• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4. Peemberian Dana Sebagai Bentuk Dukungan dari Pemerintah

2.4.1. Tanggapan Disperindag Provinsi

Saat penulis mengatakan bahwa membutuhkan data atau informasi dari perwakilan Disperindag Provinsi, Pak Dirman langsung menagatakan bahwa yang datang dari perwakilan Disperindag Provinsi yaitu Pak Arif sebagai Kepala Seksi (KASI) dan penulis langsung dipertemukan dengan Pak Arif. Kemudian Pak Dirman kembali memantau para peserta pelatihan. Tanggapan Pak Arif Lubis selaku Kepala Seksi (KASI) Disperindag Provinsi terhadap pelatihan kerajinan lidi kelapa sawit di Sei Rumbia Kotapinang Labusel sangat bagus. Pak Arif mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan usulan dari Disperindag Kabupaten Labusel yang mereka ajukan ke provinsi. Kemudian Disperindag Provinsi mensortir usulan-usulan dari kabupaten kota sehingga terpilihlah salah satunya Disperindag Kabupaten Labusel dengan pelatihan lidi kelapa sawit. Setelah itu Disperindag provinsi mengajukan ke Kementrian Perindustrian yang kemudian disetujui, usulan ini diajukan pada tahun 2015 baru dilaksanakan untuk anggaran tahun 2016.

Dasar dari Disperindag provinsi berfikir adalah potensi lidi kelapa sawit di Labusel sangat besar dan ini bisa dikatakan limbah dari hasil perkebunan kelapa sawit dan warga, dengan memanfaatkan limbah ini bisa meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat Labusel. Dalam anggran tahun ini Disperindag dari provinsi berharap kebijakan dari kementrian perindustrian itu untuk menumbuhkan Wirsausaha/UKM baru.Maka dari itu dilakukan pelatihan ini

kepada masyarakat yang belum tahu. Setelah peserta tahu, diharapkan nantinya dari 25 orang peserta ini bisa tumbuh wirausaha/UKM baru, mudah-mudahan dari 25 orang yang dilatih semuanya bisa tumbuh. Dengan tumbuhnya mereka ini, tentunya akan menyerap tenaga kerja dan meningkatkan keterampilan daripada peserta itu sendiri. Kalau peserta ini sudah berwirausaha/UKM, mudah-mudahan bisa menampung tenaga kerja yang lain, paling tidak tenaga kerja untuk yang mencari lidi menjadi matapencaharian tambahan. Pak Arif menuturkan bahwa murid binaan Pak Sudirman sebenarnya ada seratus orang, namun hanya 14 orang yang aktif. Dikarenakan mencari uang di Labusel gampang sementara, pembutan kerajinan lidi kelapa sawit ini sulit dan membutuhkan kesabaran, berbeda dengan di Jawa sumber penghidupan sangat sulit, jadi kurang minat masyarakat Labusel sendiri.

Masyarakat perkebunan Sei Rumbia ini lebih memilih bekerja setengah hari di lapangan dengan gaji Rp 60.000 daripada membuat anyam lidi kelapa sawit yang sulit dan lama. Di Perkebunan Sei Rumbia ini lidi kelapa sawit menjadi limbah perkebunan, karena hanya sedikit mayarakat perkebunan yang mencari lidi. Padahal limbah lidi kelapa sawit dari yang tidak punya nilai, kalau dibersihkan menjadi lidi perkilonya dihargai oleh agen antinyamuk Rp. 1.800 perkilonya, sedangkanj kalau dijual dengan Pak Dirman dan kawan-kawan bisa dijual dengan harga Rp. 2000 perkilonya yang sudah bersih. Hal tersebut untuk para pencari lidi, kalau untuk anyaman lidinya seperti membuat piring, harga piring itu sekitar Rp. 6.000 di pasaran secara eceran. Tetapi kalau pengrajin atau anggota Berkah Lidi yang menjual ke Pak Sudirman itu dihargai Rp. 3.500 per

ecerannya. Untuk satu kilo lidi kelapa sawit itu bisa menghasilkan empat buah piring, jadi satu kilo dengan empat piring dapat Rp 14.000. Dari nilai yang hanya Rp. 1.800 setelah dianyam bisa menghasilkan uang menjadi Rp 14.000 sudah ada nilai tambahnya, itu hanya dalam bentuk piring, kalau dikembangkan lagi jadi tempat aqua, lampu hias harganya juga semakin mahal namun dibutuhkan keterampilan yang lebih karena kesulitannya juga lebih tinggi.

Disperindag Provinsi juga berharap dengan pelatihan ini ada peningkatan selanjutnya, karena lidi kelapa sawit ini merupakan produk unggulan dari Kabupaten labusel. Dikarenakan produk lidi kelapa sawit ini unggulan, makanya Labusel jangan kalah peroduk anyaman lidinya dengan dengan produk anyam lidi kelapa sawit dengan kabupaten atau provinsi lain. Disperindag provinsi juga berharap agar peran pemerintah dari Disperindag Kabupaten Labusel untuk mengembangkan industri kecil anyaman di Kabupaten Labusel ini. Setiap pelatihan yang dilaksanakan dari provinsi itu merupakan usulan dari pihak kabupaten, karena sistemnya Buttom up bukan Top Down. Jadi semua program-program yang dibuat, diusulkan dari bawah semua. Kalau dulu Disperindag provinsi yang menentukan daerah kabupaten yang akan dilaksanakan pelatihan, tetapi sekarang sudah tidak bagitu lagi. Tidak ada muncul program yang tiba-tiba, apa potensi daerah kemudian diusulkan kepada Disperindag provinsi dan mereka coba tampung, difasilitasi barulah dilaksanakan programnya sesuai dengan kebutuhan daerah.

Provinsi Sumatera ada 33 Kabupaten Kota, jadi dari 33 Kabupaten Kota ini tidak semua mendapat kegiatan pelatihan setiap tahunnya, karena dilakukan

secara bergilir. Contohnya saja anggaran 10 pelatihan satiap tahunnya dan dicoba untuk 10 kabupaten, tahun depanya lagi 10 kabupaten lagi dan seterusnya sampai ini bisa mereta di kabupaten kota dan untuk tahun 2016 ini, Labusel mendapat kesempatan pertama untuk pelatihan ini. Pak Arif berharap pelatihan ini bisa diadakan setiap tahunnya di Labusel, karena beliau lahir di Parlabian Labusel. Pelatihan ini diadakan juga karena atas saran Pak Arif kepada Disperindag Labusel untuk mengangkat produk Berkah Lidi ke provinsi karena tidak mungkin beliau langsung yang mengusulkan.Sebelumnya, Pak Arif dahulu turun dan melihat langsung produk lidi kelapa sawit pada saat beliau monitoring ke Disperindag Labusel. Pihak Dinas menyampaikan bahwa di Labusel sendiri ada industri lidi kelapa sawit dan instrukturnya juga orang Labusel. Beliau melihat karyanya sudah cukup bagus lalu berkata kepada Disperindag Labusel:

“Kenapa ini gak dikembangkan? Ini instruktur ada, potensi ada, justru malah orang luar yang menggunakan instruktur dari sini kan sayang. Kenapa gak diamnfaatkan? titipan ini kerajinan anyaman lidi itu saya bilang kepada Ibu Aminah selaku Kepada Bidang Perindustrian. Tolong Bu ini diajukan aja mumpung saya di provinsi, saya bukan KKN, tetapi saya melihat potensi di Labusel ini besar”.

Setelah itu, pihak Disperindag Provinsi melakukan survei ke Rumpin untuk melihat produk dan lokasi pelatihan. Di setiap tahun Disperindag provinsi melakukan rapat kerja, dimana daerah-daerah mengajukan program mereka masing-masing dalam rapat tersebut mereka tampung, mana yang bisa diserap untuk provinsi ditampung untuk provinsi, mana yang diserap sesuai dengan anggaran. Dikarenakan untuk Sumatera Utara 33 Kabupaten, hal ini terlalu

banyak sedangkan di Provinsi Bengkulu hanya 6 Kabupaten, jadi kabupaten mereka semuanya dapat sedangkan kesulitan untuk Disperindag Provinsi masalahnya terbatas. Untuk itu anggaran yang turun dari kementrian kepada Disperindag Provinsi dilakukan sacara bertahap setiap tahunnya dengan melihat potensi yang paling besar disetiap kabupaten. Seperti halnya di Dairi, Sidikkalang potensi kopinya sangat besar yang kemudian dikembangkan dari kopi biji menjadi kopi bubuk. Dari kopi bubuk menjadi kopi sacet sampai ke kemasannya, disinilah Disperindag mengadakan pelatihan bagaimana supaya kemasannya menarik konsumen.

Pak Arif menambahkan bahwa pihak Perusahaan LONSUM Sei Rumbia tanggap dan mendukung UKM baru di perusahaan tersebut seperti mereka menyediakan tempat untuk acara pelatihan ini dan Menejernya pun berpartisipasi dalam pembukaan pelatihan tersebut memberikan arahan dan motivasi kepada peserta. Dengan tindakan Menejer tersebut, Pak Arif menuturkan bahwa:

“Beliau sangat bangga dan senang karena Menejer Peruhaan LONSUM mau berpartisipasi dalam program ini. Pak Arif memberi saran kepada Menejer LONSUM mudah-mudahan kalau ada yang tumbuh nanti wirausaha/Ukm baru dari kegiatan ini, mohon bimbingan dari pihak Menejer LONSUM dan juga Disperindag Labusel, mari sama-sama kita membinan ini pak sehingga industri ini bisa berkembang di Labusel”.

Pak Arif juga menantang Pak Dirman, beliau berkata Bahwa: “Jangan pak Dirman melatih orang di tempat lain, di sana berkembang di sini teduh. Ginama ini memotivasi ini agar tetap eksis kalau bisa hebat daripada Bapak latih di tempat lain. Nah bagaimana caranya? Mari sama-sama kita pikirkan, supaya pemerintah daerah dan stakeholder-stakeholder yang

lain, termasuk anggota dewan, anggota dewan dalam arti untuk peningkatan anggaran untuk industri di Disperindag Labusel ini. Kalau gak ada ketertarikkan pihak dewan untukmeningkaatkan anggaran di sini, ya akhirnya begini-begini aja. Kalau saya selalu berharapan begitu”.

Maka dari itu, pihak Disperindag Provinsi mencoba mengadakan pelatihan lidi kelapa sawit ini dan dimonitor dan melihat permasalahan apa yang dialami oleh Kelompok Berkah Lidi kemudian kalau bisa Disperindag Provinsi bantu, mereka mengatakan akan membantu. Bukan bantuan dalam arti langsung, melainkan dalam bentuk fasilitasi dan seperti apa nantinya kesulitan yang dihadapi oleh Kelompok Berkah Lidi ini, Pak Arif mengatakan bahwa:

“Contohlah misalnya lidi kelapa sawit ini kan punya perkebunan, bisa aja pihak perkebunan tidak mengijinkan masyarakat masuk ke kebon, bisa aja dilarang masuk ke kebon. Nah Gimana caranya? Ya mungkin dari pihak pemerintah Disperindag Provinsi membuat surat kepada pihak perusahaan, bahwa demi untuk peningkatan industri anyaman lidi di sini ya mohon izin untuk pengambilan ini. Dalam arti ya kita tekankan juga kepada pengambil lidi tidak mengambil yang lain, kan gitu. Kemaren Menejer bilang, katanya dia mengambil pelepah sambil ngambil berondolan satu plastik. Pak Arif menjawab ya kalau cuma satu plastik pak kan bisa tolerir untuk mereka masak, menejer melanjutkan walaupun satu plastik, kalau anak cucunya ngambil semua uda berapa goni? Makanya jangan dirusak kesempatan yang diberikan, kalaumau ambil lidi ya ambillah lidinya saja”.

Dalam pelatihan ini pun semangat peserta yang mengikuti acara pelatihan ini sangat bagus, jadi mudah-mudahan ini tidak berhenti sampai di sini, dan diharapkan juga Disperindag Kabupaten Labusel memonitor peserta kedepannya. Dikarenakan keterampilan itu tidak datang sendiri untuk itu harus selalu

dilatih,karena kegiatan pelatihan ini sangat singkat, namun sampai hari ketiga peserta sudah mulai bisa tinggal merapikannya saja.

Pak Arif mengatakan bahwa:

“Kalau ibu-ibu mau ya ya kan, sore-sore gak ada kerja, ngeraut lidi kumpulkan lalu jual, Pak Dirman memang sudah punya pengumpul lidi, tapi kalau misalnya ada kebutuhan yang lebih banyak seperti ekspor, dia kan kewalahan katanya kemaren. Dia diminta untuk menyediakan sekian kontener tapi gak sanggup, kalau misalnya kayak begitukan mereka bisa dipakai yang pengumpul lidi jsdi bids menambah pendapatan juga”.

Pak Arif juga berharap di Rumah Pintar ini nantinya kalau bisa ada sentra keterampilan wadah buat Kelompok Berkah Lidi.Dikarenakan dengan terhimpunnya mereka dalam wadah sentra, bantuan-bantuan pemerintah lebih mudah didapatkan, seperti bantuan peralatan dan dalam jangka waktu kedepan. Disperindag provinsi berfikir untuk ada mesin yang membersikan lidi kelapa sawit menjadi bersih supaya lebih cepat. Untuk masalah label atau merek produk Kelompok Berkah Lidi Pak Arif menjelaskan bahwa untuk menggunakan merek itu ada ketentuannya sendiri menurut perundang-undangan dan ditetapkan di dalam departemen hukum yang memerlukan dana.

Kelompok Berkah Lidi ini boleh saja menggunakan label/merek sebelum didaftarkan, tetapi label/merek tersebut masih milik umum dan kalau orang lain mau buat label/merek itu juga tidak bisa komplen/protes. Namun, kalau sudah didaftarkan dalam departemen hukum baru bisa komplen/protes begitu juga sebaliknya kare label/erek yang sebelum didaftarkan itu bebas atau milik umum, siapa saja yang mau memakainya itu boleh. Sementara untuk UKM yang baru

tumbuh, buatlah label/merek yang aneh sehingga tidak ada yang menyerupai dan mudah diingat orang tidak usah panjang-panjang cukup pendek saja sehingga brand nya langsung tertanam dalam ingatan konsumen ketika ada yang melihat dan mendengarnya. Sebagai contoh adalah aqua, orang-orang sekarang mengatakan bahwa apa yang dibeli itulah aqua padahal namanya Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Tetapi, karena pertama kali AMDK ini menggunakan label/merek aqua sehingga kalau beli ke toko orang-orang bilang ada aqu padahal ada label/merek lainnya dan kelihaian orang dalam membuat label/merek ini ada sendiri.

Akhirnya Pak Arif kembali berharap dari selesainya acara pelatihan ini agar industri kecil anyaman lidi yang tumbuh di Labusel semakin banyak yang tumbuh seingga nanti diharapkan di Rumpin ada sentra industri kecil anyaman lidi. Kemudian diharapkan juga industri anyaman lidi kelapa sawit bisa ekspor ke luar negri, atau dikenal paling tidak di provinsi lain. Disenangi di tinggkat lokal, bisa berkembang ke pasar nasional sampai ekspor untuk itu harus optimis. Mudah-mudahan tahun depan apabila Disperindag datang lagi berkunjung ke Labusel sudah ada tumbuh indutri kecil anyaman lidi kelapa sawit selain Pak Dirman, Pak Arif berkata beliau senang sekali dan capek dari pihak Disperindag provinsi pun jadi hilang, berarti apa yang dibuat memang berekembang tetapi semua tergantung kepada niat sumber daya manusia (SDM) nya sendiri. Penilaian Pak Arif kepada Pak Dirman adalah beliau melihat Pak Dirman sosok seorang yang tulus dan ikhlas, ikhlas dalam membagi ilmunya kepada orang lain dan beliau juga bangga dengan Pak Dirman karena dengan kerja kerasnya dapat

membuat anyaman lidi kelapa sawit menjadi produk unggulan Labusel dan hal ini sebagai contoh yang baik dan menjadi motivasi untuk orang lain.