• Tidak ada hasil yang ditemukan

Purwani Indri Astuti, Betty Gama, dan Endang Dwi Hastuti Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Jl. Letjend. S.Humardani No.1, Sukoharjo 57521 Telp. (0271)593156, Fax (0271)591065 e-mail: indripuspo@gmail.com

ABSTRAK: Iklan sebagai media komunikasi memiliki fungsi sosial untuk membantu

menyampaikan pesan suatu produk kepada calon konsumen. Penyampaian pesan suatu produk ini dapat berbeda satu dengan yang lain, tergantung dari tujuan yang telah ditetapkan oleh produsen. Salah satu pesan yang dapat disampaikan melalui iklan adalah untuk memperkenalkan produk kepada calon konsumen. Perbedaan sistem bahasa dan budaya antara pihak produsen dan calon konsumen membuat penerjemah teks iklan harus memiliki strategi khusus yang dapat diterapkan, sehingga tidak hanya pesan yang tersampaikan, tetapi juga tetap mengindahkan unsur estetika yang menjadi faktor penting bagi iklan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat strategi yang digunakan penerjemah dalam menyampaikan pesan dari teks Bahasa Sumber (B.Su) ke dalam teks Bahasa Sasaran (B.Sa). Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pengambilan sampel secara purposive. Pengambilan data dilakukan secara content analysis, indepth interview, dokumentasi dan Focus Group Discussion. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa strategi yang diterapkan oleh penerjemah dalam menerjemahkan booklet Produk Unggulan Daerah Kabupaten Sukoharjo adalah: 1) Strategi struktural, meliputi strategi penambahan, strategi pengurangan, strategi transposisi, dan strategi gabungan, 2) Strategi semantis, meliputi strategi pungutan, strategi padanan budaya, strategi penghapusan dan strategi modulasi.

Kata-kata kunci: strategi penerjemahan, teks iklan, produk unggulan, Kabupaten Sukoharjo

PENDAHULUAN

Dengan memanfaatkan sumber kekayaan alam yang ada, Kabupaten Sukoharjo mempunyai banyak produk lokal yang diunggulkan sebagai Produk Unggulan Daerah (PUD) yang sangat berpotensi untuk diekspor ke manca negara. Produk-produk tersebut misalnya mebel dari bahan kayu lokal, ukir-ukiran, alat musik gitar, shuttlecock, gamelan, genteng, beberapa makanan tradisional dan lain-lain, yang kesemuanya harus memiliki kriteria yang telah ditetapkan sebagai PUD oleh pemerintah daerah Kabupaten Sukoharjo. Beberapa kriteria tersebut di antaranya adalah 1) memiliki kandungan lokal yang cukup menonjol dan inovatif baik di sektor pertanian, industri kecil dan jasa, 2) memiliki ciri khas daerah karena melibatkan masyarakat banyak, stabil dan berkelanjutan, dll. Untuk itulah, para pengusaha ataupun pengrajin dari berbagai sektor industri tersebut bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo berupaya dapat lebih meningkatkan pemasaran produk-produk lokal tersebut, khususnya ke manca negara.

Agar produk-produk lokal yang menjadi PUD dan berpotensi untuk diekspor tersebut dapat diterima masyarakat pengguna (konsumen) dengan baik, maka dibutuhkan suatu strategi pemasaran guna memperkenalkan produk tersebut. Salah satu strategi yang biasa ditempuh oleh para produsen adalah dengan melalui media iklan. Iklan juga mempunyai fungsi untuk mengingatkan konsumen dari suatu produk yang pernah diperkenalkan sebelumnya. Di beberapa media komunikasi, iklan dianggap cukup efektif untuk bisa menarik perhatian calon konsumen. Untuk itulah, iklan yang biasanya disertakan dalam promosi produk tersebut harus benar-benar dapat mewakili citra produk yang ditawarkan.

Iklan media cetak (booklet) yang selama ini ada untuk mempromosikan PUD Kab. Sukoharjo, telah dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sukoharjo, sebagai instansi yang menaungi bidang perdagangan ekspor-impor. Booklet dinilai tidak efektif karena konstruksi kalimat yang digunakan berbelit-belit sehingga tidak mampu menyampaikan pesan secara keseluruhan. Ketidakmampuan menyampaikan keunikan atau bahkan menjelaskan suatu produk lokal yang bisa jadi tidak dimiliki oleh daerah lain, membawa resiko yang sangat fatal bagi keberlangsungan produk tersebut. Oleh karenanya, suatu iklan harus terlihat menarik sari segi visual (gambar) dan kalimat-kalimat yang menjadi penjelasan dari produk tersebut dapat dipahami oleh konsumen. Untuk menghasilkan 2 efek tersebut maka diperlukan iklan yang efektif, khususnya menyangkut konstruksi kalimat yang digunakan dan kalimat terjemahan yang dihasilkan, sehingga iklan tersebut menjadi lebih berarti dan mewakili citra produk yang diiklankan.

Dengan iklan yang efektif, calon konsumen dapat menerima pesan yang disampaikan pihak produsen dengan baik sehingga mengurangi resiko kesalahpahaman yang diakibatkan karena adanya beda bahasa dan beda budaya tersebut.

Produk Unggulan Daerah (PUD) Kabupten Sukoharjo yang memiliki potensi untuk diekspor ke manca negara, misalnya mebel dari bahan kayu lokal, ukir-ukiran, alat musik gitar, shuttlecock, gamelan, genteng, beberapa makanan tradisional dan lain-lain. PUD tersebut harus memiliki kriteria yang telah ditetapkan sebagai PUD oleh pemerintah daerah Kabupaten Sukoharjo. Beberapa kriteria tersebut di antaranya adalah 1) memiliki kandungan lokal yang cukup menonjol dan inovatif baik di sektor pertanian, industri kecil dan jasa, 2) memiliki ciri khas daerah karena melibatkan masyarakat banyak, stabil dan berkelanjutan, dll. Untuk itulah, para pengusaha ataupun pengrajin dari berbagai sektor industri tersebut bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo berupaya dapat lebih meningkatkan pemasaran produk-produk lokal tersebut, khususnya ke manca negara.

Iklan cetak (booklet) yang selama ini ada untuk mempromosikan PUD Kab. Sukoharjo, telah dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sukoharjo, sebagai instansi yang menaungi bidang perdagangan ekspor-impor. Booklet dinilai tidak efektif karena konstruksi kalimat yang berbelit-belit sehingga tidak mampu menyampaikan pesan secara keseluruhan. Ketidak mampuan menyampaikan keunikan atau bahkan menjelaskan suatu produk lokal yang bisa jadi tidak dimiliki oleh daerah lain, membawa resiko yang sangat fatal bagi keberlangsungan produk tersebut. Oleh karenanya, suatu iklan harus terlihat menarik sari segi visual (gambar) dan kalimat-kalimat yang menjadi penjelasan dari produk tersebut dapat dipahami oleh konsumen. Untuk menghasilkan 2 efek tersebut maka model iklan yang telah ada selama ini seyogyanya dikembangkan menjadi model iklan yang efektif, khususnya menyangkut konstruksi kalimat yang digunakan dan kalimat terjemahan yang dihasilkan, sehingga iklan tersebut menjadi lebih berarti dan mewakili citra produk yang diiklankan.

Dengan iklan yang efektif, calon konsumen dapat menerima pesan yang disampaikan pihak produsen dengan baik sehingga mengurangi resiko kesalahpahaman yang diakibatkan karena adanya beda bahasa dan beda budaya tersebut.

METODE

Studi yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi translasi teks iklan dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris yang terdapat di dalam booklet PUD Kab. Sukoharjo ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu studi yang mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya (Sutopo, 2002:111). Informasi yang digali mengenai satu kasus yang sudah ditentukan sehingga disebut studi kasus tunggal terpancang (Sutopo, 2002:112). Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Sukoharjo. Yang menjadi sumber data adalah 1) Teks iklan (booklet) Produk Unggulan Daerah Kabupaten Sukoharjo berbahasa Indonesia dan Inggris yang dikeluarkan oleh Disperindag Pemda Kabupaten Sukoharjo, dan 2) Informan atau

narasumber terdiri dari pejabat Disperindag Pemda Kabupaten Sukoharjo, pakar bahasa Indonesia, pakar penerjemah yang dipilih secara purposive. Data penelitian ini adalah seluruh frasa dan kalimat yang membentuk teks iklan, yang terdiri dari 41 frasa (23 di antaranya direduksi karena data tersebut sama dengan data yang diperoleh sebelumnya) dan 51 kalimat, serta hasil wawancara dari para responden tersebut di atas. Data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan metode interaktif maupun noninteraktif sebagai berikut: Content analysis, adalah pengumpulan informasi atau data penelitian melalui pencatatan dokumen dan arsip dan wawancara mendalam (in-depth interview), yaitu dengan cara tanya jawab sepihak kepada narasumber untuk memastikan data-data yang dianggap berpotensi menjadi masalah. Karena sumber data tidak mewakili populasi tapi mewakili informasi, maka penelitian ini mengutamakan teknik sampling purposive atau criterion based selection (Goetz & Compte, 1984; Sutopo, 2002:56). Peneliti mengumpulkan informasi mulai dari informan yang dianggap paling berkompeten dengan masalah yang diteliti dan kemudian dilanjutkan pada informan-informan lain. Jumlah sampel tidak dibatasi tapi lebih ditentukan oleh tingkat kecukupan informasi mengenai masalah yang diteliti. Validitas informasi mengenai permasalahan dalam penelitian ini ditentukan dengan metode triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Lofland & Lofland, 1984; Moleong, 1991 : 178). Dalam penelitian ini validitas atau pemantapan dan kebenaran informasi dicapai dengan menggunakan dua teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode. Sementara itu, teknik analisis data dilakukan secara induktif di mana peneliti mengumpulkan data dan kemudian mengembangkan suatu teori dari data tersebut atau disebut sebagai grounded theory (Mulyana, 2001:157). Teknik analisis secara induktif dengan menggunakan metode analisis interaktif adalah seperti yang terlihat dalam Gambar 1.

Gambar 1. Analisis data model interaktif (Miles dan Huberman, 1984:23)

Dengan model interaktif tersebut proses analisis data terdiri dari tiga komponen utama yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan simpulan/verifikasi yang merupakan proses siklus dan bersifat interaktif (Sutopo, 2002:93).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil penelitian

Struktur terjemahan teks iklan Produk Unggulan Disperindag Kabupaten Sukoharjo dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris dapat dilihat dari konteks wacana yang melingkupi dan strategi penerjemahan yang digunakan. Konteks wacana yang dimaksud adalah bahwa teks-teks yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris merupakan teks-teks deskriptif untuk iklan Produk Unggulan Kabupaten Sukoharjo. Dikarenakan wacana yang terbentuk adalah wacana iklan, maka penerjemah harus dapat memilih pilihan kata yang tepat untuk jenis iklan komersial informatif tahap pengenalan.

pengumpulan data

reduksi data penyajian data

penarikan simpulan verifikasi

Dari analisis strategi penerjemahan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa jenis strategi penerjemahan yang telah diterapkan adalah strategi struktural dan strategi semantis. Untuk strategi struktural, diperoleh 49 data (53,2%) menggunakan strategi penambahan. Data-data tersebut di antaranya:

1. No. Data : 2/Stra.Struk/1

B.Su : Kabupaten Sukoharjo Wilayah Bisnis dan Investasi

B.Sa : Sukoharjo Regency Region of Busisness and Investment

2. No. Data : 5/Stra.Struk/1.c

B.Su : Peta Potensi Kabupaten Sukoharjo

B.Sa : The potensial map of Sukoharjo regency

Terjemahan pada data nomor 2/Stra.Struk/1 menggunakan strategi penambahan ‗of‘ untuk menyesuaikan struktur frasa Bahasa Inggris yang biasanya berstrukturkan M-D (menjelaskan-dijelaskan) menjadi D-M (dijelaskan-menjelaskan) secara tepat. Sedangkan pada data nomor 5/Stra.Struk/1.c, terdapat penambahan unsur article ‟the‟ pada terjemahan karena menyesuaikan struktur bahasa Inggris yang lebih umum menggunakan article sebelum penyebutan benda.

Data-data lain yang berhubungan dengan strategi penambahan di antaranya terdapat pada data nomor: 4/Stra.Struk/1.b, 7/Stra.Struk/1.e, 15/Stra.Struk/1.m, 22/Stra.Struk/1.t,

23/Stra.Struk/1.u, 28/Stra.Struk/4, 32/Stra.Struk/5, 35/Stra.Struk/6, 39/Stra.Struk/8,

42/Stra.Struk/9, 43/Stra.Struk/13.

Selanjutnya, data yang menggunakan strategi pengurangan sebanyak 8 atau (8,7%). Data-data tersebut adalah:

3. No. Data : 12/Stra.Struk/1.j

B.Su : Kain Batik

B.Sa : Batik

4. No. Data : 16/Stra.Struk/1.n

B.Su : Kerajinan Shuttlecocks

B.Sa : Shuttlecocks

Terjemahan kedua frasa menggunakan strategi pengurangan. Data nomor 16/Sra.Struk/1.j terdapat pengurangan kata ‘kain‘, sementara data nomor 16/Stra.Struk/1.n terdapat pengurangan kata ‘kerajinan‘.

Strategi transposisi dijumpai di 13 data (14,1%) dari keseluruhan data yang dianalisis. Contoh strategi transposisi terdapat pada data-data berikut ini:

5. No. Data : 6/Stra.Struk/1.d

B.Su : Industri Tekstil

B.Sa : Textille industry

6. No. Data : 43/Stra.Struk/9

B.Su : 35% produksinya sudah dipasarkan di mancanegara melalui pihak

ketiga.

B.Sa : ... and 35% of the products have been sold to other countries

through the third person

Data lain yang menunjukkan strategi transposisi terdapat pada data nomor: 8/Stra.Struk/1.f, 11/Stra.Struk/1.j, 14/Stra.Struk/1.l, 17/Stra.Struk/1.0, 19/Stra.Struk/1.q, 21/Stra.Struk/1.s, 47/Stra.Struk/11, 56/Stra.Struk/15, 58/Stra.Struk/16, 66/Star.Struk/19, 72/Stra.Struk/21.

Data lain yang diperoleh menunjukkan adanya 22 data (24%) yang menggunakan gabungan 2 strategi struktural di atas, yaitu strategi penambahan dan transposisi, serta strategi penambahan dan pengurangan. Untuk data-data yang mengandung strategi penambahan dan transposisi di antaranya adalah:

7. No. Data : 1/Stra.Struk/C

B.Su : Produk Unggulan Kabupaten Sukoharjo

B.Sa : The Superior Products of Sukoharjo

8. No. Data : 24/Stra.Struk/2

terdiri dari 12 wilayah Kecamatan, 17 Kelurahan, 150 Desa, 2.026 dukuh, 1438 RW dan 4428 RT dengan luas 46.666.66 Km2.

B.Sa : The government of sukoharjo regency established on 15 July 1946.

consist of 12 Sub-District, 17 District, 150 Village, 2.026 sub village, 1.438 administrative units the next to lowest level and 4.428 administrative units of loess level and 46.666.66 square meter of width.

Pada data nomor 1/Stra.Struk/C, penerjemah menempuh strategi penambahan dan transposisi karena dalam menerjemahkan frasa tersebut ke dalam B.Sa penerjemah harus menambahkan kata ‗the‘ dan ‗of‘. Selain itu, penerjemah menyusun struktur frasa tersebut dengan struktur yang lebih berterima di dalam B.Sa. Sedangkan terjemahan kalimat pada data nomor 24/Stra.Struk/2 menggunakan strategi penambahan dan transposisi untuk masuknya unsur artikel dan preposisi, serta penerjemah harus menyesuaikan sruktur kalimat trsebut ke dalam B.Sa yang lebih berterima.

Data lain terkait strategi penambahan dan transposisi di antaranya data nomor:

25/Stra.Struk/2, 27/Stra.Struk/.4, 29/Stra.Struk.2, 33/Stra.Struk./6, 34/Stra.Struk/6,

35/Stra.Struk./6, 36/Stra.Struk/6, 39/Stra.Struk/8, 41/Stra.Struk/9, 44/Stra.Struk/10.

Secara keseluruhan, strategi struktural yang diterapkan penerjemah dalam menerjemahkan teks iklan Produk Unggulan Daerah Kabupaten Sukoharjo tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Strategi struktural dalam teks iklan produk unggulan daerah kab. Sukoharjo

No Jenis strategi Frekuensi Persentase (%)

1 Strategi Penambahan 49 53,2

2 Strategi Pengurangan 8 8,7

3 Strategi transposisi 13 14,1

4 Strategi Penambahan dan transposisi 22 24,0

Jumlah 92 100,0

Mengingat teks iklan Produk Unggulan Daerah ini banyak menyinggung tentang budaya (meliputi, makanan, pakaian, sistem sosial, dll), maka strategi yang digunakan lebih banyak berhubungan dengan masalah pungutan. Hal ini merupakan penyesuaian antara unsur bahasa sumber dan bahasa sasaran.

Dari hasil analisis didapatkan sejumlah 25 data (27,2%) yang menggunakan strategi pungutan ini. Sebagai contoh misalnya:

9. No. Data : 2/Stra.Sem/UC

B.Su : Kabupaten Sukoharjo Wilayah Bisnis dan Investasi

B.Sa : Sukoharjo Regency of Business and Investment

10. No. Data : 14/Stra.Sem.1.l

B.Su : Kerajinan Gamelan

B.Sa : Gamelan Craft

Terjemahan frasa pada data nomor 2/Stra.Sem/UC menggunakan strategi pungutan untuk istilah ‗bisnis‘ dalam B.Su menjadi ‗business‘ dalam B.Sa. Demikian juga untuk istilah ‗investasi‘ dalam B.Sa menjadi ‗investment‟. Sedangkan pada data nomor 14/Stra.Sem.1.l, istilah ‗gamelan‘ dipertahankan sebagaimana adanya untuk menunjukkan unsur lokalitas budaya yang berbeda antara B.Su dan B.Sa.

Beberapa data lain yang dianalisis menggunakan strategi pungutan ini adalah data nomor: 6/Stra.Sem.1.d, 8/Stra.Sem/1.f, 11/Stra.Sem/1.i, 12/Stra.Sem/1.j, 13/Stra.Sem/1.k, 16/Stra.Sem/1.n, 18/Stra.Sem/1.p, 37/Stra.Sem/7, dll.

Strategi semantik berikutnya adalah strategi padanan budaya. Dalam kasus ini, penerjemah berusaha mencari padanan yang paling dekat dalam B.Sa. Hanya ada 1 data yang ditemukan terkait dengan padanan budaya ini, karena masing-masing tidak ada padanannya yang pas. Data tersebut misalnya:

11. No. Data : 24/Stra.Sem/2

B.Su : Pemerintah Kabupaten Sukoharjo lahir pada tanggal 15 Juli 1946

terdiri dari 12 wilayah Kecamatan, 17 Kelurahan, 150 Desa, 2.026 dukuh, 1438 RW dan 4428 RT dengan luas 46.666.66 Km2.

B.Sa : The government of sukoharjo regency established on 15 July 1946.

consist of 12 Sub-District, 17 District, 150 Village, 2.026 sub village, 1.438 administrative units the next to lowest level and 4.428 administrative units of loess level and 46.666.66 square meter of width.

Pada terjemahan di atas, sistem sosial kemasyarakatan Indonesia berupa RT, RW ditransfer ke sistem barat dengan menggunakan sub village, sub district dan juga istilah administrative units the next to lowest level,dan administrative units of loess level.

Untuk strategi penghapusan, ditemukan 25 butir data (34,25%) yang menggunakan strategi ini. Sebagai contoh misalnya:

12. No. Data : 30/Stra.Sem/5

B.Su : Jumlah pengrajin sekitar 622 unit dengan menyerap tenaga kerja

38.731 orang.

B.Sa : There are about 622 units and absorb 38.731 workers.

Pada terjemahan di atas, terdapat penghapusan kata jumlah pengrajin dan satuan orang. Selanjutnya untuk data yang lain di antaranya adalah data nomor: 12/Stra.Sem/1.j, 16/Stra.Sem/1.n, 17/Stra.Sem/1.o. Secara keseluruhan penggunaan strategi semantik dalam booklet Produk Unggulan Daerah Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Strategi semantis dalam teks iklan produk unggulan daerah Kab. Sukoharjo

No Jenis strategi Frekuensi Persentase (%)

1 Strategi Pungutan 25 27,2

2 Strategi Padanan Budaya 1 1,1

3 Strategi Penghapusan 25 27,2

4 Modulasi 41 44,5

Jumlah 92 100,0

Pembahasan

Menurut Suryawinata (2003: 67-76), terdapat 2 strategi penerjemahan yang dapat diterapkan oleh penerjemah. Strategi tersebut adalah strategi struktural, yaitu strategi penerjemahan yang melihat pada aspek struktur kebahasaan dan strategi semantis, yaitu strategi penerjemahan yang melihat pada aspek makna. Strategi struktural meliputi strategi a) penambahan, b) pengurangan, c) transposisi, sementara strategi semantis di antaranya meliputi strategi a) pungutan, b) padanan budaya, c) penambahan, d) penghapusan, e) perluasan, dan f) modulasi

Dari hasil analisis data, strategi penambahan yang dilakukan penerjemah memang merupakan strategi yang harus ditempuh karena struktur bahasa sasaran memang menghendaki hal semacam itu. Penambahan preposisi ‗of‘ mutlak dilakukan oleh penerjemah karena dalam Bahasa Inggris (sebagai B.Sa) dibutuhkan ‗of‘ untuk membentuk strukur (D-M) sebagaimana struktur dalam Bahasa Indonesia. Demikian juga untuk artikel ‗the‘, penambahan akhiran ―s‖ membentuk plural, dll. Sebaliknya, strategi pengurangan merupakan pengurangan elemen struktural di dalam B.Sa. Kasus semacam ini biasanya dijumpai dalam struktur Bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia.

Sementara itu, strategi transposisi adalah strategi yang dilakukan oleh penerjemah karena suatu keharusan atau karena pilihan. Dikatakan keharusan, apabila penerjemah memang harus melakukan strategi tersebut karena menyesuaikan struktur B.Su dan B.Sa. Misalnya penerjemahan frasa bahasa Indonesia yang memiliki unsur inti di depan dan unsur penjelas di belakang, sedangkan kalau frasa tersebut diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi unsur

intinya di belakang dan unsur penjelasnya di depan. Di sisi lain, strategi ini dikatakan pilihan bagi penerjemah apabila dilakukan karena pertimbangan gaya bahasa.

Untuk strategi semantis, strategi pungutan paling banyak dijumpai dalam penerjemahan teks iklan PUD Kab. Sukoharjo. Strategi pungutan ini dapat meliputi transliterasi (mempertahankan istilah B.Su) dan naturalisasi (istilah B.Su mengalami penyesuaian ejaam atau tulisan ke dalam B.Sa). Selain itu, strategi penerjemahan padanan budaya yang ditemukan pada data penelitian jelas menunjukkan bukti bahwa teks iklan tersebut melibatkan dua bahasa yang berbeda. Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat penerjemahan merupakan komunikasi lintas budaya, dalam hal ini adalah budaya B.Su dan B.Sa.

Strategi penambahan pada strategi semantis dilakukan karena penerjemah ingin memperjelas makna yang ada dalam B.Su ke dalam B.Sa. Pada kasus penerjemahan teks iklan PUD Kab.Sukoharjo strategi ini dilakukan untuk memperjelas makna terkait dengan budaya yang berbeda. Sementara strategi penghapusan dilakukan dengan pertimbangan bagian yang tidak diterjemahkan ke dalam B.Sa tidak begitu penting bagi keseluruhan teks B.Sa.

Terjemahan teks iklan PUD Kabupaten Sukoharjo telah menerapkan kedua strategi tersebut, namun demikian perlu dipertimbangkan jenis strategi yang lain utamanya untuk menerjemahkan istilah-istilah khusus yang sulit atau bahkan tidak mungkin dicari padanannya dalam B.Sa. Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan penerjemah untuk mengatasi masalah perbedaan budaya tersebut, yaitu:

Menurut Mona Baker (Said, 2003:7), strategi penerjemahan untuk kata/ungkapan yang tidak dikenal dalam bahasa penerima meliputi:

1. Penerjemahan dengan menggunakan kata yang lebih umum

Merupakan strategi yang paling umum dipakai oleh penerjemah untuk mencari padanan dari berbagai macam kata yang tidak memiliki padanan langsung).

2. Penerjemahan dengan menggunakan kata yang lebih netral

Strategi ini digunakan untuk mengurangi kesan negatif yang ditimbulkan oleh kata dalam B.Su, yang dikarenakan oleh makna yang dimiliki oleh kata dalam B.Su tersebut.

3. Penerjemahan dengan menggunakan pengganti kebudayaan

Strategi penerjemahan ini dilakukan dengan mengganti konsep kebudayaan B.Su dengan konsep kebudayaan B.Sa yang setidaknya memiliki makna yang menyerupai

4. Penerjemahan dengan menggunakan kata serapan yang disertai dengan penjelasan

Strategi penerjemahn ini digunakan untuk menerjemahkan kata yang berhubungan dengan kebudayaan, konsep modern, dan kata yang tidak jelas maknanya.

5. Penjelasan dengan parafrase.

Strategi penerjemahan ini digunakan ketika konsep yang diungkapkan dalam bahasa sumber memiliki makna leksikal dalam bahasa penerima, tapi memiliki bentuk yang berbeda, dengan frekwensi kemunculan kata tersebut lebih sering dalam bahasa sumber.

Strategi penerjemahan istilah khusus tersebut perlu dipertimbangkan, mengingat teks iklan memiliki fungsi utama menyampaikan pesan produksi yang diiklankan. Apabila produk yang diiklankan tersebut memiliki istilah khusus yang sulit dicari padanannya, maka penerjemah harus menggunakan strategi tersebut di atas untuk membantu calon konsumen memahami pesan yang disampaikan. Tentu saja dalam menerapkan strategi penerjemahan istilah khusus ini, penerjemah tetap harus mempertimbangkan space yang tersedia, unsur estetika yang lain (seperti warna dan visual yang dimunculkan) sehingga tidak mengurangi hakekat dari teks iklan bahwa untuk menarik calon konsumen dapat dilakukan dari 2 aspek, bahasa dan visual.

KESIMPULAN

Menerjemahkan teks iklan berbeda dengan menerjemahkan teks-teks yang lain. Sesuai dengan fungasi dari iklan tersebut, penerjemah harus menyesuaikan fungsi apa yang terdapat dalam teks iklan tersebut untuk kemudian disesuaikan dengan diksi dan gaya penyampaian teks iklan tersebut.

Menerjemahkan teks iklan PUD Kab. Sukoharjo berbeda dengan menerjemahkan teks iklan yang lain, karena dalam teks iklan PUD Kab.Sukoharjo dijumpai beberapa istilah yang mengandung muatan budaya B.Su yang sulit dicari padanannya dalam B.Sa. Oleh karena itu,

Garis besar

Dokumen terkait