• Tidak ada hasil yang ditemukan

P3SPS Komisi Penyiaran Indonesia sebagai Panduan Program Televisi

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 P3SPS Komisi Penyiaran Indonesia sebagai Panduan Program Televisi

Standarisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti dalam memproduksi sesuatu, proses pembentukan standar teknis, yang menjadi standar uji, standar definisi, prosedur standar (atau praktik), dan sebagainya. Standarisasi berasal dari kata standar yang berarti satuan ukuran yang dipergunakan sebagai dasar pembanding, kuantita, kualita, nilai dan hasil karya yang ada (Basuki, 1995). Standar menjadi ukuran proses produksi dalam suatu perusahaan, agar produk tersebut dapat menghasilkan seperti yang diinginkan, menjadi pedoman agar fokus tetap pada standar yang sudah ditentukan.

Program Siaran adalah program yang berisi pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, suara dan gambar, atau yang berbentuk grafis atau karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang disiarkan oleh lembaga penyiaran. Undang-undang penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 merupakan dasar utama bagi pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan independen, yang mana artinya hal tersebut bebas dari campur tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan, ini merupakan semangat pembentukan KPI.

Independen dimaksudkan untuk mempertegas bahwa pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan yang bebas dari intervensi modal maupun kepentingan kekuasaan, yang mana di masa lalu pengelolaan sistem penyiaran masih berada ditangan pemerintah (pada waktu itu rejim orde baru). Juga dalam pelaksanaan sistem siaran berjaringan, yang artinya setiap lembaga penyiaran yang ingin menyelenggarakan siarannya di suatu daerah harus memiliki stasiun lokal atau berjaringan, dengan lembaga penyiaran lokal yang ada didaerah tersebut. Untuk menjamin tidak terjadinya sentralisasi dan monopoli informasi seperti yang terjadi sekarang. Hal tersebut juga dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi daerah dan menjamin hak sosial-budaya masyarakat lokal dan minoritas.

Masyarakat lokal juga berhak untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhan politik, sosial, dan budayanya. Disamping itu keberadaan lembaga penyiaran sentralistis yang telah mapan dan berskala nasional semakin menghimpit keberadaan lembaga-lembaga penyiaran lokal untuk dapat mengembangkan potensinya secara lebih maksimal, dalam semangatnya melindungi hak masyarakat secara lebih merata (Dokumen KPI, 2009).

KPI mengeluarkan P3SPS yang itu merupakan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran. Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) adalah ketentuan-ketentuan bagi lembaga penyiaran yang ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia sebagai panduan tentang batasan perilaku penyelenggaraan penyiaran dan pengawasan penyiaran nasional. P3 memberikan arah dan tujuan

kepada lembaga penyiaran agar menjunjung tinggi dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedua, meningkatkan kesadaran dan ketaatan terhadap hukum dan segenap peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Ketiga, menghormati dan menjunjung tinggi norma dan nilai agama dan budaya bangsa yang multikultural. Keempat, menghormati dan menjunjung tinggi etika profesi yang diakui oleh peraturan perundang-undangan. Kelima, menghormati dan menjunjung tinggi prinsip-prinsi demokrasi, hak asasi manusia, hak dan kepentingan publik, hak anak-anak dan remaja, hak orang dan/atau kelompok masyarakat tertentu, juga prinsip-prinsip jurnalistik (p.5-9).

Sedangkan, Standar Program Siaran adalah standar isi siaran yang berisi tentang batasan-batasan, pelarangan, kewajiban, dan pengaturan penyiaran, serta sanksi berdasarkan Pedoman Perilaku Penyiaran yang ditetapkan oleh KPI (p.39). SPS ditetapkan agar lembaga penyiaran dapat menjalankaan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, kontrol, perekat sosial dan pemersatu bangsa. Standar Program Siaran bertujuan untuk, Pertama, memperkokoh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera. Kedua, mengatur program siaran untuk kemanfatan sebesar-besarnya bagi masyarakat. Ketiga, mengatur program siaran agar tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat (p.43).

Komisi Penyiaran Indonesia membuat peraturan SPS tahun 2012 pasal 68 pada BAB XXV Program Lokal dalam Sistem Stasiun Jaringan, setiap stasiun penyiaran harus memuat siaran lokal dengan durasi paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari seluruh waktu siaran perhari dan secara bertahap naik menjadi paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari seluruh waktu siaran per hari sesuai dengan perkembangan kemampuan daerah dan lembaga penyiaran swasta (p.76).

Maka, setiap stasiun televisi wajib menayangkan program siaran lokal yang diantaranya ditayangkan pada waktu prime time. Komisi Penyiaran Indonesia telah melakukan survei periode November-Desember 2016, menghasilkan indeks program acara wisata dan budaya melampaui standar program yang berkualitas, yang ditetapkan oleh KPI, yaitu sebesar 4,22 (standar KPI 4,00).

Gambar 2.1 SPS BAB XXV Program Lokal dalam Sistem Stasiun Jaringan

Artinya program siaran lokal mengenai wisata dan budaya merupakan program yang paling berkualitas sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia, yang mengalami kenaikan sebesar 2% dari hasil survei pada periode yang dilakukan September-Oktober 2016 (Dokumen KPI, 2016, p.7). Adapun indikator program siaran wisata budaya tersebut pada gambar 2.3. Gambar 2.3 Indeks Program Siaran Wisata Budaya Berdasarkan Indikator

Kearifan lokal menjadi salah satu indikator dalam indeks program siaran wisata budaya, Indonesia bagus merupakan salah satu program televisi yang termasuk ke dalam program siaran wisata budaya. Tetapi, siaran berupa kearifan lokal juga memiliki Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) yang salah satunya disebutkan pada BAB IV mengenai penghormatan terhadap nilai-nilai kesukuan, agama, ras, dan antar golongan, disebutkan pada pasal 8 bahwa lembaga penyiaran dalam memproduksi dan/atau menyiarkan sebuah program siaran yang berisi tentang keunikan suatu budaya, dan/atau kehidupan sosial masyarakat tertentu wajib mempertimbangkan kemungkinan munculnya ketidaknyamanan khalayak atas program siaran tersebut (p.11). Hal tersebut menjadikan pedoman jelas dalam memproduksi setiap episode yang akan dikeluarkan oleh program siaran dengan tema kearifan lokal.

Mengenai hasil dari produksi yang nantinya akan ditayangkan pada program tersebut harus memenuhi peraturan Standar Program Siaran yang dikeluarkan Komisi Penyiaran Indonesia salah satunya pada BAB IV mengenai penghormatan terhadap nilai-nilai kesukuan, agama, ras, dan antar golongan, pasal 6, 7 dan 8 tahun 2012, diantaranya menyebutkan bahwa pada pasal 6 ayat pertama menyebutkan bahwa program siaran wajib menghormati perbedaan suku, agama, ras dan antargolongan yang mencakup keberagaman budaya, usia, gender, dan/atau kehidupan sosial ekonomi. Kemudian pada ayat kedua menyebutkan bahwa program siaran dilarang merendahkan dan/atau melecehkan hal-hal sebagai berikut : suku, agama, ras dan/atau antargolongan; dan/atau individu atau

kelompok karena perbedaan suku, agama, ras, antargolongan, usia, budaya, dan/atau kehidupan sosial ekonomi.

Pada pasal 7 menyebutkan bahwa materi agama pada program siaran wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut : poin pertama tidak berisi serangan, penghinaan dan/atau pelecehan terhadap pandangan dan keyakinan antar atau dalam agama tertentu serta menghargai etika hubungan antar umat beragama; poin kedua menyajikan muatan yang berisi perbedaan pandangan/paham dalam agama tertentu secara berhati-hati, berimbang, tidak berpihak, dengan narasumber yang berkompeten, dan dapat dipertanggungjawabkan; poin ketiga, tidak menyajikan perbandingan antar agama; dan poin terakhir tidak menyajikan alasan perpindahan agama seseorang atau sekelompok orang.

Lalu pada pasal 8 menyebutkan bahwa program siaran tentang keunikan suatu budaya dan/atau kehidupan sosial masyarakat tertentu dengan muatan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan khalayak wajib disiarkan dengan gambar longshot atau disamarkan dan/atau tidak dinarasikan secara detail (Dokumen KPI, 2012, p.47). Hal-hal tersebut yang menjadi pedoman penulis dalam melakukan penelitian ini, yang juga akan tertulis pada BAB Pembahasan penulis pada penelitian ini.