• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak kebijakan fiskal pada sektor pertanian terhadap ekonomi, tenaga kerja, distribusi pendapatan dan kemiskinan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dampak kebijakan fiskal pada sektor pertanian terhadap ekonomi, tenaga kerja, distribusi pendapatan dan kemiskinan"

Copied!
355
0
0

Teks penuh

(1)

DISERTASI

M. RIZAL TAUFIKUROHMAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Oleh:

M. RIZAL TAUFIKUROHMAN NRP: H363070021

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam disertasi saya yang berjudul:

DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL PADA SEKTOR PERTANIAN TERHADAP EKONOMI, TENAGA KERJA, DISTRIBUSI PENDAPATAN

DAN KEMISKINAN

Merupakan gagasan saya atau hasil penelitian disertasi saya sendiri, dengan pembimbingan para Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukan dengan rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Agustus 2012

(4)

Sector of Economy, Labor, Income Distribution and Poverty (RINA OKTAVIANI as Chairman, MANGARA TAMBUNAN and DEDI BUDIMAN HAKIM as Members of the Advisory Committee).

This study aims to analyze the impact of fiscal policy on the agricultural sector, in the form of input subsidies (fertilizer and seeds) and output subsidies (food) to the economy, labor, income distribution and poverty. The methods of analysis used are the Econometrics, the Computable General Equilibrium (CGE), and Foster-Greer-Thorbecke (FGT) Methods. The data used are the Input-Output Tables in 2008, Social Accounting Matrix in 2008, National Socioeconomic Survey (SUSENAS) in 2008. Policy simulations carried out were (1) fertilizer subsidies, (2) seeds subsidies, (3) food subsidies, and (4) combination of the all simulations. The impact of fertilizer and seeds subsidies policy can encourage real GDP from the expenditure side by rising productivity in aggregate output in both the short and long term, while the increase in food subsidies can rise real GDP from the expenditure side were moved by real household consumption. Fiscal policy in the agricultural sectors was able to have a positive on output of agricultural commodities, negative impact on output prices, and positive labor absorption in the short and long term based on rural and urban area. Redistribution of income and welfare happened to all poor households. The impact on poverty incidence, poverty depth and severity of poverty shows poverty reduction contained in the short and long term on poor households, the rural areas tend to be higher than in urban areas. In terms of macro economy requires that the reduction of poverty needs economic growth, so the both can not be separated. The implications are to maintain the policy which improved can increase subsidies magnitude and optimize the implementation so more effective, improving labor market and job creation which is labor intesive in both rural and urban areas, and needs the combination of micro-macro economic policies.

(5)

Terhadap Ekonomi, Tenaga Kerja, Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan (Komisi Pembimbing: RINA OKTAVIANI sebagai ketua, MANGARA TAMBUNAN dan DEDI BUDIMAN HAKIM, sebagai Anggota).

Pembangunan nasional yang dilaksanakan di Indonesia, pembangunan diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama pada tahap awal dilakukan pembangunan, diperlukan intervensi pemerintah. Subsidi sebagai bentuk intervensi pemerintah dalam membiayai fasilitas umum dan perbaikan kinerja pelayanan, baik berupa pembangunan infrastruktur maupun berupa pelayanan umum. Intervensi pemerintah ini diperlukan dan timbul apabila terjadi kegagalan pasar (market failure) dalam alokasi sumberdaya. Kegagalan pasar tersebut terjadi disebabkan oleh adanya barang publik, pasar yang tidak sempurna dan adanya ekternalitas dari kegiatan ekonomi termasuk di sektor pertanian.

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah upaya merespon secara khusus peranan pemerintah yang dalam hal ini penetapan instrumen kebijakan fiskal pada sektor pertanian, berupa kebijakan subsidi input (pupuk dan benih) dan output (pangan) yang diharapkan mampu untuk mendorong perbaikan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, perbaikan pendapatan dan pengurangan tingkat kemiskinan di pedesaan dan perkotaan. Permasalahan tersebut bersifat multi-sektor yang akan membawa implikasi yang sangat luas, tidak hanya ke sektor pertanian saja tetapi juga ke sektor-sektor perekonomian lainnya. Pendekatan yang dianggap mampu menjawab permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan model ekonomi keseimbangan umum atau Computable General Equilibrium (CGE) dan Metode FGT.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak kebijakan fiskal pada sektor pertanian dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang berupa dampak kebijakan tersebut terhadap: (1) ekonomi baik pada kinerja makro ekonomi maupun sektoral yang ditunjukkan oleh adanya perubahan GDP riil, konsumsi rumahtangga, investasi, ekspor, impor, inflasi, neraca perdagangan, total output dan tingkat harga di tingkat sektoral; (2) Penyerapan tenaga kerja di perdesaan dan perkotaan; dan (3) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan pada kelompok rumahtangga miskin dan tidak miskin di perdesaan dan perkotaan.

(6)

langsung dari adanya kebijakan ini, pada jangka pendek harga output sektor padi menurun, sektor kedelai turun, jagung turun, sektor beras menurun dan industri pupuk turun. Pada jangka panjang, harga output untuk komoditas padi turun, komoditas kedelai turun, komoditas jagung turun, komoditas beras turun, dan industri pupuk. Temuan ini menunjukkan bahwa kebijakan fiskal pada sektor pertanian secara bersama-sama, terhadap komoditi yang langsung disubsidi mengalami penurunan harga output. Hal ini menunjukkan kebijakan subsidi menggeser kurva penawaran ke kanan, akibat dari harga komposit primernya menurun, output yang meningkat dan biaya produksi yang menurun.

Dampak kebijakan fiskal pada sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di perdesaan pada komoditas yang terkena dampak langsung dari kebijakan ini, seperti komoditas padi, kedelai, jagung, beras dan industri pupuk, diperlihatkan bahwa pada jangka pendek penyerapan tenaga kerja di perdesaan untuk komoditas padi meningkat, kedelai naik, jagung turun, beras naik dan pupuk naik. Pada jangka panjang, penyerapan tenaga kerja untuk komoditas padi naik, kedelai naik, jagung turun, beras naik, dan pupuk. Selanjutnya, dampaknya terhadap penyerapan tenaga kerja di perkotaan pada komoditas-komoditas yang terkena dampak langsung dari akumulasi kebijakan ini, seperti komoditas padi, kedelai, jagung, beras dan industri pupuk, diperlihatkan bahwa pada jangka pendek penyerapan tenaga kerja juga terjadi di perkotaan sama dengan di perdesaan, hanya saja besaran perubahan di perkotaan lebih besar daripada di perdesaan. Pada jangka panjang, penyerapan tenaga kerja untuk komoditas padi naik, kedelai naik, jagung turun, beras naik, dan pupuk juga meningkat.

Dampak kebijakan fiskal pada sektor pertanian terhadap redistribusi pendapatan riil rumahtangga baik miskin maupun tidak miskin di semua kelompok rumahtangga adalah positif meskipun nilai perubahan berbeda-beda, baik pada jangka pendek maupun jangka panjang. Besaran perubahan distribusi pendapatan riil pada jangka pendek lebih rendah dibandingkan dengan jangka panjangnya. Apabila dilihat dari pendekatan kuartil, ternyata distribusi pendapatan yang dicapai mayoritas cenderung terjadi pada rumahtangga yang berpendapatan tinggi atau kelas atas yang sebanyak 20 persen. Hal ini berarti distribusi pendapatan dengan adanya kebijakan tersebut relatif rendah.

(7)

yang bekerja di sektor bukan pertanian, yaitu pada rumahtangga perdesaan golongan bawah miskin, bukan angkatan kerja perdesaan miskin, bukan angkatan kerja perkotaan miskin, dan golongan atas perkotaan miskin. Pada jangka panjang, sudah tidak mampu menurunkan kemiskinan.

Dilihat dari sisi makro ekonomi bahwa penurunan kemiskinan sangat memerlukan pertumbuhan ekonomi (growth). Pendekatan kekuatan persaingan sempurna mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang membaik tidak dapat dipisahkan dengan penurunan kemiskinan sehingga dalam upaya mengurangi kemiskinan, indikator pertumbuhan ekonomi yang membaik menjadi syarat penting yang harus dipenuhi.

Kebijakan fiskal pada sektor pertanian masih diperlukan terutama untuk kelompok rumahtangga miskin di sektor pertanian dan bukan pertanian yang termasuk kelompok rumahtangga berpendapatan rendah baik di pedesaan maupun di perkotaan. Hal ini disebabkan kelompok rumahtangga tersebut sebagai kelompok rumahtangga yang memiliki keterbatasan daya beli dan akses baik untuk produksi maupun konsumsi.

Implikasi kebijakan yang disarankan adalah: (1) pemerintah masih perlu mempertahankan kebijakan fiskal pada sektor pertanian yang berupa subsidi input maupun output yang diiringi dengan dinaikkan besaran nilai subsidi, perbaikan manajemen distribusi, prasarana, pengawasan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan tersebut. Hal ini dikarenakan hasil temuan menunjukkan secara eksplisit, bahwa dampak kesejahteraan (welfare effect) lebih besar daripada dampak biaya subsidi (cost effect) terhadap masyarakat pada tingkat rumahtangga, (2) upaya meningkatkan efektifitas kebijakan fiskal terhadap penyerapan tenaga kerja maka pemerintah perlu melakukan perbaikan pasar tenaga kerja baik tenaga kerja yang tinggal di perdesaan maupun di perkotaan. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui mekanisme pasar persaingan sempurna dalam penentuan harga atau upah tenaga kerja. Intervensi pemerintah yang perlu dilakukan terlebih dahulu perlu melihat bahwa pasar tenaga

kerja berada dalam kondisi pasar persaingan sempurna, (3) mengingat kebijakan

fiskal pada sektor pertanian masih cukup efektif dalam meningkatkan distribusi pendapatan riil rumahtangga sebagai proksi kesejahteraan. Salah satu yang harus dilakukan pemerintah adalah meningkatkan penyerapan tenaga kerja baik di perdesaan dan di perkotaan melalui penciptaan lapangan kerja baru yang bersifat labor intesive di perkotaan dan perdesaan, dan perbaikan mekanisme/sistem penentuan besaran upah tenaga kerja, dan (4) pengurangan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi besaran persentasenya, diperlukan capaian target pertumbuhan ekonomi

melalui kombinasi kebijakan mikro-makroekonomi (MicMac-Policy). Capaian target

(8)

@ Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(9)

M. RIZAL TAUFIKUROHMAN

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)

Nama Mahasiswa : M. Rizal Taufikurohman

Nomor Pokok : H363070021

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui: 1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. Ketua

Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, M.Sc. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.

Anggota Anggota

Mengetahui:

2. Ketua Program Studi 3. Dekan Sekolah Pascasarjana Ilmu Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(11)

Penguji Luar Komisi Ujian Tertutup :

1. Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec

Direktur Manajemen Bisnis, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

2. Prof. Dr. Ir. Noer Azzam Achsani, MS.

Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Penguji Luar Komisi Ujian Terbuka:

1. Kecuk Suhariyanto, Ph.D

Deputi Neraca dan Analisis Statistik, Badan Pusat Statistik (BPS) 2. Ir. Arifin Rudiyanto, M.Sc, Ph.D

Direktur Pengembangan Wilayah pada Kedeputian Regional Kementerian

(12)

SWT yang telah melimpahkan Hidayah dan Rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulisan disertasi ini dapat diselesaikan. Disertasi ini disusun sebagai tugas akhir Program Doktor di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Berbagai peristiwa dan pengorbanan yang tercurah dalam pembuatan disertasi dan terselesaikannya seluruh proses pendidikan doktor ini pun tidak dapat lepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang selalu meluangkan waktu disela kesibukan beliau yang sangat padat dalam memberikan bimbingan, dorongan, semangat, gagasan, saran, inspirasi dan kesempatan untuk selalu maju dan berusaha optimal sejak dari tahap awal penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, penyusunan disertasi hingga ujian. Beliau selalu mengarahkan dan membimbing penulis baik filosifis

maupun teknis terutama dalam pemodelan ”CGE” supaya penulis berpikir

inovatif, kreatif, kritis dan analitis. Hal ini yang membuat penulis selalu terinspirasi dan sangat terdorong untuk segera menyelesaikan pendidikan program doktoral ini.

2. Prof. Dr. Ir. Mangara Tambunan, M.Sc sebagai Anggota Komisi Pembimbing

yang selalu menyediakan waktu untuk berdiskusi dengan membuka wawasan dan cakrawala berpikir yang holistik kepada penulis terutama untuk

memperdalam dan mempertajam kajian serta memfokuskan grand theory

yang mendasari disertasi ini disela-sela kesibukan dan waktu beliau yang padat untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa lainnya.

3. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec sebagai Anggota Komisi Pembimbing

(13)

Bogor pada Sidang Ujian Terbuka atas pertanyaan, saran, masukan dan koreksi pada disertasi ini sehingga menjadi lebih kaya dengan ide-ide terbaru dan mempunyai keunggulan tersendiri.

5. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS sebagai Penguji Luar Komisi pada Sidang Ujian Terbuka sekaligus sebagai perwakilan Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian yang selalu memberikan pertanyaan, tanggapan dan masukan kepada penulis untuk perbaikan disertasi ini supaya lebih konsisten dengan empiris.

6. Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec dan Prof. Dr. Ir. Noer Azzam Achsani, MS sebagai Penguji Luar Komisi dan Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong, MS sebagai Penguji Luar Komisi perwakilan dari Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian pada Ujian Tertutup penulis yang telah memberikan banyak masukan, pertanyaan, saran dan kritik terhadap penulisan disertasi ini supaya menjadi lebih konsisten dengan teori dan lebih kaya secara empiris.

7. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku Pimpinan Sidang pada Ujian Tertutup atas

pertanyaan, masukan, dan saran perbaikan disertasi kepada penulis supaya lebih konsisten terkait dengan penulisan.

8. Kecuk Suhariyanto, Ph.D dan Ir. Arifin Rudiyanto, M.Sc., Ph.D yang telah bersedia menjadi Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka dan telah berkenan meluangkan waktu disela kesibukan beliau dalam menjalankan tugas-tugas kenegaraanya. Terimakasih atas masukan, saran dan koreksi yang diberikan sebagai masukan bagi penulis.

9. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA sebagai Ketua Program Studi Ilmu

(14)

11. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS dan Dr. Ir. Muhammad Firdaus, MS sebagai dosen penguji pada Ujian Prelim Lisan, serta Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.A selaku penguji wakil program studi atas pertanyaan, saran dan masukan yang sangat bermanfaat dalam penulisan disertasi ini.

12. Dr. Moch. Rum Alim, SE., MS. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Nasional Jakarta yang sudah berkenan memberikan rekomendasi, izin dan kesempatan untuk melanjutkan sekolah Program Doktoral kepada penulis.

13. Dr. Ir. Dedi M. Masykur Riyadi, M.Sc sebagai Staf Khusus Menteri dan Dr.

Ir. Dida Heryadi Salya, MA sebagai Staf Ahli Hubungan Kelembagaan di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ BAPPENAS yang telah memberikan dukungan, perhatian, dan dorongan motivasi selama penulis dalam menyelesaikan studi dan pembuatan disertasi.

14. Dr. Yulius, SE. M.A, Rudi Arifiyanto, S.IP., M.IP., MA, dan Dr. Maliki, MA

sebagai partner berdiskusi dan bekerja penulis di Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/ BAPPENAS yang telah bersedia meluangkan waktu dengan penulis untuk berdiskusi yang relevan dengan disertasi ini dan atas berbagai bantuan, perhatian dan dorongan yang sudah diberikan selama penulis menyelesaikan studi.

15. Isteri tercinta, Yoesi Ika Fiandarti, S.Pi, S.Pd, dan anak-anak penulis tersayang, Halya Haqqya Hidyarahman dan Raisya Rizqya Ridharahman atas doa, perhatian, kasih sayang, dukungan, dan pengertian yang sangat tulus dan selalu menjadi sumber motivasi dan inspirasi serta kekuatan bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan tertinggi ini.

16. Orangtua penulis tercinta, Bapak Yumu Martin, S.Ag (Alm) dan Mamah

(15)

penulis bisa mencapai pendidikan tertinggi.

18. Ahmad Heri Firdaus, SE., M.Si dan Ade Holis, SE., M.Si yang sudah

meluangkan waktu untuk menjadi teman berdiskusi penulis terutama berkaitan dengan permodelan selama penyusunan disertasi ini.

19. Teman-teman penulis di Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian terutama

teman yang satu angkatan 2007 sebagai “Laskar Juli”, yakni; Bu Dwi Rachmina, Bu Netti Tinaprilla, Bu Wini Nahraeni, Pak Gatoet Sroe Hardono, Pak Gatot Subroto, Pak Yannizar, Pak Eko Prasteyanto Putro, Pak Abdullah Usman, Pak Sugiyono, Bu Ita Novita, dan Bu Lilis Imamah, yang telah menjadi tidak hanya sebagai teman tetapi juga sebagai keluarga dalam menghadapi suka dan duka selama perkuliahan dan penyelesaian studi terutama dalam kerjasama, diskusi, saling memberikan dorongan semangat, dukungan dan perhatian selama penulis mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan penulisan disertasi ini.

20. Staf kependidikan Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Mbak Ruby,

Mbak Yani, Pak Husen, Bu Kokom, dan Mbak Ina yang telah memberikan perhatian, bantuan dan pelayanan administrasi yang baik kepada penulis.

21. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu namun tetap memiliki

kontribusi dalam penyusunan disertasi ini.

Semoga segala bantuan, dorongan, semangat, perhatian dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama ini mendapatkan balasan dari Allah SWT dan dijadikan sebagai amal ibadah dan kebaikan serta mendapatkan pahala-Nya. Harapan penulis semoga disertasi ini bermanfaat bagi para pengguna dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberikan inspirasi untuk penelitian berikutnya.

Bogor, Agustus 2012

(16)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 9

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 12

1.4. Manfaat dan Kebaruan Penelitian ... 12

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1. Kebijakan Fiskal... 15

2.2. Pertumbuhan Ekonomi ... 21

2.3. Pembangunan Sektor Pertanian ... 24

2.4. Pendekatan Kesejahteraan dan Kemiskinan ... 26

2.4.1. Pendekatan Welfarist ... 28

2.4.2. Pendekatan Non-Welfarist ... 29

2.5. Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan ... 30

2.5.1. Konsep dan Ukuran Distribusi Pendapatan ... 31

2.5.2. Konsep dan Ukuran Kemiskinan ... 32

2.6. Studi-Studi Terdahulu... 35

III. KERANGKA TEORI ... 47

3.1. Model Pertumbuhan Ekonomi ... 47

3.2. Teori Pertumbuhan Keynesian ... 51

3.2.1. Teori Pertumbuhan Keynesian Tradisional ... 51

3.2.2. Teori Pertumbuhan Keynesian Baru ... 54

3.3. Dampak Kebijakan Fiskal ... 57

(17)

ii

3.3.2. Dampak Pengeluaran Pemerintah ... 65

3.3.3. Pengeluaran Pemerintah untuk Sektoral ... 66

3.3.4. Pengaruh Subsidi Pemerintah... 67

3.4. Konsep Model Keseimbangan Umum... 71

3.4.1. Keseimbangan Produksi ... 77

3.4.2. Keseimbangan Konsumsi... 80

3.4.3. Keseimbangan Produksi dan Konsumsi... 81

3.4.4. Keunggulan dan Keterbatasan Model CGE... 83

3.5. Kerangka Pemikiran... 85

3.6. Kerangka Operasional ... 88

IV. METODE PENELITIAN ... 89

4.1. Jenis dan Sumber Data ... 89

4.2. Metode Pengolahan Data ... 90

4.3. Metode Analisis... 91

4.4. Struktur Model... 91

4.4.1. Spesifikasi Umum... 92

4.4.2. Sistem Persamaan ... 93

4.5. Elastisitas dan Parameter Lainnya... 112

4.6. Klasifikasi Kelompok Rumahtangga ... 112

4.7. Agregasi Input Primer... 114

4.8. Penentuan Closure ... 114

4.9. Analisis Kemiskinan ... 118

4.10. Simulasi Kebijakan ... 123

V. MEMBANGUN DATA DASAR MODEL KESEIMBANGAN UMUM INDONESIA ... 127

5.1. Tabel Input Output Tahun 2008 ... 128

5.1.1. Struktur Tabel Input Output ... 129

5.1.2. Agregasi dan Disagregasi Sektor ... 131

5.2. Sistem Neraca Sosial Ekonomi Tahun 2008 ... 133

5.3. Klasifikasi Rumahtangga... 134

(18)

iii

5.5. Pendapatan atas Tanah dan Modal ... 142

5.6. Penyusunan Matriks-Matriks Pajak ... 144

5.7. Nilai Elastisitas dan Parameter Lain... 146

5.8 Prosedur Membangun Data Dasar Model CGE ... 155

VI. DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL PADA SEKTOR PERTANIAN TERHADAP EKONOMI, TENAGA KERJA DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN... 175

6.1. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk terhadap Kinerja Ekonomi, Tenaga Kerja dan Distribusi Pendapatan ... 176

6.1.1. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk Terhadap Kinerja Sektoral ... 176

6.1.2. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk Terhadap Permintaan Tenaga Kerja di Perdesan dan Perkotaan ... 184

6.1.3. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk Terhadap Indikator Makroekonomi ... 191

6.1.4. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga pada Jangka Pendek dan Panjang ... 195

6.2. Dampak Kebijakan Subsidi Benih terhadap Kinerja Ekonomi, Tenaga Kerja dan Distribusi Pendapatan ... 199

6.2.1. Dampak Kebijakan Subsidi Benih Terhadap Kinerja Sektoral ... 199

6.2.2. Dampak Kebijakan Subsidi Benih Terhadap Permintaan Tenaga Kerja di Perdesan dan Perkotaan ... 204

6.2.3. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk Terhadap Indikator Makroekonomi ... 209

(19)

iv

6.3. Dampak Kebijakan Subsidi Pangan terhadap Kinerja

Ekonomi, Tenaga Kerja dan Distribusi Pendapatan... 214

6.3.1. Dampak Kebijakan Subsidi Pangan Terhadap Kinerja Sektoral ... 214

6.3.2. Dampak Kebijakan Subsidi Pangan Terhadap Permintaan Tenaga Kerja di Perdesan dan Perkotaan... 218

6.3.3. Dampak Kebijakan Subsidi Pangan Terhadap Indikator Makroekonomi ... 222

6.3.4. Dampak Kebijakan Subsidi Pangan Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga pada Jangka Pendek dan Panjang ... 224

6.4. Dampak Kebijakan Fiskal pada Sektor Pertanian terhadap Kinerja Ekonomi, Tenaga Kerja dan Distribusi Pendapatan... 226

6.4.1. Dampak Kebijakan Fiskal pada Sektor Pertanian Terhadap Kinerja Sektoral ... 227

6.4.2. Dampak Kebijakan Fiskal pada Sektor Pertanian Terhadap Permintaan Tenaga Kerja di Perdesan dan Perkotaan ... 231

6.4.3. Dampak Kebijakan Fiskal pada Sektor Pertanian Terhadap Indikator Makroekonomi ... 234

6.4.4. Dampak Kebijakan Fiskal pada Sektor Pertanian Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga pada Jangka Pendek dan Panjang ... 237

VII. DAMPAK KEBIJAKAN FISKAL PADA SEKTOR PERTANIAN TERHADAP KEMISKINAN ... 241

7.1. Karakteristik Pendapatan Kelompok Rumahtangga... 242

7.2. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk Terhadap Kemiskinan ... 244

7.3. Dampak Kebijakan Subsidi Benih Terhadap Kemiskinan ... 249

7.4. Dampak Kebijakan Subsidi Pangan Terhadap Kemiskinan... 252

(20)

v

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN ... 263

8.1. Kesimpulan ... 263

8.2. Implikasi Kebijakan... 266

8.3. Saran Penelitian Lanjutan ... 267

DAFTAR PUSTAKA ... 269

(21)

Penulis terlahir sebagai putra ke-3 dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Yumu Martin, S.Ag. (Alm) dan Ibu Dedeh Holisoh. Penulis menikah dengan Yoesi Ika Fiandarti, S.Pi., S.Pd. pada tahun 2004 dan dikaruniai dua orang putri, yaitu Halya Haqqya Hidyarahman (6 tahun) dan Raisya Rizqya Ridharahman (4 tahun).

Pendidikan formal penulis dimulai dari TK Negeri Kersamanah Kecamatan Cibatu Garut pada tahun 1983-1984; SD Negeri MANDE II Kecamatan Mande Cianjur pada tahun 1984-1990; MTs Mathiyyatul Ulum Kecamatan Mande Cianjur pada tahun 1990-1993; MAN Cianjur pada tahun 1993-1996; Program S1 pada Program Studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan (SEIP) IPB pada tahun 1996-2000; Program S2 pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) IPB pada tahun 2001-2004; dan kemudian penulis meneruskan Program S3 pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (EPN) IPB pada tahun 2007.

Penulis mulai sebagai pengajar, pada tahun 1999-2001 sebagai asisten

dosen mata kuliah Ekonometrika, Operation Research dan Matematika Ekonomi

pada Program Studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan Fakultas Peternakan IPB; setelah lulus program sarjana, pada tahun 2001-2003 sebagai dosen tidak tetap pada program studi Sosial Ekonomi Industri Peternakan Fakultas Peternakan IPB; pada tahun 2004 sebagai pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti; pada tahun 2008-2010 sebagai pengajar pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Islam TAZKIA Institute; sebagai pengajar pada Fakultas Ekonomi Universitas Nasional Jakarta pada tahun 2003 hingga sekarang.

(22)

Pemabangunan Nasional/BAPPENAS pada tahun 2006-2009; dan sebagai tenaga ahli pada Biro Perekonomian Setda Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2008-2011. Selain itu, penulis juga bekerja paruh waktu pada beberapa perusahaan konsultan sebagai tenaga ahli pada bidang keahlian kajian ekonomi dan kebijakan pembangunan.

(23)

vi

Nomor Halaman

1. Perkembangan Subsidi Pemerintah yang Dialokasikan pada Sektor

Pertanian dan Bukan Pertanian, Tahun 2005-2011 (dalam Rp Triliun) ... 3

2. Jumlah Tenaga Kerja Nasional Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2005-2011 (dalam Jiwa) ... 5

3. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2005-2011 (dalam Rp Miliar) ... 5

4. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Perdesaan dan Perkotaan di Indonesia, Tahun 2000-2011... 7

5. Persentase Penerimaan Pemerintah Pusat Terhadap PDB di

Negara-Negara Asia, dan Indonesia, Tahun 2005-2011

...

18

6. Nilai Utang Luar Negeri Terhadap PDB di Negara-Negara Asia, dan Indonesia, Tahun 2005-2010 ... 20

7. Agregasi Sektor dari 70 Sektor Menjadi 40 Sektor pada Tabel

Input-Output 2008 ... 132

8. Struktur Tabel SNSE Secara Sederhana ... 135

9. Aggregasi Sektor dari Tabel Input-Output 2008 dan SNSE 2008 ... 136

10. Pembayaran Upah Setiap Industri Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 141

11. Pendapatan atas Lahan dan Modal Tahun 2000... 143

12. Pendapatan Domestik Pemerintah, Tahun 2008 ... 144

13. Parameter Elastisitas yang Digunakan pada Model ... 147

14. Parameter Pengeluaran Rumah Tangga pada Model ... 152

15. Nilai PDB Indonesia Dari Sisi Pengeluaran dan Sisi Pendapatan, Tahun 2008 ... 163

16. Nilai Penjualan Setiap Sektor Dirinci Menurut Jenisnya, Tahun 2008 .... 165

(24)

vii

19. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk terhadap Output dan Harga Output Menurut Komoditas pada Jangka Pendek dan Panjang ... 179

20. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektoral di Perdesaan dan Perkotaan pada Jangka Pendek dan Panjang ... 187

21. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk terhadap Indikator Ekonomi Makro pada Jangka Pendek dan Jangka Panjang... 194

22. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga di Perdesaan dan Perkotaan pada Jangka Pendek dan Jangka Panjang... 197

23. Dampak Kebijakan Subsidi Benih terhadap Output dan Harga Output Menurut Komoditas pada Jangka Pendek dan Panjang ... 202

24. Dampak Kebijakan Subsidi Benih terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektoral di Perdesaan dan Perkotaan pada Jangka Pendek dan Panjang ... 205

25. Dampak Kebijakan Subsidi Benih terhadap Indikator Ekonomi Makro pada Jangka Pendek dan Jangka Panjang... 210

26. Dampak Kebijakan Subsidi Benih terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga di Perdesaan dan Perkotaan pada Jangka Pendek dan Jangka Panjang... 213

27. Dampak Kebijakan Subsidi Pangan terhadap Output dan Harga Output Menurut Komoditas pada Jangka Pendek dan Panjang ... 216

28. Dampak Kebijakan Subsidi Pangan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektoral di Perdesaan dan Perkotaan pada Jangka Pendek dan Panjang ... 220

29. Dampak Kebijakan Subsidi Pangan terhadap Indikator Ekonomi Makro pada Jangka Pendek dan Jangka Panjang ... 223

30. Dampak Kebijakan Subsidi Pangan terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga di Perdesaan dan Perkotaan pada Jangka Pendek dan Jangka Panjang... 225

(25)

viii

Jangka Pendek dan Panjang... 232

33. Dampak Kebijakan Fiskal pada Sektor Pertanian terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Sektoral di Perdesaan dan Perkotaan pada Jangka Pendek dan Panjang... 232

34. Dampak Kebijakan Fiskal pada Sektor Pertanian terhadap Indikator Ekonomi Makro pada Jangka Pendek dan Jangka Panjang... 235

35. Dampak Kebijakan Fiskal pada Sektor Pertanian terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga di Perdesaan dan Perkotaan pada Jangka Pendek dan Jangka Panjang... 237

36. Karakteristik Pendapatan Rumahtangga Dirinci Menurut Kelompok Rumahtangga ... 243

37. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk Terhadap Kemiskinan pada Jangka Pendek ... 244

38. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk Terhadap Kemiskinan pada Jangka Panjang ... 246

39. Dampak Kebijakan Subsidi Benih Terhadap Kemiskinan pada Jangka Pendek ... 250

40. Dampak Kebijakan Subsidi Benih Terhadap Kemiskinan pada Jangka Panjang ... 252

41. Dampak Kebijakan Subsidi Pangan Terhadap Kemiskinan pada Jangka Pendek ... 255

42. Dampak Kebijakan Subsidi Pangan Terhadap Kemiskinan pada Jangka Panjang ... 256

43. Dampak Kebijakan Fiskal pada Sektor Pertanian Terhadap Kemiskinan pada Jangka Pendek ... 259

(26)

ix

Nomor Halaman

1. Model Pertumbuhan Dua Sektor... 49

2. Keseimbangan Makro dalam Pendekatan Keynesian ... 62

3. Dampak Subsidi Terhadap Penawaran dan Permintaan... 68

4. Pengaruh Subsidi Terhadap Elastisitas Sempurna dan Tidak Sempurna .. 70

5. Keseimbangan Ekonomi Makro dalam CGE... 74

6. Production Posibility Curve ... 78

7. Diagram Kotak Edgeworth pada Kasus Dua Komoditi dan Produksi ... 79

8. Keseimbangan Produksi dan Konsumsi ... 83

9. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 85

10. Kerangka Operasional Penelitian ... 87

11. Masalah Optimalisasi untuk Industri ... 98

12. Struktur Produksi ... 99

13. Struktur Pembentukan Investasi dan Barang Modal ... 105

14. Masalah Optimalisasi pada Rumahtangga... 106

15. Spesifikasi Konsumsi Rumahtangga ... 107

16. Closure Jangka Pendek pada Model CGE yang Digunakan ... 122

17. Closure Jangka Panjang pada Model CGE yang Digunakan ... 123

18. Alur Data Dasar Model WAYANG ... 130

19. Tahap 1: Membangun Data Dasar (Rawdata) ... 158

20. Tahap 2: Membuat Input File Tablo... 160

21. Tahap 3: Mengagregasi Data Dasar... 161

(27)

xi

Nomor Halaman

1. Input File Model WAYANG yang Digunakan dalam Penelitian ... 285

2. Input File Closure yang Digunakan pada Jangka Pendek... 313

3. Input File Closure yang Digunakan pada Jangka Panjang... 314

4. Data yang Digunakan untuk Estimasi Elastistitas Tenaga Kerja di Perdesaan dan Perkotaan... 315

5. Output File Estimasi Elastistitas Substitusi Tenaga Kerja di Perdesaan dan Perkotaan ... 316

6. Input File Estimasi Base Dampak Kebijakan terhadap Kemiskinan... 318

7. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk Terhadap Kemiskinan Indonesia pada Jangka Pendek ... 324

8. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk Terhadap Kemiskinan Indonesia pada Jangka Panjang ... 325

9. Dampak Kebijakan Subsidi Benih Terhadap Kemiskinan Indonesia pada Jangka Pendek ... 326

10. Dampak Kebijakan Subsidi Benih Terhadap Kemiskinan Indonesia pada Jangka Panjang ... 327

11. Dampak Kebijakan Subsidi Pangan Terhadap Kemiskinan Indonesia pada Jangka Pendek ... 328

12. Dampak Kebijakan Subsidi Pangan Terhadap Kemiskinan Indonesia pada Jangka Panjang ... 329

13. Dampak Kebijakan Fiskal pada Sektor Pertanian Terhadap Kemiskinan Indonesia pada Jangka Pendek ... 330

(28)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kerangka pembangunan nasional yang dilaksanakan di Indonesia, pembangunan diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pembangunan yang dilakukan oleh setiap pemerintahan ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan, membuka lapangan kerja dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama pada tahap awal dilakukan pembangunan, diperlukan intervensi pemerintah.

Pengeluaran pemerintah sebagai bentuk intervensi pemerintah untuk membiayai fasilitas umum dan perbaikan kinerja pelayanan, baik berupa pembangunan infrastruktur maupun berupa pelayanan umum. Intervensi pemerintah ini diperlukan dan timbul apabila terjadi kegagalan pasar (market failure) dalam alokasi sumberdaya. Kegagalan pasar tersebut terjadi disebabkan oleh adanya barang publik, pasar yang tidak sempurna dan adanya ekternalitas dari kegiatan ekonomi.

Terdapat 3 (tiga) hal pokok dalam pembangunan perekonomian dimana peranan dan intervensi pemerintah diperlukan, yakni: (1) peranan alokasi, (2) peranan distribusi, dan (3) peranan stabilisasi (Musgrave, 1989). Adapun tujuan pembangunan perekonomian nasional adalah untuk mencapai: (1) pertumbuhan ekonomi yang tinggi, (2) pemerataan hasil-hasil pembangunan, dan (3) stabilisasi ekonomi. Bentuk intervensi pemerintah untuk mencapai ketiga tujuan tersebut dengan membuat berbagai kebijakan berupa kebijakan moneter (monetary policy) dan kebijakan fiskal (fiscal policy).

(29)

Dalam perekonomian Indonesia, memajukan dan membangun pertanian secara serius dan konsisten sebagai hal penting dilakukan hingga sekarang. Hal ini sesuai dengan perkiraan akan terjadi kemakmuran di Indonesia dengan mengelola

secara baik sumberdaya pertaniannya (Syafa’at, et al., 2005). Pentingnya

pengelolaan sektor pertanian sebagai mana hasil studi Arifin (2004) dan Priyarsono, et al. (2005) yang menyatakan bahwa sektor pertanian di Indonesia sangat strategis sebagai dasar ekonomi rakyat di perdesaan, menguasai hajat hidup sebagian penduduk, menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak, bahkan terbukti menjadi katup pengaman pada krisis ekonomi Indonesia.

Selanjutnya, Abimanyu (2005) berpendapat bahwa kebijakan fiskal dimaksudkan untuk mendorong perekonomian yang berdampak pada peningkatan pendapatan nasional dan penciptaan lapangan kerja. Kebijakan ini dapat dilakukan melalui sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan, peningkatan pendapatan nasional bersumber dari kenaikan konsumsi, investasi, belanja pemerintah, ekspor dan penurunan impor. Tingkat perubahan dari berbagai komponen tersebut bersamaan dengan besarnya koefisien sensitivitas masing-masing komponen permintaan total terhadap faktor determinannya akan menentukan besarnya kenaikan pendapatan nasional. Dari sisi penawaran, kenaikan pendapatan nasional bersumber dari penambahan kemampuan produksi karena berkembangnya teknologi dan meningkatnya ketersediaan sumberdaya ekonomi. Dengan demikian, kebijakan fiskal dapat dialokasikan untuk kegiatan pengembangan teknologi atau penemuan sumberdaya alam baru.

(30)

mereka yang menerima subsidi atau mengalami peningkatan pendapatan riil apabila mereka mengkonsumsi atau membeli barang-barang yang disubsidi pemerintah.

Kebijakan ekonomi melalui kebijakan fiskal sebagai bentuk kebijakan counter-cyclical yang dilakukan pemerintah sebagai upaya mempertahankan daya beli, memperbaiki daya saing dan daya tahan sektor usaha serta menangani dampak pemutusan hubungan kerja (PHK) dan mengurangi tingkat pengangguran melalui peningkatan belanja fiskal terutama di sektor pertanian. Secara lebih jelas mengenai kebijakan fiskal yang dikeluarkan pemerintah berupa subsidi termasuk untuk subsidi pertanian disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Subsidi Pemerintah yang Dialokasikan Untuk Sektor Pertanian dan Non Pertanian, Tahun 2005-2011

(dalam Rp Triliun)

Uraian 20071) 20081) 20091) 20101) 20112) 2012

APBN APBN-P A. Non_Pertanian 116.87 223.01 94.59 139.95 195.29 168.56 230.43 1. Subdisi BBM 83.79 139.11 45.04 82.35 129.72 123.60 137.38 2. Subsidi Listrik 33.07 83.91 49.55 57.60 65.57 44.96 93.05

3. PSO 1.03 1.73 1.34 1.38 1.88 2.03 2.15

4. Kredit Program 0.35 0.94 1.07 2.86 2.62 1.23 1.29 5. Subsidi M.Goreng 0.02 0.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6. Subsidi Pajak 17.11 21.02 8.17 18.43 14.75 4.20 4.26 B. Pertanian 33.35 52.28 43.50 57.27 51.01 40.29 42.72 1. Subsidi Pangan 6.58 12.10 12.99 13.93 15.27 15.61 20.93 2. Subsidi Pupuk 6.26 15.18 18.33 18.41 16.38 16.94 13.96 3. Subsidi Benih 0.48 0.99 1.60 2.26 0.12 0.28 0.13 4. Subsidi Kedelai 0.00 0.23 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 5. Subsidi Lainnya 1.51 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 TOTAL 150.21 275.29 138.08 197.22 246.30 208.85 273.16

Keterangan: 1)LKPP, 2) APBN-P

Sumber: Kementerian Keuangan (2007-2012)

(31)

periode tahun 2005-2011 dan untuk subsidi pupuk menurun sejak tahun 2011. Hal ini juga terjadi pada subsidi benih yang semakin menurun sejak tahun 2011.

Kebijakan ekonomi seringkali tidak kondusif pada sektor pertanian dalam struktur perekonomian Indonesia, misalnya pada periode tahun 1965-2000 dimana indikator utama cenderung mengalami penurunan, tanpa diikuti oleh peningkatan dan penciptaan sektor manufaktur/industri pertanian dan penunjang abribisnis

baik off-farm maupun on-farm sebagaimana yang terjadi pada perubahan

perekonomian.Hal ini ditandai dengan adanya laju investasi swasta yang tumbuh negatif sebesar -2.07 persen selama periode tahun 1994-2001 karena terdapat resiko dan ketidakpastian besar. Sektor pertanian mengalami under investment (BPS 2003; World Bank 2006) sekaligus miss investment (Siregar, 2008).

Adanya ketidakmenentuan prospek perekonomian tersebut, maka pada tahun 2009 pemerintah mendorong untuk melakukan revisi atas asumsi-asumsi ekonomi makro nasional, dimana menjadi dasar penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2009. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2009 yang direvisi dari 6.0 persen menjadi 4.6 persen (Keme nterian Keuangan, 2009).

Konstribusi sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja secara lebih detail disajikan pada Tabel 2. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Indonesia. Pada periode tahun 2005-2011

penduduk yang bekerja di sektor pertanian kisaran antara 39.328.915 orang (2011)

hingga 42.825.807 orang (2010) atau kisaran antara 35.86 persen (2011) hingga

44.04 persen (2005) dari total jumlah penduduk yang bekerja.

(32)

Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja Nasional Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2005-2011

(dalam Jiwa)

No Lapangan Usaha 20051) 20062) 20072) 20082) 20092) 20101) 20112)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 41 814 197 40 136 242 41 206 474 41 331 706 41 611 840 42 825 807 39 328 915 2. Pertambangan dan Penggalian 808 842 923 591 994 614 1 070 540 1 155 233 1 188 634 1 465 376 3. Industri Pengolahan 11 652 406 11 890 170 12 368 729 12 549 376 12 839 800 13 052 521 14 542 081

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 186 801 228 018 174 884 201 114 223 054 208 494 239 636

5. Konstruksi 4 417 087 4 697 354 5 252 581 5 438 965 5 486 817 4 844 689 6 339 811

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 18 896 902 19 215 660 20 554 650 21 221 744 21 947 823 22 212 885 23 396 537 7. Pengangkutan dan Komunikasi 5 552 525 5 663 956 5 958 811 6 179 503 6 117 985 5 817 680 5 078 822 8. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 1 042 786 1 346 044 1 399 490 1 459 985 1 486 596 1 639 748 2 633 362 9. Jasa Kemasyarakatan 10 576 572 11 355 900 12 019 984 13 099 817 14 001 515 15 615 114 16 645 859 Total 94 948 118 95 456 935 99 930 217 102 552 750 104 870 663 107 405 572 109 670 399

Keterangan: 1) Februari, 2) Agustus Sumber: BPS (2005-2011)

Tabel 3. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2005-2011

(dalam Rp Miliar)

No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 20101) 20112)

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 253 881.7 262 402.8 271 509.3 284 620.7 296 369.3 304 736.7 313 727.8 2. Pertambangan dan Penggalian 165 222.6 168 031.7 171 278.4 172 442.7 179 974.9 186 634.9 189 179.2 3. Industri Pengolahan 491 561.4 514 100.3 538 084.6 557 764.4 569 550.8 597 134.9 634 246.9 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 11 584.1 12 251.0 13 517.0 14 993.6 17 059.8 18 050.2 18 920.5

5. Konstruksi 103 598.4 112 233.6 121 808.9 130 951.6 140 184.2 150 022.4 160 090.4

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 293 654.0 312 518.7 340 437.1 363 813.5 367 958.8 400 474.9 437 250.7 7. Pengangkutan dan Komunikasi 109 261.5 124 808.9 142 326.7 165 905.5 191 674.0 217 977.4 241 285.2 8. Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 161 252.2 170 074.3 183 659.3 198 799.6 208 832.2 221 024.2 236 076.7

9. Jasa Kemasyarakatan 160 799.3 170 705.4 181 706.0 193 024.3 205 371.5 217 782.4 232 464.6

Total 1 750 815.2 1 847 126.7 1 964 327.3 2 082 315.9 2 176 975.5 2 313 838.0 2 463 242.0

(33)

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, bahwa pemerintah akan terus melanjutkan tiga strategi

pembangunan ekonomi, yaitu pro-growth, pro-job dan pro-pooryang termasuk di

dalamnya mewujudkan pertumbuhan disertai pemerataan (growth with equity). Ketiga strategi itu diharapkan sebagai pendorong percepatan laju pertumbuhan ekonomi yang dapat memberikan lebih banyak membuka kesempatan kerja. Dengan demikian, makin banyak keluarga Indonesia yang dapat menikmati hasil-hasil pembangunan dan dapat keluar dari kemiskinan.

Perekonomian Indonesia tidak bisa berbasis teknologi tinggi, tetapi industrialisasi dengan landasan sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan jawaban paling tepat, karena mempunyai keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang panjang. Keterkaitan ke belakang ke sektor pertanian akan memacu pertumbuhan perekonomian perdesaan, sehingga lambat laun dapat menyelesaikan persoalan-persoalan di perdesaan. Secara tidak langsung kondisi tersebut akan memicu peningkatan produktivitas masyarakat desa, sehingga mengurangi arus urbanisasi. Hal ini perlu mengembangkan strategi dan kebijakan yang menempatkan sektor pertanian sebagai salah satu sektor unggulan dalam pembangunan (Saragih, 2003).

(34)

Tabel 4. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Perdesaan dan Perkotaan di Indonesia, Tahun 2000-2011

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Juta) Persentase Penduduk Miskin (%) Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa 2000 12.30 26.40 38.70 14.60 22.38 19.14 2001 8.60 29.30 37.90 9.76 24.84 18.41 2002 13.30 25.10 38.40 14.46 21.10 18.20 2003 12.20 25.10 37.30 13.57 20.23 17.42 2004 11.40 24.80 36.10 12.13 20.11 16.66 2005 12.40 22.70 35.10 11.68 19.98 15.97 2006 14.49 24.81 39.30 13.47 21.81 17.75 2007 13.56 23.61 37.17 12.52 20.37 16.58 2008 12.77 22.19 34.96 11.65 18.93 15.42 2009 11.91 20.62 32.53 10.72 17.35 14.15 2010 11.10 19.93 31.02 9.87 16.56 13.33 2011 11.05 18.97 30.02 9.23 15.72 12.49 Sumber: BPS (2000-2011)

Berdasarkan Tabel 4 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk miskin di perdesaan lebih banyak dibandingkan dengan di perkotaan. Pada periode tahun 2000-2011 jumlah penduduk miskin berada pada kisaran 8.60 juta jiwa (2001) hingga 14.49 juta jiwa (2006) di perkotaan dan kisaran 18.97 juta jiwa (2011) hingga 29.30 juta jiwa (2001). Kondisi ini juga dapat dilihat dari jumlah persentase penduduk miskin di perkotaan pada kisaran 9.23 persen (2011) hingga 14.60 persen (2000) dan di perdesaan pada kisaran 15.72 persen (2011) hingga 24.84 persen (2001). Persentase jumlah orang miskin terjadi penurunan yang paling besar yaitu pada tahun 2011 baik di perdesaan maupun di perkotaan. Sebaliknya, persentase jumlah orang miskin di perkotaan terjadi pada tahun 2000 dan di perdesaan pada tahun 2001. Kondisi ini menunjukkan bahwa perubahan reduksi orang miskin di perkotaan memiliki kecenderungan yang semakin membaik, artinya jumlah orang miskin di perkotaan maupun di perdesaan semakin menurun kecenderungannya.

(35)

mampu mendorong peningkatan investasi agar lapangan kerja yang baru dapat tercipta. Oleh karena itu, sebagai upaya merespon kebijakan pemerintah yang terkait dengan kebijakan fiskal untuk mereduksi kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja.

Sebagai upaya mensingkronkan antara kebijakan pemerintah, dalam hal ini kebijakan fiskal, dalam mereduksi kemiskinan, maka perlu ditempuh berbagai fungsi dalam penetapan kebijakan tersebut. Kementerian Keuangan (2012) menjelaskan bahwa fungsi utama kebijakan fiskal dilakukan melalui tiga fungsi, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi. Fungsi alokasi diarahkan untuk menciptakan efisiensi dalam perekonomian. Sementara itu, fungsi distribusi ditujukan untuk pemerataan pendapatan serta pemerataan distribusi barang dan jasa pada masyarakat guna mengurangi ketidakseimbangan ekonomi dan pembangunan serta menciptakan keadilan ekonomi dan pembangunan. Sedangkan fungsi stabilisasi diarahkan untuk menjaga stabilitas fundamental perekonomian nasional.

Selanjutnya, Kementerian Keuangan (2012) menjelaskan bahwa fungsi alokasi untuk ketahanan pangan, kebijakan alokasi akan dilakukan agar upaya pencapaian swasembada beras dan bahan pangan lainnya dapat terwujud untuk mengurangi impor dan meningkatkan ketahanan pangan nasional. Selanjutnya, upaya lain adalah dengan membangun dan meningkatkan luas layanan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi, menurunkan jumlah penduduk dan daerah yang rawan pangan, serta menjaga stabilitas harga pangan dalam negeri melalui harga kebutuhan pokok yang tetap terjangkau.

(36)

kegiatan produktif skala usaha mikro; (c) pemberdayaan ekonomi, sosial dan budaya pelaku usaha perikanan dan masyarakat pesisir, (d) pengembangan agroindustri perdesaan; (e) pengembangan kawasan trasmigrasi kota terpadu mandiri; dan (f) percepatan pembangunan daerah tertinggal.

Berkenaan dengan kebijakan stabilisasi, bahwa kebijakan pengalokasian subsidi masih tetap dibutuhkan, antara lain untuk: (a) menjaga stabilitas harga barang dan jasa (b) memberikan perlindungan kepada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah (c) menjaga daya beli konsumen dan (d) menjaga stabilitas ketersediaan pasokan pangan dan energi.

1.2. Perumusan Masalah

Kebijakan fiskal dilakukan pemerintah dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi. Sektor pertanian di Indonesia sebagai salah satu sektor yang memberikan kontribusi PDB dan tenaga kerja masih sangat tergantung pada infrastruktur publik sebagai pelengkap investasi swasta oleh petani dan pelaku usaha pertanian sehingga masih perlu adanya peranan alokasi anggaran pemerintah. Menurut Arifin (2004) bahwa kebutuhan dukungan pemerintah bukan hanya karena skala usaha petani yang relatif kecil sehingga tidak mudah untuk melakukan investasi dengan skala besar namun juga karena secara geografis aktivitas pertanian tersebar secara luas sehingga biaya infrastruktur per jumlah penduduk menjadi tinggi.

(37)

Kebijakan fiskal yang dialokasikan pada sektor pertanian berupa stimulus pemerintah, yaitu subsidi pada sektor pertanian (Kemenkeu, 2012). Hingga sekarang, subsidi yang masih diberikan untuk sektor pertanian adalah subsidi pangan, pupuk dan benih. Hal ini dilakukan oleh pemerintah dalam konteks kebijakan fiskal telah menjadi persoalan yang dilematis dalam upaya meningkatkan pembangunan pertanian. Pada satu sisi pemerintah dituntut untuk mengurangi jumlah subsidi pupuk dan benih secara bertahap sehingga beban

APBN dapat dikurangi demi terwujudnya fiscal sustainability.

Di sisi lain pengurangan susbidi pupuk dan benih tentu akan membawa implikasi naiknya harga pupuk dan benih di dalam negeri di samping skim subsidi harga yang selama ini diberikan selama ini dirasakan masih kurang memenuhi rasa keadilan karena belum menunjukkan keberpihakan kepada petani sebagai produsen. Hal inilah yang seringkali mengundang berbagai reaksi di masyarakat. Menurut Ratnawati dan Boediarso (2009) bahwa diharapkan dengan kebijakan fiskal yang diluncurkan dapat berjalan efektif dan memenuhi prinsip tiga ”T”

yaitu timely (tepat waktu), temporary (bersifat sementara), dan targeted (tepat sasaran).

Kinerja sektor pertanian menurut Hayami dan Ruttan (1985) diukur

dengan outcome tingkat kesejahteraan petani, produktivitas lahan dan

produktivitas tenaga kerja. Selanjutnya menurut Tambunan (2003) dimana melengkapi dengan menambahkan variabel pertumbuhan output (PDB), pertumbuhan ekspor, penciptaan lapangan kerja dan ketahanan pangan.

Dengan berbagai kondisi yang ada selama krisis global, pemerintah terus berusaha memenuhi kebutuhan pangan, baik berupa kebijakan subsidi pangan itu sendiri, juga subsidi inputnya, yaitu pada pupuk dan benih kepada petani dan menyediakan harga yang terjangkau pada saat musim tanam. Diharapkan petani memperoleh harga jual produksinya dapat dibeli dengan harga yang tinggi agar tingkat pendapatan dan kesejahteraannya semakin meningkat. Dalam memenuhi upaya tersebut pemerintah dituntut untuk menyesuaikan skim subsidi pupuk dan benih dan menyalurkannya tepat sasaran.

(38)

kebijakan fiskal berjalan dengan baik. Di samping itu kebijakan fiskal berupa akan memberikan dampak terhadap perekonomian termasuk dalam menciptakan lapangan kerja, distribusi pendapatan dan mengurangi kemiskinan baik di perdesaan maupun di perkotaan.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka masalah pembangunan perdesaan sebagai wilayah inti dalam pembangunan pertanian menjadi bagian integral dan sekaligus arus utama pembangunan nasional yang diharapkan mampu membangun sinergi dalam pembangunan pertanian dan mampu mengurangi dampak negatif dari kebijakan yang ditetapkan tersebut. Salah satu instrumen penting dalam pembangunan pertanian yaitu meningkatkan produktivitas pertanian melalui perbaikan kemudahan dalam aksesibilitas input produksi, perbaikan harga output, kinerja tenaga kerja dan pengurangan jumlah kemiskinan. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah upaya merespon secara khusus peranan pemerintah yang dalam hal ini penetapan instrumen kebijakan fiskal pada sektor pertanian, berupa kebijakan subsidi input dan output yang diharapkan mampu untuk mendorong perbaikan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, perbaikan pendapatan dan pengurangan tingkat kemiskinan di perdesaan dan perkotaan. Selama ini banyak alat analisis yang digunakan untuk memecahkan permasalahan tersebut tetapi masih sedikit yang secara terpadu menganalisisnya seperti yang dilakukan oleh Susilowati (2007), Justianto (2005), Haryono (2008) yang menggunakan pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE).

Demikian pula halnya dengan Herjanto (2003), Yudhoyono (2004). Asnawi (2005) dan Darsono (2008) dengan menggunakan model makroekonometrika. Permasalahan tersebut bersifat multi-sektor yang akan membawa implikasi yang sangat luas tidak hanya ke sektor pertanian saja tetapi juga ke sektor-sektor perekonomian lainnya. Pendekatan yang dianggap mampu menjawab permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan model ekonomi

keseimbangan umum atau Computable General Equilibrium (CGE). Sama halnya

(39)

CGE terkait dengan dampak industrialisasi pertanian terhadap kinerja sektor pertanian dan kemiskinan di perdesaan.

Dari uraian tersebut di atas maka secara spesifik penelitian ini dapat dirumuskan beberapa permasalahan utama dalam upaya menjawab pertanyaan bagaimana dampak kebijakan fiskal pada sektor pertanian terhadap:

1. Ekonomi baik pada kinerja makro ekonomi maupun sektoral yang ditunjukkan oleh adanya perubahan GDP riil, konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor, impor, inflasi, neraca perdagangan, total output dan tingkat harga di tingkat sektoral?

2. Penyerapan tenaga kerja di perdesaan dan perkotaan?

3. Distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan pada kelompok rumahtangga miskin dan tidak miskin di perdesaan dan perkotaan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasakan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak kebijakan fiskal pada sektor pertanian dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang berupa dampak kebijakan tersebut terhadap:

1. Ekonomi baik pada kinerja makro ekonomi maupun sektoral yang ditunjukkan oleh adanya perubahan GDP riil, konsumsi rumahtangga, investasi, ekspor, impor, inflasi, neraca perdagangan, total output dan tingkat harga di tingkat sektoral.

2. Penyerapan tenaga kerja di perdesaan dan perkotaan.

3. Distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan pada kelompok rumahtangga miskin dan tidak miskin di perdesaan dan perkotaan.

1.4. Manfaat dan Kebaruan Penelitian

(40)

Keseimbangan Umum dengan mengkombinasikan dengan analsiis kemiskinan

dengan metode Foster-Greer-Thorbecke (FGT) masih sedikit yang melakukan.

Khusus dalam analisis kemiskinan, belum ada yang melakukan penelitan terhadap analisis kemiskinan dengan membedakan klasifikasi rumahtangga pada Sistem Neraca Sosial Ekonomi antara rumahtangga miskin dan tidak miskin pada setiap kelompok rumahtangga, sehingga hasil analisis kemiskinan yang diperoleh menjadi bias. Sementara, penelitian mengenai kebijakan fiskal pada sektor pertanian, kebanyakan dilakukan secara parsial subsidi input saja atau hanya subsidi output, tidak secara bersamaan. Oleh karena itu, penelitian ini dapat menjadi sumber literatur dan pengayaan ilmu pengetahuan. Melalui penelitian ini juga dapat memahami dampak kebijakan fiskal sektor pertanian terhadap ekonomi, tenaga kerja, distribusi pendapatan dan kemiskinan secara keseluruhan dan dalam upaya penetapan kebijakan fiskal berikutnya.

Penelitian ini juga dapat memperkuat dan melengkapi hasil penelitian sebelumnya terkait dengan kebijakan fiskal, khususnya pada sektor pertanian, baik yang berupa subsidi input (pupuk dan benih) maupun subsidi output (pangan) terhadap ekonomi, tenaga kerja, distribusi pendapatan dan kemiskinan yang dilakukan secara parsial. Dengan demikian secara keseluruhan, penelitian ini dapat bermanfaat bagi penelitian berikutnya. Secara spesifik, penelitian ini diharapkan memberi manfaat terkait hal-hal berikut:

1. Pada tataran ilmu pengetahuan sebagai bahan acuan model teoritis mengenai

dampak kebijakan fiskal berupa pengeluaran pemeritah pada sektor pertanian terhadap ekonomi, tenaga kerja, distribusi pendapatan dan kemiskinan di Indonesia. Dampak tersebut dianalisis secara dinamis dengan menggunakan sebuah model CGE dengan menggunakan data Tabel Input-Output (I-O) tahun 2008 dan Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Nasional tahun 2008. Model ini juga menggunakan data runtut makroekonomi dan berbagai parameter terbaru yang mencerminkan kondisi dan perilaku perekonomian Indonesia terbaru.

(41)

pertanian sebagai kekuatan ekonomi yang dapat dijadikan potensi untuk dimanfaatkan secara optimal dan konsisten untuk kesejahteraan rakyat.

3. Sebagai salah satu bahan referensi bagi penelitian lanjutan terkait dengan kebijakan fiskal, khususnya pada sektor pertanian yang lebih mendalam dan komprehensif.

1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Kebijakan fiskal adalah bentuk intervensi/campur tangan pemerintah dalam perekonomian suatu negara dengan tujuan agar keadaan perekonomian tidak terlalu menyimpang dari keadaan yang diharapkan. Lingkup dalam kebijakan fiskal ini meliputi pengeluaran pemerintah berupa subsidi. Kebijakan fiskal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kebijakan ekspansi fiskal pada sektor pertanian. Penelitian ini dilakukan dalam lingkup nasional dengan fokus adalah menganalisis dampak kebijakan fiskal terhadap ekonomi, tenaga kerja, distribusi pendapatan dan kemiskinan di perdesaan dan perkotaan baik pada jangka pendek maupun jangka panjang.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Computable

(42)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebijakan Fiskal

Mankiw (2003) dan Turnovsky (1981) menjelaskan bahwa kebijakan fiskal adalah bentuk campur tangan pemerintah dalam perekonomian dan pembangunan ekonomi suatu negara. Kebijakan fiskal mempunyai dua instrumen pokok yaitu perpajakan (tax policy) dan pengeluaran (expenditure policy). Dengan instrumen tersebut dapat dijelaskan bagaimana pengaruh penerimaan dan pengeluaran negara terhadap kondisi perekonomian, tingkat pengangguran dan inflasi. Secara keseluruhan arah kebijakan fiskal diharapkan mampu mewujudkan get price right get all policies right dan get institution right dalam perekonomian Indonesia (Subiyantoro dan Riphat, 2004).

Dalam melaksanakan kebijakan fiskal, pemerintah dapat menggunakan instrumen pajak dan transfer. Dampak yang diakibatkan oleh pajak berbeda dengan transfer. Seringkali penggunaan instrumen pajak akan menurunkan pendapatan masyarakat sedangkan transfer akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Salah satu bentuk transfer adalah subsidi harga output. Adanya subsidi harga output menyebabkan penawaran akan meningkat dikarenakan petani/produsen terdorong untuk meningkatkan penggunaan input yang selanjutnya akan meningkatkan output dan permintaan input (Chambers dan Quiggin, 2005).

(43)

distribusi pendapatan dalam masyarakat. Selama fungsi stabilisasi ditujukanuntuk menstabilkan atau mempertahankan rendahnya tingkat pengangguran, harga atau tingkatinflasi, dan pertumbuhan ekonomi yang telah ditargetkan.

Jika kebijakan finansial (moneter) terfokus pada uang, suku bunga dan alokasi kredit maka kebijakan fiskal terpusat pada segi penerimaan (perpajakan) dan pembelanjaan pemerintah. Keduanya merupakan wahana utama bagi peran aktif pemerintah dalam bidang ekonomi dalam upaya stabilisasi makroekonomi yang berfokus pada pengendalian atau pemotongan anggaran belanja pemerintah sebagai dasar mencapai keseimbangan neraca anggaran (Todaro and Smith, 2002).

Menurut Turnovsky (1981) dan Romer (2003), secara teoritis, Keynes mengemukakan bahwa dampak kebijakan fiskal lebih cepat berpengaruh pada sektor riil, termasuk sektor pertanian dan agrondustri, melalui transmisi harga yang cepat penyesuaiannya dan berpengaruh cepat juga kepada keseimbangan makro ekonomi.

Menurut Norton (2004), bahwa cakupan kebijakan fiskal tidak hanya mencapai determinan makro ekonomi dalam bentuk pendapatan perkapita, pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan stabilitas ekonomi, tetapi juga pada determinan non-ekonomi seperti pemerataan (equity), pendidikan dan kesehatan, serta kemiskinan. Analisis pengaruh kebijakan fiskal juga dapat dikembangkan dalam analisis performa atau kinerja sektoral bahkan komoditi. Dengan demikian, dalam penelitian ini dikaji secara mendalam mengenai dampak kebijakan fiskal pada sektor pertanian terhadap kinerja ekonomi makro dan sektoral, penyerapan tenaga kerja dan kemiskinan perdesaan di Indonesia.

Hasil studi Hutahean, et al. (2002) mendapat temuan, bahwa penerimaan

pemerintah dari pajak selama ini secara signifikan dalam mempengaruhi kinerja kebijakan fiskal di Indonesia untuk non-pajak yang cenderung makin menurun. Sedangkan dalam bentuk hibah belum terlalu berpengaruh terhadap kinerja kebijakan fiskal karena adanya ketidakpastian dan ketidakberlanjutan.

(44)

dampak yang negatif pada pengeluaran masyarakat (Alesina, et al., 2002). Berbagai tipe pajak juga mempunyai dampak yang negatif pada keuntungan tetapi yang menarik adalah dampak pengeluaran pemerintah pada investasi lebih besar daripada pajak. Analisis tersebut memberikan penjelasan apa yang kita kenal dengan efek “non-Keynesian”, seperti ekspansi dalam kebijakan fiskal.

Jhingan (2002) berpendapat bahwa kebijakan fiskal memainkan peranan dinamis di negara-negara berkembang dimana kebijakan ini sangat diperlukan bagi pembangunan ekonomi. Di negara berkembang suatu keseimbangan harus dicapai baik dalam arti riil maupun dalam arti moneter. Selanjutnya, ia berpendapat bahwa tujuan kebijakan fiskal adalah sebagai sarana menggalakkan ekonomi meliputi: (1) meningkatkan laju investasi, (2) mendorong investasi optimal secara sosial, (3) meningkatkan kesempatan kerja, (4) meningkatkan stabilitas ekonomi dalam kondisi ketidakstabilan internasional, (5) menanggulangi inflasi, dan (6) meningkatkan serta meredistribusikan pendapatan nasional.

Selanjutnya, kajian Mahi (2002) bahwa peluang bagi akumulasi dana daerah untuk pembiayaan pembangunan prasarana wilayah berdasarkan UU No.25/1999 dan UU No.34/2000 diserahkan sepenuhnya kepada daerah untuk mengelola sesuai dengan kebutuhannya. Namun demikian dari pengalaman Indonesia yang telah ada di masa lalu maupun sekarang, tampaknya tidak banyak

jenis pengelolaan dana yang bersifat earmaking seperti yang dilakukan di Jepang.

Beberapa jenis pajak maupun pungutan lainnya sangatlah sedikit yang berkaitan langsung dengan jenis aktivitas yang dibiayainya. Untuk kasus Indonesia, kemungkinan hanya dana reboisasi yang dikelola melalui sistem Dana Alokasi Khusus (DAK) yang penggunaanya secara khusus diperuntukkan untuk reboisasi.

(45)

Penelitian lainnya, menunjukkan bahwa kebijakan fiskal dapat mempengaruhi penawaran tenaga kerja. Dampak kebijakan fiskal terhadap penawaran tenaga kerja diteliti oleh Duncan dan Weeks (1997), dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan diberlakukannya kebijakan pajak keuntungan, maka jumlah yang tidak bekerja meningkat, jumlah pekerja yang bekerja paruh waktu menurun dan jumlah pekerja yang bekerja penuh meningkat.

Hasil kajian dari Asian Development Bank (2012) menjelaskan bahwa

penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak non pajak dan hibah di kawasan Asia Tenggara, kecuali Negara Brunei Darussalam, rata-rata memiliki kontribusi terhadap penerimaan pemerintah terhadap PDB cenderung rendah dan menurun jika dibandingkan dengan kawasan lainnya, yakni Asia Tengah, Asia Timur, Asia Selatan dan Pasifik. Di Indonesia, kecenderungan penerimaan pemerintah selama tahun 2005-2011 berfluktuasi kisaran antara 15.4 persen hingga 19.8 persen, dimana keempatnya paling besar dibandingkan dengan negara-negara di Kawasan Asia Tenggara. Hal ini secara detail diperlihatkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Persentase Penerimaan Pemerintah Pusat Terhadap PDB di Negara-Negara Asia, dan Indonesia, Tahun 2005-2011

(46)

Tabel 5. (Lanjutan)

(persen)

Kawasan/Negara 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Asia Tenggara

Brunei Darussalam 53.2 50.4 55.1 55.8 - 54.2

Cambodia 10.3 11.5 11.9 13.3 11.7 12.7

Indonesia 17.9 19.1 17.9 19.8 15.4 16.1

Lao People's Dem. Rep. 12.1 12.5 13.6 14.4 15.2 19.4

Malaysia 20.3 21.5 21.9 21.6 23.5 21.5

Myanmar 6.7 7.7 7.3 6.6 6.7 11.4

Philippines 15.0 16.2 17.1 16.2 14.6 14.0

Singapore 15.3 15.0 16.5 17.1 17.7 17.9

Thailand 17.7 17.4 17.2 16.9 16.0 17.7

Viet Nam 28.4 29.7 27.6 28.2 23.7 30.3

Pasific

Cook Islands 37.0 38.0 40.0 42.8 37.4 35.3

Fiji Islands 24.4 25.6 25.6 25.6 24.0 25.2

Kiribati 51.2 73.1 70.2 64.3 56.7 72.7

Marshall Islands. Rep. of 61.7 65.6 71.7 70.4 67.8 63.6 Micronesia. Fed. States of 56.6 57.4 58.2 59.0 56.4 61.7

Nauru 28.6 56.6 87.7 125.8 86.2 64.4

Palau. Rep. of 51.8 52.5 52.5 44.8 - 37.1

Papua New Guinea 35.3 37.4 37.4 32.7 30.5 32.6

Samoa 36.1 32.3 36.5 32.8 35.3 37.7

Solomon Islands 46.9 47.3 50.6 47.1 47.4 34.6

Timor-Leste. Dem. Rep. 113.1 193.0 355.1 630.1 313.8 511.1

Tonga 28.1 33.7 34.9 28.3 36.5 25.7

Tuvalu 78.1 91.7 101.7 60.6 80.5 89.1

Vanuatu 22.9 21.8 23.1 28.8 25.7 25.1

Sumber: Asian Development Bank (2005-2010)

(47)

Tabel 6. Nilai Utang Luar Negeri Terhadap PDB di Negara-Negara Asia, dan

China, People's Rep. of 283.986 325.260 373.773 378.245 470.000 54 8900.0 Hong Kong, China 454.623 516.415 711.103 659.973 659.548 82 2696.3

Indonesia 134.504 132.633 141.180 155.080 172.871 202 413.0 Lao People's Dem. Rep. 2.209 2.471 2.853 2.564 2.903 2 802.4 Malaysia 52.301 52.245 56.690 68.182 68.307 73 652.3

Myanmar - - - 11 240.0

Philippines 54.186 53.367 54.938 53.856 53.255 60 048.0 Singapore 233.435 273.807 340.996 420.461 412.504 498 749.1 Thailand 52.162 61.027 61.873 65.225 70.016 100 561.4

Gambar

Tabel 5.  Persentase Penerimaan Pemerintah Pusat Terhadap PDB di Negara-
Tabel 5. (Lanjutan)
Tabel 6.  Nilai Utang Luar Negeri Terhadap PDB di Negara-Negara Asia, dan Indonesia, Tahun 2005-2010
Gambar 1. Model Pertumbuhan Dua Sektor
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

mata api yang menyalakan matahari akan padam kau dan aku akan tinggal dalam rumah kaca di dalam rumah kedap cahaya ini. kita tidak membutuhkan matahari lagi kau dan aku bercinta

Pelanggaran – pelangggaran tersebut berbanding terbalik dengan tata tertib sekolah yang sudah terlihat sangat baik, dan berbanding terbalik dengan.. pengertian

Penandatanganan perjanjian kerjasamaantara Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan dengan satuan pendidikan yang terakreditasi, atau lembaga sertifikasi lainnya yang sah

Upaya untuk mendapatkan keterangan tentang masa simpan likopen dari buah tomat tersalut maltodekstrin dalam kemasan kapsul dilakukan melalui penyalutan ekstrak likopen

Artikel berikut menggambarkan dampak dari pelaksanaan modernisasi pedesaan ekonomi-politik (sistem) di era orde baru terhadap sumber daya alam, yang telah menempatkan mereka,

Seorang diplomat yang sering melakukan dinas ke luar negeri dituntut untuk lancar berbahasa Inggris (sebagai bahasa dunia) atau bahkan dituntut untuk mempelajari bahasa-

Perhitungan nilai debit fluida juga dipengaruhi oleh bukaan katup dan volume fluida yang diambil dalam kurun waktu tertentu yang ditampung pada gelas ukur, dimana semakin