• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Ruang Terbuka Hijau dan Tingkat Kepadatan Bangunan Kawasan Perumahan Terencana dan Swadaya

Oleh:

Dwi Nowo Martono *)

Abstrak: Luas dan sebaran ruang terbuka hijau sangat dipengaruhi oleh kepadatan bangunan. Banyak fakta menunjukkan,

semakin padat kawasan permukiman semakin sempit luas dan sebaran ruang terbuka hijau. Kondisi ini menjadi hal penting untuk dikaji khususnya pada wilayah yang cepat perkembang

Dalam penelitian ini dikaji secara spasial tingkat kepadatan dan pola sebaran bangunan maupun tutupan vegetasi pada kawasan perumahan terencana (tipe mewah, menengah dan sederhana) dan kawasan perumahan swadaya yang dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu swadaya 1, swadaya 2 dan swadaya 3.

Berdasarkan pendekatan spasial terdapat perbedaan tingkat kepadatan antara kawasan perumahan terencana dan kawasan perumahan swadaya dengan gradasi kepadatan yang bervariasi di daerah penelitian. Kawasan perumahan terencana rata rata tingkat kepadatan bangunan 49.96% (kepadatan sedang). Sementara pada kawasan perumahan swadaya 16.76% (kepadatan rendah). Hal ini mengindikasikan bahwa ada perbedaan kepadatan bangunan yang cukup signifikan antara kawasan perumahan terencan dan swadaya.

Dilihat dari luas tutupan vegetasi, kawasan perumahan terencana lebih kecil dibanding kawasan perumahan swadaya. Pola sebaran tutupan vegetasi kawasan perumahan terencana cenderung mengelompok pada satu tempat sedangkan kawasan perumahan swadaya tutupan vegetasinya mempunyai pola menyebar.

Kata Kunci : Pola sebaran Ruang Terbuka Hijau, Kepadatan Bangunan, pendekatan spasial, kawasan perumahan terencana dan perumahan swadaya

*) Peneliti, Pusat Data Penginderaan jauh LAPAN

PENDAHULUAN

Ruang terbuka berfungsi sebagai areal perlindungan, penyangga, sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keindahan dan rekreasi. Tujuan pembentukan ruang terbuka hijau untuk meningkatkan mutu lingkungan, kenyamanan, kesegaran, menghindari degradasi lingkungan dalam rangka pembangunan berkelanjutan. Jenis ruang terbua hijau meliputi taman kota, lapangan terbuka hijau, olah raga, hutan kota, jalur hijau, pekarangan dan lain sebagainya. Pada suatu kawasan luas dan sebaran ruang terbuka hijau sangat dipengaruhi oleh kepadatan bangunan. Banyak fakta menunjukkan, semakin padat kawasan permukiman semakin sempit luas dan sebaran ruang terbuka hijau. Oleh karena itu dalam membahas dan mengkaji ruang terbuka hijau kawasan harus terkait dengan tingkat kepadatan bangunan pada suatu kawasan.

Data penginderaan jauh sangat bermanfaat digunakan mengidentifikasi secara spasial tingkat kepadatan dan sebaran bangunan

maupun tutupan vegetasi pada kawasan perumahan sehingga dapat dihitung luas, prosentase dan pola sebarannya (mengelompok, terpencar atau random) dengan cepat dan akurat, bahkan data penginderaan jauh mampu secara periodik memonitor kondisi kepadatan bangunan dan tutupan vegetasi. Hal ini sangat penting khususnya pada kota kota besar atau wilayah dengan perkembangan yang cepat dimana potensi perubahan penggunaan lahan sangat tinggi yang secara signifikan dapat mempengaruhi tingkat kualitas lingkungan hidup kawasan tersebut.

Dalam penelitian ini dihitung dan diklasifikasi tingkat kepadatan dan pola sebaran bangunan maupun tutupan vegetasi pada kawasan perumahan terencana (tipe mewah, menengah dan sederhana) dan kawasan perumahan swadaya yang dikelompokkan menjadi tiga kelas yaitu swadaya 1, swadaya 2 dan swadaya 3. Kawasan perumahan terencana (formal housing) adalah kawasan perumahan yang dibangun secara terencana dan secara umum mempunyai keseragaman dari aspek bentuk,

KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN TINGKAT KEPADATAN BANGUNAN DWI NOWO MARTONO

KAWASAN PERUMAHAN TERENCANA DAN SWADAYA

ukuran, kualitas dan tata letak bangunan serta terintegrasi dengan pembangunan prasarana dan sarana perumahan. Kawasan ini pembangunannya dilakukan oleh pengembang swasta atau pemerintah dan bersifat komersial. Sedangkan kawasan perumahan swadaya (informal housing) adalah perumahan yang dibangun oleh perorangan secara swadaya di perkampungan dan tidak mempunyai keseragaman dari aspek bentuk, ukuran, kualitas dan tata letak bangunan serta tidak adanya master plan yang jelas dalam penyediaan prasarana dan sarana perumahan.

Lokasi penelitian dipilih di wilayah Kabutaen Bekasi, dengan pertimbangan bahwa Kabupaen Bekasi mempunyai variasi tipe perumahan yang cukup lengkap.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain dapat diketahui tingkat kepadatan dan pola sebaran bangunan permukiman maupun tutupan vegetasi pada kawasan perumahan terencana dan swadaya. Informasi spasial ini sangat berguna sebagai masukan dalam perencanaan kawasan permukiman maupun dalam rangka melakukan perbaikan kualitas lingkungan fisik kawasan perumahan.

TINJAUANPUSTAKA

Kepadatan Bangunan

Perhitungan kepadatan bangunan, menurut Dangnga. 2002, dalam Desertasinya menyatakan bahwa identifikasi kepadatan rumah mukim dilakukan dengan menghitung luas seluruh bangunan rumah mukim (Building Coverage) dan luas areal (blok) permukiman. Kepadatan rumah mukim tidak dapat dihitung melalui jumlah rumah dibanding luasan permukiman karena luas dari masing-masing rumah tidak sama. Untuk menghitung luas penutup bangunan rumah mukim terlebih dahulu dibedakan antara bangunan rumah mukim dengan bangunan bukan rumah mukim. Tingkat kepadatan rumah mukin dihitung menggunakan rumus :

Tingkat kepadatan rumah mukim = Luas atap rumah mukim luas blok permukiman

Direktorat Jenderal Cipta Karya. 1979 mengkelompokkan tingkat kepadatan bangunan menjadi 4 kelompok seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Bangunan Rumah Mukim Variabel Klasifikasi Kriteria

Kepadatan

Bangunan Rendah Sedang Padat Sangat padat Kepadatan <40 % Kepadatan 40% - 60% Kcpadatan 60% - 80% Kepadatan >80% Sumber : Dirjen. Cipta Karya, 1979.

Ruang Terbuka Hijau

Ada beberapa pedoman di dalam mengalokasikan ruang terbuka hijau kota antara lain Pedoman dari Direktorat Jenderal Cipta karya PU, 1979 yaitu rata-rata standart kebutuhan ruang terbuka hijau kurang lebih 17,3 m2 per orang, alokasi di atas belum mempertimbangkan jenis ruang terbuka hijau, jalur hijau jalan, sempadan sungai dan perkuburan. Pedoman dari Nurmandi, 1999 menyatakan bahwa setiap lokasi yang dibebaskan oleh developer dan kemudian dimatangkan ditentukan maksimum 60% untuk bangunan dan minimum 40% untuk ruang terbuka yang mampu menyerap air hujan menjadi air tanah. Pedoman dari Sabari, 2000, menyatakan bahwa untuk kota dinegara

berkembang ruang terbuka hijau minimum 16 m2 per orang . Kota Metropolitan negara maju 48m2 per orang

Kesemua perancangan fisik ruang terbuka hijau ini menentukan kondisi lingkungan dan kesehatan masyarakat kota. Kegagalan dalam perancangan ruang terbuka hijau kota mempengaruhi lingkungan kota, lebih- lebih bila terjadi pencemaran lingkungan; karena ltu dalam pengelolaan lingkungan dimasukkan program alokasi ruang terbuka hijau.

Kepadatan dan sebaran ruang terbuka hijau dilihat dari aspek spasial oleh Sochi, 1993 diklasifikasikan menjadi empat kelompok seperti disajikan pada Tabel 2.Kepadatan dan sebaran ruang terbuka hijau dilihat dari aspek spasial oleh Sochi, 1993

DWI NOWO MARTONO KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN TINGKAT KEPADATAN BANGUNAN

KAWASAN PERUMAHAN TERENCANA DAN SWADAYA diklasifikasikan menjadi empat kelompok

seperti disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi tutupan vegetasi menurut prosentase di dalam blok permukiman

Variabel Klasifikasi Kriteria Keterangan

Tutupan Vegetasi Padat Agak padat sedang Jarang

Lebih dari 60% luas total blok permukiman terdapat penutup vegetasi ( pohon perindang, tanaman keras, pohon buah-buahan, dll )

40% sd 60% luas total blok permukiman terdapat penutup vegetasi ( pohon perindang, tanaman keras, pohon buah-buahan, dll )

20% sd 40% luas total blok permukiman terdapat penutup vegetasi ( pohon perindang, tanaman keras, pohon buah-buahan, dll )

lebih kecil 20% luas total blok permukiman terdapat penutup vegetasi ( pohon perindang, semak, perdu, tanaman tinggi )

Makin padat vegetasi berarti tingkat kepadatan bangunan makin rendah dan lingkungan permukiman makin sehat dan nyaman Real Estate Indonesia : areal terbuka hijau minimal 40 % luas total area. ( 1988 ).

Sumber : Sochi- 1993.

METODOLOGI

Penetapan lokasi dan persebaran sampel dilakukan berdasarkan unit area sampling dengan mempertimbangkan variasi tipe perumahan yang ada. Tipe perumahan terencana dikelompokkan menjadi tipe perumahan mewah, tipe perumahan menengah, tipe perumahan sederhana, sedangkan tipe perumahan swadaya ditentukan berdasarkan analisis diskriminan dari unsur unsur spasial kuantitatif. Dalam penelitian ini dipilih sampel berbagai tipe perumahan berjumlah 12 sampel meliputi 6 sampel kawasan perumahan terencana dan 6 sampel kawasan perumahan swadaya di Kecamatan Cikarang, Kecamatan Babelan dan Kecamatan Bojongmangu Kabupaten Bekasi.

Identifikasi tipe perumahan diawali dengan mengelompokkan jenis kawasan perumahan menjadi dua kelompok yaitu kawasan perumahan yang dibangun secara terencana dan kawasan perumahan swadaya pada penginderaan jauh Ikonos. Delineasi bangunan rumah dan tutupan vegetasi dilakukan secara visual dengan cara interpretasi “on-screen”.

Kepadatan bangunan dinyatakan sebagai perbandingan antara jumlah luasan atap bangunan dalam satu kawasan perumahan dengan luas kawasan perumahan tersebut, dinyatakan dalam persen. Luas atap bangunan rumah dan luas kawasan perumahan dihitung berdasarkan hasil interpretasi dan deliniasi dari data penginderaan jauh Ikonos. Perhitungan luas kawasan dan bangunan menggunakan perangkat lunak Arc-View Versi 3.3. dengan rumus :

Kepadatan Bangunan (P %) = Lb/Lt x100% P = Kepadatan bangunan

Lb = Luas bangunan perumahan Lt = Luas lahan perumahan

Klasifikasi kepadatan bangunan didasarkan pada kriteria dari Direktorat Jenderal Cipta Karya. 1979 sebagai berikut : kepadatan rendah jika lebih kecil dari 40% ; kepadatan sedang jika antara 40% - 60%; dan dikatakan kepadatan padat jika 60% - 80%; dan kepadatan sangat padat jika lebih besar 80%.

Persentasi vegetasi merupakan perbandingan luas vegetasi pada suatu

KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN TINGKAT KEPADATAN BANGUNAN DWI NOWO MARTONO

KAWASAN PERUMAHAN TERENCANA DAN SWADAYA

kawasan perumahan dengan total kawasan perumahan. Interpretasi penutup lahan vegetasi dilakukan secara visual dan perhitungan luas vegetasi menggunakan perangkat lunak Arc-View Versi 3.3. dengan rumus :

Prosentase Vegetasi (%) ; V = Lv/Lt x100% V = prosentase vegetasi

Lv = Luas tutupan vegetasi Lt = Luas lahan perumahan

Semakin luas vegetasi dan tersebar merata, akan memberikan pengaruh yang semakin baik terhadap kualitas lingkungan fisik perumahan. Vegetasi yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi pohon pelindung, kebun, tegalan, belukar dan sebaginya.

Klasifikasi tutupan vegetasi didasarkan pada kriteria dari Shoci, 1993 sebagai berikut : jarang jika lebih kecil dari 20% ; sedang jika antara 20% - 40%; dan dikatakan agak

padat jika antara 40% - 60% dan padat jika lebih besar 60%.

HASILDANPEMBAHASAN

Kepadatan Bangunan Perumahan

Hasil perhitungan tingkat kedapatan bangunan seperti pada Tabel 3, menunjukan beberapa bangunan pada tipe perumahan terencana yaitu pada tipe mewah, menengah dan sederhana kepadatan bangunannya relatif tinggi. Tingkat kepadatan bangunan yang relatif tinggi ini berkaitan dengan optimalisasi pemanfaatan lahan (berorientasi komersial), sehingga hampir seluruh lahan digunakan untuk bangunan rumah. Sebaliknya kepadatan bangunan pada tipe perumahan swadaya relatif lebih rendah. Tipe perumahan swadaya-3 tingkat kepadatannya paling rendah yaitu rata-rata 6,565%. Walaupun demikian dijumpai beberapa sampel kawasan perumahan swadaya mempunyai tingkat kepadatan bangunan dengan katagori sedang yaitu pada tipe perumahan swadaya 1 dengan prosentase kepadatan 44,305%.

Tabel 3. Kepadatan bangunan rumah setiap tipe kawasan perumahan Tipe Kawasan

Perumahan Kepadatanminimum (%) Kepadatan Maximum (%) Kapadatan Rata-rata (%) Keterangan Kawasan Terencana 24,222 61,352 49,968 Kepadatan Sedang Tipe Mewah 24,222 37,633 30,180 Kepadatan Rendah Tipe Menengah 40,633 46,481 44,135 Kepadatan Sedang Tipe Sederhana 47,523 61,352 52,852 Kepadatan Sedang Kawasan Swadaya 3,150 44,305 16,763 Kepadatan Rendah Tipe swadaya-1 10.323 44.305 19.776 Kepadatan Rendah Tipe swadaya-2 9.394 27.097 16.349 Kepadatan Rendah Tipe swadaya-3 3.150 14.606 6.565 Kepadatan Rendah

Tingkat kepadatan bangunan yang relatif tinggi pada tipe perumahan terencana tidak mengesankan sebagai kawasan perumahan yang kumuh, dikarenakan prasarana dan sarana perumahan cukup lengkap, kualitas dan bentuk bangunan rumah relatif seragam serta didukung oleh aksesibilitas yang baik dan lengkap. Sebaliknya semakin tinggi tingkat kepadatan di kawasan perumahan swadaya mengesankan lingkungan perumahan kumuh, karena tata letak bangunan yang relatif tidak teratur dan fasilitas aksesibilitas masih rendah.

Diantara 3 (tiga) tipe perumahan kawasan terencana, tipe perumahan mewah mempunyai tingkat kepadatan rendah,

sedangkan tipe perumahan terencana yang lain mempunyai tingkat kepadatan bangunan sedang. Semua jenis tipe swadaya yaitu tipe perumahan swadaya-1, swadaya-2 dan swadaya-3 mempunyai tingkat kepadatan bangunan rendah. Tipe perumahan swadaya-2 tingkat kepadatannya paling terendah. Tingkat kepadatan bangunan yang masuk katagori padat (>60%) dijumpai pada tipe perumahan sederhana yaitu 61,352%.

Kepadatan bangunan yang rendah pada tipe perumahan swadaya disebabkan kawasan perumahannya didominasi oleh tegalan dan kebun-campuran yang merupakan satu kesatuan dengan kawasan perumahan. Kondisi ini mempengaruhi perhitungan tingkat

DWI NOWO MARTONO KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN TINGKAT KEPADATAN BANGUNAN

KAWASAN PERUMAHAN TERENCANA DAN SWADAYA kepadatan bangunan rumah. Rendahnya

tingkat kepadatan bangunan pada kawasan perumahan swadaya, antara lain disebabkan batas kawasan lebih luas dan persil rumah menjadi satu dengan tutupan lahan tegalan, kebun campur.

Contoh hasil interpretasi spasial dari data penginderaan jauh Ikonos pada berbagai tipe perumahan disajikan pada Gambar 1 sampai dengan Gambar 6. Berdasarkan Gambar tersebut menunjukkan bahwa kawasan perumahan terencana umumnya mempunyai tingkat kepadatan bangunan yang lebih tinggi dibanding kawasan perumahan swadaya.

Gambar 1. Kepadatan bangunan 12.4% pada tipe perumahan Mewah

Gambar 2. Kepadatan bangunan 27% pada tipe perumahan menengah

Gambar 3. Kepadatann bangunan 61% pada tipe

KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN TINGKAT KEPADATAN BANGUNAN DWI NOWO MARTONO

KAWASAN PERUMAHAN TERENCANA DAN SWADAYA

Gambar 5. Kepadatan Bangunan 11.16% Pada

Tipe Perumahan Swadaya-2 Gambar 6. Kepadatan Bangunan 6.167% Pada Tipe Perumahan Swadaya-3

Presentase Vegetasi

Persentase vegetasi dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah luasan vegetasi dalam satu kawasan perumahan dengan luas kawasan perumahan tersebut dan dinyatakan dalam persen. Luas vegetasi dan luas kawasan perumahan dihitung berdasarkan hasil interpretasi dan delineasi dari data penginderaan jauh Ikonos.

Hasil perhitungan persentase vegetasi, menunjukkan bahwa prosentase vegetasi rata-rata tipe perumahan terencana dan tipe perumahan swadaya mempunyai perbedaan yang tinggi yaitu 3.679% dan 32.565%. Kenampakan visual vegetasi dari data penginderaan jauh menunjukkan, bahwa

bercampurnya bangunan perumahan dan tegelan/kebun campuran pada kawasan perumahan swadaya mengesankan tipe perumaha swadaya lebih hijau dan sebaliknya tipe perumahan terencana terkesan gersang. Rendahnya persentase vegetasi di kawasan perumahan terencana disebabkan antara lain oleh tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan pemanfaatan lahan optimal sehingga ruang terbuka hijau untuk setiap persil rumah menjadi sangat terbatas dan lahan terbuka hijau letaknya terkonsentrasi. Kondisi ini berbeda dengan tipe perumahan terencana yang sebaran vegetasinya tidak teratur dan menyebar. Secara rinci klasifikasi presentasi tutupan vegetasi pada berbagai tipe perumahan disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase Vegetasi Rata Rata Pada Kawasan Perumahan

Tipe Perumahan Luas Kawasan Perumahan (meter²) Luas Vegetasi (meter²) Persentase Vegetasi (%) Keterangan Swadaya 177049.799 57656.866 32.565 sedang Swadaya 1 102606.718 23087.634 23,452 sedang Swadaya 2 328331.800 90853.533 20,041 sedang Swadaya 3 182321.077 103324.701 55,458 Agak padat Terencana 155607.594 5724.466 3.679 jarang

Sederhana 149448.582 4396.356 2.942 jarang

Menengah 72847.013 2015.954 2.767 jarang Mewah 126711.838 11935.453 9.419 jarang

Berdasarkan hasil interpretasi, tutupan vegetasi tipe perumahan terencana yaitu mewah, menengah dan sederhana rata-rata kurang dari 10% (klasifikasi jarang), sedangkan tipe swadaya lebih dari 20%

(klasifikasi sedang) bahkan pada tipe swadaya-3 mempunyai persentase vegetasi dominan yaitu lebih dari 50% (klasifikasi agak padat). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa secara spasial ada perbedaan persentase dan pola sebaran tutupan vegetasi

DWI NOWO MARTONO KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN TINGKAT KEPADATAN BANGUNAN

KAWASAN PERUMAHAN TERENCANA DAN SWADAYA pada kawasan perumahan terencana dan

kawasan perumahan swadaya. Contoh visualisasi spasial kepadatan dan pola sebaran tutupan vegetasi pada berbagai kawasan perumahan secara visual disajikan pada Gambar 7 sampai dengan Gambar 12. Pola tutupan vegetasi pada perumahan terencana

umumnya mengelompok dalam satu tempat atau mengelilingi batas luar kawasan perumahan. Sedangkan pola tutupan vegetasi perumahan swadaya bervariasi mulai dari mengelompok sampai dengan pola menyebar mengisi ruang ruang terbuka.

Gambar 7. persentase vegetasi kurang 10% pada

perumahan terencana menengah Gambar 8. persentase vegetasi kurang 10% pada perumahan terencana sederhana

Gambar 9. persentase vegetasi sekitar 14% pada perumahan terencana mewah

Gambar 10. persentase vegetasi sekitar 27% pada perumahan Swadaya-1

KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN TINGKAT KEPADATAN BANGUNAN DWI NOWO MARTONO

KAWASAN PERUMAHAN TERENCANA DAN SWADAYA

Gambar 11. persentase vegetasi lebih dari 16%

pada perumahan swadaya-2 Gambar 12. persentase vegetasi lebih dari 50% pada perumahan swadaya-3

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diperoleh beberapa kesimpulan antara lain :

Melalui pendekatan spasial terdapat perbedaan tingkat kepadatan antara kawasan perumahan terencana dan kawasan perumahan swadaya, bahkan diantara tipe tipe di kedua kawasan perumahan tersebut dapat diidentifikasi adanya gradasi perbedaan tingkat kepadatan bangunan rumah. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk kawasan perumahan terencana kelas kualitas perumahan yang dicerminkan dari nilai jualnya (harganya) dimana semakin mewah tipe rumah maka tingkat kepadatannya cenderung semakin rendah. Tetapi hal ini tidak berlaku untuk kawasan perumahan swadaya, dimana justru semakin rendah tingkat kepadatannya semakin rendah kualitas rumah dan aksesibilitasnya.

Luas tutupan vegetasi kawasan perumahan terencana lebih kecil dibanding kawasan perumahan swadaya. Pola sebaran tutupan vegetasi kawasan perumahan terencana cenderung mengelompok pada satu tempat sedangkan kawasan perumahan swadaya tutupan vegetasinya mempunyai pola menyebar.

DAFTARPUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Perkotaan (KSNPP) No

494/PRT/MM/2005. Direktorat Jenderal Cipta Karya. Jakarta.

Dangnga. 2002. Pengaruh Interaksi Antara Pertumbuhan Penduduk. Perumahan. dan Kualitas Lingkungan Terhadap Sarana dan Prasarana Perumahan dan Faktor Faktor Kualitas Lingkungan. Desertasi. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan. 1992. Pembangunan dan Perumahan dengan lingkungan hunian berimbang. Departemen Pekerjaan Umum.Jakarta Dijkgraaf, C. 1987. The Urban Planet. ITC Journal. No. 3. Enschede.

Direktorat Jenderal Cipta Karya. 1979. Pedoman Perencanaan Lingkungan Perumahan. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta

Gallego, F.J. 1995. Sampling Frames Of Square Segments. Joint Research Centre. European Commission. Luxembourg. Brussels.

Haining. 2000. Spatial Data Analysis in The Social and Environmental Sciences. Cambidge University Press. United Kingdom.

Haggett, P. 1983. Geography. A Modern Synthesis. Harper and Row. Publisher. New York.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia.2003. Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum. Jakarta

DWI NOWO MARTONO KAJIAN RUANG TERBUKA HIJAU DAN TINGKAT KEPADATAN BANGUNAN

KAWASAN PERUMAHAN TERENCANA DAN SWADAYA Menteri Perumahan dan Prasarana Wilayah.

2002. Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs SEHAT). Jakarta.

Maskun. Soemitro. 1996. Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan dalam kerangka Otonomi Daerah. Proceding. CIDES. Jakarta.

Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Negara Perumahan Rakyat. 1992. Pedoman Pembangunan Perumahan dan Permukiman dengan Lingkungan Hunian yang Berimbang. Jakarta.

Martopo.1988. Kedudukan Tata Hijau Dalam Ekosistem Perkotaan. Seminar Hari Jadi Kodia Magelang. Universitas Tidar Magelang.

Nurmandi. 1999. Manajemen Perkotaan. Lingkaran Bangsa. Yogyakarta.

Syarifuddin. 2004. Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP). Direktur Jenderal Perumahan

dan Permukiman. Semiar Nasional Perumahan dan Permukiman. Bandung Sabari,Y. 2000. Struktur Tata Ruang Kota.

Pustaka Pelajar Offset. Yogyakarta

Syarifuddin. 1995. Analisis Variasi Keruangan Permukiman di Wilayah Kecamatan Gedongtengen Kodia Yogyakarta. Jurnal Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Hlm 29-37.

Santosa. 1993. Kajian Kualitas Lingkungan Perumahan dan Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian Kota Yogyakarta dengan Bantuan Foto Udara. Desertasi. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor

Sochi, B.S. 1993. The Potential of Aerial Photos for Slum and Squatter Settlement Detection and Mapping. Asian-Pasific Remote Sensing Journal. Vol.5. No.2. Bangkok.

Sutanto. 1989. Foto Udara Sebagai Sumber Informasi Untuk Pengembangan Lingkungan Kekotaan di Indonesia. PUSPICS-Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Kajian Tingkat Keteraturan Bangunan di Kawasan Perumahan