• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Keabsahan Data

BAB III METODE PENELITIAN

3.6 Teknik Keabsahan Data

Idrus (2011:145) menjelaskan salah satu syarat analisis data adalah dimilikinya data yang valid dan reliabel. Untuk itu, dalam kegiatan penelitian kualitatif pun dilakukan upaya validasi data. Objektivitas dan keabsahan data penelitian dilakukan dengan melihat reliabilitas dan validitas data yang diperoleh.

Data yang sudah terkumpul merupakan modal awal dalam suatu penelitian, dari data yang terkumpul akan dilakukan analisis yang digunakan sebagai masukan untuk penarikan kesimpulan. Validitas data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan metode triangulasi.

Wirawan (2012:156) Triangulasi adalah suatu pendekatan riset yang memakai suatu kombinasi lebih dari satu strategi dalam satu penelitian untuk menjaring data/informasi. Triangulasi adalah suatu metode yang dipakai dalam

penelitiah kualitatif, sering juga dilakukan dalam metode kuantitatif untuk mengukur validitas dan reliabilitas dalam penelitian kualitatif. Triangulasi merupakan sintesis dan integrasi data dari berbagai sumber-sumber melalui pengumpulan, eksaminasi, perbandingan, dan interpretasi. Wirawan (2012:156-157) menjelaskan terdapat 5 (lima) jenis metode triangulasi yang dapat digunakan dalam penelitian, yaitu :

1. Triangulasi Data. Adalah mempergunakan berbagai sumber data/informasi. Dalam teknik triangulasi ini adalah mengelompokkan para pemangku kepentingan program dan mempergunakannya sebagai sumber data/informasi. Evaluator harus mempergunakan sebanyak mungkin kelompok-kelompok dan para anggota kelompok pemangku kepentingan dalam evaluasi.

2. Triangulasi Peneliti. Dalam teknik triangulasi ini dipergunakan sejumlah evaluator atau tim evaluator dalam satu proyek evaluasi. Para evaluator mempergunakan metode kualitatif yang sama. Misalnya wawancara, observasi, studi kasus, kelompok fokus atau informan kunci. Temuan dari setiap evaluator dibandingkan. Jika temuan dari berbagai evaluator menghasilkan kesimpulan yang sama, maka validitas temuan dapat ditetapkan. Jika temuan para evaluator berbeda satu sama lain maka diperlukan studi lebih lanjut untuk menentukan perbedaan tersebut.

3. Triangulasi Teori. Triangulasi teori adalah penelitian dengan mempergunakan berbagai profesional dengan berbagai latar belakang ilmu pengetahuan untuk menilai suatu set data/infornasi. Jika evaluator dari berbagai disiplin ilmu menginterpretasikan data/informasi dengan cara yang sama dan mengambil kesimpulan yang sama, maka validitas data/informasi dicapai.

4. Triangulasi Metode. Triangulasi metode adalah pemakaian berbagai metode-metode kuantitatif dan/atau metode kualitatif untuk mengevaluasi program. Jika kesimpulan dari setiap metode sama, maka validitas penelitian ditetapkan. Triangulasi metode merupakan triangulasi yang banyak diterapkan karena akan menghasilkan informasi yang kaya, rinci, dan valid.

5. Triangulasi Lingkungan. Triangulasi jenis ini mempergunakan berbagai lokasi yang berbeda, latar dan faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan lingkungan di mana penelitian mengambil tempat seperti waktu suatu hari, hari suatu minggu atau musim dalam suatu tahun. Kuncinya adalah mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan mana yang mempengaruhi data/informasi dalam penelitian. Jika temuan tetap dalam situasi berbagai faktor lingkungan maka validitas temuan telah ditentukan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode triangulasi data yaitu mengelompokkan para pemangku kepentingan sebagai sumber data atau informasi melalui wawancara mendalam dan menbandingkan hasil dari wawancara tersebut untuk memperoleh informasi yang valid. Selanjutnya peneliti juga menggunakan

triangulasi metode untuk membandingkan data yang diperoleh dari hasil wawancara kepada informan dengan data yang peneliti peroleh dari hasil observasi dan dokumentasi yang terkait dengan Implementasi Prinsip PartisipasiDalam Pembuatan Akta Kelahiran di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang guna memperoleh keabsahan data.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Pada deskripsi lokasi penelitian ini peneliti menjelaskan mengenai gambaran umum dari Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang sebagai lokasi penelitian mengenai Implementasi Prinsip Partisipasi Dalam Pembuatan Akta Kelahiran yang terdiri dari Gambaran Umum, Visi dan Misi, serta Struktur Organisasi Pemerintahan Kecamatan Deli Tua.

4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Deli Tua

Daerah Kecamatan Deli Tua dikenal sejak abad ke-16 M dan merupakan sebuah kerajaan dari protektorat Kerajaan Aceh yang dikepalai oleh seorang Sultan yang bernama Ma’mun Al Rasyid I. Sejak abad 19 daerah ini termasuk ke dalam Kesultanan Deli dan dijadikan daerah perkebunan Tembakau yang dikenal dengan perkebunan Tembakau Deli atau Deli Mascal.

Pada masa penjajahan Belanda, daerah Deli Tua termasuk dalam Wilayah Kewedanan Deli Hulu. Sejak Negara Republik Indonesia memproklamirkan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, maka daerah ini dibentuk menjadi satu kecamatan yaitu Kecamatan Deli Tua dengan jumlah desa sebanyak 8 (delapan) desa dengan pusat pemerintahan berada di Desa Suka Maju (sekarang Kampung Baru) di jalan STM Medan.

Pada tahun 1974 daerah ini terkena pemekaran Kotamadya Medan, sehinggan Kecamatan Deli Tua mempunyai 2 (dua) desa/kelurahan dengan pusat pemerintahan di Kelurahan Deli Tua dan Camat yang pertama adalah Bapak Amir Hamzah.

Berdasarkan SK Gubernur Nomor 140/2770/K/93 tanggal 24 November 1993, daerah Kecamatan Deli Tua dimekarkan menjadi 3 (tiga) desa dan 3 (tiga) kelurahan dan pusat pemerintahan terletak di Kelurahan Deli Tua Timur dan Camat adalah Bapak Wakil Karo Karo, S.E, M.Si.

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kecamatan Deli Tua

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2019

4.1.2 Visi dan Misi Kecamatan Deli Tua 1. Visi

“Mewujudkan Kecamatan Deli Tua yang maju dan berdaya saing, dengan masyarakatnya yang religius dan bersatu dalam kebhinekaan”

2. Misi

 Menciptakan terlaksananya tata kepemerintahan yang baik yang didukung oleh keseimbangan peran antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat dalam kemitraan yang setara untuk menjalankan roda kepemerintahan.

 Melaksanakan pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat terutama dalam melaksanakan pelayanan dibidang tata administrasi penyelenggaraan pemerintahan.

 Mendorong lahirnya keswadayaan, kepedulian dan rasa memiliki dari seluruh lapisan masyarakat untuk memberikan peran serta

masksimal dalam pelaksanaan percepatan pembangunan di tingkat pedesaan.

 Melaksanakan percepatan pembangunandi bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur melalui keswadayaan masyarakat dan dunia usaha dengan dukungan dari pemerintah kabupaten.

 Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada guna meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat dan aparat.

Gambar 4.2 Gedung Kantor Camat Deli Tua

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2019

4.1.3 Struktur Pemerintahan Kecamatan Deli Tua

Struktur jabatan pada pemerintahan Kecamatan Delitua sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan yang tertuang dalam Bab V mengenai Susunan Organisasi pada pasal 23 yang menjelaskan bahwa :

1) Organisasi kecamatan terdiri dari 1 (satu) sekretaris, paling banyak 5 (lima) seksi, dan sekretariat membawahkan paling banyak 3 (tiga) subbagian.

2) Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi:

a. seksi tata pemerintahan;

b. seksi pemberdayaan masyarakat dan desa; dan c. seksi ketenteraman dan ketertiban umum.

3) Pedoman organisasi kecamatan ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara.

Gambar 4.3 Struktur Organisasi Kecamatan Deli Tua

Sumber : Struktur Organisasi Kecamatan Delitua dikelola kembali oleh peneliti, 2019

Pada struktur pemerintahan di Kecamatan Delitua kelompok jabatan fungsional yang meliputi :

1 (satu) sekretaris yang mebawahi 2 (dua) subbagian :

 Subbagian Program dan Keuangan

 Subbagian Umum dan Kepegawaian 5 (Lima) Seksi yang meliputi :

 Seksi Pemerintahan

 Seksi Ketentraman dan Ketertiban (Trantib)

 Seksi Pemberdayaan masyarakat dan desa (PMD)

 Seksi Kesos

 Seksi Kebersihan

4.1.4 Letak dan Geografi Kecamatan Deli Tua

Luas wilayah suatu daerah pemerintahan dapat berubah karena adanya beberapa faktor sehingga bisa terjadi pemekaran wilayah. Bagi sebuah pemerintahan, letak dan geografi bermanfaat untuk mengetahui luas wilayah yang termasuk dalam pemerintahannya atau kekuasaan dan wewenangnya serta batasan-batasannya yang menjadi mitra bagi pemerintahan tersebut. Berikut ini adalah Letak dan Geografi Kecamatan Deli Tua pada tahun 2017 :

Tabel 4.1 Letak dan Geografi Kecamatan Delitua

No Karakteristik Penjelasan

1 Letak Wilayah 345’-351’ LU dan 9868,-9887’ BT

2 Luas Wilayah 9,36 Km2

3 Letak di Atas Permukaan Laut

25 meter 4 Batas-batas Wilayah :

a. Utara : b. Selatan : c. Timur : d. Barat :

Kecamatan Medan Johor Kodya Medan Kecamatan Biru-biru

Kecamatan Patumbak Kecamatan Namo Rambe 5 Jumlah Desa/Kelurahan 3/3

6 Jumlah Dusun/Lingkungan 45 Dusun 7 Sungai-sungai yang

melintasi

Sungai Deli dan Sungai Batuan

8 Rata-rata Hari Hujan 9 9 Rata-Rata Curah Hujan 161.5 10 Jarak Ibu Kota Kecamatan

dan Ibu Kota Kabupaten

42 Km

Sumber: KSK Kecamatan Delitua 2018, dikelola kembali oleh peneliti 2019

4.2 Akta Kelahiran

Akta Kelahiran merupakan dokumen kependudukan berupa catatan sipil terhadap peristiwa kelahiran seseorang yang berlaku seumur hidup. Akta kelahiran dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang, yang berkaitan dengan adanya kelahiran dalam rangka memperoleh atau mendapat kepastian terhadap kedudukan hukum seseorang. Akta Kelahiran dari seorang warga negara yang sah merupakan bukti otentik yang membuktikan mengenai hal-hal sebagai berikut :

1) Data Kelahiran Seseorang, yang meliputi : a. Kewarganegaraan (WNI atau WNA) b. Tempat Kelahiran

c. Hari, Tanggal, Bulan dan Tahun kelahiran d. Nama Lengkap Anak

e. Jenis Kelamin Anak

f. Nama Orangtua (Ayah dan Ibu) g. Hubungan Antara Ayah dan Ibu 2) Tanggal, Bulan dan Tahun Terbit Akta 3) Tanda Tangan Pejabat yang Berwenang 4.2.1 Tujuan Pembuatan Akta Kelahiran

Kedudukan Anak dalam Undang-Undang Dasar 1945 terdapat dalam pasal 28 B ayat 2 yang menyatakan bahwa “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Kemudian dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pada pasal 28 menjelaskan bahwa Akta Kelahiran

merupakan hak anak dan menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memenuhinya. Adapun beberapa kegunaan dari Akta Kelahiran, meliputi :

1) Mendaftar saat masuk sekolah mulai dari TK hinggan Perguruan Tinggi 2) Pembuatan Passport

3) Pembuatan Buku/Akta Pernikahan (Surat Kawin) 4) Membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP)

5) Membuat Surat Izin Mengemudi (SIM)

6) Menentukan Hak Ahli Waris berdasarkan ketentuan hukum 7) Mendapatkan Asuransi/Bea siswa

8) Melamar pekerjaan, dll

4.2.2 Manfaat Kepemilikan Akta Kelahiran

Terdapat sejumlah manfaat dan arti penting dari kepemilikan Akta Kelahiran bagi seorang anak. Kepemilikan Akta Kelahiran merupakan awal bukti kewarganegaraan dan identitas diri pertama yang dimiliki oleh seorang anak, dapat menjadi bukti kuat bagi anak untuk mendapatkan hak waris dari orangtuanya, mencegah pemalsuan umur, mencegah pernikahan dibawah umur, dan secara yuridis seoarang anak berhak untuk mendapatkan perlindungan, kesehatan, pendidikan, pemukiman, dan hak-hak lainnya sebagai warga negara.

Kepemilikan dokumen Akta Kelahiran yang menyeluruh bagi warga negara juga bermanfaat bagi negara tersebut. Manfaat Akta Kelahiran bagi negara yaitu untuk mengetahui secara rinci mengenai identitas dan data pribadi seorang anak (warga negara) secara akurat di seluruh Indonesia guna menyusun kepentingan perencanaan kebijakan ataupun peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kependudukan seperti menyusun data statistik negara yang dapat menggambarkan demografi, kecenderungan dan karakteristik penduduk, , serta mengamati perubahan sosial yang terjadi.

4.3 Implementasi Prinsip Partisipasi Dalam Pembuatan Akta Kelahiran Di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang

Pada tahap kebijakan publik, proses implementasi merupakan salah satu tahapan penting yang harus dilaksanakan agar dapat mencapai tujuan dari diberlakukannya kebijakan tersebut. Implementasi merupakan proses eksekusi atau pelaksanaan yang nyata dari kebijakan pemerintah yang dapat berupa peraturan ataupun perundang-undangan. Pada tahap implementasi kebijakan publik, terdapat beberapa kategori yang dapat mempengaruhi keberhasilan ataupun kegagalan dari suatu implementasi kebijakan yang dapat menjadi bahan pedoman agar dapat melakukan perbaikan dan penyempurnaan pada implementasi kebijakan yang lainnya

Pada bagian pembahasan ini, penulis menggunakan teori yang dikemukakan tokoh Merilee S. Grindle mengenai konten kebijakan dan konteks implementasinya yang akan mempengaruhi keberhasilan suatu prinsip Good Governance yaitu prinsip partisipasi dalam melaksanakan pelayanan publik, dimana pelayanan publik di Indonesia masih menjadi suatu isu kebijakan yang perlu diperbaiki kualitasnya dan sebagai cerminan bahwa suatu negara dapat dikatakan sebagai negara yang maju dan sejahtera. Pada konten kebijakan dan konteks implementasi yang dikemukakan oleh Merilee S. Grindle dapat diketahui secara menyeluruh bagaimana pelaksana kebijakan melaksanakan kebijakan yang ditetapkan dan bagaimana pula lingkungan dari kebijakan tersebut merespon kebijakan yang ditetapkan, sehingga tujuan yang diharapkan dapat terwujud melalui perubahan yang dihasilkan.

Penelitian mengenai Implementasi Prinsip Partisipasi Dalam Pembuatan Akta Kelahiran Di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang ini di

deskripsikan dengan model Implementasi Kebijakan dari Merilee S. Grindle yang disebut dengan Implementation as A Political and Administration Process yang terdiri dari beberapa kategori, meliputi :

A. Isi Kebijakan (Content of Policy) yang meliputi : a. Kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan b. Manfaat yang akan dihasilkan

c. Derajat perubahan yang diinginkan d. Kedudukan pembuat kebijakan e. Pelaksana Program

f. Sumber daya yang digunakan

B. Konteks Implementasi (Context of Implementation) yang meliputi : a. Kekuasaan dan Kepentingan aktor yang terlibat

b. Karakteristik lembaga dan penguasa c. Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana 4.3.1 Isi Kebijakan (Content of Policy)

Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa model implementasi menurut Merilee S. Grindle terdiri dari Isi Kebijakan dan Konteks Implementasinya. Isi Kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari beberapa kategori.

Berikut ini penjelasan mengenai kategori yang terdapat dalam Isi Kebijakan menurut Grindle :

4.3.1.1 Implementasi Prinsip Partisipasi Dalam Pembuatan Akta Kelahiran Di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang Berkaitan dengan Kepentingan yang Terpengaruh

Suatu kebijakan atau peraturan yang dibuat oleh pemerintah memiliki tujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi ditengah masyarakat yang menjadi tanggungjawab negara. Pada proses implementasi, tentunya terdapat sejumlah kepentingan yang dipengaruhi oleh kebijakan tersebut yaitu pada masyarakat dan pemerintah itu sendiri. Hal ini menujukkan bahwa dalam implementasi kebijakan melibatkan beberapa kepentingan dan seberapa besar pengaruh dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam implementasi. Berikut ini penjelasan mengenai kategori kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan :

Berdasarkan hasil wawancara kepada Kepling II Kelurahan Deli Tua Timur, berikut informasi yang diperoleh dalam penelitian :

“Sebenarnya kepentingan masyarakat dan pemerintah saling terkait masyarakat iya pemerintah iya, karena kalo gak ada akta kelahiran mau masuk apa-apapun gak bisa susah sekarang, saling berkaitan itu masyarakat dan pemerintah kita mau masuk sekolah aja harus ada akta ya kan” (Paidi, Wawancara 14 Mei 2019, hlm 13)

Selanjutnya informasi dari Kepling IV Kelurahan Deli Tua Timur :

“Kepentingan pribadi dari masyarakat kalo bagi pemerintah kan itu untuk administrasi kepemerintahan karena semua itu saling berkaitan antara masyarakat dan pemerintah, baik buruknya suatu negara itu bisa dilihat dari administrasinya” (Surya, Wawancara 14 Meil 2019, hlm 17) Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Kadus I Desa Kedai Durian mengenai kepentingan kepemilikan Akta Kelahiran, berikut informasinya :

“Kepentingan rakyat dan pemerintah untuk mengetahui secara detail tentang warga atau masyarakat mengenai seperti apa identitas warga nya mulai dari kelahirannya siapa orang tuanya” (Sudarno, Wawancara 22 Mei 2019, hlm 48)

Selanjutnya pendapat yang senada juga disampaikan oleh Lurah Deli Tua Induk :

“Kalo kepentingannya ya semuanya penting, artinya sekarangkan warga negara indonesia setiap lahir berhak menerima NIK dan akta kelahiran, kalo bagi pemerintah ya untuk memudahkan masyarakatnya” (Sueb, Wawancara 28 Mei 2019, hlm 63)

Berdasarkan informasi di atas, dapat diketahui bahwa kepentingan dari kepemilikan dokumen kependudukan yaitu Akta Kelahiran adalah untuk kepentingan kedua pihak yaitu masyarakat dan pemerintah. Pemerintah memiliki kepentingan untuk mengetahui identitas warganya secara detail dan warga membutuhkan Akta Kelahiran untuk melengkapi keperluan administrasinya dan kedudukannya di mata hukum.

Berikut informasi yang lebih jelas mengenai keterkaitan antara kepentingan pemerintah dan kepentingan masyarakat. Bedasarkan hasil wawancara kepada Lurah Deli Tua Timur :

“Kalo dari sisi pemerintah kepentingan dari adanya Akta kelahiran terutama untuk tertib kependudukan, data kependudukan itu sangat penting misalnya digunakan untuk pemilu, jadi kita tau berapa jumlah penduduk kita dan seharusnya masyarakat juga memahami kepentingan dari kepemilikan Akta tersebut dan bukan hanya pada Akta Kelahiran, pada Akta kematian, akta pernikahan itu semua penting jadi kita lebih mudah tau mutasi penduduk yang lahir maupun yang sudah meninggal, jadi data berapa jumlah penduduk sangat penting” (Sandi, Wawancara 27 Mei 2019, hlm 61)

Pendapat yang mendukung selanjutnya disampaikan oleh Sekdes Desa Suka Makmur :

“Kepentingan bagi masyarakat dan juga pemerintah saling terkait, karena kalo data yang akurat itu memudahkan peta kependudukan dan cepat kemudian jadi kita bisa cepat dalam mobilitas penganggaran kebutuhan keuangan desa, di profil desa itu juga terdapat tingkat kemampuan pendapatan atau ekonomi masyarakat dan banyak lainnya”

(Kamaladian, Wawancara 28 Mei 2019, hlm 67)

Hal senada juga dikemukakan oleh Kabid Pemanfaatan Data dan Inovasi Pelayanan Disdukcapil Kabupaten Deli Serdang :

“Kepentingan bagi pemerintah untuk mencatat secara akurat penduduknya sesuai dengan esensi pencatatan sipil, yaitu sebagai pengakuan negara terhadap status pribadi dan status hukum seseorang secara sah“ (Christina, Wawancara 24 Juni 2019, hlm 78)

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat dikemukakan bahwa, kepentingan yang bersangkutan adalah kepentingan antara pihak pemerintah dan masyarakat. Pemerintah yang menerbitkan peraturan mengenai kelengkapan administrasi kependudukan termasuk di dalamnya adalah kepemilikan Akta Kelahiran sebagai upaya untuk mengumpulkan informasi secara rinci dan detail mengenai masyarakatnya atau warga negaranya yang untuk kedepannya juga dibutuhkan oleh pemerintah sebagai bahan acuan atau pedoman dalam membuat perencanaan dan kebijakan yang terkait dengan kependudukan. Bagi masyarakat, kepemilikan dokumen kependudukan secara lengkap termasuk Akta Kelahiran akan memudahkan urusan administrasi kedepannya dan sebagai pemenuhan kewajiban dan hak dalam status hukum yang sah sebagai warga negara.

Gambar 4.4 Cakupan Kepemilikan Akta Kelahiran Anak

Sumber : Dokumentasi peneliti, 2019

Kewajiban dalam kepemilikan dokumen kependudukan berupa Akta Kelahiran jika dilihat secara sekilas hanya menjadi kepentingan atau kebutuhan dari masyarakat atau warga yang bersangkutan yang digunakan untuk melengkapi sejumlah persyaratan seperti mendaftar sekolah, melamar pekerjaan, mengajukan asuransi kesehatan dan sebagainya.

Berikut pendapat yang berbeda mengenai kepentingan kepemilikan Akta Kelahiran yang dikemukakan oleh Lurah Deli Tua Barat :

“Ya kepentingan masyarakatnya sendiri, contoh itu sekarang kalo mau sekolah diminta aktanya, yang kedua itu kalo sampe sekarang dia gak punya akta sampe dewasa mau nikah itu wajib punya akta kalo gak punya ya harus ngurus, macam ini ada yang nikah tapi belum punya akta dia buku nikahnya ditunda, kalo sekolah kan bisa nyusul nah ini kalo nikah ditunda bukunya itulah kerugiannya” (Sailani, Wawancara 22 April 2019. hlm 58)

Pendapat yang mendukung pernyataan di atas juga dikemukakan oleh Kepling III Kelurahan Deli Tua Induk :

“Untuk kepentingan masyarakat sendiri si, intinyakan mereka itu butuh untuk keperluan administrasi kedepannya” (Sukardi, Wawancara 16 Mei 2019, hlm 26)

Informasi senada juga dikemukakan oleh Kadus II Desa Kedai Durian yang menyatakan :

“Untuk yang bersangkutan yang ngurus akta” (Suhadi, Wawancara 22 Mei 2019, hlm 50)

Beberapa informan berpendapat bahwa kepentingan dari kepemilikkan dokumen Akta Kelahiran adalah kepentingan masyarakat atau warga yang bersangkutan dan menjadi kebutuhan dari pihak masyarakat saja. Keuntungan ataupun kerugian yang terjadi dimasa mendatang karena tidak memiliki dokumen Akta Kelahiran hanya dirasakan oleh pihak masyrakat saja.

Gambar 4.5 Contoh Dokumen Akta Kelahiran

Sumber : Dokumentasi Penelitis, 2019

Mengenai kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan maka harus diketahui pula pendapat dari masyarakat atau warga yang menjadi sasaran dari kebijakan atau peraturan tersebut, perspektif atau pandangan masyarakat

mengenai kepemilikan dokumen Akta Kelahiran juga berpengaruh untuk mewujudkan prinsip partisipasi dalam administrasi kependudukan khususnya pembuatan Akta Kelahiran.

Berikut informasi yang diperoleh dari seorang warga yang berdomisili di Jl. Benteng Kecamatan Deli Tua :

“Akta ini sekarang penting untuk masuk sekolah nanti diminta wajib”

(Suri Yani, Wawancara 23 Mei 2019, hlm 73)

Pendapat lainnya dari seorang warga yang berdomisili di Gg. Perwira Kecamatan Deli Tua :

“Kalo akta kelahiran ini nantinya mau masuk TK sudah diminta, terus sampe dia besar nanti banyak perlunya kayak untuk ngelamar kerja”

(Julia, Wawancara 17 Mei 2019, hlm 74)

Hal senada juga dikemukakan oleh informan yang berdomisili di Lingkungan VII Sidodadi Kelurahan Deli Tua Induk :

“Yang paling sering sekarang untuk mendaftar masuk sekolah dari TK aja udah diminta Akta Kelahirannya” (Asmawati, Wawancara 17 Mei 2019, hlm 76)

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa warga yang berdomisili di Kecamatan Deli Tua mengenai kepentingan dari kepemilikan dokumen kependudukan yaitu Akta Kelahiran, sejauh ini dan secara umumnya yang warga pahami adalah untuk kepentingan dalam memenuhi persyaratan untuk pendaftaran sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa masyrakat atau warga belum mengetahui secara rinci akan kepentingan dari kepemilikan Akta Kelahiran yang juga berkaitan dengan Hak dan Kewajibannya sebagai warga negara.

Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi selama penelitian yang dilakukan terkait dengan kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan maka dapat dikemukakan bahwa kepentingan dari pemerataan

kepemilikan dokumen kependudukan khususnya Akta Kelahiran adalah kepentingan yang berkaitan antara pemerintah dan masyarakatnya. Namun, belum semua pihak menyadari keterkaitan kepentingan tersebut terutama masyarakat atau warga yang belum secara rinci dan keseluruhan menyadari akan kepemilikan Akta Kelahiran untuk memenuhi hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Hal ini tentunya mempengaruhi dalam mewujudkan prinsip partisipasi sebagai salah satu prinsip Good Governance. Rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai kelengkapan administrasi kependudukan tentunya berdampak pada rendahnya partisipasi yang terwujud. Hal ini menjadikan pemerintah harus berupaya lebih keras dalam menghimpun partisipasi masyarakatnya agar dapat memenuhi kepentingannya dan masyarakat dengan tindakan yang partisipatif.

4.3.1.2 Implementasi Prinsip Partisipasi Dalam Pembuatan Akta Kelahiran Di Kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli Serdang Berkaitan dengan Manfaat yang Akan Dihasilkan

Pada kategori ini Grindle menujukkan bahwa diterapkannya suatu kebijakan atau peraturan terdapat beberapa jenis manfaat yang membawa perubahan positif sebagai hasil yang ingin dicapai dari proses implementasi.

Pada kategori ini Grindle menujukkan bahwa diterapkannya suatu kebijakan atau peraturan terdapat beberapa jenis manfaat yang membawa perubahan positif sebagai hasil yang ingin dicapai dari proses implementasi.