• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN JUMLAH LEMBAGA PENDIDIKAN SWASTA DI KOTA TANGERANG SELATAN

B. Strategi Pemasaran Pendidikan

Bukan hanya dibidang ekonomi yang membutuhkan strategi dalam pemasaran. Layaknya memasarkan suatu produk atau jasa pada umumnya, lembaga pendidikan juga membutuhkan strategi pemasaran yang tepat agar tujuan pemasaran dapat tercapai (Khanifudin, 2013). Bahkan dalam pandangan ideology pasar menyatakan bahwa perlu atau tidaknya suatu lembaga tidak ditentukan oleh nilai sejarah, social, budaya, dan religius yang diembannya, tetapi berdasarkan nilai ekonomi dan daya jualnya di tengah masyarakat (Nazarudin, 2016).

Strategi Pemasaran di bidang pendidikan dapat bermanfaat sebagai langkah untuk menyeimbangkan posisi pendidikan dalam era persaingan global (Wahid, 2017). Apabila pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pendidikan tidak menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini, maka lembaga pendidikan tidak akan efektif.

Strategi Pemasaran ditinjau dari ranah pendidikan memiliki arti suatu pengelolaan pertukaran nilai secara sistematis yang sengaja dilakukan untuk mewujudkan misi lembaga pendidikan berdasarkan pemenuhan kebutuhan nyata, baik bagi pemangku kepentingan maupun masyarakat sosial pada umumnya (Abrori, 2015). Karena Strategi pemasaran berangkat dari pengembangan visi dan misi lembaga pendidikan, sehingga hasil akhirnya pun harus merujuk pada visi dan misis pendidikan.

18

Strategi pemasaran di bidang pendidikan dapat dilakukan untuk mewujudkan visi dan misi lembaga pendidikan dengan cara mempengaruhi dan memperkenalkan lembaga pendidikan sesuai dengan kebutuhan pelanggan melalui proses pertukaran dengan prinsip kepuasan pelanggan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan (Labaso, 2018). Karena pemasaran bertujuan untuk untuk meyakinkan pelanggan atas kepercayaannya, sehingga akan menciptakan loyalitas pelanggan kepada lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang sudah menerapkan strategi pemasaran pendidikan dapat ditunjukan bahwa setiap tahunya terjadi kenaikan jumlah pendaftar dalam penerimaan peserta didik baru (Mustolih & Murni, 2018)

Dalam bidang pendidikan di era globalisasi dibutuhkan strategi pemasaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Karena tujuan pemasaran adalah untuk memberikan kepercayaan kepada pelanggan atas investasi pendidikannya, sehingga tumbuhnya loyalitas pelanggan kepada lembaga pendidikan (Labaso, 2018).

Strategi pemasaran pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menciptakan kondisi pemasaran yang kondusif dan stabil sehingga memberikan dampak yang positif bagi pihak-pihak yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut (Labaso, 2018). Strategi pemasaran di bidang pendidikan bertujuan untuk memberikan kepercayaan pelanggan atas kepercayaan investasi pendidikan mereka, sehingga tercipta loyalitas pelanggan kepada lembaga pendidikan.

Menurut Wiroto (2020) tujuan daripada Strategi pemasaran adalah agar jumlah pendaftar melebihi kuota yang ditentukan. Sehingga lembaga pendidikan dapat melakukan seleksi penuh sesuai dengan standar kemampuan peserta didik yang telah ditentukan. Hal itu dilakukan agar dapat meningkatkan mutu pendidikan. Serta bertujuan untuk mengenalkan lembaga pendidikan dengan memaksimalkan program madrasah baik jangka pendek maupun jangka panjang (Mustolih & Murni, 2018).

Strategi pemasaran pendidikan adalah proses manajemen berdasarkan riset pasar, evaluasi, perencanaan produk, promosi penjualan dan perencanaan distribusi dengan menyesuaikan tujuan, keahlian dan sumber daya dengan permintaan pasar yang terus berubah sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai (Dzakiyya, 2017)

Strategi Pemasaran pendidikan adalah salah satu faktor terpenting dalam manajemen pendidikan (Efferi, 2019). Keberhasilan tim pemasaran lembaga pendidikan berpengaruh terhadap kemajuan lembaga tersebut.

Sedangkan menurut Mundir (2016) Strategi pemasaran di bidang

19

pendidikan adalah suatu proses sosial dan administrasi untuk mencapai apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan membuat penawaran dan pertukaran nilai tertentu dengan pihak lain di bidang pendidikan.

Menurut Elytasari pemasaran pendidikan merupakan suatu proses yang harus dilakukan oleh pengelola pendidikan untuk memberikan kepuasan kepada stakeholders dan masyarakat (Af’idah & Kurniawan, 2020). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan daripada Strategi pemasaran lembaga pendidikan adalah untuk mengenalkan lembaga dan program yang dimiliki lembaga pendidikan kepada masyarakat untuk mendapatkan input berupa peserta didik yang berkuantitas dan berkualitas dalam rangka mewujudkan visi dan misi lembaga pendidikan.

Diantara berbagai permasalahan yang dihadapi lembaga pendidikan swasta, peran strategi pemasaran pendidikan menjadi salah satu solusi bagi mereka. Jika lembaga pendidikan swasta menerapkan strategi pemasaran pendidikan dengan baik, bukan tidak mungkin mereka bisa menyamai atau bahkan melebihi kualitas lembaga pendidikan negeri (Saimima et al., 2018). Strategi pemasaran adalah suatu keharusan dalam bisnis, tidak terkecuali bisnis pendidikan (Ariwibowo, 2019). Sebagaimana dijelaskan oleh Morgan, Whitler, Feng & Chari (2019) Strategi pemasaran tidak hanya bereaksi terhadap pemasaran sebagai masalah manajemen fungsional, tetapi sebagai aspek penting dari strategi bisnis secara keseluruhan.

Di lingkungan akademik yang kompetitif saat ini di mana peserta didik memiliki banyak pilihan yang tersedia untuk mereka pilih, maka faktor yang memungkinkan lembaga pendidikan untuk menarik dan mempertahankan peserta didik harus dipelajari secara serius (Taleb et al., 2018). Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran pendidikan adalah proses manajemen yang dilakukan oleh pengelola lembaga pendidikan dalam bentuk penawaran barang dan jasa berdasarkan hasil riset yang terintegrasi dengan visi dan misi lembaga pendidikan kepada target pasar dalam rangka memenuhi kebutuhan kedua belah pihak baik masyakat maupun pengelola lembaga pendidikan.

Selain daripada itu dalam strategi pemasaran di bidang pendidikan sangat dibutuhkan adanya bauran pemasaran dalam pendidikan. Bauran pemasaran dalam konteks pendidikan adalah unsur-unsur yang sangat penting dan dapat dipadukan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk memenangkan persaingan (Fauzi et al., 2020). Oleh karena itu dalam strategi pemasaran pendidikan sangat harus ditunjang dengan bauran pemasaran pendidikan.

20 C. Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran dalam pendidikan merupakan unsur-unsur pemasaran yang saling terkait, dibaurkan, diorganisir dan digunakan dengan tepat sehingga lembaga pendidikan dapat mencapai tujuan pemasaran dengan efektif dan memenuhi kebutuhan konsumen (Faizin, 2017).

Menurut Iqbal (2019) Bauran pemasaran terdiri atas 7P yaitu:

Product (produk): jasa seperti apa yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan, Price (harga): strategi penentuan harga yang diterapkan lembaga pendidikan, Place (lokasi): dimana tempat jasa pendidikan, Promotion (promosi): bagaimana promosi yang dilakukan oleh lembaga pendidikan agar masyarakat luas banyak yang mengetahui terkait tentang lembaga pendidikan, People (SDM): kualitas, kualifikasi dan kompetensi yang terkait dalam pemberian jasa, physical evidance (bukti fisik): sarana dan prasarana seperti apa yang dimiliki oleh lembaga pendidikan, dan Process (proses): kurikulum pendidikan yang diberikan lembaga pendidikan (Iqbal, 2019). Berikut penjelasan dari indicator-indikator Bauran Pemasaran:

a. Product (produk)

Menurut Kotler (faishal, 2020) produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan di pasar, untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk terdiri atas barang, jasa, pengalaman, events, tempat, kepemilikan, organisasi, informasi dan ide. Produk juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menghasilkan kepuasan atau manfaat bagi pengguna yang ditawarkan dan akan mempengaruhi persepsi pengguna produk dalam melakukan pembelian (Elytasari, 2017). Sedangkan menurut Mentari (2018) Produk ini meliputi program pendidikan yang ditawarkan lembaga pendidikan. Pendapat lain mengatakan bahwa Product is defined as a physical Product or service to the consumer for which he is willing to pay (Išoraitė, 2016).

Produk pendidikan merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada masyarakat yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya (Ulum, 2018). Produk itu sendiri terbagi atas lima tingkatan yaitu:

1) Core benefit merupakan manfaat dasar yang sebenarnya dibeli oleh customer dalam hal ini adalah pendidikan.

2) Basic Product merupakan suatu produk dalam hal ini misalnya pengetahuan dan keterampilan yang memiliki ciri khas

21

3) Expected Product yaitu sejumlah atribut yang menyertai diantaranya adalah kurikulum, silabus, tenaga pendidik dan sebagainya

4) Augmented Product merupakan produk tambahan dengan tujuan agar berbeda dengan produk pesaing, misalnya output dari lembaga tersebut mampu berbahasa inggris baik lisan maupun tulisan, computer, bahasa arab dan sebagainya

5) Potensial Product yaitu seluruh tambahan dan perubahan yang mungkin didapat produk tersebut adalah pengakuaan lulusan lembaga tersebut dari dunia kerja.

Menurut Winarti (2014) indicator Product dari bauran pemasaran adalah sebagai berikut:

1) Mutu Pendidikan

2) Variasi Program Pendidikan 3) Prospek mendapatkan pekerjaan

Dalam ranah pendidikan produk berarti pendidikan yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan kepada calon peserta didik berupa mutu pendidikan, prospek lulusan, dan variasi pilihan program pendidikan baik itu berupa program unggulan maupun program regular dan lain sebagainya.

b. Procces (Proses)

Proses adalah prosedur atau mekanisme dalam rangkaian aktivitas untuk menyampaikan jasa dari produsen ke konsumen (Khasanah, 2015). Dalam konteks pendidikan proses berarti proses pendidikan yang mendukung terselanggaranya proses kegiatan belajar mengajar guna terbentuknya peserta didik atau lulusan yang diinginkan.

Dalam dunia pemasaran jasa pendidikan, proses yang dimaksud adalah proses belajar mengajar (Mentari, 2018). Proses di sini menyangkut seluruh proses yang berkaitan dengan kegiatan yang ada dalam lembaga pendidikan (Setiawan, 2013). Karena Terpenuhi atau tidaknya harapan mereka ketika membeli jasa pendidikan akan mereka rasakan setelah proses ini dilakukan (faishal, 2020).

Proses juga dapat diartikan sebagai aktivitas kegiatan secara menyeluruh dari awal sampai akhir (Kustian et al., 2018). Diantaranya adalah serangkaian kegiatan yang dialami peserta didik selama dalam pendidikan seperti proses belajar mengajar, ujian dan lainnya (Tangkilisan et al., 2014) Dalam hal ini perlu diperhatikan dan

22

ditingkatkan selalu bagaimana proses yang terjadi dalam penyaluran jasa dari dari lembaga pendidikan kepada orang tua peserta didik (Syukur, 2016). Menurut Fadlilah & Masfiah (2021) indicator-indikator dari bauran Process adalah sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran yang efektif 2. Kualitas pembelajaran yang baik 3. Kurikulum yang sesuai

Process dalam konteks lembaga pendidikan berarti dimulai dari proses penerimaan hingga penyaluran lulusan ke jenjang pendidikan lebih tinggi maupun dunia kerja. Process merupakan kegiatan inti dari lembaga pendidikan. Oleh karena itu bauran ini sangat mempengaruhi mutu dari suatu lembaga pendidikan

c. Place (lokasi)

Place adalah lokasi lembaga pendidikan berada (Khasanah, 2015). Lokasi yang strategis, nyaman dan mudah dijangkau akan menjadi daya tarik tersendiri. Sedangkan menurut Mentari (2018) Place yaitu meliputi kemudahan akses, fasilitas gedung, dan penampilan lembaga pendidikan yang menjadi daya tarik bagi masyarakat. Semakin bagus dan lengkap sarana dan fasilitas yang teredia, semakin besar kemungkinan calon pengguna jasa pendidikan memilihnya (Setiawan, 2013). The Place can be defined as the mechanism through which goods and services are moved from the provider or manufacturer to the consumer (Al Badi, 2018)

Tempat yang strategis dapat dilihat atas pertimbangan keterjangkauan lokasi dan kemudahan akses jalan lembaga pendidikan (Meilinda, 2020). Tempat yang strategis, mudah diakses, kondusif dan jauh dari keramaian menjadi alasan orang tua dalam memilih lembaga pendidikan (faishal, 2020). Place merupakan lokasi keberadaan lembaga pendidikan (Abdillah & Herawati, 2018). Indikator Place adalah sebagai berikut:

1) Lokasi lembaga pendidikan mudah dijangkau 2) Lingkungan lembaga pendidikan yang aman 3) Lokasi atau tempat yang luas

Dalam lembaga penddikan lokasi menjadik tolak ukur orang tua dalam memilih lembaga pendidikan untuk anaknya belajar. Sehingga indicator diatas dapat dijadikan rujukan dalam menilai lokasi lembaga pendidikan.

23 d. People (Orang)

Orang dalam konteks pendidikan adalah orang-orang yang terlibat dalam proses penyamaian jasa pendidikan seperti tata usaha, kepala lembaga pendidikan, pendidik dan karyawan (Khasanah, 2015).

Orang adalah semua orang yang terlibat menyediakan jasa pendidikan (Mentari, 2018). Dalam konteks manajemen lembaga pendidikan, ini termasuk sumber daya manusia baik sebagai tenaga pengajar, administrasi atau tenaga lainnya yang bertanggungjawab atas jalannya kegiatan tertentu (Setiawan, 2013). Sumber daya pendidik dan kependidikan ini sangat penting bahkan menjadi ujung tombak dalam proses pemberian jasa pendidikan kepada para peserta didik dalam lembaga pendidikan (faishal, 2020). Jumlah SDM yang besar sangat berpotensi untuk peningkaan mutu dan daya tarik masyarakat terhadap lembaga pendidikan (Sutama & Hasthanti, 2018). Menurut Margaretha (2011) indicator-indikator dari People bauran pemasaran adalah sebagai berikut:

1) Tingkat Pendidikan yang tinggi 2) Kualifikasi Pendidikan yang sesuai

3) Kemampuan sikap dan komunikasi yang baik

Dalam konteks pendidikan People yang dimaksud adalah pendidik dan tenaga kependidikan. Sehingga indicator-indikator diatas dapat digunakan dalam mengukur bauran pemasaran pendidikan.

e. Physical Evidence (Bukti Fisik)

Bukti Fisik adalah lingkungan fisik tempat jasa diciptakan dan langsung berinteraksi dengan konsumennya (Khasanah, 2015). Bukti fisik seperti desain dan tata letak gedung seperti desain kelas, gedung lembaga pendidikan, perpustakaan, lapangan olahraga dan lain-lain.

Terdapat dua macam bukti fisik yang langsung berhubungan dengan konsumen. yaitu sarana dan prasarana lembaga pendidikan dan prestasi peserta didik (Mentari, 2018). Taleb (2018) dalam penelitianya menyarankan untuk meningkatkan penampilan fisik bangunan, ruang kelas dan menyediakan lebih banyak lagi peralatan pengajaran dan semua materi nyata yang dapat meningkatkan proses pendidikan dan kepuasan peserta didik yang sesuai.

Physical Evidence, merupakan sarana dan prasarana yang mendukung proses penyampaian jasa pendidikan (Ulum, 2018). Hal ini mencakup penataan ruangan, kelengkapan fasilitas, arsitektur gedung

24

dan hal-hal yang berkaitan dengan penampilan yang menarik perhatian dan nyaman serta enak dipandang mata (Setiawan, 2013). Pada sebuah lembaga pendidikan yang merupakan Physical Evidence adalah gedung atau bangunan dan segala sarana dan fasilitas yang terdapat di dalamnya (faishal, 2020).

Bukti fisik merupakan fasilitas-fasilitas yang terlihat dalam lembaga pendidikan (Abdillah & Herawati, 2018). Indikator Physical Evidence adalah sebagai berikut:

1) Kelengkapan sarana dan prasarana 2) Kenyamanan ruang kelas pernyataan 3) Kebersihan lingkungan lembaga pendidikan

Sarana dan prasarana lembaga pendidikan merupakan bauran yang paling diprioritaskan oleh masyarakat. untuk itu sebagai pengelola lembaga pendidikan harus memenuhi indicator-indikator bauaran sarana dan prasarana tersebut.

Secara singkat Product berarti akadmik, Price adalah SPP dan biaya lainnya, Place adalah lokasi, Promotion adalah promosi, People adalah SDM, Physical Evidence adalah sarana dan prasana, dan Process adalah KBM. Bauran pemasaran pendidikan merupakan sinkronisasi antara penyedia jasa dalam hal ini lembaga pendidikan dan pengguna jasa yaitu orang tua peserta didik (Setiawan, 2013).

f. Price (harga)

Secara singkat harga adalah suatu nilai dari barang atau jasa yang dapat diukur (Ariwibowo, 2019). Harga merupakan komponen yang akan terus sejajar dengan mutu produk (Ulum, 2018). Dengan demikian apabila mutu produk baik, maka calon peserta didik akan berani membayar lebih tinggi selama dalam batas jangkauan pelanggan pendidikan. pendapat lain mengatakan bahwa Price is what the customer has to pay to obtain the Product, or the cost of the Product to the customer (Riaz & Tanveer, 2012).

Salah satu strategi yang dapat dikembangkan lembaga pendidikan adalah skiming Price yaitu memasang harga yang setinggi-tingginya saat prosespemasaran dengan jaminan bahwa produk yang ditawarkan adalah berkualitas tinggi sehingga tidak mengecewakan konsumennya.

Sebagaimana (Mentari, 2018) mengemukakan bahwa harga yang ditentukan oleh lembaga harus sesuai dengan mutu yang dihasilkan.

25

Selain dari itu menurut Fatmawati dan Simaryanto (2019) harga adalah suatu nilai yang dinyatakan dalam bentuk rupiah guna pertukaran atau transaksi sejumlah uang yang harus dibayar konsumen untuk mendapatkan barang dan jasa. Sedangkan menurut Khasanah (2015) harga adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan suatu produk. Menurut Luckyardi (2020) Price dalam bauran pemasaran memiliki indicator sebagai berikut:

1) Harga yang kompetitif

2) Kesesuaian harga dengan harga pasar 3) Kesesuaian harga dengan kualitas produk

Dalam Dalam konteks pendidikan Price yang dimaksud adalah biaya pendidikan yang kompetitif dengan pesaingnya, biaya pendidikan yang diberikan sesuai dengan harga pasar atau lembaga pendidikan-lembaga pendidikan sederajat lainnya dan sesuainya biaya pendidikan dengan program pendidikan yang diberikan oleh lembaga pendidikan.

g. Promotion (Promosi)

Promosi merupakan kegiatan penting untuk mencapai goal pemasaran produk lembaga pendidikan (Meilinda, 2020). Singkatnya promosi merupakan cara yang digunakan lembaga dalam menawarkan produk yang dihasilkan (faishal, 2020). promosi adalah bagian yang paling tampak dari proses pemasaran. (Dann & Dann, 2007). Hal itu sejalan dengan pendapat Rad dkk., (2014) bahwa Promotion includesall thecommunication toolsthat candelivera messageto thetarget audience, and includes: advertising, salesPromotion, public relations, sales force, and direct marketing. Selain itu dikatakan bahwa Promotional activities can involve consumers in the communication Process and encourage them to take targeted actions (Pogorelova et al., 2016).

Promosi adalah kegiatan mengkomunikasikan penjualan produk dipasaran yang berhubungan langsung dengan masyarakat yang bertujuan untuk memberikan informasi dan meyakinkan konsumen akan manfaat produk yang dihasilkan (Khasanah, 2015). Promosi merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, membujuk, dan mengingatkan target pasar atas lembaga agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan lembaga (Ulum, 2018). Semakin lembaga pendidikan dikenal luas oleh publik, semakin besar kemungkinannya untuk menjadi pilihan utama

26

(Setiawan, 2013). Menurut Luckyardi (2020) indicator dari Promotion dalam bauran pemasaran adalah sebagai berikut:

1) Waktu dan sasaran promosi yang tepat 2) Kuantitas dan kualitas promosi yang baik 3) Media promosi yang sesuai

Suatu lembaga pendidikan dikenal masyarakat karena promosi.

Sehingga promosi dapat dianggap baik atau tidakknya diukur dari waktu dan sasaran, kuantitas dan kualitas, dan media promosi yang digunakan.