Nilai tambah atau value added (VA) merupakan aliran pengeluaran setiap sektor produksi kepada faktor produksi, rumah tangga dan perusahaan. Ini berarti
bagi ketiga pelaku ekonomi tersebut nilai tambah merupakan pendapatan yang
diterima dari sektor produksi, yang secara garis besarnya dapat dibagi atas
pendapatan upah untuk tenaga kerja, sewa untuk rumahtangga dan surplus usaha
mengetahui kontribusi suatu sektor dalam perekonomian maka dalam studi ini
disamping dicermati secara sektoral, juga dilihat dari masing-masing sektor
produksi untuk jelasnya bisa dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Nilai Tambah PDB Tahun 2003 Dalam 5 Sektor
Sektor Kelompok Penerima (Rp. Milyar) Nilai Tambah
1 2 3 4 5 (Rp.Milyar) (%) Pertanian 218 894.1 31 238.5 6 728.7 4460.7 80 030.1 341 352.1 17.32 Pertambangan 0 0 15 666.8 25 081.4 126 704.6 167 452.8 8.50 Agroindustri 0 0 41 907.5 73 614.3 107 421.8 222 943.6 11.31 Manufaktur 0 0 58 171.5 129392.2 255 539.9 443 103.6 22.48 Jasa-jasa 0 0 139513.6 376853.4 279 960.2 796 327.2 40.40 Jumlah 218894.1 31238.5 261988.1 609402.0 849 656.6 197 1179 100.00
Tabel 8. Distribusi Nilai Tambah PDB Kelompok Sektor Pertanian
No. Kelompok Penerima (Rp. Milyar) Nilai Tambah
1 2 3 4 5 (Rp.Milyar) (%) 13 49 420.5 6 075.7 414.7 115.0 3 438.5 59 464.3 3.02 14 13 652.0 1 370.8 100.2 34.7 2 631.8 17 789.5 0.90 15 72 788.7 8 071.3 604.8 157.6 6 891.6 88 514.1 4.49 16 2 973.7 665.8 167.4 93.7 225.5 4 126.2 0.21 17 4 617.4 372.9 141.1 72.6 5 926.7 11 130.6 0.56 18 33 904.2 3 427.8 1 741.0 731.8 6 054.8 45 859.7 2.33 19 5 816.2 1 101.9 409.9 510.1 4 067.9 11 905.9 0.60 20 18 455.9 3 288.6 1 561.0 1 450.5 13 735.5 38 491.4 1.95 21 4 712.8 1 327.8 1 113.6 588.6 10 861.0 18 603.9 0.94 22 12 552.7 5 535.9 475.0 706.1 26 196.8 45 466.6 2.31 Jumlah 341 352.2 17.32 Keterangan : Kelompok Penerima
1. Tenaga kerja pertanian di desa 2. Tenaga kerja pertanian di kota 3. Tenaga kerja nonpertanian di desa 4. Tenaga kerja nonpertanian di kota
5. Kapital
Sektor Produksi
13. Padi
14. Jagung
15. Pertanian tanaman pangan lainnya
16. Tebu
17. Kelapa sawit
19. Industri pemotongan ternak 20. Peternakan dan hasil-hasilnya 21. Kehutanan dan perburuan
22. Perikanan
Berdasarkan pengelompokan sektor yang disajikan dalam Tabel 7, total
nilai tambah perekonomian Indonesia menurut SNSE tahun 2003 adalah sebesar
1 971 179.60 milyar rupiah. Kontribusi terbesar dalam pembentukan nilai tambah
berasal dari sektor jasa sebesar 796 327.2 milyar rupiah atau 40.40 persen
kemudian disusul oleh sektor manufaktur sebesar 443 103.6 milyar rupiah atau
22.48 persen sedangkan pertanian berada di posisi ke tiga dengan besar kontribusi
sebesar 341 352.1 milyar rupiah atau 17.32 persen.
Selanjutnya pada Tabel 8, kontribusi sektor pertanian terhadap penciptaan
nilai tambah (PDB) Indonesia pada tahun 2003 adalah sebesar 341 352.2 milyar
rupiah atau sekitar 17.32 persen, dimana yang paling tinggi memberi sumbangan
terhadap PDB sektor pertanian adalah subsektor padi (13) dan subsektor tanaman
pangan lainnya (15) masing-masing sebesar 3.02 persen dan 4.49 persen,
sedangkan yang paling rendah andilnya terhadap penciptaan PDB Indonesia
adalah sektor tebu yaitu sebesar 0.21 persen.
Seluruh sektor pertanian paling banyak mendistribusikan nilai tambahnya
kepada faktor produksi tenaga kerja di perdesaan (faktor 1). Rata-rata sektor
produksi yang masuk dalam kelompok pertanian primer ini memberi nilai tambah
terhadap tenaga kerja tersebut masing-masing sebesar 56 persen. Sementara faktor
produksi yang menerima nilai tambah dari sektor pertanian dalam jumlah yang
kecil adalah tenaga kerja nonpertanian di desa (faktor 3), rata-rata hanya sebesar 3
persen. Terlihat juga bahwa ada perbedaan yang mencolok jika distribusi nilai
menerimanya. Sebagai misal untuk tenaga kerja pertanian di desa (faktor 1) dan di
kota (faktor 2) lebih banyak menerima nilai tambah dari subsektor tanaman
pangan lainnya (15) masing-masing sebesar 33 persen dan 26 persen dari total
penerimaan nilai tambahnya. Namun untuk tenaga kerja non pertanian di desa
(faktor 3) ternyata lebih banyak menerima nilai tambah dari subsektor perkebunan
lainnya (18) yakni sekitar 26 persen. Sedangkan sumber penerimaan nilai tambah
untuk tenaga kerja nonpertanian di kota (faktor 4) dan modal (faktor 5) lebih
banyak berasal dari subsektor peternakan dan hasil-hasilnya (20), masing-masing
menerima sekitar 32.52 persen dan 17.16 persen.
Tabel 9. Distribusi Nilai Tambah PDB Kelompok Sektor Pertambangan
No. Kelompok Penerima (Rp. Milyar) Nilai Tambah
1 2 3 4 5 (Rp.Milyar) (%) 23 0.0 0.0 7 084.5 19 115.1 121 475.3 147 674.9 7.49 24 0.0 0.0 8 582.3 5 966.3 5 229.3 19 777.8 1.00 Jumlah 167 452.8 8.50 Keterangan : Kelompok Penerima
1. Tenaga kerja pertanian di desa 2. Tenaga kerja pertanian di kota 3. Tenaga kerja nonpertanian di desa 4. Tenaga kerja nonpertanian di kota 5. Kapital
Sektor Produksi
23. Pertambangan batubara, bijih logam, minyak dan gas bumi 24. Pertambangan dan penggalian lainnya
Dalam perekonomian Indonesia, terlihat subsektor pertambangan sangat
rendah menghasilkan nilai tambah, kurang lebih hanya sebesar 167 452.8 milyar
rupiah atau 8.5 persen dari total penerimaan nilai tambah Indonesia, lihat Tabel 8.
Adapun sektor pertambangan yang paling besar menciptakan nilai tambah dalam
kelompok sektor ini adalah subsektor pertambangan batu bara, bijih logam,
adalah subsektor pertambangan dan penggalian lainnya (24) dengan kontribusinya
hanya sekitar 1 persen. Sesuai dengan karakteristik jenis usahanya yang tidak
berhubungan sama sekali dengan tenaga kerja pertanian, jelas nilai tambah dari
sektor pertambangan hanya didistribusikan kepada tenaga kerja nonpertanian dan
modal, dimana 76 persen terdistribusi kepada faktor modal, sisanya 24 persen di
bagi ke faktor tenaga kerja nonpertanian di desa dan kota.
Tabel 10. Distribusi Nilai Tambah PDB Kelompok Sektor Agroindustri
No. Kelompok Penerima (Rp. Milyar) Nilai Tambah
1 2 3 4 5 (Rp.Milyar) (%) 25 0.0 0.0 16 065.2 30 737.9 13 698.1 60 501.3 3.07 26 0.0 0.0 974.9 1 198.4 23 067.0 25 240.3 1.28 27 0.0 0.0 3 572.8 4 061.8 3 594.2 11 228.7 0.57 28 0.0 0.0 1 776.8 2 272.6 17 485.4 21 534.8 1.09 29 0.0 0.0 870.2 949.2 356.8 2 176.2 0.11 30 0.0 0.0 9 911.5 26 853.0 35 320.9 72 085.4 3.66 31 0.0 0.0 8 736.1 7 541.4 13 899.4 30 177.0 1.53 Jumlah 222 943.7 11.31 Keterangan : Kelompok Penerima
1. Tenaga kerja pertanian di desa 2. Tenaga kerja pertanian di kota 3. Tenaga kerja nonpertanian di desa 4. Tenaga kerja nonpertanian di kota 5. Kapital
Sektor Produksi
25. Industri makanan, minuman dan tembakau 26. Industri minyak dan lemak
27. Industri penggilingan padi 28. Industri tepung segala jenis 29. Industri gula
30. Industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit 31. Industri kayu, barang-barang dari kayu
Jika diperhatikan pada Tabel 10, terlihat jelas bahwa kelompok sektor
agroindustri termasuk kelompok sektor ekonomi yang kegiatannya cukup banyak
sumbangan yang diberikan sebesar 222 943.7 milyar rupiah atau setara dengan
11.31 persen, dimana kontribusi yang terbesar diberikan oleh subsektor industri
pemintalan tekstil, pakaian dan kulit (30) yakni 72 085.4 milyar rupiah atau 3.66
persen, kemudian diikuti oleh subsektor industri makanan, minuman dan
tembakau (25) sebesar 60 501.3 milyar rupiah atau 3.07 persen, subsektor industri
gula (29) merupakan subsektor dalam kelompok sektor agro industri yang
memberikan sumbangan nilai tambah yang paling kecil dengan nilai sebesar 2
176.2 milyar rupiah atau setara dengan 0.11 persen.
Seperti halnya sektor pertambangan sebelumnya, keterkaitan antara sektor
agroindustri dengan tenaga kerja pertanian sama sekali tidak terlihat signifikan.
Hal ini tercermin pada Tabel 10, dimana tampak jelas bahwa seluruh sektor
agroindustri mendistribusikan nilai tambahnya hanya kepada faktor produksi
tenaga kerja non pertanian dan modal.
Faktor produksi yang paling banyak menerima nilai tambah dari subsektor
agroindustri adalah faktor produksi modal (5) yakni sebesar 48 persen dari total
nilai tambah yang diciptakan sektor tersebut. Menyusul kemudian tenaga kerja
nonpertanian di kota yaitu sebesar 33 persen dan terakhir tenaga kerja
nonpertanian di desa, sebesar 19 persen. Sekarang jika perhatian kita fokuskan
pada sumber-sumber penerimaan nilai tambah pada masing-masing faktor
produksi, tampak jelas bahwa faktor produksi modal (5) lebih banyak menerima
nilai tambah dari subsektor industri pemintalan, tekstil, pakaian dan kulit (30)
yaitu sekitar 33 persen dari seluruh total penerimaan nilai tambah sektor
agroindustri. Sementara untuk faktor produksi tenaga kerja nonpertanian di desa
industri makanan, minuman dan tembakau (25) masing-masing sebanyak 38
persen untuk yang bekerja di desa dan 42 persen untuk yang bekerja di kota.
Tabel 11. Distribusi Nilai Tambah PDB Kelompok Sektor Manufaktur
No. Kelompok Penerima (Rp. Milyar) Nilai Tambah
1 2 3 4 5 (Rp.Milyar) (%) 32 0.0 0.0 11 839.6 42 238.6 69 416.6 123 494.8 6.27 33 0.0 0.0 20 074.7 41 342.9 129 162.1 190 579.8 9.67 34 0.0 0.0 24 987.4 41 793.6 40 075.1 106 856.1 5.42 35 0.0 0.0 1 269.8 4 017.1 16 886.1 22 173.1 1.12 Jumlah 443 103.7 22.48 Keterangan : Kelompok Penerima
1. Tenaga kerja pertanian di desa 2. Tenaga kerja pertanian di kota 3. Tenaga kerja nonpertanian di desa 4. Tenaga kerja nonpertanian di kota 5. Kapital
Sektor Produksi
32. Industri kertas, percetakan, alat angkutan, barang dari logam dan industri lainnya
33. Industri kimia, pupuk, hasil-hasil dari tanah liat serta semen dan ligam dasar
34. Konstruksi atau bangunan 35. Listrik, gas dan air minum
Kelompok sektor manufaktur secara keseluruhan cukup memberikan
sumbangan yang signifikan dalam membentuk PDB nasional, dengan andilnya
terhadap nilai tambah sebesar 443 103.7 milyar rupiah atau 22.48 persen, lihat
Tabel 11. Kontribusi utama diperoleh dari subsektor industri kimia, pupuk,
hasil-hasil dari tanah liat, semen dan logam dasar (33) sebesar 190 579.8 milyar rupiah
atau setara dengan 9.67 persendisusul kemudian oleh subsektor industri kertas,
percetakan, alat angkutan, barang dari logam dan industri lainnya (32) sebesar 123
listrik, gas dan air minum (35) memberikan peran yang paling kecil dengan nilai
tambah sebesar 22 173.1 milyar rupiah atau setara 1.12 persen.
Serupa dengan temuan-temuan sebelumnya, kontribusi sektor manufaktur
terhadap pembentukan nilai tambah Indonesia juga lebih banyak bersumber pada
faktor produksi tenaga kerja nonpertanian dan modal. Melalui modal, nilai tambah
yang berhasil diciptakan sektor manufaktur adalah sebesar 58 persen. Ini berarti
sisanya 42 persen berasal dari tenaga kerja nonpertanian di desa dan kota.
Berdasarkan Tabel 10 juga kelihatan bahwa dalam kelompok sektor manufaktur,
faktor modal lebih banyak menerima nilai tambah dari subsektor industri kimia,
pupuk, hasil-hasil dari tanah liat, semen, dan logam dasar (33). Sedangkan tenaga
kerja nonpertanian di desa lebih banyak memperoleh transfer nilai tambah dari
subsektor bangunan (34) yakni sekitar 43 persen, sedangkan tenaga kerja
nonpertanian di kota lebih besar memperoleh nilai tambah dari sektor industri
kertas, percetakan, alat angkutan, barang dari logam dan industri lainnya
(subsektor 33) yaitu sebanyak 33 persen.
Pada Tabel 12 mengenai nilai tambah dari kelompok sektor jasa-jasa,
terlihat bahwa kelompok sektor ini menyumbangkan nilai tambah yang signifikan
dengan jumlah mencapai 796 327.2 milyar rupiah atau setara dengan 40.40 persen
sumbangan terbesar diberikan oleh subsektor perdagangan, hotel dan restoran (36)
dengan kontribusi sebesar 299 928 milyar atau setara dengan 15.22 persen.
kemudian disusul oleh subsektor aktifitas jasa-jasa (39) dengan sumbangan
sebesar 228 344.3 milyar rupiah atau setara dengan 11.52 persen, sedangkan
kontribusi terkecil diberikan oleh subsektor pengangkutan dan komunikasi (37).
diatas, tergambar bahwa Indonesia sudah mengarah pada kondisi negara yang
menuju negara sedang berkembang apabila dikaitkan dengan sumbangan
kelompok sektor jasa yang dominan dalam penyusunan PDB nasional Indonesia
dan sektor pertanian kontribusinya terhadap PDB nasional makin mengecil.
Tabel 12. Distribusi Nilai Tambah PDB Kelompok Sektor Jasa-Jasa
No. Kelompok Penerima (Rp. Milyar) Nilai Tambah
1 2 3 4 5 (Rp.Milyar) (%) 36 0.0 0.0 69 906.8 170 807.8 59 213.4 299 928.0 15.22 37 0.0 0.0 16 016.9 33 609.2 49 785.4 99 411.5 5.04 38 0.0 0.0 5 594.3 38 148.7 124 900.5 168 643.4 8.56 39 0.0 0.0 47 995.6 134 287.7 46 060.9 228 344.3 11.58 Jumlah 796 327.2 40.40 Keterangan : Kelompok Penerima
1. Tenaga kerja pertanian di desa 2. Tenaga kerja pertanian di kota 3. Tenaga kerja nonpertanian di desa 4. Tenaga kerja nonpertanian di kota
5. Kapital
Sektor Produksi
36. Perdagangan, hotel dan restoran 37. Pengangkutan dan komunikasi
38. Keuangan, jasa perusahaan, real estate
39. Jasa-jasa