diungkapkan oleh Borden (2000) menyebut cara-cara memasarkan atau mempromosikan produk sebagaipromotion mix,yang terdiri dari 6 jenis. Namun dalam konteks usaha kecil, biasanya hanya digunakan empat jenis:

personal selling (melibatkan diri sendiri dalam penjualan), selas promotion

(pemasaran dengan memberikan hadiah atau potongan secara langsung berdasarkan omzet penjualan), trade fairs and exibition (pameran), dan

advertising (menggunakan media seperti koran, majalah, brosur, poster, spanduk dan plang). Daya beli masyarakat juga merupakan kondisi sosial ekonomi yang menjadi salah satu faktor eksternal bagi tumbuhnya prilaku wirausaha. Ada kecenderungan, semakin tinggi daya beli masyarakat, semakin tinggi prilaku wirausaha dan sebaliknya. Pada masyarakat yang daya belinya tinggi, prilaku wirausahanya pun lebih berkualitas, terutama dalam dimensi manajemen wirausaha.

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Desa Perkebunan Sei Rumbia mempunyai bahan baku yang sangat memadai sebagai sumber inspirasi ide kreatif. Dengan alam beriklim subtropis yang bersahabat, tanah yang luas serta alam yang indah sejak dahulu dikenal dengan icon kelapa sawit. Peluang emas ini dimanfaatkan oleh Pak Dirman dkk sebagai usaha kecil menengah yang berbasis ekonomi kreatif. Sebagaimana diketahui bahwa lidi kelapa sawit biasanya hanya menjadi sampah atau bagian tidak berguna dari pohon kelapa sawit yang tumbuh subur di hampir seluruh daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Namun, ditangan Pak Dirman lidi kelapa sawit disulap menjadi barang yang bernilai ekonomis dan diminati banyak orang. Kelompok ini dalam menjalankan usahanya menggunakan baerbagai strategi dalam pemanasaran produknya. Strategi pemasarannya seperti melalui media cetak, mengikuti pameran, pesan antar, permintaan memberikan bonus dan lainnya.

Sebagai suatu kelompok usaha, kegiatan ini dapat menjadi mata pencaharian tambahan bagi masyarakat setempat, khususnya para pengrajin Kelompok Berkah Lidi. Mata pencaharian merupakan suatu aktivitas usaha yang dilakukan oleh kebanyakkan orang untuk memenuhi hidupnya. Kebutuhan yang semakin meningkat, membuat para pengrajin kelompok ini mencari pekerjaan tambahan.

Penelitian ini telah menjawab empat pertanyaan penelitian yang telah dituangkan di dalam rumusan masalah. Pertanyaan pertama dapat dijawab bahwasanya pada tahun 2011 Pak Dirman pergi jalan-jalan ke daerah Bandung dengan suatu organisasi yang dipimpimnya. Suatu ketika, Pak Dirman dan anggota organisasi yang dipimpinnya makan di tempat restoran besar. Beliau merasa tertarik akan bentuknya yang unik, lalu berfikir alangkah bagusnya dikembangkan di Sumatera Utara. Dengan bahan baku lidi kelapa sawit yang melimpah di Sumatera Utara khususnya Labuhanbatu Selatan, yang merupakan penghasil kelapa sawit terbesar se-Indonesia dan akan sangat bagus dikembangkan dan akan maju karena produk tersebut masih sangat langkah. Pak Dirman diberi gratis oleh pihak restoran piring kerajinan tersebut. Beliau langsung membawa pulang kerajinan tersebut dan mempelajarinya berulang-ulang sampai beliau bisa membuatnya dengan menggunakan lidi kelapa sawit.

Awalnya Pak Dirman memperkenalkan dan menjual anyaman tersebut sendiri kepada teman, tetangga, saudara bahakan sampai ke kantor-kantor dinas, seperti Disperindag, Dinas Pendidikan Dispora dan lainnya. Pak Dirman juga sering melatih/mengajari masyarakat Labusel dan yang mau belajar kepada beliau. Perlahan tapi pasti usaha Pak Dirman mulai berkembang. Pemerintah setempat lambat laun mendukung usaha beliau, seperti anyaman kerajinan miliknya diikutsertayakan apabila ada event-event atau pameran. Saat itu, Pak Dirman mengikuti salah satu acara dari perusahaan LONSUM di Medan. Acara tersebut dan produk kerajinan tangan beliau juga dipamerkan di sana dan mendapat juara dua. Mendengar prestasi tersebut, pihak perusahaan, langsung

memberi dukungan dengan Pak Dirman. Akhirnya pada tahun 2013 saat Rumpin di Sei Rumbia sudah dibangun, Pak Dirman dipekerjakan di Rumah Pintar (Rumpin) dengan fokus mengembangkan produk-produk kerajinan tangan tradisional miliknya. Namun beliau tetap digaji sesuai gaji beliau sebelumnya, hanya saja beliau difokuskan mengembangkan produk tersebut.

Pertanyaan kedua dapat dijelaskan yaitu Kelompok Berkah Lidi ini memberdayakan masyarakat setempat dalam bidang ekonomi, seperti masyarakat yang mencari bahan baku lidi kelapa sawit. Pak Dirman menyarankan kepada binaannya agar lidi yang dibeli dari masyarakat jangan disamakan dengan lidi yang masyarakat jual ke agen lidi yang datang naik mobil pick up yang untuk dijadikan sapu dan antinyamuk. Kalau agen tersebut menjual dengan harga perkilonya Rp. 1.800, maka Kelompok Berkah Lidi harus membeli di atas harga tersebut dengan harga Rp. 2.000 agar dengan adanya kerajinan Kelompok Berkah Lidi ini, bertambah pendapatan masyarakat sebagai mata pencaharian tambahan mereka. Sehingga ada keuntungan bagi pencari lidi dan ada keuntungan bagi Kelompok Berkah Lidi tersebut.

Selain itu, dilakukan pelatihan kepada masyarakat membuat anyaman lidi kelapa sawit kepada yang belum tahu. Setelah peserta tahu, diharapkan nantinya dari 25 orang peserta pelatihan sebelumnya bisa tumbuh wirausaha/UKM baru, mudah-mudahan dari 25 orang yang dilatih semuanya bisa tumbuh. Dengan tumbuhnya mereka ini, tentunya akan menyerap tenaga kerja dan meningkatkan keterampilan daripada peserta itu sendiri. Kalau peserta ini sudah berwirausaha/UKM, mudah-mudahan bisa menampung tenaga kerja yang lain,

paling tidak tenaga kerja untuk yang mencari lidi menjadi mata pencaharian tambahan. Dengan memberdayakan masyarakat setempat, kelompok ini juga mendapat keuntungan yakni pemasukana bahan baku yang tetap untuk keberlangsungan kegiatannya agar terus berjalan.

Pertanyaan ketiga dapat dijawab yaitu Kelompok ini sudah mandiri mulai dari terbentuk sampai saat ini. Pak Dirman mengatakan bahwa memang mereka bukan tidak butuh uang, tapi kalau hanya dengan modal uang yang diberikan kepada mereka apapun ceritanya itu nanti akan hancur karena apabila produksi tidak lancar, uang mereka habis maka akan sia-sia.Pak Dirman menambahkan supaya hasil dari peserta yang sudah dilatih aktif produksinya bisa ditampung oleh Pak Dirman. Sehingga bisa di kalkulasikan berapa per bulan hasil dari Labusel, disana lah beliau bisa mengkalkulasikan sudah mampukah mereka mengekspor atau belum.

Pertanyaan keempat dapat dijawab yakni anyaman lidi kelapa sawit bisa menjadi mata pencaharian tambahan walapun tidak menjanjikan bagi pengrajin dan pencari bahan bakunya. Dikarenakan masyarakat perkebunan lebih memilih bekerja di perusahaan setengah hari sepulang kerja dengan gaji Rp. 60.000 per hari sehingga saat mereka gajian mendapat penghasilan sebesar Rp. 3.000.000 per bulan, daripada mencari lidi kelapa sawit untuk dijual dan membuat kerajinan lidi kelapa sawit yang sulit dan rumit serta belum pasti pendapatannya. Sebagaimana diketahui pencari bahan baku seperti Bu Gina, Bu Irma dan Bu Rini mengungkapakan bahwa pekerjaan mencari lidi kelapa sawit sangat membantu perekonomian keluarga.

Dari berbagai jawaban diatas maka dapat disimpulkan bahwa terbentuknya usaha kecil menengah lidi kelapa sawit ini sebagai mata pencaharian tambahan membantu perekonomian keluarga. Dimana, ekonomi keluarga merupakan upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang bertanggung jawab atas kebutuhan dan kebahagiaan bagi kehidupannya (sekelompok komunitas dari masyarakatnya). Namun, dalam kenyataannya masih ada masyarakat sekitar Labuhanbatu Selatan yang enggan bergabung dalam Kelompok Berkah Lidi. Dikarenakan pekerjaan lain lebih menjanjikan, hal tersebut disebabkan masyarakat perkebunan Labusel lebih memilih bekerja di perusahaan setengah hari sepulang kerja dengan gaji Rp. 60.000 per hari sehingga saat mereka gajian mendapat penghasilan sebesar Rp. 3.000.000 per bulan, daripada mencari lidi kelapa sawit untuk dijual dan membuat kerajinan lidi kelapa sawit yang sulit dan rumit serta belum pasti pendapatannya.

Selain itu dari sejumlah orang yang pernah ikut belajar membuat kerajinan lidi kelapa sawit, ada bebarapa yang tidak mau ikut Kelompok Berkah Lidi. Sebagaimana diketahui Mbak Mitra dan Bang Heriyanto pasangan suami istri yang pernah ikut belajar tetapi tidak mau ikut Kelompok Berkah Lidi karena menurut mereka cukup sulit untuk membuat kerajinan tangan tersebut. Selain itu Bang Poniman tidak mau ikut Kelompok Berakah Lidi karena pemasarannya yang belum berkembang dan proses pembuatannya yang lumayan lama. Sedangkan Menurut Bu Erna bahwa beliau pernah belajar membuat kerajinan ini tetapi tidak aktif atau tidak ikut Kelompok Berkah Lidi karena beliau tidak mempunyai jiwa seni dan beliau mengatakan hanya ikut-ikutan karena diajak oleh temannya.

5.2. Saran

Berdasarkan penjelasan dari bab-bab yang ada, hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada seluruh pengurus dan anggota Kelompok berkah Lidi untuk terus berusaha dan bekerja keras agar anyaman lidi kelapa sawit ini bisa mencapai target gol ekspor di tahun 2017.

2. Kepada pemerintah hendaknya agar dapat memberi harapan yang lebih cerah kepada Kelompok Berkah Lidi. Dengan memberikan bantuan berupa dana dan pelatihan-pelatihan lainnya, agar anyaman ini semakin bersinar di masyarakat luas. Mengingat pentingnya usaha kecil menengah dalam roda kehidupan masyarakat, pemerintah seyogianya melindungi dan memfasilitasi UKM agar mampu tumbuh dan berkembang dalam meningkatkan perekonomian nasional.

3. Kepada mahasiswa dan peneliti diharapkan dapat melakukan kajian-kajian yang lebih mendalam mengenai ekonomi kreatif di seluruh ranah nusantara ini. Hal ini sangat berguna untuk memperkaya sumber-sumber bacaan ilmiah yang bisa dikaji ulang oleh peneliti selanjutnya. Karena meneliti usaha kecil menengah baru sebenarnya memerlukan banyak aspek-aspek kehidupan lain yang dapat dilihat tergantung kejelian mata dan ketajaman mata seorang peneliti.

BAB II

PTPP. LONSUM Sei Rumbia: Pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM) Baru