• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Sosialisasi

Dalam dokumen KATA PENGANTAR Pengantar Sosiologi Agama (Halaman 99-103)

SOSIALISASI KEAGAMAAN

D. Proses Sosialisasi

Sebagai sistem nilai budaya, agama tentunya mempengaruhi perilaku anggota masyaralat. Pengaruh terhadap perilaku anggota masyarakat tersebut melalui institusionalisasi agama sebagai sistem nilai budaya ke dalam atau menjadi institusi- institusi sosial. Kemudian, melalui proses sosialisasi atau internalisasi, agama sebagai sistem nilai budaya tersebut mempengaruhi perilaku anggota masyarakat.

Perjalanan hidup manusia selalu diwarnai dengan simbol dan praktek keagamaan. Ketika seseorang lahir, keluarga dan karib kerabat memanjatkan doa-doa melakukan ritual untuk keselamatan dan kesehatan sang bayi. Dalam masyarakat Islam, anak yang baru lahir diperdengarkan azan di telianganya. Kemudian, orang tua menyelenggarakan aqiqah, yaitu pemotongan kambing untuk disedekah kepada orang-orang tidak mampu juga dimakan bersama keluarga dan karib kerabat. Dalam tradisi kristen anak yang baru lahir melalui proses pembaptisan.

Orang tua menjadi significant other dalam mensosialisasikan preferensi keagamaan pada seorang anak. Orang tua menjadi sosok yang paling dipercaya seseorang karena telah mendampingi dan memelihara dirinya sejak dari kecil. Peran- peran pertama dalam kehidupan ia pelajari dari orang tuanya. Orang tua berperan penting dalam terbentuknya preferensi keagamaan kepada seorang anak, sebagian orangtua bertanggungjawab mengajarkan preferensi keagamaan ini kepada anaknya melalui dirinya sendiri atau melalui sumber lain seperti memasukkan ke sekolah yang mengajarkan agama yang baik atau mengundang guru agama, atau membawa anaknya mengikuti kegiatan keagamaan. Meskipun adapula orangtua yang tidak mempunyai komitmen ini.

Beranjak besar, sang bayi diajarkan dan dibiasakan dengan hal-hal baik oleh orang tuanya. Biasanya sosialisasi nilai-nilai kebaikan dikaitkan dengan ajaran agama berupa apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Hal ini adalah bentuk sakralisasi nilai dan norma. Bagi orang tua dan masyarakat umumnya, sakralisasi nilai dan norma membuat ajaran tentang kebaikan memberikan efek yang lebih kuat kepada sang anak. Karena dalam sakralisasi nilai dan norma dampak perbuatan baik atau akibat perbuatan buruk akan mendapat balasan pahala dan dosa dan lebih jauh akan diganjar surga atau neraka. Ini adalah pendidikan awal dalam keluarga yang dipengaruhi oleh agama.

Sosialisasi keagamaan merupakan proses interaktif di mana agen-agen sosial mempengaruhi keyakinan dan pemahaman individual tentang agama. Orang-orang berinteraksi dengan beragam agen-agen sosialisasi di sepanjang hidup mereka.

Individu-individu ini, termasuk juga organisasi-organisasi dan pengalaman- pengalaman menghubungkan keyakinan dan pemahaman seseorang yang membentuk preferensi keagamaannya. Preferensi keagamaan ini memberikan informasi tentang komitmen keagaman kepada seseorang (Sherkat 2003).

Agen-agen sosialisasi keagamaan mempengaruhi individu bila merupakan sumber yang dapat dipercayai dan hubungan yang valid. Pengalaman-pengalaman akan menginformasikan pemahaman keagamaan bila hal tersebut dianggap penting

bagi keyakinan keagamaan. Orangtua berperan penting dalam memberikan input preferensi keagamaan kepada seseroang, dan akan menjadi referensi baginya untuk berinteraksi dengan banyak orang atau terlibat dalam organisasi keagamaan. Orang tua dan organisasi keagamaan juga menjadi penghubung interaksi dengan teman sebaya terutama yang mendorong untuk meningkatkan keyakinan dan ikatan keagamaan. Pendidikan dan faktor status sosial juga memberi pengaruh terhadap preferensi keagamaan ini.

Preferensi keagamaan dapat kita lihat ketika seseorang yang akan melakukan tindakan tertentu menjadikan alasan-alasan atau motif keagamaan menjadi dasar baginya dalam melakukan hal tersebut. Seperti misalnya seseorang yang pergi berangkat kerja, atau pergi ke sekolah. Ketika ia pergi kerja, ia melakukannya karena agama memerintahkannya untuk bekerja mencari nafkah untuk dirinya dan untuk keluarganya. Seorang mahasiswa yang berangkat ke kampus karena dorongan atau motif keagamaan bahwa menuntut ilmu adalah perintah agamanya. Kedua kasus tersebut merupakan preferensi keagamaan bagi kedua pelaku ketika keduanya melakuan tindakan sosial tersebut.

E. Rangkuman

Sosialisasi keagamaan merupakan proses interakif di mana agen-agen sosial mempengaruhi keyakinan dan pemahaman individual tentang agama. Orang-orang berinteraksi dengan beragam agen-agen sosialisasi di sepanjang hidup mereka.

Individu-individu ini, termasuk juga organisasi-organisasi dan pengalaman- pengalaman menghubungkan keyakinan dan pemahaman seseorang yang membentuk preferensi keagamaannya. Preferensi keagamaan ini memberikan informasi tentang komitmen keagaman kepada seseorang.

Agen-agen sosialisasi keagamaan mempengaruhi individu bila merupakan sumber yang dapat dipercayai dan hubungan yang valid. Pengalaman-pengalaman akan menginformasikan pemahaman keagamaan bila hal tersebut dianggap penting bagi keyakinan keagamaan. Orangtua berperan penting dalam memberikan input preferensi keagamaan kepada seseroang, dan akan menjadi referensi baginya untuk berinteraksi dengan banyak orang atau terlibat dalam organisasi keagamaan. Orang tua dan organisasi keagamaan juga menjadi penghubung interaksi dengan teman sebaya terutama yang mendorong untuk meningkatkan keyakinan dan ikatan keagamaan. Pendidikan dan faktor status sosial juga memberi pengaruh terhadap preferensi keagamaan ini.

Sosialisasi keagamaan merupakan proses melalui mana anggota masyarakat berpegang pada preferensi keagamaan tertentu. Preferensi keagamaan adalah konsepsi yang dipilih tentang hakikat supranatural terkait dengan makna, tujuan dan asal kehidupan. Preferensi ini mendorong seseorang untuk terlibat di dalam ruang keagamaan sepeti memotivasi untuk menjadi taat beragaman, terlibat dalam kegiatan keagaman di ruang publik, dan berafiliasi dengan organisasi keagamaan.

Orang tua menjadi significant other mensosialisasikan preferensi keagamaan pada seorang anak. Orang tua menjadi sosok yang paling dipercaya seseorang karena telah mendampingi dan memelihara dirinya sejak dari kecil. Peran-peran pertama dalam kehidupan ia pelajari dari orang tuanya. Orang tua berperan penting dalam terbentuknya preferensi keagamaan kepada seorang anak, sebagian orangtua bertanggungjawab mengajarkan preferensi keagamaan ini kepada anaknya melalui dirinya sendiri atau melalui sumber lain seperti memasukkan ke sekolah yang mengajarkan agama yang baik atau mengundang guru agama, atau membawa anaknya mengikuti kegiatan keagamaan.

Bab 8.

Dalam dokumen KATA PENGANTAR Pengantar Sosiologi Agama (Halaman 99-103)