• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekomendasi Tindakan

Berdasarkan paparan di atas, maka di sini dapat dikemukakan beberapa rekomendasi tindakan yang dinilai dapat memperbaiki ku‐ rikulum PAI.

1. Sebaiknya dilakukan beberapa revisi terhadap Kurikulum PAI, khususnya dalam hal sinkronisasi antara masing‐masing kompo‐ nen kurikulum seperti: definisi PAI, tujuan‐tujuan kurikulum, standar kompetensi dan kompetensi dasar. Kompetensi dasar harus dirumuskan untuk menerjemahkan dan merespons defi‐ nisi serta tujuan‐tujuan Kurikulum PAI. Menurut prinsip penyu‐ sunan kurikulum secara umum penyebutan suatu kualitas dalam definisi dan tujuan memiliki konsekuensi logis dalam kompo‐ nen‐komponen selanjutnya dari kurikulum tersebut.

2. Setelah revisi dilakukan, sebagai konsekuensinya silabus harus disusun mengikuti kompetensi dasar yang sudah ditentukan. Si‐ labus harus menyatakan dengan jelas hasil belajar dan penga‐ laman belajar yang harus dijalankan oleh siswa. Hasil belajar berupa sikap pluralis dan toleran harus menginspirasi proses instruksional dan pengalaman belajar siswa. Sebagai ilustrasi, lihat Appendix 1 yang menggambarkan silabus PAI imajiner. 3. Selain memberi tekanan pada domain kognitif dan psikomotorik

dari hasil belajar siswa, pengalaman belajar PAI harus diorien‐ tasikan untuk membangun domain afektif. Dalam hal ini, mem‐ beri tekanan pada kurikulum hidup merupakan suatu keharusan dalam mencapai hasil belajar secara efektif. Mengajarkan tole‐ ransi dan pluralisme tidak hanya dengan mengimplementasikan

kurikulum tertulis untuk mencapai tujuan‐tujuan tertulis, tetapi juga dengan mengatur pengalaman‐pengalaman belajar yang berfokus pada pencapaian tujuan‐tujuan. Hal ini mencakup si‐ tuasi‐situasi kelas dan sekolah, interaksi antara guru dan siswa baik di dalam dan di luar kelas, sikap dan perilaku guru yang me‐ rupakan contoh bagi siswa, dan sebagainya. Sederhananya, se‐ mua komponen sistem sekolah harus dibangun secara sadar untuk menjadi pengalaman belajar yang mendukung pengajaran pluralisme di sekolah.

4. Penting untuk mempertimbangkan dimasukkannya muatan per‐ bandingan agama dalam kurikulum untuk membekali siswa de‐ ngan pengetahuan yang cukup dan sesuai tentang agama‐agama lain (Ma’arif, 2005). Hal ini bisa dimasukkan dalam pengajaran tentang keyakinan atau akidah. Penekanannya bukan pada upaya menunjukkan keyakinan mana yang paling superior atau paling benar, tetapi pada pemahaman terhadap keyakinan lain sehingga sikap toleran dapat terinternalisasikan dalam diri sis‐ wa.

5. Karena itu, salah satu faktor yang berpengaruh dalam mencipta‐ kan sistem semacam itu adalah kepemimpinan. Para pemimpin sekolah menggunakan kualitas‐kualitas dalam menyusun visi, menentukan strategi, dan mengintervensi beragam kondisi se‐ kolah untuk memfasilitasi pencapaian hasil‐hasil sekolah. Dalam kaitannya dengan pengajaran pluralisme, kepemimpinan me‐ mainkan peranan penting dalam menyusun visi bersama, dan selanjutnya mengarahkan strategi, membangun struktur sekolah yang mendukung pengajaran pluralisme, dan lebih penting lagi menciptakan budaya pluralis di sekolah. Dengan kata lain, sebe‐ lum sikap‐sikap pluralis dapat diinternalisasikan dalam diri sis‐ wa, kepala sekolah dan guru haruslah yang pertama meyakini dan memahami pentingnya pluralisme. Hal ini merupakan prob‐ lem mendasar karena pluralisme berkaitan dengan keyakinan dan pemahaman agama.

Kesimpulan

Pengajaran pluralisme berarti mengajarkan dan menginternali‐ sasikan sikap‐sikap toleran dalam kepribadian siswa. Pengalaman belajar yang meliputi rasionalisasi dan stimulasi emosional merupa‐ kan hal yang vital. Pengembangan profesional secara berkelanjutan dalam hal pengajaran pluralisme harus direncanakan dan ditetapkan. Kepala sekolah yang mampu menciptakan sekolah yang pluralis juga sangat penting di mana sekolah menjadi miniatur masyarakat plu‐ ralis di mana siswa belajar, berinteraksi, dan mengalami bagaimana cara menjadi orang yang pluralis dan bagaimana belajar di dalamnya. Mengajarkan pluralisme sangat berkaitan dengan keyakinan dan pemahaman agama. Hal ini merupakan tantangan dan hambatan ter‐ besar. Seseorang bisa saja harus mengubah keyakinan asalnya jika dia ingin menjadi orang yang pluralis. Karena itu, pluralisme pendi‐ dikan merupakan tantangan terberat bagi guru yang tidak percaya pada pluralisme. Mustahil mengajarkan pluralisme jika guru itu sen‐ diri tidak memiliki keyakinan, pemahaman, dan sikap yang pluralis dan toleran. Terlebih lagi, mengubah keyakinan bukan hal yang mu‐ dah.

Referensi

Al‐Attas, S. M. N. (Ed.). (1979). Aims and Objectives of Islamic Educa‐ tion. Jeddah: King Abdulaziz University.

Bloom, B. S. (Ed.). (1956). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals‐Handbook 1, Cognitive Domain. London: Longmans.

Brady, L. (1992). Curriculum Development (Edisi keempat). New York: Prentice Hall.

Brady, L., & Kennedy, K. (2003). Curriculum Construction (Edisi kedua). French Forest: Pearson Prentice Hall.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003a). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003b). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Me‐ nengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendi‐ dikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003c). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depar‐ temen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003d). Kurikulum Berbasis Kom‐ petensi. Retrieved 24 December, 2003, from http://www.puskur.or.id

Departemen Pendidikan Nasional. (2003e). Model Pelatihan Dan Pengembangan Silabus. Pelayanan Profesional Kurikulum 2004 Retrieved 19 September, 2005, from http://www.puskur.or.id Departemen Pendidikan Nasional. (2003f). Pengelolaan Kurikulum

2004 Di Tingkat Sekolah. Pelayanan Profesional Kurikulum 2004 Retrieved 19 September, 2005, from http://www.puskur.or.id Departemen Pendidikan Nasional. (2006a). KTSP Pendidikan Agama

Islam: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMA, MA, SMALB, SMK dan MAK. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006b). KTSP Pendidikan Agama Islam: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SMP, MTS, dan SMPLB. Jakarta: Depdiknas.

Fachruddin, F. (2006). Agama dan Pendidikan Demokrasi: Penga‐ laman Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Jakarta: Pustaja Al‐ vabet.

Hick, J. (1999). The Fifth Dimension: An Exploration of the Spiritual Realm. Oxford, U.K.: Oneworld Publications.

Hunkins, F. P. (1985). Curriculum Development: Program Improve‐ ment. Ohio: Charles E. Merril Publishing Co.

Jones, R. M., & Steinbrink, J. E. (1988). Confluent Curriculum Develop‐ ment: A Logical Proposal. Journal of Curriculum Theorizing, 8(1), 185‐200.

Kelly, A. V. (1980). Ideological Constraints on Curriculum Planning. Dalam A. V. Kelly (Ed.), Curriculum Context. London: Harper & Row.

Ma'arif, S. (2005). Pendidikan Pluralisme di Indonesia. Jogjakarta: Log‐ ung Pustaka.

Machacek, D. W. (2003). Meaningful Diversity: A Culture of Religious Pluralism. Paper presented at the The Religious Pluralism in Southern California Conference, UC Santa Barbara.

Marsh, C. J., & Willis, G. (1999). Curriculum: Alternative Approaches, Ongoing Issues (Edisi kedua). New Jersey: Prentice‐Hall, Inc. Muhaimin, Suti'ah, & Ali, N. (2001). Paradigma Pendidikan Islam:

Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Ban‐ dung: Rosda Karya.

Pring, R. (1986). Aims, Problems and Curriculum Contexts. dalam P. Tomlinson & M. Quinton (Editor), Values across the Curriculum. London: The Falmer Press.

Raihani. (2001). Curriculum Construction in the Indonesian Pesantren. Unpublished Master's, The University of Melbourne, Melbourne, VIC.

Shihab, A. (1995). Islam Inklusif. Bandung: Mizan.

Skilbeck, M. (1984). School‐Based Curriculum Development. London: Harper and Row. Yamin, H. M. (2007). Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP. Ja‐ karta: Gaung Persada Press.

Apendiks 1. Silabus7 Imajiner PAI yang Menggarisbawahi Kompetensi Dasar Pluralis

7Format silabus ini sesuai dengan salah satu rekomendasi di Pusat Kurikulum Diknas

Bab 5

“Geliat” Guru Madrasah