• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDARISASI P3SPS KPI PADA PROGRAM INDONESIA BAGUS NET. TV - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STANDARISASI P3SPS KPI PADA PROGRAM INDONESIA BAGUS NET. TV - FISIP Untirta Repository"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Jurnalistik

Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh Syifa Khairani NIM 6662132646

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

▸ Baca selengkapnya: syarat membuat kpi persit

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Tiada Daya dan Upaya kecuali

dengan Pertolongan Allah

(6)

vi

Ph.D dan Pembimbing II: Burhanuddin, S.E., M.Si

Komisi Penyiaran Indonesia memiliki Standar Program Siaran mengenai tayangan kearifan lokal pada BAB IV mengenai penghormatan terhadap nilai-nilai kesukuan, agama, ras, dan antar golongan, pasal 6, 7 dan 8 tahun 2012. Indonesia Bagus merupakan tayangan kearifan lokal pada stasiun televisi NET. yang memiliki konsep dasar dengan semangat kearifan lokal dalam setiap episodenya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kebijakan redaksional pada program Indonesia Bagus dan implementasinya pada setiap tayangan untuk memenuhi Standar Program Siaran KPI. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kualitatif dengan melakukan Teknik Wawancara Mendalam, Observasi, serta Studi Dokumen dan menggunakan Teori Hierarchy of Influence Shoemaker dan Reese yang menunjukan faktor-faktor yang mempengaruhi isi berita termasuk dengan kinerja kru pada setiap tayangan Indonesia Bagus yang berlandaskan pada P3SPS KPI. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa setiap kru dalam program Indonesia Bagus sudah berusaha untuk memenuhi P3SPS yang terkait dengan tayangan kearifan lokal, pada BAB IV mengenai penghormatan nilai-nilai kesukuan, agama, ras dan antar golongan pada pasal 6,7 dan 8 tahun 2012. Kebijakan redaksional Indonesia Bagus mengangkat cerita-cerita dari seluruh bagian Indonesia yang diketahui oleh setiap kru dalam tim Indonesia Bagus dalam memproduksi tayangan untuk tetap sesuai pada Standar Program Siaran KPI tahun 2012.

(7)

vii

and Advisor II: Burhanuddin, S.E., M.Si

Komisi Penyiaran Indonesia have a Standard Broadcast Program on local wisdom impressions, in CHAPTER IV concerning the veneration of tribal values, religions, races and classes on article 6, 7 and 8 of the year 2012. Indonesia Bagus is the local wisdom impressions on NET television station that has the basic concepts with the spirit of local wisdom in each episode. The purpose of this research is to find out how the editorial policy on the Indonesia Bagus program and its implementation at any impressions to meet the Standard Broadcast Program KPI. This research is a descriptive Qualitative research by conducting In-depth Interviews, Observation, and Study the Document and to use the Theory of Hierarchy of Influence Shoemaker and Reese that shows the factors that affect the content of the news included with the performance of the crew at any Indonesia Bagus impressions based on P3SPS KPI. The research results obtained that any crew in Indonesia Bagus tried to meet the P3SPS associated with the local wisdom impressions, in CHAPTER IV concerning the veneration of tribal values, religions, races and classes on article 6, 7 and 8 of the year 2012. Editorial policy of Indonesia Bagus elevating the stories from all parts of Indonesia known by any crew in the Indonesia Bagus team in producing the impressions for keeping fit on a Standard Broadcast Program of the year 2012.

(8)

viii

menyelesaikan Skripsi ini sebagai syarat kelulusan Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Jurnalistik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penulis menyadari bahwa penelitian yang berjudul STANDARISASI P3SPS KPI PADA PROGRAM INDONESIA BAGUS NET. TV ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang

membangun dapat penulis terima dengan baik.

Selesainya skripsi ini tentu bukan hanya kerja keras yang dilakukan penulis, namun ada banyak bantuan-bantuan yang penulis dapatkan selama proses penyusunan skripsi ini, maka dari dalam lubuk hati yang penuh syukur dan kasih penulis sampaikan rasa syukur serta terima kasih kepada:

1. Allah SWT, syukur atas segala limpahan rahmat yang diberikan kepada penulis serta kelancaran dan kemudahan yang selalu diberikanNya juga perlindungan sampai penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. 2. Almarhumah Ibu, Bapak dan Alif, dan keluarga atas segala dukungan,

saran dan doa yang tak henti, juga yang menjadi motivasi bagi penulis. Terima kasih untuk kasih sayang yang tak terhingga dan bantuan materil juga non materil yang diberikan selama ini.

3. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Ibu Dr. Rahmi Winangsi, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(9)

ix

kepada penulis sampai selesainnya skripsi ini. Terima kasih untuk segala ilmu yang diberikan kepada penulis.

7. Dr. Nina Yuliana, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan, arahan serta motivasi dalam belajar yang diberikan kepada penulis dan teman-teman seperjuangan selama ini.

8. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UNTIRTA, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini senantiasa dapat bermanfaat.

9. PT. NET MEDIATAMA INDONESIA yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian terkait, dan mendukung segala keperluan penulis dalam memenuhi kebutuhan penelitian ini.

10.TIM INDONESIA BAGUS, terima kasih karena sudah bekerja sama dan mendukung penulis dalam melakukan penelitian, serta memberikan ilmu dan pengalaman yang berharga selama penulis menjadi bagian dari NET. NEWS

11.Kepada teman-teman Mr. Yearry Squad terima kasih atas segala dukungan dan bantuan yang tak terhingga, serta rasa saling menyemangati tak terhingga yang selalu menjadi motivasi penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. Terima kasih Pernita, Umi, Pipit, Indra, Jalal, dan lainnya. 12.Kepada sahabat tercinta, terima kasih Tami dan Utut atas segala semangat,

kasih sayang dan doa yang selalu diberikan kepada penulis. Serta kesabaran sebagai pengingat penulis untuk menyelesaikan Skripsi tepat pada waktunya.

(10)

x

atas perhatian serta doa dan pengertian yang selalu diberikan kepada penulis sampai penulis dapat menyelasikan Skripsi ini dengan baik.

15.Kepada Hanifah Yuliani, Aulia Betsy, dan Lusi Andriyani terima kasih atas dukungan dan doa serta kebahagiaan yang selalu diberikan kepada penulis selama ini.

16.Kepada teman-teman IKOM 2013, Pitong, Ari, Gadis, Nopumi, Tessa, Yesica, Novit, Robi, Nandar, Catur, Rien, Hikmat, Alif, Chevi, Hilman, Richa dan lainnya. Terima kasih atas segala pengalaman dan bantuannya kepada penulis. Sukses selalu!

Semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Atas segala kekurangan yang menjadi kelemahan dalam Skripsi, penulis sangat berterima kasih jika yang berkenan memberikan kritik dan sara yang bersifat membangun guna perbaikan pada kesempatan lain.

Serang, 2 Mei 2018 Penulis

(11)

xi 2.1 Sejarah Pertelevisian di Indonesia ... 10

2.2 Kemunculan Televisi di Indonesia dan Fungsinya ... 13

2.3 Perkembangan Program Televisi di Indonesia ... 16

(12)

xii 4.1 Deskripsi Profil Stasiun Televisi ... 49

4.2 Deskripsi Program Indonesia Bagus ... 53

4.3 Deskripsi Data ... 56

4.3.1 Febry Arifmawan selaku Senior Produser IB ... 58

4.3.2 Rizki Abadi selaku Ex Junior Produser IB ... 59

4.3.3 Eggi Listy BM selaku Production Assistant IB ... 60

4.3.4 Halimah Tusadiah selaku Ex Production Assistant IB ... 60

4.3.5 Erny Suci Apriyanti selaku Reporter IB ... 60

4.3.6 Mochammad Syaefudin selaku Reporter IB ... 61

4.3.7 Dewi Setyarini selaku Komisioner KPI ... 61

4.4 Analisis Data ... 61

4.4.1 Konsep Dasar Program Indonesia Bagus... 61

4.4.2 Kebijakan Redaksional Program Indonesia Bagus ... 63

4.4.3 Implementasi Program Indonesia Bagus dalam Memenuhi P3SPS KPI ... 66

4.5 Pembahasan ... 72

(13)

xiii

DAFTAR PUSTAKA ... 95

(14)

xiv

2.3 Indeks Program Siaran Wisata Budaya Berdasarkan Indikator ... 23

2.4 Skema Hierarki Pengaruh Media ... 35

2.5 Faktor Intrinsik Pekerja Media Mempengaruhi Isi Media ... 36

2.6 Evaluasi Kualitas Program Siaran Wisata Budaya ... 38

4.1 Logo NET. TV ... 49

4.2 NET. Multiplatform ... 50

4.3 Logo NET. TV Tayangan On-Air ... 51

4.4 Logo NET. TV Tayangan Hiburan ... 51

4.5 Logo NET. TV Tayangan Olahraga ... 51

4.6 Logo NET. TV Tayangan Dokumenter ... 51

4.7 Tampilan Indonesia Bagus di Website NET ... 54

4.8 Tampilan Indonesia Bagus di Website Youtube ... 55

4.9 Tampilan Indonesia Bagus di Website Instagram ... 55

4.10 Alur Produksi Program Indonesia Bagus ... 71

4.11 P3 BAB IV Penghormatan terhadap nilai-nilai kesukuan, agama, ras, dan antargolongan ... 78

4.12 SPS BAB IV Penghormatan terhadap nilai-nilai kesukuan, agama, ras, dan antargolongan ... 79

(15)
(16)
(17)

xvii

Lampiran 3 : Biodata Informan ... 104

Lampiran 4 : Transkip Wawancara ... 111

Lampiran 5 : Catatan Observasi ... 138

Lampiran 6 : Studi Dokumen ... 152

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Televisi Republik Indonesia (TVRI) merupakan siaran televisi yang hadir pertama kali di Indonesia, menayangkan upacara peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dalam format hitam putih. Mulai saat itulah Indonesia mengenal televisi melalui TVRI yang diresmikan pada tanggal 24 Agustus 1962. Lembaga penyiaran ini menyandang nama negara yang mengandung arti bahwa dengan nama tersebut siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. TVRI berperan sebagai perantara dari pemerintah kepada rakyatnya, yang juga menjadi sumber informasi masyarakat pada saat itu. TVRI berbentuk yayasan yang didirikan untuk menyiarkan pembukaan Asian Games yang ke IV di Jakarta (Dokumen TVRI, 2016).

(19)

bangsanya. Kearifan lokal menjadi potensi sosial yang membentuk karakter dan citra budaya pada masing-masing daerah.

Kearifan lokal (local wisdom) merupakan perilaku positif manusia dalam berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya yang dapat bersumber dari nilai agama, adat istiadat, petuah nenek moyang atau budaya setempat yang terbangun secara alamiah dalam suatu komunitas masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya (Wikantiyoso dan Tutoko, 2009, p.7). Maka dari itu, bingkai kearifan lokal ini mempersatukan antar individu dan antar kelompok masyarakat untuk berinteraksi dan saling berkomunikasi dengan norma sosial yang berlaku di daerahnya. Faktor berbedanya kearifan lokal di tiap-tiap daerah di Indonesia karena adanya tantangan alam, perbedaan kebutuhan hidup dan cara memenuhinya, sehingga memunculkan sistem yang berbeda juga dapat membentuk perilaku manusia yang menjadi ciri khas daerah tersebut.

(20)

Menurut Sumianto A. Sayuti, masuknya beragam nilai yang berasal dari barat melalui berbagai sumber informasi bentuk modern, memberi warna dan corak tersendiri pada sendi-sendi kehidupan budaya bangsa. Derasnya arus global dari pusat ke daerah-daerah antara lain mengakibatkan munculnya situasi perubahan kebiasaan dan sangat mungkin menggantikan budaya yang sudah ada. Kearifan-kearifan lokal pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi pembentukan jati diri bangsa secara nasional. Kearifan lokal itulah yang membuat budaya bangsa memiliki akar. Hal tersebut berfungsi sebagai sumber atau acuan bagi penciptaan-penciptaan baru misalnya dalam bahasa, seni, tata masyarakat, teknologi dan sebagainnya, yang kemudian ditampilkan dalam kehidupan (FBS UNY, 2015).

(21)

(lima puluh persen) dari seluruh waktu siaran per hari sesuai dengan perkembangan kemampuan daerah dan lembaga penyiaran swasta (KPI, 2012, p.76).

Adapun diantaranya beberapa stasiun televisi yang mulai menerapkan hal tersebut, program-program kearifan lokal muncul dan dikemas dengan caranya masing-masing, seperti Jejak Petualang dan Si Bolang di Trans7, 100 Hari Keliling Indonesia di Kompas TV, begitu pun dengan Indonesia Bagus di NET. TV, dan sebagainya. Program Jejak Petualang di Trans7 hadir dengan konsep

berpetualang bebas, dimana host dari program tersebut terjun ke daerah-daerah terpencil dan mengenalkan kearifan lokal masyarakatnya secara terbuka. Begitu pun dalam program Si Bolang di stasiun televisi yang sama, program ini memiliki konsep pengenalan kearifan lokal melalui sisi anak-anak yang mengenal modernisasi, tanpa meninggalkan budayanya sendiri. Konsep lain dengan program serupa hadir dari 100 Hari Keliling Indonesia Kompas TV, program ini merupakan perjalanan 100 Hari yang juga disertai oleh artis sekaligus host Ramon Y. Tungka. Ramon mengenalkan kearifan lokal di Indonesia melalui perjalanan umum dalam waktu 100 hari, seperti nama program tersebut.

(22)

seperti tarian, adat-istiadat, mode, seni bela diri ataupun kuliner. Dalam program ini kita dapat melihat kearifan lokal suatu daerah, seperti hadir langsung, karena suara khas narator yang mewakili keaslian penduduk daerahnya. Hal itu yang menjadi keunggulan dari program Indonesia Bagus.

Program Indonesia Bagus sudah memasyarakat karena tayangannya berupa feature documentary yang menampilkan keindahan alam Indonesia, juga keunikan kehidupan berbudayanya, dengan tambahan tampilan penduduk asli sebagai narator disetiap episodenya. Program ini tayang setiap hari Minggu pukul 14.00 WIB. NET. TV merupakan stasiun televisi yang baru didirikan pada tahun 2013, yang diharapkan pada kemunculannya membawa semangat bahwa konten hiburan dan informasi di masa mendatang akan semakin terhubung, lebih memasyarakat, lebih mendalam, lebih pribadi, dan lebih mudah diakses (NET. Mediatama, 2013).

(23)

kemungkinan dari beberapa kearifan lokal yang berada di Indonesia tidak dapat diliput oleh media secara keseluruhan. Adapun Standar Program Siaran yang juga terkait dengan bentuk program kearifan lokal salah satunya pada BAB IV SPS mengenai penghormatan nilai-nilai kesukuan, agama, ras dan antar golongan pada pasal 8 tahun 2012 menyebutkan bahwa program siaran tentang keunikan suatu budaya dan/atau kehidupan sosial masyarakat tertentu, dengan muatan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan khalayak, wajib disiarkan dengan gambar longshot atau disamarkan dan/atau tidak dinarasikan secara detail (Dokumen KPI,

2012, p.47).

(24)

Adapun penulis berlandaskan pada poin-poin P3SPS mengenai kearifan lokal yang dikeluarkan oleh KPI, serta melihat secara keseluruhan hasil akhir dari program dan proses tayangan kearifan lokal pada program Indonesia Bagus. Penulis mencari tahu bagaimana kru dapat memenuhi P3SPS, sejauh mana batasan-batasan yang dipraktikan oleh kru redaksi program Indonesia Bagus. Maka, berdasarkan latar belakang tersebut, penulis melakukan penelitan dengan judul “Standarisasi P3SPS KPI pada Program Indonesia Bagus NET. TV”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah “Bagaimana kebijakan redaksional dan implementasi tayangan kearifan

lokal pada program Indonesia Bagus di NET. TV dalam memenuhi P3SPS KPI?”

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kebijakan redaksional yang dirumuskan untuk tayangan kearifan lokal pada program Indonesia Bagus di NET. TV?

2. Bagaimana implementasi tayangan kearifan lokal pada program Indonesia Bagus di NET. TV?

(25)

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memahami hal-hal sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kebijakan redaksional yang dirumuskan pada tayangan kearifan lokal Indonesia Bagus di NET. TV.

2. Untuk mengetahui implementasi tayangan kearifan lokal pada program Indonesia Bagus di NET. TV.

3. Untuk mengetahui program Indonesia Bagus dalam memenuhi P3SPS KPI.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1.5.1 Manfaat Teoritis

(26)

1.5.2 Manfaat Praktis

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Sejarah Pertelevisian di Indonesia

Televisi merupakan media pandang sekaligus media dengar (audio-visual). Televisi lebih merupakan media pandang, orang memandang gambar yang ditayangkan di televisi, sekaligus mendengar atau mencerna narasi dari gambar tersebut (Badjuri, 2010, p.39). Sutisno (1993) mengatakan, televisi terdiri dari kata tele yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan kata visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa Latin. Jadi, kata televisi berarti suatu sistem

penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh (p.1). Televisi adalah salah satu jenis media massa yang merupakan sarana atau saluran komunikasi massa. Pada hakikatnya, televisi merupakan sistem komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat, berurutan dan diiringi unsur audio (p.9).

(28)

ke-44 (24 Agustus 2006), sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 (Dokumen TVRI, 2016).

Perkembangan dunia pertelevisian di Indonesia semakin marak sejak pemerintah mengeluarkan izin kehadiran televisi swasta untuk mengudara pada tahun 1989. Stasiun televisi swasta pertama adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). RCTI mengudara secara nasional pada tanggal 24 Agustus

1989. Kemudian stasiun televisi swasta lain bermunculan, diantaranya adalah Surya Citra Televisi (SCTV) pada tahun 1989, Televisi Pendidikan Indonesia

(TPI) tahun 1991 yang berganti nama pada tahun 2011 menjadi MNCTV, Andalas Televisi (ANTV) tahun 1993, Indosiar tahun 1995. Dan mulai pada tahun 2001

mengudara pula beberapa televisi swasta nasional lainnya, yaitu Metro TV, Trans TV, TV7 yang sudah berganti nama menjadi Trans7, Global TV, dan Lativi yang

sudah berganti nama menjadi TV One, sampai yang terbaru adalah stasiun televisi NET. TV pada tahun 2013 (Ishadi, 1999, p.18).

(29)

hiburan, seperti munculnya program-program yang mengulas kehidupan mewah seorang artis, kehidupan percintaan sosok publik figur, komedi-komedi yang saling menjatuhkan atau secara sengaja membuka aib untuk lucu-lucuan, juga sebagainya.

Perkembangan televisi di Indonesia semakin banyak memberikan topik untuk dijadikan bahan sebuah diskusi, terutama mengenai tayangan-tayangannya yang bagus dan kurang bagus untuk ditayangkan. Adapun fokus informasi yang didapatkan oleh masyarakat secara luas adalah mengenai beberapa gaya hidup, kondisi lingkungan, perkembangan ekonomi, dan status sosial yang hadir di Ibu Kota. Televisi dan tayangannya jelas memberikan dampak yang dapat mempengaruhi kehidupan, diantaranya mengaplikasikan hal-hal tersebut kedalam kehidupan sehari-hari. Media secara tidak langsung membentuk masyarakat yang mengkonsumsi tayangannya, tidak terlepas dari perilaku-perilaku anak muda yang menimbulkan dampak tidak baik dari tayangan yang ditontonnya.

(30)

pencerahan dan pencerdasan bangsa tidak banyak hadir di Indonesia (Arifianto, 2013, p.79).

Masyarakat pada dasarnya dapat memilih informasi dan tayangan yang ditawarkan, untuk kemudian disesuaikan dengan apa yang benar-benar mereka butuhkan dan diperlukan peran orang tua dalam memberikan pengawasan kepada anak-anak dibawah umur terkait hal tersebut. Karena Indonesia juga memiliki beberapa kasus buruk yang menimpa anak-anak, sebab tayangan yang mereka tonton tanpa adanya pengawasan dari orang tua. Tayangan televisi berpotensi cukup besar dalam mempengaruhi pola pikir, sikap, bahkan perilaku anak. Keterlibatan orang tua dalam membatasi tayangan yang dikonsumsi oleh anak dapat menjadi filter dalam setiap informasi yang diterimanya. Anak yang merupakan generasi penerus bangsa perlu tahu informasi yang baik, yang perlu dan tidak perlu diterima, juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.2Kemunculan Televisi di Indonesia dan Fungsinya

(31)

kepentingan seluruh lapiran masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Dokumen TVRI, 2016). Hal tersebut sesuai dengan fungsi televisi yang sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi (to inform), mendidik (to educate), dan mempengaruhi (to persuade). Menurut Effendy (2003) mengemukakan fungsi komunikasi massa antara lain pertama, Fungsi Informasi, yang mana media massa sebagai penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa, berbagai informasi tersebut dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya, dengan khalayak yang dianggap sebagai manusia sosial yang selalu haus dengan informasi yang terjadi.

Kedua, Fungsi Pendidikan, bahwa media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education), karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku pada pemirsa atau pembaca, seperti misalnya dikemas dalam sebuah drama, cerita, diskusi, dan sejenisnya. Ketiga, Fungsi Mempengaruhi, media massa secara implisit mempengaruhi khalayak melalui tajuk/editor, features, iklan, artikel, dan sebagainya (p.18-20).

(32)

sejumlah produk yang dapat menarik masyarakat untuk mencobanya, dan sebagainya.

Televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Robert K. Avery dan Sanford B. Wienberg dalam Kuswandi (1996) mengungkapkan tiga fungsi media televisi, yaitu pertama, The surveillance of the environment atau mengamati lingkungan. Kedua, The correlation of the part of society in responding to the environment, yang itu mengadakan korelasi antara informasi data yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan interpretasi. Dan yang ketiga adalah The transmission of social heritage from one generation of the next, maksudnya menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ketiga fungsi tersebut pada dasarnya memberikan satu penilaian media massa sebagai alat, atau sarana yang secara sosiologis menjadi perantara untuk menyambung atau menyampaikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat (p.26).

(33)

budaya atau pesan yang mempengaruhi dan mencerminkan budaya dalam masyarakat. Komunikasi massa merupakan proses yang melukiskan bagaimana komunikator menggunakan teknologi media massa secara proporsional menyebarluaskan pesannya melampaui jarak untuk mempengaruhi khalayak dalam jumlah yang banyak. Komunikasi massa pada dasarnya merupakan proses komunikasi satu arah, yang artinya komunikasi tersebut berlangsung dari komunikator (sumber) melalui media kepada komunikan (khalayak). Proses komunikasi massa lebih kompleks, karena setiap komponennya mempunyai karakteristik tertentu. Televisi merupakan media massa elektronik audiovisual, yakni dapat didengar sekaligus dilihat (Nurudin, 2004, p.62).

2.3Perkembangan Program Televisi di Indonesia

(34)

menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya beragam. Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian berdasarkan jenisnya, yaitu Program Informasi dan Program Hiburan.

Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian, Berita Keras atau Hard News adalah segala informasi penting dan menarik yang harus segera

disiarkan oleh media penyiaran, karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak secepatnya, dapat berupa straight news, features, infotainment. Dan Berita Lunak atau Soft News adalah segala informasi yang penting dan menarik, yang disampaikan secara mendalam namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Program yang termasuk kategori ini adalah current affairs, magazine, documentary, dan talk show.

(35)

Adapun Sinetron (Sinema Elektronik), istilah Sinetron pertama kali dikenalkan oleh Bapak Soemardjono salah satu pendiri Institut Kesenian Jakarta (IKJ), yaitu sebuah tayangan sinema (film) berseri yang ditonton melalui media elektronik (televisi). Sinetron yang pertama kali muncul di Indonesia berjudul Losmen yang ditayangkan sekitar tahun 80-an oleh TVRI, stasiun televisi milik pemerintan Indonesia sekaligus satu-satunya televisi yang ada saat itu. Losmen ditayangkan sebulan sekali karena jam siaran TVRI yang masih terbatas. Kemudian kemunculannya semakin beragam setelah hadirnya televisi swasta pertama yakni RCTI pada tahun 1988 dan dapat mulai diakses masyarakat pada tahun 1991, diantaranya sinetron Si Cemplon, Si Doel Anak Sekolahan dan lain sebagainya (Yasin, 2011).

(36)

pelaksanaan, yang mana termasuk didalamnya adalah tahap Editing atau menyusun gambar-gambar yang sudah diambil agar sesuai dengan hasil akhir yang diinginkan. Lalu Mixing atau pencampuran gambar dan suara, seperti narasi atau sound effect yang dibutuhkan tersebut disesuaikan agar tidak saling mengganggu dan bertabrakan. (Karyanti, 2005, p. 137-139).

2.4P3SPS Komisi Penyiaran Indonesia sebagai Panduan Program Televisi

Standarisasi merupakan penentuan ukuran yang harus diikuti dalam memproduksi sesuatu, proses pembentukan standar teknis, yang menjadi standar uji, standar definisi, prosedur standar (atau praktik), dan sebagainya. Standarisasi berasal dari kata standar yang berarti satuan ukuran yang dipergunakan sebagai dasar pembanding, kuantita, kualita, nilai dan hasil karya yang ada (Basuki, 1995). Standar menjadi ukuran proses produksi dalam suatu perusahaan, agar produk tersebut dapat menghasilkan seperti yang diinginkan, menjadi pedoman agar fokus tetap pada standar yang sudah ditentukan.

(37)

Independen dimaksudkan untuk mempertegas bahwa pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan yang bebas dari intervensi modal maupun kepentingan kekuasaan, yang mana di masa lalu pengelolaan sistem penyiaran masih berada ditangan pemerintah (pada waktu itu rejim orde baru). Juga dalam pelaksanaan sistem siaran berjaringan, yang artinya setiap lembaga penyiaran yang ingin menyelenggarakan siarannya di suatu daerah harus memiliki stasiun lokal atau berjaringan, dengan lembaga penyiaran lokal yang ada didaerah tersebut. Untuk menjamin tidak terjadinya sentralisasi dan monopoli informasi seperti yang terjadi sekarang. Hal tersebut juga dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi daerah dan menjamin hak sosial-budaya masyarakat lokal dan minoritas.

Masyarakat lokal juga berhak untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhan politik, sosial, dan budayanya. Disamping itu keberadaan lembaga penyiaran sentralistis yang telah mapan dan berskala nasional semakin menghimpit keberadaan lembaga-lembaga penyiaran lokal untuk dapat mengembangkan potensinya secara lebih maksimal, dalam semangatnya melindungi hak masyarakat secara lebih merata (Dokumen KPI, 2009).

(38)

kepada lembaga penyiaran agar menjunjung tinggi dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kedua, meningkatkan kesadaran dan ketaatan terhadap hukum dan segenap peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Ketiga, menghormati dan menjunjung tinggi norma dan nilai agama dan budaya bangsa yang multikultural. Keempat, menghormati dan menjunjung tinggi etika profesi yang diakui oleh peraturan perundang-undangan. Kelima, menghormati dan menjunjung tinggi prinsip-prinsi demokrasi, hak asasi manusia, hak dan kepentingan publik, hak anak-anak dan remaja, hak orang dan/atau kelompok masyarakat tertentu, juga prinsip-prinsip jurnalistik (p.5-9).

(39)

Komisi Penyiaran Indonesia membuat peraturan SPS tahun 2012 pasal 68 pada BAB XXV Program Lokal dalam Sistem Stasiun Jaringan, setiap stasiun penyiaran harus memuat siaran lokal dengan durasi paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari seluruh waktu siaran perhari dan secara bertahap naik menjadi paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari seluruh waktu siaran per hari sesuai dengan perkembangan kemampuan daerah dan lembaga penyiaran swasta (p.76).

Maka, setiap stasiun televisi wajib menayangkan program siaran lokal yang diantaranya ditayangkan pada waktu prime time. Komisi Penyiaran Indonesia telah melakukan survei periode November-Desember 2016, menghasilkan indeks program acara wisata dan budaya melampaui standar program yang berkualitas, yang ditetapkan oleh KPI, yaitu sebesar 4,22 (standar KPI 4,00).

(40)

Artinya program siaran lokal mengenai wisata dan budaya merupakan program yang paling berkualitas sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia, yang mengalami kenaikan sebesar 2% dari hasil survei pada periode yang dilakukan September-Oktober 2016 (Dokumen KPI, 2016, p.7). Adapun indikator program siaran wisata budaya tersebut pada gambar 2.3. Gambar 2.3 Indeks Program Siaran Wisata Budaya Berdasarkan Indikator

(41)

Kearifan lokal menjadi salah satu indikator dalam indeks program siaran wisata budaya, Indonesia bagus merupakan salah satu program televisi yang termasuk ke dalam program siaran wisata budaya. Tetapi, siaran berupa kearifan lokal juga memiliki Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) yang salah satunya disebutkan pada BAB IV mengenai penghormatan terhadap nilai-nilai kesukuan, agama, ras, dan antar golongan, disebutkan pada pasal 8 bahwa lembaga penyiaran dalam memproduksi dan/atau menyiarkan sebuah program siaran yang berisi tentang keunikan suatu budaya, dan/atau kehidupan sosial masyarakat tertentu wajib mempertimbangkan kemungkinan munculnya ketidaknyamanan khalayak atas program siaran tersebut (p.11). Hal tersebut menjadikan pedoman jelas dalam memproduksi setiap episode yang akan dikeluarkan oleh program siaran dengan tema kearifan lokal.

(42)

kelompok karena perbedaan suku, agama, ras, antargolongan, usia, budaya, dan/atau kehidupan sosial ekonomi.

Pada pasal 7 menyebutkan bahwa materi agama pada program siaran wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut : poin pertama tidak berisi serangan, penghinaan dan/atau pelecehan terhadap pandangan dan keyakinan antar atau dalam agama tertentu serta menghargai etika hubungan antar umat beragama; poin kedua menyajikan muatan yang berisi perbedaan pandangan/paham dalam agama tertentu secara berhati-hati, berimbang, tidak berpihak, dengan narasumber yang berkompeten, dan dapat dipertanggungjawabkan; poin ketiga, tidak menyajikan perbandingan antar agama; dan poin terakhir tidak menyajikan alasan perpindahan agama seseorang atau sekelompok orang.

Lalu pada pasal 8 menyebutkan bahwa program siaran tentang keunikan suatu budaya dan/atau kehidupan sosial masyarakat tertentu dengan muatan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan khalayak wajib disiarkan dengan gambar longshot atau disamarkan dan/atau tidak dinarasikan secara detail (Dokumen KPI,

2012, p.47). Hal-hal tersebut yang menjadi pedoman penulis dalam melakukan penelitian ini, yang juga akan tertulis pada BAB Pembahasan penulis pada penelitian ini.

2.5Media dan Kearifan Lokal

(43)

media yang paling mendominasi dalam berkomunikasi adalah panca indera manusia, seperti mata dan telinga. Pesan-pesan yang diterima selanjutnya oleh panca indera diproses oleh pikiran manusia untuk mengontrol dan menentukan sikapnya terhadap sesuatu, sebelum dinyatakan dalam tindakan (p.119).

Media informasi khususnya televisi, membuat penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan menjadi lebih mudah dan cepat. Dengan sifatnya yang terbuka, juga cakupan pemirsanya yang tidak mengenal usia dan meliputi seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Media televisi dapat memberikan perubahan terhadap pembentukan pribadi bangsa pada umumnya. Maka, sebaiknya program-program yang ditayangkan dengan tujuan dan isi dari program tersebut, lebih baik jika mengantarkan masyarakat Indonesia kepada sistem nilai yang kondusif terhadap pengembangan watak, dan tatanan hidup di masyarakat. Sebagai upaya positif untuk memperluas cakrawala dan memperdalam pengetahuan, mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya sekaligus mengantar mereka ke arah yang kritis tapi positif, kreatif dan partisipatif terhadap pembangunan nasional yang kini sedang berlangsung (BPPN, 1992).

(44)

toleransi yang ditujukan untuk perdamaian, yang toleransi berarti sifat dan sikap menghargai. Toleransi menurut istilah berarti menghargai, membolehkan, membiarkan pendirian pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya yang lain atau yang bertentangan dengan pendririannya sendiri. Seperti agama, ideologi, ras, dan sebagainya (Poerwadarminta, 1976, p. 829). Solidaritas dan toleransi antar bangsa ini merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang dilakukan masyarakat kita.

Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu.

Wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan akal

pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penelitian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Istilah wisdom sering diartikan sebagai „kearifan/kebijaksanaan‟. Secara umum maka local wisdom (kearifan setempat)

(45)

tingkah laku mereka (Ridwan, 2007, p. 27-38). Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dapat menjadikan kearifan lokal sebagai acuan tingkah laku seseorang di masyarakat, juga lebih jauh lagi, mampu menjadikan kehidupan masyarakat lebih dinamis.

Kearifan lokal mengandung kebaikan bagi kehidupan masyarakat, sehingga mentradisi dan melekat kuat. Dalam jangka waktu yang lama, masyarakat dalam persamaan misi untuk menciptakan kehidupan yang bermartabat dan sejahtera bersama. Kearifan lokal lebih dari sekedar budaya yang ditampilkan pada media massa, kearifan lokal yang ditunjukkan harus berupa segala bentuk tindakan serta kepercayaan juga kebiasaan yang dilakukan dalam lingkungan tersebut. Mengenai manusia dengan manusia lainnya, hubungan manusia dengan alam, juga cara manusia yang berada di daerah tersebut dalam memenuhi segala aktivitas dan kebutuhan sehari-harinya.

Dan Indonesia memiliki ciri khas daerahnya masing-masing, seperti contoh, pada masyarakat Jawa ketika makan sebaiknya mengambil makanan dalam jumlah genap. Genap bagi masyarakat Jawa merupakan lambang dari kemakmuran, dan genap akan menjadikan seluruh pemikiran masyarakat Jawa tertuju kepada kebaikan. Kemudian, jika kita pernah makan di rumah makan padang, terdapat istilah “tambuah ciek” (arti harfiahnya tambah satu), yang

(46)

terjadi di masyarakat baik antar individu maupun kelompok saling melengkapi, bersatu dan berinteraksi dengan memelihara nilai dan norma sosial yang berlaku (Sumendra, 2013).

Keterlibatan media massa sendiri dapat meninggalkan dampak untuk kehidupan khalayaknya. Tanpa kita sadari, budaya lisan dan budaya tradisional telah tergantikan oleh budaya media. Media massa melalui ketajaman sorot kamera lensanya dapat memindahkan „realitas semu‟ dalam sebuah realitas baru

melalui tulisan, suara, maupun tayangan audio visual yang sering kali membius masyarakat. Media massa merupakan institusi yang berperan sebagai agent of change yaitu sebagai pelopor perubahan. Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat ini menyangkut perubahan pola pikir, perubahan perilaku masyarakat, serta perubahan budaya materi. Peran ini merupakan paradigma utama media massa (Bungin, 2006, p. 85). Dalam paradigma ini media massa memiliki peran, yaitu sebagai institusi pencerah masyarakat yang berperan sebagai media edukasi, media informasi maupun hiburan.

(47)

Kearifan lokal yang melekat perlahan-lahan tergantikan dengan budaya media yang seakan-akan disetujui oleh khalayak tersebut, dengan menerapkannya pada kehidupan mereka. Pada tataran ini masyarakat lah yang seharusnya memegang kendali terhadap setiap pesan yang mereka terima (Darmastuti, 2012, p. 56-57). Media penyiaran sendiri memiliki peraturan yang sudah ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012, pasal 68 bahwa dalam sistem stasiun jaringan penyiaran lokal minimal 10% (sepuluh persen) dari seluruh waktu siaran setiap harinya, dan secara bertahap naik menjadi 50% (lima puluh persen) tergantung kemampuan dari daerah dan lembaga penyiaran swasta tersebut. Yang artinya, media juga sebenarnya berperan penting dalam perkembangan kearifan lokal dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Karena Indonesia merupakan negara dengan keberagaman suku dan budayanya. Maka bentuk-bentuk tayangan kearifan lokal yang berada ditiap-tiap stasiun televisi, mempengaruhi cara pandang khalayaknya terhadap suatu daerah yang tengah ditayangkan, disetiap episode dalam program tersebut.

Fajar Septyansyah Putra dalam penelitiannya mengenai, “Teknik

(48)

menggambarkan kearifan lokal yang ditunjukan dalam program Indonesia Bagus ini. Dengan hasil penelitiannya yang menunjukan bahwa, teknik sinematografi yang digunakan dalam program Indonesia Bagus edisi Yogyakarta, menggunakan tipe angle yang meliputi objektif, subjektif, dan point of view. Selain itu, pergerakan kamera yang digunakan untuk membangun atmosfer kearifan lokal yang sinematik diantaranya menggunakan tracking, still camera, pedestal, dolly, dan panning. Hal ini untuk membangun alur cerita agar pesan-pesan kearifan lokal yang ingin disampaikan dapat dipahami oleh penonton.

Adapun penelitian terdahulu lainnya dari Nurhidayah mengenai “Proposionalitas Tayangan Local Wisdom (Kearifan Lokal) Jawa Tengah Di

Stasiun Televisi Borobudur Semarang (Analisis Perspektif Dakwah)” (2011) menuliskan bahwa, penelitian terhadap tayangan local wisdom Jawa Tengah bertujuan untuk mengetahui apakah tayangan local wisdom Jawa Tengah di Stasiun Televisi Borobudur Semarang sudah proporsional. Penelitian ini menunjukan hasil bahwa tayangan yang mengandung kearifan lokal Jawa Tengah sudah proporsional, sesuai dengan peraturan Menkominfo dan KPI. Karena sudah mencapai batas minimal yaitu 10%, adapun persentase tayangan yang mengancung kearifan lokal Jawa Tengah disetiap minggunya yaitu persentase terkecil 16,25%, dan persentase terbesarnya adalah 23,75%.

(49)

meneliti program kearifan lokal yang berada di NET. TV, Indonesia Bagus. Tetapi, perbedaan penelitian penulis dengan penelitian pertama Fajar Septyansyah Putra, dalam judul penelitiannya “Teknik Sinematografi dalam Menggambarkan

Kearifan lokal pada Program Indonesia Bagus Edisi Yogyakarta NET. TV” adalah topik pembahasannya. Bahwa penulis dalam penelitian ini dengan judul “Standarisasi Tayangan Kearifan Lokal pada Program Indonesia Bagus NET. TV”,

membicarakan mengenai kebijakan redaksional yang dibuat dan dilakukan pada produksi program Indonesia Bagus oleh Crew NET. TV, lebih dalam mengenai teknis yang dilakukan dari Pra, Produksi, dan Pasca Produksi pada program Indonesia Bagus dalam setiap episodenya. Sedangkan penelitian Fajar membahas mengenai teknik sinematografi pada salah satu episode yang sudah ditayangkan di Indonesia Bagus, yakni edisi Yogyakarta, untuk dapat menggambarkan kearifan lokal yang hendak ditujukan kepada penonton.

Kemudian, perbedaan penelitian penulis dengan Nurhidayah mengenai “Proposionalitas Tayangan Local Wisdom (Kearifan Lokal) Jawa Tengah Di

(50)

Media dapat dikatakan menciptakan budayanya sendiri, budaya media adalah budaya citra. Budaya ini merupakan budaya industri yang diorganisasi atas model produksi massa dan diproduksi untuk khalayak berdasarkan tipenya masing-masing, yang mana itu dibuat oleh media tersebut. Menurut Kellner (2010), budaya media berusaha membidik khalayak luas sehingga berputar pada tema-tema dan masalah-masalah kekinian dan sangat berhubungan dengan apa yang diminati khalayak pada saat ini (Darmastuti, 2012, p.56). Budaya media ini akan terus mempengaruhi masyarakat, karena media sendiri mendominasi kehidupan bermasyarakat. Terlebih masih banyak masyarakat yang dapat dikatakan “belum melek media”.

(51)

Pada tataran inilah sistem makna dari budaya yang dimiliki masyarakat itu dapat digunakan untuk memahami diri mereka sendiri, memahami masyarakat, dan identitas mereka (Darmastuti, 2012, p. 55-56). Karena pada saat ini kondisi kebudayaan masyarakat mulai mengkhawatirkan anak-anak lebih hafal lagu percintaan dibandingkan lagu warisan dari neneknya sendiri. Kesadaran untuk melestarikan budaya daerah menjadi berkurang, potensi itu ada dan perlu diperkuat dengan adanya motivasi yang juga ditunjang oleh sumber informasi yang selama ini kita terima termasuk media-media yang selama ini menjadi teman pengetahuan kita. Kearifan lokal tersebut dapat menjadi tolak ukur masyarakat dalam mengkonsumsi informasi yang baik dan perlu untuk diketahui. Masyarakat sebenarnya dapat menolak pengaruh tersebut dengan adanya kearifan lokal atau nilai serta bentuk dari budaya yang mereka miliki, menjadikan sumber pemberdayaan diri yang akan menciptakan makna dari identitas dan bentuk kehidupan yang mereka alami.

2.6Hierarchy of Influence Theory

(52)

pengaruh psikologi dari televisi seakan menghipnotis penonton, sehingga penonton dihanyutkan dalam program-program televisi yang ditayangkan.

Teori Pengaruh Isi Media ini dikemukakan oleh Shoemaker dan Reese (1996) dalam bukunya yang berjudul Mediating the Message: Theory of Influence on Mass Media Message. Dalam teori ini adanya hierarki yang berpengaruh terhadap berita yang dihasilkan oleh suatu media. Terdapat lima tingkatan pengaruh tersebut, yaitu Individu, Rutinitas Media, Organisasi, Ekstra Media, dan Ideologi.

Pertama Individu, menurut Shoemaker dan Reese (1996) dalam Prihandini (2008) pada tingkatan individu disini menjelaskan bahwa, sosialisasi dan perilaku pekerja media dapat berpengaruh terhadap isi berita yang disampaikan, Jurnalis dapat menentukan bagaimana isi berita yang akan disampaikan tersebut. Ada berbagai faktor individu yang mungkin mempengaruhi isi media diantaranya, Pertama, karakteristik, kepribadian dan latar belakang pekerja. Kedua,

(53)

Pertimbangan sikap, nilai dan keyakinan pekerja. Ketiga, orientasi dan peran konsep profesi yang disosialisasikan kepada para pekerja (p.7).

Karakteristik, latar belakang dan pengalaman individu mempengaruhi sikap, nilai dan keyakinan Jurnalis. Pengalaman dan dedikasi selama menjadi Jurnalis kemudian membentuk bagaimana peranan dan etika jurnalis, yang secara langsung mempengaruhi isi media. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh pada bagaimana sebuah berita ditulis. Selain itu, afiliasi politik juga cukup berpengaruh terhadap proses produksi berita.

Kedua, Rutinitas media dan organisasi. Rutinitas menciptakan pola sedemikian rupa yang diulang terus-menerus oleh para pekerjanya. Rutinitas juga

(54)

menciptakan sistem dalam media, sehingga media bekerja dengan cara yang dapat diprediksi. Beberapa hal yang mempengaruhi rutinitas media diantaranya, Organisasi media, sumber, dan target khalayak. Hal ini merujuk pada peraturan yang berlaku pada organisasi media tersebut, Standart Operating Procedure (SOP) atau Prosedur Operasional Standar di sebuah media akan mempengaruhi apakah suatu informasi dapat ditulis mejadi sebuah berita atau tidak (p.105).

Ketiga, Level organisasi. Menurut Turow (1984) mengemukakan bahwa organisasi media dapat didefinisikan sebagai entitas sosial, formal atau ekonomi yang mempekerjakan pekerja media dalam usaha untuk memproduksi isi media. Organisasi tersebut memiliki ikatan yang jelas dan dapat diketahui dengan mudah status keanggotaannya. Bagan struktuk organisasi pada sebuah media massa membantu menjelaskan empat isu penting, seperti apakah peran organisasi, proses struktur organisasi, beragam kebijakan yang ada dalam organisasi, bagaimana implementasinya, dan bagaimana kebijakan tersebut dijalankan (p.142-144).

(55)

Kelima adalah Ideologi. Ideologi adalah sebuah kerangka pikir yang menentukan cara pandang terhadap dunia dan bagaimana harus bertindak. Sebagai sebuah perspektif, ideologi akan mempengaruhi bagaimana sebuah peristiwa dilihat dan kemudian direpresentasikan dalam media. Ideologi menjadi sebuah acuan pandang untuk berperilaku, dalam media hal ini biasanya menjadi penggerak pokok dan dasar dalam memilih konten yang disajikan (Shoemaker dan Reese, 1996, p.222) .

Teori pengaruh isi media dapat menjelaskan berbagai faktor yang mempengaruhi sebuah media dalam memilih isi beritanya, terutama dikaitkan dengan kepentingan media, organisasi, dan ideologi yang mendasarinya. Pemberitaan media dapat dilihat dari bebagai sisi tidak hanya pada satu aspek pengaruh. Tayangan berupa kearifan lokal tidak hanya berpaku pada poin wisata dan budaya saja, seperti pada evaluasi yang diberikan oleh KPI, melalui hasil survei indeks kualitas program siaran televisi. Yang mana pada poin kearifan lokal dijelaskan bahwa, program harus lebih menggali kearifan lokal di daerah-daerah di Indonesia dan tidak hanya berfokus kepada kuliner dan jalan-jalan, terlihat pada Gambar 2.6.

(56)

2.7Kerangka Berpikir

Kerangka 2.1 Kerangka Berpikir

Pada kerangka berpikir ini, tayangan kearifan lokal merupakan fokus utama penelitian, yang mana objek dalam penelitian ini adalah salah satu tayangan kearifan lokal yang ditayangkan oleh stasiun televisi nasional NET. TV. Program tayangan kearifan lokal ini berbentuk feature documentary dengan nama program Indonesia Bagus. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Hierarchy of Influence, mengenai hal-hal yang berpengaruh terhadap isi berita

yang disampaikan. Yang mana hal tersebut sinkron dengan kebijakan redaksional dalam suatu program. Pada penelitian ini penulis mencari tahu kebijakan rekdaksional yang ada dalam program kearifan lokal Indonesia Bagus, dan

Kearifan Lokal

Pengaruh Isi Media

(

Hierarchy of Influence

)

Program Indonesia Bagus

Kebijakan Redaksional

Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) &

Standar Program Siaran (SPS

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)

(57)

implementasinya selama Pra, Produksi, serta Pasca Produksi yang dilakukan, sampai akhirnya menjadikan beberapa episode dalam Indonesia Bagus layak untuk ditayangkan. Hal-hal tersebut berpacu atau berlandaskan dari Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS) dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) agar tetap pada jalurnya dan tidak keluar dari ketetapan P3SPS tersebut. Maka, penulis melakukan penelitian ini dengan judul, “Standarisasi

(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah seperangkat cara yang sistematik, logis dan rasional yang digunakan oleh peneliti ketika merencanakan, mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menarik kesimpulan (Hamidi, 2010, p.122). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami tentang fenomena, tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya: perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2011, p.6). Penelitian kualitatif pada umumnya dirancang untuk memberikan pengalaman senyatanya dan menangkap makna sebagaimana tercipta di lapangan penelitian melalui interaksi langsung peneliti dan yang diteliti (Pendit, 2003, p.195).

(59)

Penulis melakukan penelitian ini dalam judul “Standarisasi Tayangan

Kearifan Lokal pada Program Indonesia Bagus NET. TV”, dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kebijakan redaksional dan implementasinya terhadap tayangan kearifan lokal yang hadir dalam program Indonesia Bagus di NET. TV. Serta untuk mengetahui bagaimana usaha dari kru program Indonesia Bagus, dalam meliput tayangan kearifan lokal disetiap episodenya. Penulis juga mencari tahu bagaimana prosesnya terkait Pra Produksi, tahap Produksi dan Pasca Produksi yang dilakukan oleh setiap kru. Dan bagaimana setiap tayangan dalam program Indonesia Bagus dapat memenuhi Perilaku Pedoman Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

(60)

menghasilkan sebuah tayangan kearifan lokal, yang dapat dinikmati, tanpa menyinggung atau membuat tidak nyaman penontonnya.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bagian penting dan sentral dalam kegiatan penelitian. Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh penulis untuk menjawab pertanyaan dalam mencapai tujuan penelitian. Oleh karena itu, data dan kualitas data merupakan pokok penting dalam penelitian karena menentukan kualitas penelitian. Data diperoleh dari suaru proses yang disebut pengumpulan data. Teknik pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan studi dokumen. Wawancara dilakukan secara mendalam, yang merupakan kegiatan wawancara tatap muka dengan informan, untuk mengumpulkan data atau informasi secara mendalam sesuai dengan objek penelitian.

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2008, p.180). Penulis akan menyusun pedoman wawancara yang dibutuhkan, termasuk mengetahui kebijakan redaksional yang dibuat untuk program kearifan lokal Indonesia Bagus, juga menyesuaikan waktu dengan jadwal informan.

(61)

gedung The East di Kuningan Timur, Jakarta Selatan. Penulis akan mengikuti aktivitas Pra dan Pasca Produksi di kantor NET. Mediatama. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan informasi langsung mengenai hal-hal terkait Pra dan Pasca Produksi tayangan-tayangan Indonesia Bagus. Data yang dikumpulkan oleh penulis adalah hasil dari observasi yang dilakukan dengan pengamatan.

Adapun studi dokumen adalah teknik pengumpulan data yang dapat berbentuk dokumen resmi, misalnya memo instruksi, laporan rapat, keputusan pimpinan, majalah buletin, dan yang sudah disiarkan di media. Dokumen pribadi, misalnya otobiografi, surat-surat pribadi, catatan telepon, buku harian individu, dan lainnya yang bertujuan untuk melengkapi data-data tambahan penelitian (Moleong, 2011, p.216). Penulis juga akan mengumpulkan data lain yang dibutuhkan seperti gambar atau foto saat dilakukannya observasi, ataupun file berupa audio visual dari tayangan salah satu episode Indonesia Bagus, dan dokumen lainnya jika dibutuhkan dalam penelitian ini.

3.3 Teknik Analisis Data

(62)

bermacam-macam dan dilakukan secara berlaka atau terus-menerus, sampai data yang diperlukan cukup.

(63)

implementasi yang dilakukan kru dalam memenuhi P3SPS yang dimiliki KPI (Sugiyono, 2012, p.247, 249, 252).

3.4 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data pada penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2011, p.330). Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Penulis menggunakan triangulasi dengan memanfaatkan sumber dengan membandingkan dan menyesuaikan kembali dengan informasi yang diperoleh. Dengan langkah-langkah sebagai berikut, pertama membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Kedua, membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan yang dikatakan secara pribadi. Ketiga, membandingkan yang dikatakan orang-orang mengenai situasi penelitian dengan yang dikatakannya sepanjang waktu. Keempat, membandingkan antara keadaan dan perspektif seorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dalam berbagi kelas. Kelima, membandingkan isi wawancara dengan dokumen terkait.

(64)

Ada atau tidaknya perbedaan mengenai sumber yang sudah diperoleh, akan penulis konfirmasi kembali bersama informan mengenai kebenaran data yang ada.

3.5 Informan Penelitian

Dalam mengumpulkan data terkait penelitian, diperlukan beberapa informan yang dapat memberikan informasi-informasi yang menunjang data penelitian. Adapun kriteria dari informan yang akan menjadi subjek penelitian ini, yaitu pertama, orang yang berkecimpung dalam program Indonesia Bagus NET. TV. Kedua, orang yang mengetahui Pra-Produksi, Produksi, dan Pasca Produksi

(65)
(66)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

1.6 Deskripsi Profil Stasiun Televisi

NET. Televisi Masa Kini merupakan salah satu alternatif tontonan hiburan

layar kaca. NET. yang hadir dengan format dan konten program yang berusaha berbeda dengan stasiun televisi lainnya. NET. TV memiliki semangat dalam setiap kontennya untuk membuat konten hiburan dan informasi di masa mendatang akan semakin terhubung, lebih memasyarakat, lebih mendalam, lebih pribadi, dan lebih mudah diakses. Karena itulah, sejak awal NET. TV muncul dengan konsep multiplatform, sehingga pemirsanya bisa mengakses tayangan NET. secara tidak terbatas, kapan pun, dan di mana pun. Pada tahun 2012, Founder NET. Agus Lasmono dan Co-Founder Wishnutama Kusubandio, bersepakat untuk membangun sebuah stasiun televisi baru di Indonesia, dengan konsep dan format yang berbeda dengan televisi lain. Visinya menyajikan konten program yang kreatif, inspiratif, informatif dan menghibur.

PT. NETMEDIATAMA INDONESIA merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang media perindustrian televisi, yang memiliki kantor pusat di The East Tower Lantai 27 – 30, Kuningan Timur, Jakarta Selatan. NET. (singkatan dari News and Entertainment Television) adalah sebuah stasiun televisi

(67)

swasta nasional di Indonesia yang resmi mengudara pada tanggal 26 Mei 2013, menggantikan siaran Spacetoon yang sebagian sahamnya telah diambil alih oleh Indika Group, setelah sebelumnya mengalami siaran percobaan sejak tanggal 18 Mei 2013. Secara konten tayangan, NET. berbeda dengan tayangan televisi yang sudah ada. Sesuai semangatnya, tayangan berita NET. wajib menghibur dan sebaliknya, tayangan hiburan NET. harus mengandung fakta, bukan rumor atau gosip. Secara tampilan, NET. muncul dengan gambar yang lebih tajam dan warna yang lebih cerah. NET. telah menggunakan sistem full high definition (Full-HD) dari hulu hingga ke hilir.

NET. dapat disaksikan melalui siaran terestrial tidak berbayar, atau free to

air. NET. juga dapat disaksikan dengan berlangganan televisi berbayar,

diantaranya : First Media (channel 371), BIG TV (channel 232), dan Orange TV. Sementara para pelanggan internet, dapat mengakses live streaming melalui youtube.com/netmedia, www.netmedia.co.id, serta melalui aplikasi di iOS dan

Android dengan memasukan keyword : Netmediatama Indonesia. Seperti pada gambar 4.2

gambar 2.1 NET Multiplatform

(68)

Logo NET. TV sendiri terdiri dari tiga warna, yaitu biru tua, kuning dan biru muda. Masing-masing memiliki arti yang berbeda-beda. Pemilihan bentuk huruf dimaksudkan untuk membuat logo yang simple dan elegant, pemilihan warna bermaksud untuk menggambarkan variasi perogram yang ada di NET. TV. Sedangkan, penggunaan simbol titik diakhir kata memiliki arti bahwa NET. ingin menjadi televisi yang terintegrasi dengan sosial media.

Slogan NET. TV yaitu “Televisi Masa Kini”, memiliki arti bahwa NET. ingin menjadi televisi yang mengedepankan kualitas dan teknologi dalam penayangannnya. Selain itu, NET. ingin dapat menjadi selaras dengan manusia modern saat ini, melalui cara bekerjasama dengan berbagai media sosial yang sedang mendunia jaman sekarang. Adapun diantaranya logo NET. ditiap-tiap program lain.

Berbagai macam program informasi dan hiburan tersaji setiap harinya, adapun program-program siaran tersebut terlihat dari Tabel 4.1

(69)

Kategori

Program

NET SERIES  Indah Pada Waktunya

 Cinta Dan Rahasia

(70)

 Catatan Si Boy

Indonesia Bagus merupakan salah satu program feature budaya yang berada di stasiun televisi nasional NET. Program ini hadir dan dibentuk sejak awal NET. TV berdiri, pada tahun 2013. Indonesia Bagus tayang setiap hari Minggu,

dengan durasi tiga puluh menit, pukul 14.00-14.30 WIB. Program ini berbentuk feature documentary, termasuk ke dalam salah satu program NET. dokumenter

selain dari Lentera Indonesia dan Garuda. Feature adalah informasi atau berita tidak langsung tetapi telah dikembangkan dengan kata-kata diplomatis sehingga fakta yang kelihatannya sederhana atau sepele menjadi laporan yang menarik untuk dinikmati (Iswantara, 2009, p.150). Program Indonesia Bagus adalah salah satu program NET. TV sebagai wujud hasil karya film dokumenter yang menceritakan kekayaan alam dan kearifan lokal di Indonesia (NET. Mediatama, 2013).

(71)

televisi lain. Diferensiasi tersebut adalah menggunakan orang lokal sebagai story teller (pencerita), dengan sudut pandang yang digunakan bukan lagi seperti umumnya program travelling feature budaya yang sudah ada, yang kebanyakan diantaranya menggunakan sudut pandang seorang host yang cantik atau ganteng berasal dari Jakarta. Yang mana host tersebut akan menceritakan sudut pandangnya mengenai kearifan lokal tentang daerah baru yang ia kunjungi. Untuk sudut pandang Indonesia Bagus tersendiri adalah kebanggan orang lokal pada kampung halamannya, tempat ia di mana lahir dan dibesarkan tersebut (Wawancara Febry Arifmawan, Januari 2018). Hal itu, berhasil memberikan konsep baru dalam tayangan kearifan lokal yang selama ini telah diketahui lebih dulu oleh masyarakat. Ciri khas, atau gaya pembawaan orang lokal asli dapat menambah suasana kearifan lokal yang coba ditunjukan oleh program Indonesia Bagus ini.

(72)

Diawal kemunculan program Indonesia Bagus pada tahun 2013, program ini sudah masuk pada nominasi Program Dokumenter Terbaik dalam Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Kemudian, pada tahun 2014, 2015 dan 2017 berhasil mendapatkan penghargaan tersebut dalam ajang penganugerahaan yang sama, dalam kategori Program Feature Terbaik. Juga penataan visual dari program Indonesia Bagus yang begitu menarik, berhasil mendapatkan nominasi

Gambar 4.8 Tampilan Indonesia Bagus di Youtube

(73)

Best Cinematography pada ajang penghargaan Asian Television Award. Adapun struktur tim redaksi dari Indonesia Bagus, seperti pada kerangka 4.1 berikut:

4.3 Deskripsi Data

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis akan mendeskripsikan hasil dari penelitian dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth interview). Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

Wakil Pemimpin Redaksi Rahmat Edi Irawan Pemimpin Redaksi

Dede Apriadi

Kepala Departemen Ronny Suyanto

Executive Produser Ronny Suyanto

Senior Produser Febry Arifmawan

Production Assistant Eggi Listy BM Reporter

Erny Suci Apriyanti Mochamad Syaefudin

(74)

jawab sambil bertatap muka, antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Sutopo, 2006, p.72). Wawancara juga merupakan alat mengecek ulang atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya dan juga merupakan teknik komunikasi langsung antara yang melakukan penelitian dan responden. Dalam penelitian ini, penulis melakukan hal tersebut dengan beberapa tim produksi dari program kearifan lokal Indonesia Bagus NET. TV. Fokus pada penelitian ini membahas mengenai kebijakan redaksional yang dimiliki oleh program Indonesia Bagus, dan juga mengenai Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS), yang dimiliki oleh Komisi Penyiaran Indonesia berkaitan dengan program tersebut. Tentang usaha tim redaksi untuk mengimplementasikan mengenai pengetahuan P3SPS, pada setiap episode program kearifan lokal Indonesia Bagus, agar tetap dijalurnya.

(75)

dilakukan (Riduwan, 2004, p.104). Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi, yang mana penulis terlibat langsung sebagai partisipan secara aktif dalam objek yang diteliti. Penulis berperan serta dalam tim Indonesia Bagus, dengan melakukan observasi yang bersifat partisipan ini, penulis dengan mudah dapat memahami sistem kerja, proses distribusi materi antara tim produksi dengan crew yang kemudian akan menyelesaikan proses dari materi tayangan hingga dapat on air.

Selain dua hal tersebut, penulis juga melakukan studi dokumen. Studi dokumen merupakan salah satu metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mendalami objek penelitian yang tercatat, baik berupa tulisan maupun gambar. Selain itu, studi dokumen juga digunakan untuk melihat kembali keabsahan data yang didapatkan melalui teknik wawancara mendalam dan observasi yang sebelumnya telah penulis lakukan. Penulis melakukan studi dokumen tim Indonesia Bagus melalui foto kegiatan, laporan tertulis mengenai surat-surat terkait, serta data-data pendukung lainnya.

Dalam penelitian ini terdapat beberapa informan yang memenuhi syarat sebagai sumber informasi yang sesuai dengan penelitian ini. Berdasarkan kebutuhan informasi penelitian, informan pun dibagi menjadi dua, yaitu informan kunci (key informan) dan informan pendukung. Informan kunci terkait penelitian ini dalam melakukan wawancara mendalam, diantaranya sebagai berikut:

4.3.1 Febry Arifmawan selaku Senior Produser Indonesia Bagus

(76)

Lentera Indonesia dan Indonesia Bagus. Febry Arifmawan dijadikan sebagai informan kunci karena merupakan komunikator pertama dalam setiap proses dari mulai Pra Produksi, ketika Produksi dan Pasca Produksi. Yang juga Senior Produser bertugas sebagai penjaga gawang terakhir, untuk kembali mem-preview materi tayangan sebelum tayangan tersebut layak untuk disiarkan atau on air. Penulis dapat melakukan proses wawancara kepada Febry Arifmawan karena merupakan rekan kerja dalam satu divisi news dalam program NET. Documentary, Lentera Indonesia dan Indonesia Bagus, yang pada saat itu posisi

penulis sebagai Production Assistant (PA).

4.3.2 Rizki Abadi selaku Ex Junior Produser Indonesia Bagus

Rizki Abadi yang akrab dipanggil Eki dilingkungan kantor, sempat dipercayai menjadi Junior Produser pada program NET. Documentary mendampingi Febry Arifmawan selaku Senior Produser, pada dua program yang juga sama, yaitu Lentera Indonesia dan Indonesia Bagus. Perubahan tim redaksi dari Indonesia bagus dilakukan sejak akhir tahun 2017 ini. Eki sendiri pada saat penulis melakukan kegiatan Job Training, masih merupakan Junior Produser pada program Indonesia Bagus. Maka dari itu, penulis melakukan wawancara dengan alasan bahwa beliau sebagai produser, pun mengetahui hal-hal terkait objek penelitian dari penulis.

(77)

4.3.3 Eggi Listy BM selaku Production Assistant Indonesia Bagus

Eggi Listy mengawali karirnya dengan mengikuti MDP IV pada tahun 2016, dan berhasil masuk dan menjadi bagian dari crew NET. TV sebagai

Production Assistance News PT Netmediatama Television. Sempat beberapa kali

berpindah program dan akhirnya dipercayai pada akhir tahun 2017, sebagai PA dalam program NET. Documentary, Lentera Indonesia dan Indonesia Bagus.

4.3.4 Halimah Tusadiah selaku Ex Production Assistant Indonesia

Bagus

Halimah Tusadiah atau yang akrab dipanggil Teh Ninih sempat berada dalam satu tim bersama Febry dan Rizki dalam dua program NET. Documentary, Lentera Indonesia dan Indonesia Bagus. Sama seperti Rizki, Teh Ninih juga sempat dipercayai untuk mendampingi Febry dalam tim ini selama empat tahun berturut-turut. Dan baru mengalami perubahan sejak akhir tahun 2017. Teh Ninih juga termasuk yang membantu penulis dalam melakukan observasi di masa Job Training.

4.3.5 Erny Suci Apriyanti selaku Reporter Indonesia Bagus

Gambar

Gambar 2.2 Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi
Gambar 2.4 Skema Hierarki Pengaruh Media
Gambar 2.5 Faktor Intrinsik Pekerja Media Mempengaruhi Isi Media
Gambar 2.6 Evaluasi Kualitas Program Siaran Wisata Budaya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Quality Rate yaitu suatu nilai dimana mesin memiliki kemampuan untuk memproduksi suatu produk pada tingkat kualitas yang baik dan sesuai dengan standar yang

Di samping memberikan kontribusi pupuk kandang dalam sistem usaha tani konservasi, ternak domba atau sapi dapat memberikan sumbangan pendapatan yang cukup tinggi, yaitu 47% dari

--- Menimbang, bahwa berdasarkan surat-surat dan keterangan-keterangan yang diajukan dalam persidangan, maka majelis memberikan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :---

Terjadi pada masyarakat pesisir yang berprofesi sebagai nelayan dengan modal alat tangkap Pancing tangan serta perahu Katinting dimana hasil tangkapan seiring

Dari hasil dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah mengkudu dapat dibuat dalam bentuk sediaan krim transdermal yang memiliki karakteristik fisik yang baik dicapai

Overhead pabrik umumnya didefinisikan sebagai bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan semua biaya pabrik lainnya yang tidak dapat secara nyaman

Dari hasil pemeriksaan kami dapatkan kuantitas serat elastin matur berupa ketebalan serat yang semakin bertambah dengan meningkatnya derajat POP anterior.. Kami

Berbeda dari solusi lubang hitam Schwarzschild yang merupakan solusi eksak persamaan medan Einstein vakum (semua komponen tensor energi-momentumnya bernilai nol) dan