IV. METODE PENELITIAN
4.4. Struktur Model
Sistem notasi yang digunakan dalam model ini pararel dengan sistem yang terdapat dalam model ORANI-F (Horridge, et al. 1993) dan WAYANG (Wittwer, 1999). Notasi tersebut sudah dibangun oleh pemodel ORANI agar dapat efisien digunakan dan mudah diinterpretasikan. Secara umum pemodel CGE berbasis ORANI yang telah menuliskan semua persamaan dalam bentuk persentase. Dalam merespon kebutuhan ini, software GEMPACK didesain untuk menjalankan persamaan-persamaan CGE yang secara otomatis menyajikan semua hasilnya
dalam persentase. Oleh karena itu, pemodel tidak menuliskan kembali prosedur untuk menghitung hasil simulasi dalam nilai persen dengan membandingkan hasilnya dengan keseimbangan yang dijadikan benchmark. Namun demikian, agar transparan dan sudah menjadi konvensi umum, persamaan yang digunakan dalam model dituliskan dalam format aljabar untuk memudahkan dalam memamhmi bagaimana model beroperasi.
4.4.1. Spesifikasi Umum
Struktur teoritis yang digunakan dalam model pada umumnya mengandung sistem persamaan non-linear tentang permintaan tenaga kerja, permintaan terhadap input primer, permintaan terhadap input antara, permintaan terhadap input gabungan (composite), komposit output dari suatu industri, permintaan terhadap barang modal (investment goods), permintaan rumahtangga, ekspor dan permintaan akhir lainnya, margin permintaan, persamaan keseimbangan pasar, harga di tingkat pembeli dan pajak tak langsung.
Solusi terhadap sistem persamaan dinamik membutuhkan pemograman prosedur dan rutin yang kompleks. Walaupun rutin trial and error terkadang dapat mencapai global optimum, cara tersebut tidak efisien, membutuhkan waktu yang lama, dan peluang keberhasilannya relatif kecil. Dengan kata lain, output yang dihasilkan lebih banyak dalam bentuk local optimum. Selain itu, ukuran matriks yang besar biasanya menjadi karakteristik model CGE dan menyebabkan kesulitan dalam penetapan kombinasi initial value.
Pada model yang dibangun dalam menganalisis perubahan stimulus kebijakan fiskal di Indonesia, jumlah kombinasi ini bisa mencapai jutaan titik sehingga tidak praktis untuk dilakukan. Sebagai gantinya, prosedur solusi model ditentukan dengan melakukan linearisasi setiap persamaan yaitu dengan cara menyatakan semua variable dalam bentuk pertumbuhannya (percentage change). Akan tetapi ini berarti bahwa functional form yang dilibatkan hanya terbatas pada bentuk fungsi Cobb-Douglas.
Dengan demikian, model ini hanya berlaku atau sesuai dengan realitas apabila fungsi produksi, konsumsi dan fungsi-fungsi lainnya secara alami mampu direpresentasikan dengan fungsi Cobb-Douglas. Fungsi ini telah banyak diaplikasikan dalam berbagai penelitian dan secara umum yang mampu
menangkap fenomena ekonomi dengan baik. Oleh karena itu, pemakaiannya dalam model tidaklah mengurangi (secara signifikan) kemampuan model ini dalam melakukan reflekasi fenomena ekonomi yang sudah terjadi maupun prediksi apa yang akan terjadi jika kondisi lingkungan berubah.
Karena tujuan utama model adalah memberikan fasilitas simulasi tentang efek perubahan stimulus kebijakan fiskal di sektor yang berhubungan dengan sektor pertanian, maka disagregasi sektor yang berhubungan dengan pangan dilakukan klasifikasi dengan lebih terperinci sesuai kebutuhan tujuan penelitian. Selain itu, untuk setiap jenis komoditi, mekanisme supply dan demand-nya dirancang secara spesifik sesuai dengan karakteristik industri yang bersangkutan. Karena itu formasi harga bagi setiap jenis barang juga akan berbeda.
Penawaran ditentukan oleh teknologi produksi dengan menggunakan empat faktor primer yaitu: tanah, tenaga kerja, modal, dan kelompok biaya lainnya. Tenaga kerja dibagi menjadi dua kelompok yaitu tenaga kerja di pedesaan dan di kota dimana jenis faktor lainnya didisagregasikan menjadi 10 kategori rumahtangga. Salah satu asumsi penting dalam CGE yaitu menyangkut mobilitas faktor produksi. Jika faktor produksi tersebut bersifat mobilitas antar industri maka perbedaan harga faktor antar industri mencerminkan perbedaan dalam tingkat pajak dan subsidi. Dengan kata lain jika tingkat pajak dan subsidi adalah sama, maka harga faktor produksi juga akan sama.
Jika faktor produksi bersifat spesifik (hanya bisa dipakai oleh satu jenis industri tertentu) maka secara otomatis harganya-pun akan berbeda-beda. Asumsi mobilitas faktor sangat krusial karena dua hal. Pertama, setiap industri dapat menentukan jumlah produksi berdasarkan jumlah sumberdaya yang tersedia. Kedua, faktor dapat dialihkan pada aktivitas produksi lain yang lebih menguntungkan.
4.4.2. Sistem Persamaan
Sistem persamaan yang dipergunakan dalam penelitian ini mengikuti adalah model ORANI-F (Horridge 1993), INDOF (Oktaviani, 2000), WAYANG (Wittwarr, 1999). Secara umum penulisan model ini dalam istilah perubahan persentase. Seperti pada umumnya model CGE lain, model yang digunakan dalam
penelitian ini berasumsi bahwa seluruh industri beroperasi pada pasar dengan kondisi pasar persaingan sempurna (competitive market) baik di pasar input maupun di pasar output. Kondisi ini berimplikasi bahwa tidak ada sektor atau rumahtangga yang dapat mengatur pasar. Oleh karena itu, seluruh komponen sektor dalam perekonomian diasumsikan sebagai penerima harga (price taker).
Pada tingkat output, harga-harga dibayar oleh konsumen sama dengan
marginal cost dari memproduksi barang. Hal yang sama, dimana input dibayar sesuai dengan nilai produk marginalnya (value marginal productivity). Sebagai tambahan bahwa persamaan permintaan dan penawaran untuk pelaku swasta diturunkan dari prosedur optimasi. Mengacu pada model WAYANG (Wittwarr, 1999) bersifat statik komparatif, maka sistem persamaan dalam model CGE disusun ke dalam 14 blok persamaan. Berikut dijelaskan masing-masing blok persamaan dalam model yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Permintaan tenaga kerja 2. Permintaan faktor primer 3. Permintaan input antara
4. Permintaan komposit faktor primer dan input antara 5. Komposit komoditi dari output suatu industri 6. Permintaan barang untuk investasi
7. Permintaan rumahtangga
8. Ekspor dan permintaan akhir lainnya 9. Permintaan margin
10. Harga barang di tingkat pembeli 11. Kondisi keseimbangan pasar 12. Pajak tak langsung
13. GDP dari sisi pendapatan dan pengeluaran 14. Keseimbangan perdagangan dan agregat lainnya
4.4.2.1. Struktur Produksi
Struktur produksi dari suatu industri dalam model WAYANG yang digunakan dalam penelitian ini ditampilkan dalam Gambar 12 pada setiap proses produksi, industri dapat memproduksi beberapa komoditi. Industri menggunakan
input primer dan input antara. Setiap input antara dapat diperoleh baik dari pasar domestik maupun impor. Faktor primer yang digunakan adalah tenaga kerja, tanah dan modal.
Meningikuti model INDOF (Oktaviani, 2011) dalam menyederhanakan asumsi kunci model produksi ini dibuat dalam beberapa tahap (multi-stage) yakni berupa asumsi dasar yang harus diperhatikan adalah: (1) pemisahan antara input dan output (separable), (2) tahapan berjenjang dan (3) struktur hierarki berdasarkan constant elasticity of substitution (transformation) kecuali tahapan kombinasi barang-barang antara (intermediate goods) dan agregat faktor primer (primary factors) dengan menggunakan fungsi teknologi Leontief (fixed proportions technology). Fungsi produksi tersebut didefinisikan sebagai berikut:
F(input, output) = 0
dan dapat dituliskan kembali seperti: G(input) = X1TOT = H(outputs)
dimana X1TOT adalah sebuah indeks atau aktivitas industri. Dengan menggunakan asumsi separabilitas di dalam input-output atau separabilitas dalam fungsi transformasi, maka dapat diartikan bahwa kombinasi produksi dari produk-produk yang dihasilkan suatu industri tidak secara langsung dihubungkan dengan kombinas penggunaan input tertentu, tetapi hanya melalui indeks dari aktivitas industri (Blackorby, et al., 1978).
Selanjutnya pada tingkat aktivitas industri tertentu, keputusan untuk menentukan kombinasi produk apa yang akan dihasilkan terpisah dari atau tidak tergantung pada keputusan dalam menentukan kombinasi input yang digunakan. Secara khusus, harga input tidak berpengaruh pada kombinas output kecuali pada tingkat aktivitas industri. Demikian juga halnya dengan harga output tidak berpengaruh pada kombinasi input kecuali melalui pengaruhnya pada tingkat aktivitas industri. Jadi fungsi permintaan dan penawaran pada tingkat aktivitasi industri hanya terdiri dari harga input atau harga produk, atau kedua-duanya.
Kondisi ini merupakan penyederhanaan secara empiris, dimana fungsi transpormasi H(outputs) diasumsikan hanya memiliki satu tahap, fungsi G(inputs) ditentukan sebagai sebuah rumpun yang secara hirarki memiliki percabangan sampai pada tiga tahap. Hal ini merupakan pemisahan dan penyederhanaan lebih
jauh dari fungsi permintaan. Permintaan input pada setiap level tertentu dapat diekspresikan sebagai fungsi dari harga input dan tidak diekspresikan sebagai fungsi harga input pada level hirarkis yang lebih rendah (Oktaviani, 2011).
Pada Gambar 11 tersebut dijelaskan bahwa permintaan tenaga kerja untuk memproduksi input primer dapat dinyatakan sebagai fungsi dari harga tenaga kerja, lahan dan modal tanpa menjelaskan secara eksplisit harga dari setiap jenis pekerja tersebut. Produk yang dihasilkan industri dipasarkan ke pasar domestik dan ekspor. Alokasi produk secara optimal untuk penawaran domestik dan ekspor ditentukan oleh fungsi constant elasticity of transformation (CET). Proses produksi pada tingkat perusahaan diasumsikan mengikuti fungsi produksi Leontief (fixed proportions) yang menunjukkan tidak memungkinkan terjadinya substitusi diantara input antara, faktor-faktor produksi primer dan biaya lainnya.
Input antara tersebut berasal dari barang domestik dan impor, yang satu dengan yang lainnya diasumsikan dapat saling bersubstitusi secara terbatas mengikuti fungsi constant elasticity of substitution (CES) sebagaimana diasumsikan sebagai fungsi Armington. Permintaan perusahaan terhadap seluruh faktor primer juga diasumsikan mengikuti fungsi CES. Hal yang sama juga berlaku terhadap permintaan kelompok tenaga kerja. Asumsi ini juga memperhatikan kemungkinan adanya substitusi terbatas baik antar-seluruh input primer maupun antar jenis-jenis input primer tenaga kerja.
Dari struktur produksi tersebut dapat diturunkan secara langsung mengenai permintaan terhadap faktor primer dan input antara. Permintaan faktor primer ditentukan berdasarkan fungsi produksi sedangkan permintaan input antara bersifat proporsional terhadap suatu jenis output.Fungsi produksi yang digunakan memiliki sifat constant elasticity of substitution (CES) yang hanya menggunakan tiga parameter yaitu skala, distribusi dan elastisitas. Fungsi CES secara umum dapat dirumuskan:
g g
v g x b bx A y 1 (1 ) 2 / ... (4.1)dimana y adalah output, A adalah parameter efisiensi, g adalah parameter substitusi, x1 dan x2 adalah input 1 dan input 2 dan
adalah parameter elastisitas. Dari persamaan tersebut, Beattie and Taylor (1985) mengklasifikasikan tiga parameter yaitu: parameter skala (v), parameter distribusi (v+g) and parameterelastisitas ( g 1 1
). Homogenitas dari fungsi tersebut tergantung pada parameter skala. Ketergantungan antar industri ditentukan oleh parameter distribusi dan kesamaan dalam komposisi faktor.Prinsip aktivitas pada beberapa industri adalah merubah input menjadi output. Di dalam model ini hubungan antara input dan output dibentuk oleh sebuah nested fungsi produksi CES-Leontief pada setiap sektor produksi. Struktur fungsi produksi sama untuk semua sektor. Model diasumsikan bahwa input-input produksi dibagi kepada dua kategori, yaitu faktor primer komposit (labor dan kapital) dan barang-barang antara. Sumber barang-barang antara dapat berasal dari barang antara yang diproduksi domestik dan impor.
Gambar 11 menjelaskan tahap pertama (the lower nest), dimana industri mempunyai dua masalah optimalisasi yang berbeda, yaitu (1) memilih kombinasi pada faktor primer (labor dan kapital), dan (2) pilihannya pada barang-barang intermediate komposit untuk mengoptimalkan efisiensi biaya. Pada tahap berikutnya, yaitu tahap kedua (the top nest), dimana setiap industri meminimalkan biaya produksinya oleh pilihan tingkat yang paling efisien pada faktor-faktor primer komposit, yang seringkali disebut nilai tambah, dan barang antara komposit dengan menggunakan fungsi produksi Leontief.
Fungsi produksi nested CES-Leontief berperan penting dalam transaksi dengan hambatan input-input. Dengan set tersebut, industri mempunyai suatu masalah pembagian optimalisasi antara minimisasi biaya untuk faktor primer komposit dan minimisasi biaya untuk barang-barang antara. Gambar 11 berikut menggambarkan masalah optimalisasi pada setiap industri dalam struktur produksi sedangkan Gambar 12 menunjukkan struktur produksi model yang digunakan.
Gambar 11. Masalah Optimalisasi untuk Industri
4.4.5.2. Permintaan Tenaga Kerja
Persamaan persentase perubahan pada bentuk variabel untuk fungsi permintaan tenaga kerja berdasarkan jenis tenaga kerja menurut lokasi (perkotaan dan pedesaan) dengan fungsi penganggregasi CES dengan nilai upah setiap lokasi adalah sebagai berikut:
... (4.2)
dimana: x1labiol adalah permintaan tenaga kerja pada jenis pekerjaan dan lokasi (pedesaan dan perkotaan), x1labio_l adalah permintaan tenaga kerja pada setiap jenis pekerjaan dan lokasi, σ1LABi adalah fungsi agregator CES, p1labiol adalah upah tenaga kerja pada semua jenis pekerjaan danlokasiterhadap komposit tenaga kerja menurut jenis pekerjaannya, dan p1labio_l adalah harga pada setiap jenis pekerjaan di perkotaan dan pedesaan terhadap komposit tenaga kerja menurut jenis pekerjaannya.
Tenaga Kerja
Fungsi Produksi Leontief dengan faktor primer komposit dan barang antara komposit sebagai
input
Agregator CES dengan barang-barang antara
sebagai input
Agregator CES dengan kapital dan labor (faktor primer)
sebagai input Barang Antara Impor Barang Antara yang Diproduksi Secara Domestik Capital top nest
the lower nest
XTOT
i,dBarang 1 X1i_s Barang C Xci_s Barang Domestik1 X1"dom"i Barang Impor 1 X1"imp"i Baranga Domestik C Xc"dom"i Barang Impor C Xc"imp"i Input Primer X1PRIMi CES
11 CES 1c 1PRIMCES i
"Biaya Lain" X1OCTi Lahan X1LNDi Tenaga Kerja X1LABi_o Kapital X1CAPi Tingkat Aktivitas Industri j Leontief Barang 1 X1TOT1 CET 1OUTi Barang ke-i X1TOTi Barang X1TOT2 --hingga--
Gambar 12. Struktur Produksi
Sumber: Silva dan Horridge (1996), Oktaviani (2000) (dimodifikasi) CES 1LABi Urban X1LABi1 Rural X1LABi2
Permintaan tenaga kerja terhadap setiap jenis pekerjaan menurut lokasi adalah proporsi permintaan semua tenaga kerja di setiap lokasi pedesaan dan perkotaan dan ketergantungan pada upahrelatif setiap jenis pekerjaan tenaga kerja per lokasi terhadap upah rata-rata tenaga kerja pada setiap jenis pekerjaan tersebut. Fungsi permitaan tenaga kerja pada jenis pekerjaan diturunkan dari minimalisasi jumlah biaya tenaga kerja menurut lokasi pekerjaan dengan kendala fungsi pengagregasi CES tenaga kerja lokasi pekerjaan. Kedua parameter fungsi pengagregasi CES tersebut berdampak terhadap permintaan jumlah tenaga kerjanya. Parameter S1LABio tidak muncul secara eksplisit pada persamaan permintaan, hal ini berdampak pada bobot yang digunakan dalam perhitungan variabel upah rata-rata tertimbang. Adapun formula upahyang dihadapi oleh setiapjenis pekerjaan terhadap kompositnya adalah:
∑ ( )
... (4.3) dimana: V1LABio_lmerupakan rata-rata upah tenaga kerja yang dihadapi oleh suatu jenis pekerjaan terkait dengan upah individu pada setiap lokasi sebagai sebuah indeks, dan V1LABioladalah rata-rata upah tenaga kerja yang dihadapi oleh setiap pekerja terkait dengan upah perorangan setiap lokasi sebagai sebuah indeks. Selanjutnya, permintaan tenaga kerja oleh lokasi dapat diturunkan sebagai berikut: ( | ... (4.4) dimana: X1LABi_l adalah permintaan tenaga kerja oleh jenis pekerjaandanlokasi,
CESLLOC sebagai fungsi CES, X1LABioladalah elastisitas substitusi berdasarkan lokasi, S1LABil(S1LABil=V1LABil/ V1LABi_l) merupakan nilai share berdasarkan lokasi terhadap upah total yang dibayar.
Selanjutnya untuk persamaan persentase perubahan pada bentuk variabel untuk fungsi permintaan tenaga kerja di industri i pada setiap industri menurut jenis pekerjaan dengan fungsi penganggregasi CES nilai upah setiap jenis pekerjaan adalah sebagai berikut:
... (4.5)
dimana: x1labio adalah permintaan tenaga kerja pada industri i menurut lokasi, x1labi_l adalah permintaan tenaga kerja pada indsutri i, σ1LABi adalah fungsi agregator CES, p1labil adalah upah tenaga kerja pada indusri i pada setiap lokasi terhadap komposit tenaga kerja di industri i, dan p1labi_o adalah upah pada setiap industri i pada setiap lokasi terhadap komposit tenaga kerja di indsutri i.
Permintaan tenaga kerja terhadap setiap industri i menurut lokasi adalah proporsi permintaan semua tenaga kerja di setiap jenis pekerjaan dan adanya ketergantungan pada upah relatif setiap industri ipada jenis pekerjaan terhadap upah rata-rata pada setiap industri i tersebut. Fungsi permintaan tenaga kerja industri i diturunkan dari minimalisasi jumlah biaya tenaga kerja menurut jenis pekerjaan dengan kendala fungsi pengagregasi CES menurut jenis pekerjaan. Adapun formula upah oleh setiap industri terhadap kompositnya adalah:
∑ ( )
... (4.6) dimana: V1LABi_l merupakan rata-rata upah tenaga kerja pada suatu industri i dengan upah individu pada setiap jenis pekerjaan, dan V1LABil adalah rata-rata upah tenaga kerja yang dihadapi oleh industri i terkait dengan upah perorangan setiap jenis pekerjaan. Selanjutnya, permintaan tenaga kerja oleh suatu industri pada setiap jenis pekerjaan dapat diturunkan sebagai berikut:
( | ... (4.7) dimana:X1LABi_l adalah permintaan tenaga kerja oleh industri i pada semua jenis
pekerjaan, CESLLOC sebagai fungsi agregator CES, X1LABil adalah elastisitas substitusi menurut lokasi setiap industri i, S1LABil(S1LABil=V1LABil/V1LABi_l) merupakan nilai share berdasarkan lokasi terhadap upah total yang dibayar oleh industri i.
4.4.5.3. Permintaan Input Primer
Permintaan akan masing-masing faktor diturunkan dari total permintaan seluruh faktor yang dipakai dalam suatu industri (X1PRIMi) dan dipengaruhi oleh
harga relatif suatu faktor. Total permintaan seluruh faktor diperoleh dengan cara minimisasi total biaya faktor. Dengan formulasi ini perubahan harga relatif akan
i i ol i ol i i LND S CAP S LAB S PRIM LAB A CES PRIM X 1 ; 1 ; 1 ; 1 LND 1 A LND 1 X , CAP 1 A CAP 1 X , 1 X1LAB 1 _ i i i i _ i_ol (4.8) mempengaruhi komposisi penggunaan seluruh faktor, dimana faktor yang lebih murah akan dipakai lebih banyak. Turunnya tingkat suku bunga, akan menyebabkan penggunaan modal secara intensif sehingga industri menjadi bersifat lebih capital intensive. Dimana persamaan permintaan input primer pada model ini adalah:
dimana: X1PRIMiadalah permintaan input primer oleh industri i; X1CAPi adalah permintaan kapital industri i, X1LNDi adalah permintaan lahan industri i,
A1LABi_oladalah produktivitas tenaga kerja industri i semua jenis pekerjaan dan lokasi, A1CAPi i_oadalah produktivitas kapital industri i, A1LNDi adalah produktivitas lahan untuk industri i, σ1PRIMi sebagai elastisitas substitusi antarfaktor primer industri i, S1LABi_ol adalah nilai share pada semua jenis pekerjaan dan lokasi terhadap upah total yang dibayarkan oleh industri i, S1CAPi
adalah nilai share pada kapital oleh industri i, dan S1LNDi adalah nilai share pada lahan oleh industri i.
4.4.5.4. Permintaan Input Antara
Dalam model ini asumsi yang digunakan oleh Armington (1969) dipertahankan yaitu bahwa impor merupakan subtitusi tidak sempurna bagi komoditi domestik. Dengan demikian, penurunan harga impor akan memperbesar permintaan impor dan menurunkan permintaan barang domestik. Akan tetapi, tidak seluruh komoditi domestik dapat digantikan oleh impor. Dalam pemakaian input antara, suatu industri melakukan minimasi biaya total berdasarkan fungsi produksi CES adalah sebagai berikut:
c csi csi SRC s S A CES 1 ; 1 1csi ci_s X1 X1 ; cCOM,iIND ... (4.9) dimana:X1ci_s adalah permintaan input antara pada setiap komoditisetiap industri pada semua sumber, X1csi adalah ermintaan input antara pada setiap komoditisetiap industri pada setiap sumber, A1csi adalah produktivitas input antara pada setiap komoditi, setiap industri dan setiap sumber, 1c sebagai elastisitas
(4.10) substitusi input antara berdasarkan komoditi, S1csi adalah nilai pangsa input antara pada setiap komoditi, setiap industri dan setiap sumber.
Berdasarkan formula tersebut, permintaan suatu input antara tergantung pada kuantatitas komposit komoditi dan harga relatif dari input tersebut. Harga komposit komoditi ditentukan berdasarkan biaya tertimbang dengan divisia index.
4.4.5.5. Permintaan Komposit Input Antara dan Komposit Faktor Primer
Dari sisi input, komposit komoditi, komposit faktor primer dan faktor yang termasuk kategori biaya lain-lain digabungkan ke dalam suatu fungsi produksi Leontief untuk menentukan tingkat produksi dari suatu industri dengan fungsi:
IND i A1OCT X1OCT , A1PRIM X1PRIM , A1 X1 MIN MIN A1TOT 1 X1TOT i i i i ci_s ci_s COM c i i
dimana:X1TOTi adalah permintaan input gabungan industri i, A1TOTiadalah produktivitas input gabungan industri i, A1ci_s sebagai produktivitas input antara pada setiap komoditi, setiap industri pada semua sumber, A1PRIMi sebagai produktivitas input primer industri i, X1OCTi merupakan permintaan input biaya lain industri i, dan A1OCTi adalah produktivitas input industri i.
Berdasarkan formula ini, permintaan terhadap seluruh input tersebut bersifat proporsional terhadap tingkat produksi. Persentase perubahan permintaan input akan sama dengan laju perubahan output, kecuali terjadi perubahan teknologi. Rasio yang menentukan kombinasi input merupakan parameter dari fungsi produksi Leontief. Bersama-sama harga input, rasio ini menentukan pangsa biaya dari suatu kegiatan produksi.
4.4.5.6. Komposit Output Dari Suatu Industri
Komposisi komoditi yang diproduksi oleh suatu industri ditentukan berdasarkan prinsip maksimisasi penerimaan untuk setiap tingkat produksi dengan teknologi CES: ) _ ; 1 1 ( ci i ci COM c
i CET Q OUT S MAKE
X1TOT
... (4.11)
dimana: X1TOTi adalah komposit output industri i, 1OUTi adalah elastisitas transformasi pada industri i, dan S_MAKEciadalah share produksi total komoditi c
pada komoditi i. Dari fungsi maksimisasi tersebut, transformasi antar komoditi akan mengarah pada komoditi yang harga relatifnya meningkat. Berikutnya, harga rata-rata yang diterima oleh suatu industri merupakan harga tertimbang berdasarkan pangsa dalam penerimaan.
4.4.5.7. Permintaan Barang yang Dipergunakan dalam Investasi
Pembentukan investasi dan barang modal ditampilkan dalam Gambar 13. Sebagaimana halnya barang konsumsi, proses pembentukan barang modal bersifat multi tingkatan (multi-stage), dengan karekterisasi proses fungsi CES dalam tingkat awal dan fungsi Leontief pada tingkatan yang lebih tinggi. Pada tahap awal penggunaan barang impor dan domestik ditentukan minimisasi biaya dengan fungsi produksi CES untuk suatu tingkat output tertentu dapat dirumuskan secara spesifik sebagai berikut:
IND i COM c S A X CES X1 c csi csi csi SRC s ci_s 1; 1 ) , 1 1 (
... (4.12)dimana:X2ci_s adalah permintaan barang kapital setiap komoditi, setiap industri pada semua sumber, X2csiadalah permintaan barang kapital setiap komoditi, setiap industri pada setiap sumber, A2csisebagai produktivitas barang kapital setiap komoditi, setiap industri pada setiap sumber, 2c sebagai elastisitas Armington pada setiap komoditi, dan S2csiadalah share nilai barang kapital setiap komoditi, setiap industri pada setiap sumber.Pada tahap berikutnya, dilakukan minimisasi fungsi biaya Leontief yang dirumuskan sebagai berikut:
IND i A X MIN TOT A X2TOT s c s ci COM c i ), 2 2 ( 2 1 _ 1 _ 1 ... (4.13)
dimana:X2TOTi sebagai permintaan total barang kapital pada industri i, dan
--hingga--
Sumber: Silva dan Horridge, 1996
Gambar 13. Struktur Pembentukan Investasi dan Barang Modal
4.4.5.8. Permintaan Rumahtangga
Berdasarkan asumsi teori neoklasik, sektor rumahtangga diasumsikan penetapan harga tertentu dan komoditi yang dikonsumsi untuk memaksimumkan