• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. GEREJA SETURUT TELADAN DAN AJARAN YESUS KRISTUS

C. Situasi Kehidupan Di Indonesia Zaman Sekarang

2. Situasi Kehidupan Masyarakat

Sebagai akibat dari peristiwa yang sering terjadi, juga kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, situasi kehidupan ikut dipengaruhi olehnya. Banyak peristiwa terjadi di negara ini, bukan saja di kota-kota besar tetapi juga telah merambat sampai ke pelosok-pelosok desa.

Selain peristiwa alam, berbagai tindakan kriminal atau kejahatan lain dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat yakni kalangan profesi seperti politikus, pelaku ekonomi dan bisnis, pejabat-pejabat dalam pemerintahan, orang tua, anak-anak, laki-laki dan perempuan, dan berasal dari berbagai agama yang ada di tanah air. Hal ini dapat dicontohkan dengan maraknya tindakan kekerasan dalam masyarakat. Dapat dilihat dalam rentetan peristiwa misalnya kerusuhan Mei 1998 dengan target etnis Cina, perang saudara di Maluku antara orang Muslim dan Kristen, perselisihan etnis di Kalimantan antara Dayak dan Madura, pembunuhan dukun-dukun santet di Banyuwangi, tawuran antar pelajar, aksi premanisme, kekerasan suami istri, kekerasan orang tua anak, dan kini marak kekerasan antar organisasi massa/ormas (Leo, 2007:60).

Dalam banyak kasus seperti: pembunuhan, praktek trafficking, pelecehan seksual, penipuan, penganiayaan, pencurian, berperan besar di dalamnya sebagaimana yang dapat disaksikan melalui media massa lain dan tayangan televisi seperti Brutal, Sidik, Patroli, Jejak Kasus. Misalnya seorang ayah memperkosa anak kandungnya sendiri, pelecehan seksual dibawah umur, perselingkuhan, dan berbagai macam pelecehan seksual lainnya yang menggambarkan penodaan terhadap martabat manusia.

Berbagai kekerasan itu begitu gampang terjadi dalam masyarakat, lebih-lebih yang dipicu oleh keinginan balas dendam. Satu orang terkena kekerasan, ia segera mencari sasaran lain untuk melampiaskan dendam akibat kekerasan yang dideritanya. Bukan saja terjadi dalam masyarakat tetapi juga telah merambat pada lembaga pendidikan, pemerintahan, klub-klub olah raga, dan golongan tertentu yang berkedok lembaga agama. Bahkan mereka yang sehari-hari kelihatan alim dan saleh tiba-tiba rela terpercik darah ketika disulut kekerasan. Demikianlah dalam sekejap banyak orang bisa ketularan kekerasan; saling menyiksa, dan membunuh hampir tanpa habis-habisnya.

Selain perbuatan jahat tersebut, tindakan penodaan martabat manusia yang banyak terjadi adalah kasus pembunuhan. Suami membunuh istri dan sebaliknya, anak membunuh orang tua, suami atau istri menghabisi keluarganya sendiri, teman membunuh teman, ada juga yang karena himpitan banyak faktor melakukan tindakan bunuh diri. Terjadinya pembunuhan tersebut dapat saja diakibatkan oleh hal-hal kecil yang terjadi dalam masyarakat. Dalam lingkup yang lebih besar, misalnya adanya pemboman tempat-tempat tertentu seperti gereja, masjid, hotel di mana orang banyak berkumpul. Selalu muncul adanya teror-teror dalam masyarakat yang mengancam

keselamatan masyarakat dan negara, bahkan ada yang berkedok sehingga menyebabkan keresahan.

Kasus lain yang dapat menodai martabat manusia adalah penyalahgunaan kebebasan individu kepada hal-hal yang kurang baik seperti banyaknya masyarakat dari berbagai kalangan, jenjang umur, jenis kelamin yang terlibat penggunaan obat-obat terlarang, sex bebas (free-sex), minum minuman keras, cara-cara mengakhiri hidup dengan jalan pintas, dan lain-lain. Begitu pula hal lain yang dipengaruhi oleh kemajuan teknologi yang seharusnya dimanfaatkan untuk kehidupan yang lebih baik, tetapi disalah gunakan seperti tontonan yang tidak sehat/pantas. Akibat pemahaman yang kurang, ini mengakibatkan orang menghantar dirinya kepada hal-hal negatif seperti konsumerisme yang sifatnya memakai tanpa memunculkan kreatifitas manusia.

Sifat hedonisme semakin dimunculkan karena orang cenderung mencari nikmatnya saja dengan apa yang ada. Kejadian-kejadian tersebut sangat memprihatinkan karena memperlihatkan bahwa manusia semakin tidak mampu menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan nilai kebenaran yang berasal dari ajaran agama dan moral. Hidup manusia semakin dikuasai oleh hasrat kuasa, keuangan dan kehormatan. Para birokrat atau pejabat pemerintahan banyak menggunakan cara-cara yang tidak baik demi suatu kedudukan tanpa memperhitungkan konsekwensi yang akan ditimbulkannya. Janji-janji palsu yang diistilahkan “tebar pesona” begitu kuat didengar. Ketika sudah menduduki jabatannya, seakan tidak tahu lagi apa yang pernah diucapkannya kepada masyarakat, yang ada hanya janji tinggal janji. Dampak yang dirasakan masyarakat bisa dilihat ketika terjadi bencana alam yang menimpa negeri ini.

Begitu mudahnya pemerintah memberikan janji untuk membangun kembali tempat tinggal yang hancur akibat bencana termasuk jaminan biaya hidup para korbannya, namun memenuhinya tidak semudah mengatakannya. Banyak masyarakat yang beraksi menuntut hak mereka supaya dipenuhi. Selain itu birokrasi yang berbelit-belit terhadap korban yang sudah jelas-jelas mengalami penderitaan. Hal ini dilakukan bukan saja oleh kalangan pemerintahan, tetapi juga orang-orang yang berkedok organisasi sosial dengan berbagai macam alasan bahkan sampai yang tidak masuk akal. Ini menandakan bahwa manusia belum sepenuhnya bebas dari egoismenya yang mementingkan pribadi, lapisan, dan golongannya.

Pada awal tahun 2007, di tengah keadaan negara Indonesia yang carut marut akibat bencana dan himpitan krisis multidimensi yang masih tak kunjung pulih, seakan menjadi awal dari munculnya rentetan peristiwa yang mengerikan di negeri ini sesudah peristiwa lain terjadi tahun sebelumnya. Mulai dari tenggelamnya atau terbakarnya sarana transportasi laut, disusul terjungkalnya sarana transportasi darat, hilang/jatuhnya sarana transportasi udara, dan berikutnya pada bulan Maret kembali terjadi kecelakaan transportasi udara. Ratusan bahkan ribuan nyawa manusia melayang begitu saja dengan sia-sia. Ini merupakan tragedi yang dialami sebuah negara dengan menggoreskan luka, duka, derita, kecemasan, ketakutan dan kegelisahan yang berlarut-larut bagi masyarakat.

Bencana telah merenggut begitu banyak dimensi dari kemanusiaan seperti; hilangnya orang-orang yang dicintai, harta benda, karier dan pekerjaan. Setelah itu, kemudian merasa masa depan yang suram ketika tidak tahu harus berbuat apa untuk hidup ini. Kalau pun masih tersisa secercah optimisme, orang juga bingung dari mana akan memulainya. Dalam keadaan seperti itu seolah seperti dilemparkan ke

suatu tempat yang tak mengenal ujung pangkal. Situasi ini juga menimbulkan kegundahan, baik bagi mereka yang empunya anggota keluarga yang tertimpa musibah, maupun bagi masyarakat, lembaga/instansi yang peduli pada sesamanya.