BAB II. DUNIA AUDIO VISUAL DAN PEMBINAAN IMAN
B. Pewartaan Iman di Zaman Modern melalui Media Audio Visual
5. Sarana dalam Katekese Audio Visual
Perhatian yang kedua adalah tempat berkatekese. Unsur ini penting untuk diperhatikan. Untuk dapat mengadakan katekese audio visual dengan baik perlu dipilih tempat yang benar-benar sesuai dan mendukung. Keluarga, lingkungan dan wilayah menjadi alternatif tempat yang baik untuk katekese audio visual. Sekolah juga dapat dipakai, namun kadang di sekolah anak-anak merasa terikat oleh kewajiban belajar secara formal. Rasa takut terhadap guru serta motivasi terhadap nilai tentu sangat berpengaruh bagi siswa, sehingga untuk mencapai sebuah dialog iman yang terbuka masih agak sulit.
Ketiga adalah bahan atau materi katekese audio visual yang akan digunakan. Banyak bahan katekese dijual di toko-toko, media komunikasi dan banyak materi dapat diakses dari situs-situs internet. Bahan-bahan tersebut belum tentu sesuai dalam rangka katekese yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu katekis perlu selektif dalam memilih bahan (Adisusanto, 2001: 9-10).
5. Sarana dalam Katekese Audio Visual
Sarana audio visual yang biasa dipakai dalam katekese audio visual adalah sound slides, film, video, permainan teater, wayang, gambar-gambar, tape, dan rekaman-rekaman (Eilers, 2001: 230-231). Penulis dalam skripsi ini lebih menyoroti sarana film video, sehingga porsi uraiannya lebih banyak dibandingkan uraian mengenai sarana yang lain.
60 a. Sound Slides
Slides merupakan gambar yang dihasilkan dari pemotretan maupun lukisan tangan seseorang. Gambar tersebut ditampilkan ke layar putih dengan menggunakan proyektor (Hamzah Suleiman, 1981: 159). Supaya gambar yang dihasilkan lebih hidup, perlu diberi efek suara sebagai pelengkap. Setelah keduanya digabungkan, sarana ini disebut sound slide. Sarana ini menjadi salah satu alternatif dalam berkatekese. Sebagai contoh cerita tentang Musa, pemandu katekese dapat membuat gambar-gambar mengenai tokoh Musa, kemudian mengatur sedemikian rupa sehingga dapat ditampilkan ke layar dengan baik, sambil diiringi dengan musik dan narasi.
b. Film
Film merupakan perpaduan suara, gambar, dan cerita yang dihasilkan sebagai sebuah karya pertunjukan artistik (Eilers, 2001: 188). Menurut Lukas Batmomolin dan Fransisca Hermawan (2003: 61): “film merupakan satu sarana baru dalam upaya penyebarluasan hiburan, cerita, peristiwa, musik, drama, dan sebagainya kepada masyarakat”. Film adalah teknologi hiburan massa untuk menyebarluaskan informasi dan berbagai pesan dalam skala luas di samping pers, radio dan televisi. Film bukan hanya karya hiburan yang bercerita tentang kisah cinta yang romantis atau tragis saja. Lebih dari itu film merupakan gambaran situasi sosial, psikologi, dan estetika. Film juga bertujuan menyampaikan informasi situasi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat atau berisi pesan-pesan sosial yang dihadapi masyarakat. Film mengangkat segi estetika suatu karya,
61
kecantikan dan keindahan, baik dari pemain, cerita maupun unsur musik dan lagu yang disajikan.
Josef Eilers (2001: 188) menyampaikan pendapat mengenai film, yakni: “Film cenderung menjadi sebuah karya seni untuk mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemahaman dalam cara yang lebih artistik, yang membutuhkan perhatian khusus karena kemungkinan pertumbuhannya yang cepat”.
Josef Eilers (2001: 189) dalam buku yang sama menyampaikan peran film sebagai suatu sarana komunikasi sosial, yakni “film sebagai media pertunjukan pengalaman sosial, informasi, dan hiburan”. Film merupakan media audio visual yang bekerja dengan gambar-gambar dan suara. Mengenai bahasa yang dipakai dalam sebuah film Josef Eilers (2001: 189) berpendapat bahwa: “Simbol-simbol dan tanda-tanda visual merupakan unsur-unsur dasar penyajiannya, sedangkan suara dan kata-kata hanya berperan mendukung dan penyatuan kedua unsur tersebut menghasilkan bahasa audio visual yang baru”.
Heru Effendy (2002: 11-14) menyampaikan beberapa jenis film dilihat dari sudut pandang keperluan sebuah film diproduksi (mengapa film dibuat). Film tersebut terdiri dari film dokumenter, film cerita pendek (short films), film cerita panjang (feature-length films), film-film jenis lain (corporate profile), iklan televisi, program televisi, dan video klip.
Film sebagai sarana katekese dapat dipilih sesuai tema yang ingin dilaksanakan. Jenis film yang digunakan bisa film cerita berdurasi pendek, film dokumenter, dan film video. Film yang efektif untuk berkatekese adalah film
62
berdurasi waktu pendek ± 30 menit supaya tidak menyita banyak waktu dan membosankan bagi peserta katekese (Eilers, 2001: 188-192).
c. Video
Video merupakan sarana rekam gambar dan suara yang lebih bebas untuk digunakan. Sarana ini dapat digunakan kapan saja dan di mana saja oleh pemiliknya. Video merekam gambar pada pita kaset atau piringan. Pendapat tersebut diteguhkan oleh Josef Eilers yang menyampaikan bahwa: “Video merupakan salah satu sarana teknis terbaru bagi komunikasi visual yang merekam gambar pada pita atau piringan sehingga mudah direkam dan diproduksi kembali” (Eilers, 2001: 192). Dalam rangka katekese, video dapat merekam gambar atau film sesuai tema katekese yang dibuat, sehingga pada saat pelaksanaan piringan pita yang sudah dihasilkan dapat diputar sesuai keinginan pemakai. Sarana ini mulai sering digunakan karena mudah didapat dan cara kerjanya tidak bertele-tele (Eilers, 2001: 192-193).
Penulis dalam bagian skripsinya membatasi jenis video lebih pada film berdurasi pendek. Film dan video merupakan dua hal yang berbeda, namun di tengah perkembangan teknologi yang serba canggih ini keduanya sudah bisa dikombinasikan. Sang kreator dapat melakukan shooting dan editing dalam format video, namun ditayangkan dalam format film (Heru Effendy, 2002: 24).
Penggunaan video lebih bebas jika dibandingkan film televisi. Dalam pembuatan film video sang kreator tidak ada ikatan terhadap program televisi, kontrak atau pun target tayang seperti film televisi. Seorang kreator juga tidak
63
harus berpikir untuk mengadakan kerja sama dengan pihak lain sehubungan dengan video yang akan dia buat. Dengan bantuan handycam dia sudah dapat menghasilkan film video yang diinginkannya dengan teknologi digital.
Menurut Josef Eilers (2001: 193) ada 4 kemungkinan penggunaan video yakni:
• Video digunakan sebagai pengisi waktu sehubungan program televisi. Sebagai contoh ketika seseorang ingin melihat salah satu program siaran di televisi namun karena ada kepentingan lain, dia tidak dapat melihat secara langsung. Program tersebut dapat direkam kemudian dilihat pada saat dia menginginkan. • Video digunakan sebagai media alternatif. Masalah atau tema tertentu yang
tidak bisa terekam oleh televisi atau tidak terdapat dalam program televisi dapat dibuat dengan media video. Misalnya sebagai bahan untuk pertemuan atau diskusi.
• Video sebagai instrumen rumah tangga untuk keluarga. Kalau dulu masyarakat menggunakan foto sebagai dokumen keluarga, sekarang dengan menambah biaya sedikit mereka dapat menghasilkan gambar bergerak melalui video. Misalnya: dalam pesta pernikahan, ulang tahun, dll.
• Video sebagai sarana pendidikan. Video dapat digunakan untuk mempermudah proses mengajar, memberi ilustrasi, mendorong dan mengembangkan daya tangkap peserta didik dalam pelajaran tertentu atau untuk penyuluhan terhadap masalah kaum muda (misalnya narkoba).
64 d. Permainan Teater
Sarana ini merupakan bentuk lain dari drama. Cerita yang diangkat dalam sebuah permainan teater biasanya berangkat dari situasi konkret yang dialami masyarakat atau mengangkat keprihatinan dalam masyarakat pada tempat tertentu. Kisah dalam Kitab Suci dapat sebagai salah satu ide cerita. Sebagai sarana dalam berkatekese, permainan teater yang diangkat juga harus tetap sesuai dengan tema. Dapat digunakan di awal proses sebagai pengantar tema atau di akhir proses sebagai peneguhan sebelum Kitab Suci dibacakan (Tangdilintin, 1984: 73).
e. Wayang
Masyarakat Jawa mengenal wayang sebagai bagian dari kebudayaan dan falsafah hidup. Wayang bisa menjadi salah satu alternatif karena cerita dalam pementasan wayang biasanya memuat nilai-nilai tertentu yang penting dalam hidup manusia. Seorang dalang yang memainkan wayang, seperti seorang guru yang sedang mengajar murid-murid melalui cerita yang diangkatnya. Selain itu tokoh-tokoh wayang biasanya mempunyai keutamaan-keutamaan tersendiri yang patut menjadi teladan hidup. Misalnya, Semar berperilaku sebagai pelayan yang berhati, setia dan bijaksana.
f. Gambar-gambar
Gambar sebagai sarana katekese dapat diambil dari majalah, koran, foto-foto, maupun dari internet. Supaya dapat menarik perhatian peserta katekese, gambar harus dipilih sesuai tema, jelas, bagus dan mudah dimengerti. Dalam