• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3. Pendiri Kelompok Berkah Lidi

2.2.1. Sejarah Berdirinya Berkah Lidi

Pada tahun 2011 Pak Sudirman pergi jalan-jalan ke daerah Bandung dengan suatu organisasi yang dipimpinnya, organisasi lokal yang jaringannya internasional. Organisasi tersebut bernama Pergerakan Buruh Perkebunan Independen.Terkadang, Pak Dirman melakukan pertemuan dalam organisasi yang dipimpimnya, seperti diJakarta, Bogor dan tahun 2011 kemaren di Bandung. Selesai pertemuan mereka biasanya membentuk tim atau kelompok diberikan dan untuk refreshing kemana pun mereka mau sebelum waktunya pulang. Kebetulan, saat itu Kelompok Pak Dirman memilih ke tempat makan restoran besar. Di sana, beliau melihat semua wadah makananya terbuat dari kerajinan tangan lidi kelapa biasa atau pohon kelapa makan atau jawa. Melihat hal tersebut, beliau merasa tertarik akan bentuknya yang unikdan berfikir alangkah bagusnya dikembangkan di Sumatera Utara. Dengan bahan baku lidi kelapa sawit yang melimpah

diSumatera Utara khususnya Labuhanbatu Selatan, yang merupakan penghasil kelapa sawit terbesar se-Indonesia dan akan sangat bagus dikembangkan dan akan maju karena produk tersebut masih sangat langkah. Pak Dirman langsung mengambil satu piring kerajinan tersebut dengan niat membelinya, namun tidak diperboleh oleh pihak restoran.

Ketika pihak restoran bertanya untuk apa di beli, Pak Dirman langsung menjawab untuk belajar membuat sendiri. Dikarenakan untuk belajar, Pak Dirman dikasih 3 produk piringnya secara gratis. Produk kerajinan tersebut berupa piring tempat makan, yang kemudian dibawa pulang oleh Pak Dirman. Beliau mulai penasaran dengan produk tersebut. Pak Dirman pun membuka atau membongkar satu produk piring tetapi beliau belum mengerti. Sampai akhirnya beliau membuka piring lalu mempelajarinya sampai beliau mengeri dan bisa memperaktekkannya dengan lidi kelapa sawit. Dahulu Pak Dirman tidak berfikir ide ini bisa menjadi omset besar artinya tidak berfikir ekonomi, melainkan hanya sekedar hoby dalam hal kerajinan. Saat itu untuk permulaan beliau membuat produk kerajinan ini berbentuk piring. Kemudian dengan ide kreativitas, beliau dan istri menjadi berkembang seperti tempat nasi, tempat buah, tempat sendok, mangkok buah besar dan lain-lain.

Melihat produknya semakin bertambah Pak Dirman mengajarkan ilmu yang beliau miliki kepada orang lain. Awalnya kepada anak-anak remaja sekitar rumahnya. Namun karena masih remaja, mereka tidak berfikir produksi. Jadi tidak dikembangkan oleh mereka. Tetapi, ada juga orang tua anak remaja tersebut yang senang dan tertarik akan produk lidi kelapa ingin belajar kepada beliau. Produk

kerajinan ini beliau berikan kepada tetangga, saudara, teman-temannya, dan kepada orang-orang yang beliau kenal yang mempunyai ideologi untuk kemajuan, seperti diberikan ke kantor Dewan, kantor Kepala Desa. Beliau tidak memberi tarif harga. Tetapi, kalau ada yang memberi uang dia ambil kalau tidak ada tidak masalah. Pada suatu hari, Pak Dirman ditantang oleh kantor Dinas untuk membuat bentuk baru, yaitu tempat buah berbentuk motor atau truk. Dengan bantuan istrinya, produk tersebut bisa dibuat dengan bagus. Tempat buah berbentuk motor atau truk tersebut diperkenalkan oleh Bupati Labuhanbatu Selatan. Melihat produk tersebut, respon Bupati kepada Pak Dirman sangat bagus. Beliau langsung disuruh untuk mengembangkan produk-produk tersebut.

Saat itu Pak Dirman diberi uang oleh Bupati atas nama ia pribadi bukan atas nama pemerintah. Dana tersebut sebesar Rp 5.000.000 untuk mengembangkan usaha beliau. Dari dana tersebut, Pak Dirman mengajak anak-anak remaja setempat setiap malam minggu di rumah beliau untuk belajar membuat produk tersebut. Terkadang, Pak Dirman membelikan makanan dan minuman untuk mereka, bahkan yang suadah bisa membuat produk tersebut beliau kasih uang. Ada kalanya lidi yang dicari oleh remaja-remaja tersebut beliau bayar, untuk menambah semangat mereka. Hingga akhirnya, dana yang diberikan oleh Bupati sedikit demi sedikit bartambah.

Beliau juga memperkenalkan produk Berkah Lidi daerah Labusel. Tepatnya diDinas Pendidikan, kantor Kepala Desa sei Rumbia, Disperindag ada event provinsi dan kabupaten, acara ulang tahun koperasi, pemdes yaitu PTG (pameran teknologi tepat guna) dan setiap ada event-event dari pemerintah,

prosuk Berkah Lidi diikutsertakan. Seiringan dengan itu, produk kerajinan tangan tradisional beliau yang di Kantor Kepala Desa di lihat oleh Kak Irma dan Kak Dian yang bekerja di Rumah Pintar (Rumpin). Kak Dian sebagai ketua Kordinasi Rumpin,apabila ada acara bukan melalui manejer perusahaan ini tetapi langsung ke Pusat perusahaan LONSOM di Medan.

Saat itu,Kak Irma bertanya kepada Kepala Desa siapa yang membuat produk tersebut. Setelah diberitahu bahwa itu adalah karya Pak Dirman, Kak Irma langsung menelepon Pak Dirman untuk memastikan kebenarannyainformasi tersebut. Setelah menghubungi Pak Dirman, Kak Irma langsung memberitahu kepada pihak perusahaan atas karya beliau. Respon dari pihak perusahaan pun sangat bagus, khususnya menejer perusahaan yang sangat tertarik dengan produk beliau. Pihak perusahaan mengijinkan produk-produk Pak Dirman diletakkan di bagian perusahaan sebagai bentuk hiasan dinding. Jadi ketika tamu perusahaan dari luar datang, mereka melihat produk tersebut. Apabila ada yang tertarik bisa langsung dipesan oleh pak Dirman.

Dengan diketahuinya bantuan dari perusahaan tersebut, beliau senang karena karyanya masih ada yang mendukung dan diminati orang lain. Kemudian, Pak Dirman dianjurkan mengikuti pameran di Jakarta yang mewakili dan mengisi stand Indofood karena perusahaan ini merupakan anak prusahaan Indofood. Pak Dirman dan kawan-kawan langsung memperaktekkan cara membuat kerajinan tangan lidi kelapa sawit tersebut atau yang dikatakan dengan demo. Dalam acara tersebut Pak Dirman mendapat juara dua, atas keberhasilan beliau tersebut kabarnya langsung sampai ke perusahaan.

Peresmian Rumpin pertama di Bagerpang, Deli Serdang yang dihadiri oleh Bu Ani Yudhoyono. Meraka meminta produk-produk kerajinan tangan Pak Dirman dipamerkan di sana yang dibawakan oleh Kak Irma. Respon mereka pun sangat bagus melihat produk kerajinan tangan tersebut. Saat peresmian Rumpin yang kedua di Pulau Rambong, dihadiri oleh Bu Oke Hatarajasa. Saat itu, Pak Dirman mengikuti acara tersebut dan produk kerajinan tangan beliau juga dipamerkan di sana. Mereka juga membawa tim dari Jakarta tentang kerajinan juga. Peresmian Rumpin yang ketiga di Dolok Batu Bara, di sana kerajinan tangan Pak Dirman juga diikut sertakan dalam pameran. Kemudian peresmian Rumpin yang ketiga di Sei Rumbia Kotapinang, Labuhanbatu Selatan. Akhirnya pada tahun 2013 juga saat Rumpin yang ke empat di Sei Rumbia sudah dibangun. Pak Dirman dipekerjakan di Rumah Pintar (Rumpin) dengan fokus mengembangkan produk-produk kerajinan tangan tradisional miliknya. Namun beliau tetap digaji sesuai gaji beliau sebelumnya, hanya saja beliau difokuskan mengembangkan produk tersebut15

15

Ibid hal 34-35

. Sebagaimana diketahui rumpin adalah binaan LONSUM untuk karyawan perusahaan yang dibangun melalui program Solidaritas Istri Kabinet Bersatu (SIKIB). Menurut penuturan Pak Dirman bahwa SIKIB tidak ada memberikan bantuan berupa dana kepada Kelompok Berkah Lidi, namun bantuan yang beliau rasakan adalah dengan dibangunnya rumpin melalui SIKIB beliau bisa mengembangkan kerajinan lidi kelapa sawit miliknya. Pak Dirman juga mengatakan bahwa beliau selama ini belum ada menerima bantuan dana dari pihak manpun.

Dari pihak perusahaan sama sekali tidak menerima uang dari Pak Dirman, pihak perusahaan berkata bahwa suatu saat apabila produk ini maju dan berkembang ingat bahwa ada pihak perusahaan yang mewadahi dan membantu beliau. Itu saja harapan dari pihak perusahaan kepada Pak Dirman. Mendengar hal tersebut beliau semakin semangat mengembangkan produk kerajinan tangan tradisioanl ini, sampai akhirnya beliau mengajak kawan-kawan dan tetangganya yang sudah beliau ajari sebelumnya untuk membentuk Usaha sebagai syarat untuk mengikuti berbagai pelatihan. Setelah semua berkas syaratnya di urus,kelompok ini diberi nama Berkah Lidi sehingga memiliki izin usaha PO. Berkah Lidi. Diberi nama Berkah Lidi karena Pak Dirman menganggap bahwa dari lidi kelapa sawit ini membawa berkah buat beliau. Artinya selain beliau dikenal banyak orang, dari produk ini juga bisa membuka lapangan kerja, mengurangi pengangguran serat dapat membantu perekonomian keluarga sebagai mata pencaharian tambahan. 2.2.2. Perkembangan Kelompok Berkah Lidi

Awalnya Usaha Swadaya Berkah Lidi ini didirikanoleh Pak Dirman mendapat ejekan dari masyarakat setempat. Saat itu beliau menggeluti usaha ini dengan pendapatan dan penghasilan yang belum pasti. Sedangkan tetangga-tetangga lainnya setelah pulang bekerja, kebanyakkan darimereka bekerja lagi div III sebagai Reflanting untuk menambah penghasilan mereka. Penghasilannya pun mencapai Rp 60.000 per hari, sehingga saat gajian mereka mencpai Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000 per bulan. Hal ini juga menjadi komplen dalam rumah tangga Pak Dirman.Istrinya mengeluh masalah ekonomi,karena setiap pulang bekerja dan waktu luang Pak Dirman hanya mengerjakan produk lidi kelapa sawit satiap

harinya yang belum tau pendapatan dan penghasilannya berapa. Sampai istri Pak Dirman berkata kepada beliau “kalau memang bisa kaya dari situ, saya rela. Tengok suami-suami orang lain itu kerja di Reflantingasal gajian nanti Rp 2.000.000 – Rp 3.000.0000per bulan. Namun hal tersebut tidak ditanggapi oleh Pak Dirman, beliau tetap memilih fokus pada produk kelapa sawit yang digelutinya, Pak Dirman berfikirbahwa:

“Sekecil apapun perbuatan saya, saya tekuni, pasti bermanfaat pasti berguna. Apalagi ini masih unik dan antik. Kalau kita mau berbuat sesuatu pasti ada rintangan, apabila tidak ada rintangan berarti perbuatan itu tidak bagus. Kita mau berbuat baik pasti ada rintangan, kalau tidak ada rintangan berarti itu gak bagus karena gak ada cobaan pasti berjalan di tempat aja, dia gak ada ujiannya. Sesuatu usaha kalau ada ujian pasti ada peningkatan, karena dari ujian itulah tadi pasti ada peningkatan. Jadi penilaian peningkatan dari ujian itulah tadi”.

Dengan keyakinan Pak Dirman tersebut, beliau terus menggeluti kerajinan tangan tradisional lidi kelapa sawit ini. Beliau juga sangat terbuka dengan masyrakat sekitar.Dikarenakan produknya yang unik, banyak orang yang ingin belajar dengan beliau. Namun, tidak semua diantara meraka menggeluti kerajinan ini, dikarenakan mereka hanya tertarik akan produknya yang unik saja dan hanya sekedar memuaskan hobi saja dan tidak berjalan lagi. Tetapi yang lebih dominan produktif adalah orang-orang yang niat belajar yang datang ke rumah Pak Dirman. Orang-orang aktif yang dimaksud adalah orang-orang yang membuat produk kerajinan tangan ini secara bekelanjutan. Kelompok Berkah Lidi ini dalam proses pembuatannya dilakukukan di rumah masing-masing atau di sebut dengan Home Industry dan mereka pajangkan di rumah masing-masing. Home Industry (atau

biasanya ditulis/dieja dengan "Home Industri") adalah rumah usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil, karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah16

“Kirimkan orang kita ke India karena konsumen terbesar lidi adalah India, jadi satu minggu ada teman beliau mengirm lidi sampai depalan kontenar,

. Apabila ada pemesanan, Pak Dirman langsung menelepon anggota atau pengrajin kelompok ini. Seperti halnya ada pemesanan 500 produk, dari setiap anggota di ambil dari rumahnya masing-masing kemudian hasil uangnya diberi sesuai dengan barang yang dijual.

Dikarenakan setiap tahunnya pihak Disperindag Labuhanbatu Selatan mengadakan studi banding, Pak Dirman memintauntuk melakukan studi banding ke Ciamis, karena di Ciamis pusat lidi terbesar di Indonesia. Tahun lalu beliau mengikuti studi banding di Semarang, namun hasilnya tidak sesuai karena bahan bakunya lidi kelapa sawit tidak mendukung. Jadi tidak berjalan lancar, begitu juga saat di Magelang, Seleman, dan Yogyakarta. Pihak Disperindag Labuhanbatu Selatan pun memberi kabar akan diadakannya studi banding untuk tahun depan, namun Pak Dirman berkata bahwa:

“Terus terang kalau studi banding ke daerah-daerah yang tidak dominan, buat apa? Menghabiskan uang negara aja dan sia-sia. Jadi pulang studi banding gak ada hasilnya, yang dari kita pelajari itu gak ada”.

Menurut Pak Dirman studi banding yang bagus itu di Ciamis dan India karena lidi kelapa sawit dikirim ke India. Sebelumnya saat Pak Dirman bertemu dengan Bupati Labuhanbatu Selatan, beliau memberi saran kepada Bupati Labusel tersebut dan berkata:

16

untuk dijadikan antinyamuk. Pelajari semua itu bagaimana sampai jadi antinyamuk, baru pulang ke Labusel. Ya pemerintahlah bangunlah pabrik antinyamuk, jadi dapat mengurangi pengangguran”.

Menurut penuturan Pak Dirman, respon Bupati pun saat itu iya-iya saja. Beliau menegaskan kembali:

“Studi banding itu jangan hanya mau jalan-jalan menghabiskan uang negara, begitu pulang hanya oleh-oleh yang dapat, hal tersebut pernah dialami oleh Pak dirman sendiri. Padahal setidaknya kan kita bisa membandingkan bagaimana hasil di sana dan di sini, oo maju di sana, kenapa kita tidak bisa maju, kan seharuskan kita bisa memajukan daerah kita”.

Hal itu lah saran dan harapan dari pak Dirman kepada Bupati labusel saat bertemu secara langsung. Pak Dirman menegaskan bahwa berbicara tentang kelapa sawit, perkebunan kelapa sawit yang terluas seindonesia adalah di Sumatera Utara. Sumatera Utara yang terluas adalah Labusel, Labusel yang terluas adalah Torgamba sehingga harus dimanfaatkan dengan baik. Perlahan tapi pasti, dengan semangat kerja keras serta keberanian Pak Dirman memberi kritikan, saran serta masukan kepada pemerintah, akhirnya ada perkembangan tindak lanjut dari keluhan Pak Dirman kepada pemerintah. Selamai ini beliau banyak mengeluh kepada pemerintah tentang pembinaan.Dikarenakan selama ini beliau mengikuti pembinaan secara pribadi, bahkan beliau berfikir semua ini beliau lakukan untuk kepentingan sosial tidak untuk materi atau uang. Dukungan dari pemerintah saat ini, seperti setiap diadakannya pameran Dekranas (Dewan Kerajinan Nasional) produk-produk Kelompok Berkah Lidi diikutsertakan dalam acara tersebut dan juga dalam acara Pekan Raya Sumatera Utara (PRSU).

Dalam proses pemasarannya, yang dahulunya pak Dirman sendirian memperkenalkan produk lidi kelapa sawit secara langsung kepada masyarakat maupun pemerintah, dengan keluhan dan kerja keras Pak Dirman, saat ini pemasarannya sampai ke Batu Bara, Labusel, Medan Dan Langkat. Dukungan dari perusahaan LONSUM kepada Pak Dirman adalah beliau difokuskan pada kerajinan lidi kelapa sawit di Rumpin, pihak perusaahan juga membantu mereka masalah pemasaran. Sebagaimana diketahui setiap ada tamu perusahaan dari luar negri seperti Singapore dan Jepang, Kelompok Berkah Lidi membawa produk-produk mereka ke perusahaan LONSUM. Tidak jarang tamu dari perusahaan tersebut tertarik untuk membelinya sebagai buah tangan mereka dari Indonesia dan pemesanannya paling banyak sekitar seratus proruk Berkah Lidi.

Awal tahun 2015, ada acara pameran ulang tahun Dekranas (dewan kerajinan nasional), roduk-produk Berkah Lidi ikut serta dalam pameran tersebut. Di sinilah Kelompok Berkah Lidi ada hubungan komunikasi dengan ke Malaysia yang dikenalkan oleh teman Pak Dirman. Dikarenakan orang Malaysia berlangganan kepada temannya dalan kerajinan lukisan timbul dari sisa bubuk teh, semacam pemanfaatan limbah juga atau daur ulang. Semenjak saat itu orang Malaysia sering membawa pulang produk-produk Berkah Lidi. Saat orang Malaysia tersebut datang kembali, mereka memesan produk-produk Berkah Lidi sebannyak satu bulan harus ada satu kontener sekitar 15.000 produk lidi kelapa sawit. Sedangkan produksi Berkah Lidi paling banyak hanya mencapai 2.000 produk. Jadi Kelompok Berkah Lidi tidak bisa memenuhi permintaan

tersebut,karena terlalu banyak dan mereka tidak sanggup karena mereka juga masih ada masyarakat lokal yang harus mereka penuhi juga.

Maka dari itu, saat ini yang menjadi tujuan utama kelompok Berkah Lidi adalah di tahun 2017 produk mereka harus gol ekspor ke luar negri. Hal tersebutlah yang yang dipirkan oleh mereka. Semakin banyak pemesanan produk Kelompok Berkah Lidi maka semakin berkembang pula lah usaha kelompok ini. Menurut penuturan Pak Dirman, kelompok ini juga memberdayaakan masyarakat sekitar untuk bahan baku dan proses pemasarannya atau dikatakan dengan pemberdayaan ekonomi. Kelompok ini memberdayakan masyarakat mencari bahan baku lidi kelapa sawit kemudian bahan baku tersebut dibeli oleh Kelompok Berkah Lidi dengan harga Rp. 2.000 per kg. Sedangkan apabila para pencari bahan baku menjual kepada motor pick up dari luar yang datang ke tempat mereka, dibeli dengan harga Rp. 1.800 per kg. Itu pun sudah harus dikeringkan terbih dahulu, sedangkan apabila lidi kelapa sawit dikeringkan akan berkurang timbangannya berkurang 1 ons. Selain itu, menurut penuturan Pak Dirman bahwa pemberdayaan ekonomi lainnya adalah pelatihan pembuatan anyaman lidi kelapa sawit. Sebagaimana diketahui, bahwa Pak Dirman sering mengikuti acara pelatihan pembuatan kerajinan lidi kelapa sawit di beberapa daerah seperti Aceh, Bandung, Riau dan lainnya apabila diminta atau diundang oleh pengrajin lainnya Dikarenakan ilmu yang sudah dibekali dalam pelatihan, nantinya akan bisa dipergunakan oleh para peserta untuk membuka usaha baru yang akan menghasilkan produk-produk yang bernilai ekonomi.

Mulai dari awal Pak Dirman sendirian memngembangkan produk lidi kelapa sawit sampai akhirnya terbentuk usaha swadaya yang bernama Berkah Lidi dengan izin usaha SIUP/TDP 503/00448/BPPTPM-LS/SIUPTDP-022952000398. Adapun pengurus Kelompok Berkah Lidi adalah Kasirin sebagai Ketua, Parmohonan Pane sebagai wakil ketua, Arbahari sebagai sekretaris dan Rasyid sebagai bendahara. Sedangkan anggotanya yaitu Joko Darma Asmara, Andi Sanjaya, Sandi, Gina Artiana Sinaga, Malik Abdul Aziz, Nurhasanah, Yati, Angga Alawa, Asma, Mujilah. Sebagaimana diketahui bahwa pengrajin lidi kelapa sawit ini ada yang bekerja sebagai karyawan perusahaan, seperti Joko Darma, Andi Sanjaya, Kasirin, Parmohonan Pane, Rasyid, Angga Alawa dan Arbahari. Gina Atiana Sinaga merupakan istri dari Ksirin, Mujilah merupakan istri dari Sudirman. Sedangkan yang lain seperti Nurhasanah, Yati, dan Asmah suami mereka bekerja sebagai tukang deres ladang orang lain.Sandi bekerja sebagai penjaga ponsel dan menjaga warung milik keluarga. Malik Abdul Aziz bekerja di toko kedai grosiran. Dengan demikian, pekerjaan kerajinan lidi kelapa sawit ini hanya sebagai mata pencaharian tambahan bagi pengrajin.

Dalam hal penghasilan utama dan penghasilan tambahan yang diperoleh para pengrajin berbeda satu dengan lainnya. Sebagaimana diketahui penghasilan dari pekerjaan utama Pak Dirman sebesar Rp. 2.400.000 per bulan, dan penghasilan tambahan dari kerajinan lidi kelapa sawit bersama istri (Bu Mujilah) sebesar Rp. 1.500.00 per bulan. Dari penghasilan tersebut mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari dan selebihnya ditabung. Penghasilan dari pekerjaan utama Pak Kasirin sebesar Rp. 2.100.000 per bulan, dan penghasilan tambahan dari

kerajinan lidi kelapa sawit bersama istri (Bu Gina) sebesar Rp. 450.000 per bulan. Dari penghasilan tersebut mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari dan selebihnya ditabung. Penghasilan dari pekerjaan utama selaku karyawan perusahaan seperti Pak Joko Darman, Pak Andi Sanjaya, Pak Arbahari, Pak Parmohonan Pane, Pak Rasyid, Pak Angga Alawa sebesar Rp. 2.100.000 per bulan. Kemudian penghasilan tambahan dari kerajinan lidi kelapa sawit Pak Joko Darman sebesar Rp. 230.000 per bulan, Pak Andi Sanjaya sebesar Rp. 220.000 per bulan, Pak Arbahari sebesar Rp. 200.000 per bulan, Pak Parmohonan Pane sebesar Rp 300.000 per bulan, Pak Rasyid sebesar Rp 400.000 per bulan, dan Pak Angga Alawa sebesar RP. 210.000 per bulan. Dimana penghasilan mereka digunakan untuk keperluana sehari-hari dan selebihnya ditabung.

Sedangkan Bu Nurhasanau, Bu Yati, dan Bu Asmah sebagai ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di Desa Bunut. Suami mereka bekerja sebagai tukang deres ladang orang yang penghasilannya masing-masing sebesar Rp. 1.500.000 per bulan. Penghasilan tambahan yang diperoleh Bu Nurhasanah dari kerajinan lidi kelapa sawit sebesar Rp. 200.000 per bulan, Bu Yati sebesar Rp. 180.000 per bulan, dan Bu Asmah sebesar Rp 180.000 per bulan, dan mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari kemudian selebihnya ditabung. Penghasilan dari pekerjaan utama Bang Sandi sebesar Rp. 1.500.00 per bulan, Bang Malik Abdul Aziz sebesar Rp 1.800.00 per bulan. Penghasilan tambahan Bang Sandi dari kerajinan lidi kelapa sawit sebesar Rp 300.000 Rp per bulan, dan bang Malik Abdul aziz sebesar Rp. 200.000 per bulan, dan mereka gunakan untuk keperluan sehari-hari kemudian selebihnya ditabung.

Alasan para pengrajin ikut Kelompok berkah Lidi adalah untuk menambah wawasan dan mengembangkan jiwa seni yang merupakan hoby seperti yang diungkapkan oleh Bu Gina, Bu Asmah, Bu Mujilah, Bu Yati, Pak Kasiri, Pak Rasyid dan lainnya. Selain itu untuk mengisi waktu luang agar tidak terbuang sia-sia dan untuk menambah ilmu seperti yang diungkapkan oleh Bang Sandi. Kemudian, pengaruh yang dirasakan oleh pengrajin sesudah ikut Kelompok Berkah Lidi adalah menambah penghasilan keluarga, biaya sehari-hari, buat jajan anak, menjadi banyak jaringan dan teman, untuk beli beras sampai penghasilannya ditabung untuk biaya sekolah anak seperti yang diungkapkan oleh