• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

2.3 U RAIAN T EORETIS

2.3.3 Proses Persepsi

Devito (2011: 80-82) mengungkapkan bahwa persepsi bersifat kompleks. Kita dapat mengilustrasikan bagaimana persepsi bekerja dengan menjelaskan tiga langkah yang terlibat dalam proses ini.

a. Tahap terjadinya stimulasi alat indra (Sensory Stimulation)

Pada tahap ini alat-alat indra distimulasi (dirangsang), seperti mendengar musik, melihat seseorang, mencium parfum orang, mencicipi sepotong kue, merasakan telapak tangan yang berkeringat. Meskipun kita memiliki kemampuan untuk merasakan stimulus (rangsangan), kita tidak selalu menggunakannya. Contoh ketika melamun di kelas, kita tidak mendengar pelajaran yang disampaikan oleh guru. Kita baru sadar, setelah guru memanggil nama kita. Kita tahu bahwa kita mendengar nama kita dipanggil, tetapi tidak tahu sebabnya. Ini contoh yang jelas bahwa kita akan menangkap apa saja yang bermakna bagi kita dan tidak menangkap yang kelihatannya tidak bermakna.

Universitas Sumatera Utara

b. Stimulasi terhadap Alat Indra Diatur

Pada tahap ini rangsangan terhadap alat indra diatur menurut berbagai prinsip, seperti prinsip proksimitas atau kemiripan.

Seperti kita mempersepsikan pesan yang datang segera setelah pesan yang lain sebagai satu unit atau mengganggap keduanya saling berkaitan. Kita menyimpulkan bahwa kedua pesan tersebut berkaitan menurut pola tertentu. Prinsip yang lain, adalah kelengkapan (closure) yaitu kita sering mempersepsikan suatu gambar atau pesan yang dalam kenyataan tidak lengkap sebagai gambar atau pesan yang lengkap. Contoh kita mempersepsikan gambar potongan lingkaran sebagai lingkaran penuh, meskipun sebagian dari gambar itu tidak ada. Kita akan melengkapi pesan yang kita dengar dengan bagian-bagian yang tampaknya logis untuk melengkapi pesan itu. Masih ada beberapa prinsip lagi terkait dengan pengaturan indra. Perlu diingat bahwa apa yang kita persepsikan, juga kita tata ke dalam suatu pola yang bermakna bagi kita. Pola ini belum tentu benar atau logis dari suatu segi objektif tertentu.

c. Stimulasi Alat Indra Ditafsirkan-Dievaluasi

Pada tahap ini, kita menggabungkan istilah penafsiran-evaluasi.

Proses subjektif melibatkan evaluasi pihak penerima. Penafsiran-evaluasi kita tidak hanya didasarkan pada rangsangan luar, melainkan sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu,

Universitas Sumatera Utara

kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat itu dan sebagainya yang ada pada kita. Cara masing-masing individu dalam menafsiran dan mengevaluasi tidaklah sama. Penafsiran-evaluasi juga akan berbeda bagi satu orang yang sama dari waktu ke waktu.

Ketiga tahap ini tidak terpisah, melainkan bersifat kontinu, bercampur baru dan bertumpang tindih satu sama lain.

Liliweri (2017: 169-174) menjelaskan proses persepsi individu yaitu : (1) seleksi, (2) organisasi, (3) interpretasi, dan (4) respon. Devito (2009) dalam Liliweri menyebutkan : (1) stimulus, (2) organisasi, (3) interpretasi, (4) memori, (5) recall.

a. Stimulus

Merupakan rangsangan yang ditangkap oleh indra, kontak antara indra dengan stimulus inilah yang kita sebut respon, di saat inilah terjadi proses stimulasi. Stimulus melibatkan perhatian selektif (memilih informasi yang paling disukai dalam sebuah percakapan dan mengabaikan informasi yang lain) dan terpaan selektif (tentang uangkapan perasaan puas terhadap suatu informasi).

b. Respons

Persepsi individu umumnya dipengaruhi latar belakang seseorang seperti keyakinan, asumsi, nilai-nilai, dan kondisi tertentu.

Persepsi kita terhadap realitas terkadang tidak objektif karena

Universitas Sumatera Utara

tergantung dari seberapa besar keyakinan, asumsi, dan nilai serta kondisi tertentu yang diimplementasikan melalui prilaku.

Stimulus-respon merupakan hubungan sebab akibat, ketika kita menyalam rekan kita (stimulus) kemudian rekan kita membalas salam kita (respon) sangat tergantung dari bagaimana kita memandang/menilai peranan suatu peristiwa yang memicu prilaku kita.

c. Seleksi

Persepsi selektif adalah proses dimana individu memilih konten pesan yang dia inginkan lalu mengabaikan konten dari sudut pandang pengirim. Persepsi ini bermanfaat untuk mengidentifikasi perilaku individu yang cenderung melihat satu atau beberapa hal berdasarkan frame tertentu. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seleksi (respon), yaitu: faktor eksternal seperti, faktor alami (alam, lokasi, ukuran), kontras, gerakan, perulangan, dan kemiripan dan faktor internal yang datang dari diri sendiri seperti, faktor pembelajaran, kebutuhan, usia, dan kepentingan.

d. Pengorganisasian

Mullet, K & Sano, D (1995) dalam Liliweri (2016: 172) menjelaskan tentang ‗organisasi‘ sebagai tahapan pembentukan persepsi tidak dapat dipisahkan dari teori Gestalt yang disumbangkan oleh psikolog jerman seperti Johann Woflgang, Christian von Ehrenfels, Max Wertheimer, dan lain lain. Gestalt

Universitas Sumatera Utara

yang dalam bahasa Jerman berarti membentuk sesuatu menjadi utuh ‘whole‘. Teori Gestalt mengatakan, bahwa setiap individu selalu menerima stimulus (informasi) yang tampil dalam bentuk potongan-potongan. Persepsi lebih mudah terbentuk apabila stimulus yang diterima ditata berdasarkan skema dan skrip (tindakan berpola), menggolongkan mana yang sejenis (mirip), contoh objek berdasarkan ukuran (besar kecil). Kemampuan ini dikembangkan melalui pengalaman aktual yang ditemukan sehari-hari dan juga dari pergaulan maupun media massa. (Devito, 2011) e. Memori

Tahap selanjutnya adalah memori. Russell (1976) dalam Liliweri (2016: 172) mengatakan bahwa memori membuat orang menyimpan stimulus yang telah diorganisir kemudian dievaluasi dan diinterpretasi. Stimulus bisa cepat atau lambat tersimpan dalam otak, terkadang ada informasi tertentu yang hilang seketika dan kita kesulitan untuk mengingat kembali apa yang tersimpan dalam otak. Peran memori ibarat penyangga terhadap rangsangan yang diterima melalui panca indera, agar stimuli tetap hadir dan akurat. Beberapa memori yang dikenal seperti; (1) memori ikonik yaitu memori sensoris untuk rangsangan visual, (2) memori haptic yaitu memori untuk menyimpan rangsangan aural yaitu kemampuan untuk menirukan bunyi, atau menyimpan sentuhan, (3) ‗actally dan olfactory’ adalah memori untuk menyimpan bau.

Universitas Sumatera Utara

Setiap individu memiliki dua jenis memori yakni (1) Long Term Memory (LTM) atau memori jangka panjang dan (2) Short Term Memory (STM) atau memori jangka pendek.

f. Recall

Memori yang tersimpan tersebut dapat dipanggil kembali (recall) ketika individu mengingat informasi tertentu. Recall berkaitan dengan erat bagaimana individu merekonstruksi apa yang dilihat, didengar, rasakan, yang menurut individu berarti atau bermakna.

Devito (2009) dalam Liliweri (2016, 173) menyatakan bahwa individu akan mengingat kembali informasi yang tersimpan dalam memori secara konsisten melalui skema. Empat jenis recall yaitu:

(1) Perception recall yakni kemampuan mengakses apa yang harus dipersepsikan berdasarkan ingatan, (2) Free recall yaitu mengingat kembali suatu peristiwa namun mempunyai efek kebaruan pada saat sekarang, (3) Cued recall kegiatan merangsang daya ingat kemudian diuji dengan bantuan satu isyarat atau kata tertentu, (4) Serial recall adalah kemampuan untuk mengingat urutan item kejadian suatu peristiwa, kemampuan ini diuji dengan mengingat kembali hal-hal penting melalui penggunaan bahasa.

g. Interpretasi

Pada tahap interpretasi-evaluasi, individu akan memberikan interpretasi dan memberikan makna terhadap semua respons.

Universitas Sumatera Utara