• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Tingkat Keteraturan Bangunan di Kawasan Perumahan dengan Pendekatan Spasial Kuantitatif

Oleh:

Dwi Nowo Martono *)

Abstrak: Identifikasi visual keteraturan bangunan di kawasan perumahan bersifat kualitatif sehingga menimbulkan

subyektifitas. Oleh karena itu pendekatan analisis spasial kuantitatif digunakan untuk meminimumkan subyektivitas hasil identifikasi visual.

Penelitian ini mencoba mengaplikasikan pendekatan analisis spasial kuantitatif untuk mengklasifikasi tingkat keteraturan bangunan pada kawasan perumahan terencana dan swadaya berdasarkan variabel sudut azimuth antar rumah dan jarak rumah terhadap jaringan jalan.

Perhitungan besarnya sudut antar rumah didasarkan pada sudut azimuth yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan antara titik pusat rumah dengan titik pusat rumah tetangga terdekatnya. Sedangkan perhitungan rata-rata jarak bangunan rumah ke as jalan menggunakan metode buffering.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kawasan perumahan terencana secara spasial tata letak bangunan lebih teratur dibandingkan kawasan perumahan swadaya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata simpangan baku sudut azimuth dan jarak rumah ke jalan lebih kecil dibandingkan dengan kawasan perumahan swadaya.

*) Peneliti, Pusat Data Penginderaan jauh LAPAN

PENDAHULUAN

Identifikasi keteraturan bangunan berbasis spasial sampai saat ini masih menggunakan pendekatan kualitatif berdasarkan interpretasi visual dan digital dari data penginderaan jauh satelit atau foto udara berdasarkan parameter spektral, bentuk, ukuran, tekstur, pola, warna dan asosiasi. Informasi spasial bangunan di kawasan perumahan umumnya dikelompokkan menjadi dua kelas yaitu bangunan teratur dan tidak teratur, sehingga klasifikasi lebih rinci gradasi tingkat keteraturan bangunan sulit dilakukan.

Secara faktual, tingkat keteraturan bangunan perumahan sangat bervariasi tidak hanya dalam dua kelas teratur dan tidak teratur, tetapi ada tingkat tingkat gradasi keteraturannya. Pada dua atau lebih kawasan perumahan dengan klasifikasi bangunan teratur, belum tentu mempunyai tingkat keteraturan yang sama satu dengan lainnya. Hal ini disebabkan keteraturan tata letak bangunan sangat dipengaruhi oleh beberapa unsur spasial kuantitatif antara lain keseragam arah hadap rumah, jarak antar rumah satu dengan rumah lainnya, keseragam ukuran bangunan rumah, jaringan jalan dan lain sebagainya. Variabel spasial ini hanya bisa diperoleh jika dilakukan pendekatan analisis kuantitatif.

Dalam penelitian ini identifikasi tingkat keteraturan bangunan perumahan dikaji berdasarkan indikator kuantitatif sudut antar rumah dan jarak rumah terhadap jalan yang informasi spasialnya diturunkan dari hasil interpretasi data penginderaan jauh resolusi sangat tinggi. Kawasan perumahan yang dijadikan sebagai subyek penelitian adalah kawasan perumahan tipe terencana dan kawasan perumahan swadaya. Kawasan perumahan terencana (formal housing) adalah kawasan perumahan yang dibangun secara terencana dan secara umum mempunyai keseragaman dari aspek bentuk, ukuran, kualitas dan tata letak bangunan serta terintegrasi dengan pembangunan prasarana dan sarana perumahan. Kawasan ini pembangunannya dilakukan oleh pengembang swasta atau pemerintah dan bersifat komersial. Sedangkan kawasan perumahan swadaya (informal housing) adalah perumahan yang dibangun oleh perorangan secara swadaya di perkampungan dan tidak mempunyai keseragaman dari aspek bentuk, ukuran, kualitas dan tata letak bangunan serta tidak adanya master plan yang jelas dalam penyediaan prasarana dan sarana perumahan.

Tujuan penelitian ini adalah mengukur tingkat keteraturan bangunan pada kawasan

DWI NOWO MARTONO KAJIAN TINGKAT KETERATURAN BANGUNAN DI KAWASAN PERUMAHAN DENGAN PENDEKATAN SPASIAL KUANTITATIF perumahan terencana dan perumahan

swadaya berdasarkan variabel nilai sudut azimuth antar rumah, jarak antar rumah dan jarak rumah terhadap jalan. Kajian keteraturan bangunan mengambil studi kasus di wilayah Kabutaen Bekasi, dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Bekasi mempunyai variasi tipe perumahan yang cukup lengkap.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain sebagai salah informasi spasial yang penting dalam rangka analisis yang berkaitan dengan perencanaan suatu kawasan perumahan, juga dalam rangka kajian perbaikan kualitas lingkungan fisik perumahan atau perbaikan aksesibilitas di kawasan perumahan khususnya pada kawasan kawasan perumahan kumuh.

METODOLOGI

Dalam penelitian ini diambil sampel berbagai kawasan perumahan berjumlah 12 sampel meliputi 6 sampel kawasan perumahan terencana dan 6 sampel kawasan perumahan swadaya di Kecamatan Cikarang, Kecamatan Babelan dan Kecamatan Bojongmangu Kabupaten Bekasi.

Identifikasi visual dengan data penginderaan jauh Ikonos keteraturan bangunan di kawasan perumahan yang dibangun secara terencana dan swadaya. Kawasan perumahan terencana dikelompokkan menjadi tipe perumahan mewah, tipe perumahan menengah, tipe perumahan sederhana, sedangkan tipe perumahan swadaya ditentukan berdasarkan variasi tingkat kepadatan bangunan dan ruang terbuka hijau menjadi tipe swadaya 1, swadaya 2 dan swadaya 3. Tipe tipe perumahan hasil interpretasi ini divalidasi melaui survei lapangan.

Tingkat keteraturan bangunan perumahan dengan pendekatan analisis spasial kuantitatif meliputi orientasi letak rumah satu dengan rumah lainnya yang diukur berdasarkan sudut antar rumah dan indikator rata-rata jarak

rumah ke jalan. Perhitungan besarnya sudut antar rumah didasarkan pada sudut azimuth yang dibentuk oleh garis yang menghubungkan antara titik pusat rumah dengan titik pusat rumah tetangga terdekatnya. Untuk mempercepat proses perhitungan dibuat perangkat lunak terpisah dengan bahasa visual C++. Sedangkan perhitungan rata-rata jarak bangunan rumah ke as jalan menggunakan metode buffering dengan interval 10 meter. Prosedur perhitungan sudut azimuth antar rumah dan jarak rumah terhadap jalan disajikan pada lampiran.

Analisis hasil pengukuran sudut azimuth antar rumah dan jarak rumah ke jalan dilakukan dengan menghitung rata-rata simpangan baku. Semakin kecil simpangan baku mengindikasikan semakin teratur tata letak bangunan di suatu kawasan perumahan atau tata letak bangunan rumah dikatakan semakin teratur apabila semakin homogen sudut antar rumah dan jarak rumah ke jalan.

HASILDANPEMBAHASAN

Pola Spasial Keteraturan Bangunan

Berdasarkan hasil interpretasi visual menggunakan citra penginderaan jauh ikonos, bangunan rumah dan jaringan jalan secara umum mudah dikenali, tetapi delineasi batas individu bangunan rumah satu dengan lainnya mempunyai tingkat kesulitan beragam. Bangunan di kawasan perumahan terencana, deliniasi batas bangunan tingkat kesulitannya lebih tinggi dibanding tipe perumahan swadaya. Hal ini antara lain disebabkan bangunan rumah membentuk couple /bergandengan sehingga ada satu dinding rumah yang saling berimpit. Sebaliknya pada kawasan perumahan swadaya secara umum lebih mudah, walaupun pada kawasan perumahan dengan kepadatan tinggi (lebih besar 75%) tingkat kesulitannya relatif tinggi. Tabel 1 menyajikan tingkat kemudahan proses interpretasi visual bangunan rumah terencana dan swadaya.

KAJIAN TINGKAT KETERATURAN BANGUNAN DI KAWASAN PERUMAHAN DWI NOWO MARTONO DENGAN PENDEKATAN SPASIAL KUANTITATIF

Tabel 1. Tingkat Kemudahan Interpretasi Obyek di Kawasan Perumahan

No Obyek Kemudahan Interpretasi

1 1.1 1.2 1.3 2. 1.1 1.2 1.3

Bangunan rumah di kawasan perumahan yang dibangun terencana.

Batas bangunan rumah Tipe mewah Batas bangunan rumah Tipe menengah Batas bangunan rumah Tipe sederhana

Bangunan rumah di kawasan perumahan alami Batas bangunan rumah kepadatan tinggi (>70%) Batas bangunan rumah kepadatan sedang (>35%) Batas bangunan rumah kepadatan rendah (<35%) Jalan 1 1 1-2 2 1 2 1-2 1 Sumber : Interpretasi data Ikonos, 2006

Keterangan :

1. = bentuk obyek jelas, proses deliniasi batas obyek tanpa menggunakan data penunjang.

2. = bentuk obyek jelas, proses deliniasi batas obyek dengan data penunjang atau survei lapangan.

Secara spasial contoh hasil interpretasi visual bangunan rumah pada kawasan perumahan terencana dan kawasan perumahan swadaya disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 3 yang menunjukkan kondisi

spasial kawasan perumahan terencana dan hasil interpretasinya, sedangkan Gambar 2 dan Gambar 4 memperlihatkan kondisi spasial kawasan perumahan swadaya dan hasil interpretasinya.

Gambar.1 Kawasan perumahan terencana pada

citra ikonos Gambar 2. Kawasan perumahan terencana hasil interpretasi

Gambar.3. Kawasan perumahan swadaya pada citra ikonos

Gambar 4. Kawasan perumahan swadaya hasil interpretasi

DWI NOWO MARTONO KAJIAN TINGKAT KETERATURAN BANGUNAN DI KAWASAN PERUMAHAN DENGAN PENDEKATAN SPASIAL KUANTITATIF Berdasarkan visualisasi Gambar 1 sampai

Gambar 4, menunjukkan adanya perbedaan yang cukup jelas antara pola spasial keteraturan bangunan kawasan perumahan terencana dan swadaya. Pola spasial kawasan perumahan terencana dicirikan dengan tata letak bangunan yang tertata teratur, kompak dan mengelompok. Jarak antar bangunan terlihat seragam. Sedangkan pola spasial kawasan perumahan swadaya ditandai dengan pola sebaran bangunan yang tidak kompak, menyebar tidak teratur, ukuran dan jarak antar bangunan tidak seragam. Dari aspek optimalisasi ruang tentunya kawasan

perumahan terencana lebih efektif dibanding kawasan perumahan swadaya.

Tata Letal Bangunan Perumahan

Dalam penelitian ini tata letak bangunan perumahan dinilai berdasarkan variasi sudut azimuth bangunan rumah terhadap bangunan rumah lainnya dan jarak rata-rata bangunan rumah terhadap jalan. Jalan yang dimaksud adalah jalan di kawasan perumahan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda empat satu arah. Posisi bangunan rumah satu terhadap rumah lain terdekat diukur berdasarkan sudut azimuth kedua rumah seperti ditunjukkan pada Gambar 5.

Keterangan : Az1-2 = sudut azimuth antara rumah satu dengan rumah terdekat Gambar 5. Pengukuran Sudut Azimuth Antar Rumah Terdekat

Berdasarkan hasil penelitian seperti disajikan pada Tabel 2, komposisi sudut azimuth dan jarak terdekat rumah terhadap jalan pada kawasan perumahan swadaya mempunyai simpangan baku lebih besar dibanding kawasan perumahan terencana. Ini menunjukkan bahwa secara umum kawasan perumahan terencana, bangunan rumah tertata lebih teratur dibandingkan kawasan perumahan swadaya.

Kelompok kawasan perumahan terencana yang meliputi kawasan perumahan mewah, tipe menengah dan tipe sederhana, simpangan baku azimuth dan jarak rumah terhadap jalan relatif homogen. Hal ini

mengindikasikan bahwa keteraturan bangunan rumah di ketiga tipe ini relatif sama.Kawasan perumahan terencana menengah tata letak bangunannya paling teratur dibanding tipe terencana lainnya. Sebaliknya pada kelompok kawasan perumahan swadaya yang meliputi tipe swadaya-1, swadaya-2 dan swadaya-3, simpangan baku sudut azimuth dan jarak rumah terhadap jalan nilainya relatif bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keteraturan bangunan di kawasan perumahan swadaya relatif bervariasi. Kawasan perumahan swadaya 2 tata letak bangunan paling teratur dibanding tipe swadaya lainnya.

Tabel 2. Sudut Antar Rumah dan Jarak Rumah Terhadap Jalan Setiap Tipe Perumahan Kawasan

perumahan Sudut Azimuth Antar Bangunan Rumah Jarak Rumah Terhadap Jalan (Meter) Rata-rata Simpangan Baku Rata-rata Simpangan Baku Swadaya 82.9093 12.5389 47.4755 20.1340 Swadaya 1 83.4406 12.4626 50.4142 24.5136

KAJIAN TINGKAT KETERATURAN BANGUNAN DI KAWASAN PERUMAHAN DWI NOWO MARTONO DENGAN PENDEKATAN SPASIAL KUANTITATIF

Kawasan

perumahan Sudut Azimuth Antar Bangunan Rumah Jarak Rumah Terhadap Jalan (Meter) Swadaya 2 83.3432 12.5340 36.6594 15.6929 Swadaya 3 82.4735 12.5728 51.6735 20.5511 Terencana 92.0945 3.4045 11.3688 2.3555 Sederhana 92.6746 3.1561 10.4796 2.1073 Menengah 91.6796 3.5880 10.7722 1.9704 Mewah 91.3500 3.7033 16.6181 4.5490

Secara visual kawasan perumahan yang dicerminkan dari tata letak bangunan perumahan dengan indikator simpangan baku azimuth dan jarak rumah terhadap jalan pada kawasan perumahan terencana dan swadaya ditunjukkan pada Gambar 6 sampai dengan Gambar 9.

Pada kawasan perumahan swadaya yang ditunjukkan oleh Gambar 6, sudut azimuth rumah satu dengan rumah lainnya besarnya

bervariasi dan cenderung tidak teratur yang ditunjukkan dengan pola-pola garis yang arahnya bervariasi. Berbeda dengan kawasan perumahan terencana yang ditunjukkan pada Gambar 7 besarnya azimuth lebih teratur yang ditunjukkan dengan membentuk garis lurus yang sejajar antara satu blok dengan blok rumah lainnya sehingga azimuthnya seragam / homogen.

Gambar 6. Azimuth antar bangunan terdekat pada

kawasan perumahan swadaya Gambar 7. Azimuth antar bangunan terdekat pada kawasan perumahan teratur

Gambar 8. Buffer jarak rumah terhadap jalan pada kawasan perumahan swadaya

Gambar 9. Buffer Jarak Rumah Terhadap Jalan Kawasan perumahan Terencana

DWI NOWO MARTONO KAJIAN TINGKAT KETERATURAN BANGUNAN DI KAWASAN PERUMAHAN DENGAN PENDEKATAN SPASIAL KUANTITATIF

Perbedaan secara visual jarak rumah terhadap jalan lingkungan pada perumahan terencana dan perumahan swadaya ditunjukkan pada Gambar 8 dan Gambar 9. Hasil proses buffering terhadap jalan lingkungan pada kawasan perumahan swadaya dengan interval 10 meter menunjukkan posisi bangunan rumah terhadap jalan persebarannya sangat bervariasi berkisar 10 meter sampai lebih dari 90 meter, sebaliknya kawasan perumahan terencana menunjukkan hasil buffering jalan lingkungan dengan interval 10 meter. Hal ini mengindikasikan bahwa jarak rumah terhadap jalan seragam atau teratur, dimana besarnya jarak rumah terhadap jalan diukur dari titik pusat rumah terhadap as jalan relatif seragam yaitu kurang dari 20 meter.

Hasil survei lapangan pada kawasan perumahan terencana dan swadaya di Kecamatan Cikarang Selatan, Cibitung, Babelan, Bojongmangu dan Tambun Selatan, menunjukkan bahwa bangunan rumah kawasan perumahan terencana selalu menghadap jalan lingkungan, sebaliknya bangunan rumah kawasan perumahan swadaya sebagian besar tidak menghadap jalan lingkungan atau jalan arteri. Beberapa sebab bangunan rumah swadaya tidak seluruhnya menghadap jalan lingkungan antara lain :

1. Pembangunan rumah baru diantara bangunan rumah yang telah ada, umumnya tidak memperhatikan tata letak dan kelayakan ruang untuk aksesibiltas. Pembangunan rumah baru hanya memperhatikan bentuk persil tanpa memperhatikan posisi dengan rumah tetangganya dan jaringan jalan

lingkungan yang telah ada. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa penduduk mengindikasikan bahwa memaximumkan luas bangunan rumah sesuai luas persil tanah menjadi pertimbangan utama penduduk membangun rumah. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa luas persil tanah di kawasan perumahan tipe swadaya tidak seragam dan posisi atau arah hadap bangunan rumah terhadap bangunan lainnya tidak teratur.

2. Jaringan jalan lingkungan pada kawasan perumahan swadaya tidak berkembang bahkan dijumpai hanya ada satu ruas jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan roda empat. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab aksesibilitas, prasarana dan sarana perumahan swadaya masih rendah

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan kuantitatif dengan indikator sudut azimuth dan jarak rumah terhadap jalan dapat disimpulkan bahwa semakin homogen (simpangan baku kecil) sudut azimuth dan jarak rumah terhadap jalan mengindikasikan tata letak bangunan rumah semakin tertata teratur.

Hasil penelitian ini menunjukkan pula bahwa tata letak bangunan kawasan perumahan terencana secara spasial lebih teratur dibandingkan kawasan perumahan swadaya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata simpangan baku sudut azimuth dan jarak rumah ke jalan lebih kecil dibandingkan dengan kawasan perumahan swadaya

KAJIAN TINGKAT KETERATURAN BANGUNAN DI KAWASAN PERUMAHAN DWI NOWO MARTONO DENGAN PENDEKATAN SPASIAL KUANTITATIF

Melalui pendekatan spasial kuantitatif, interpretasi visual yang cenderung subyektif dapat diperkaya dengan indikator spasial kuantitatif sehingga klasifikasi tingkat keteraturan bangunan lebih rinci dan obyektif.

DAFTARPUSTAKA

Anderson, E.R. 1995. Multivariate Data Analysis. Fourth Edition. Prentice Hal Englewood. New Jersey.

Bintarto. 1978. A Quantitative Expression Of The Pattern Of Urban Settlements In The Province Of Yogyakarta. The Indonesian Journal of Geography. Gadjah Mada University. Indonesia.

Bintarto dan Surastopo. 1983. Metode Analisis Geografi. LP3ES. Jakarta.

Bruijn, C.A. 1977. Urban Survey with Aerial Photography. A Time for Practice. ISP Commission. Invited paper for the Thirteenth Congress of the International Society of Photogrammetry. Helsinki. Gallego, F.J. 1995. Sampling Frames Of

Square Segments. Joint Research Centre. European Commission. Luxembourg. Brussels.

Greme Aplin. 1980. Order Neighbour Analysis. Macquarie University. USA

Haining. 2000. Spatial Data Analysis in The Social and Environmental Sciences. Cambidge University Press. United Kingdom.

Kennegeiter, A. 1984. Airphoto Interpretation For Land Use and Agriculture. ITC. Enshede The Nederlands

Northam, R.M. 1979. Urban Geography. John Wiley and Sons. New York.

Prahasta, E. 2001. Konsep-Konsep Sistem Informasi Geografi. Bina Informatika. Bandung

Polle, V.F.L. and Hofstee. 1986. Urban Kampung Improvement and the Use of AerialPhotography for Data Collection. In: The Indonesian City. Peter J.M Nased. Foris Publications. Dordrecht

Suparno dan Endy. 2005. Perencanaan dan Pengembangan Perumahan. Andi Offset. Yogyakarta.

Syarifuddin. 2004. Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP). Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman. Semiar Nasional Perumahan dan Permukiman. Bandung

Space Imaging. 2003. Ikonos. http:/www.damap.com/ikonos.htm.

Stewart, F, Brunsdon and Charlton. 2000. Quantitative Geography : Perspectives on Spasial Data Analysis. SAGE Publications Ltd. London.

Tinker, K.J. 1978. An Introduction To Graph Theoretical Methods In Geography. Brock University. Ontario. Canada.

Welch, R.1982. Spasial Requirements for Urban Studies. International Journal of Remote Sensing. Vol.3. No.2. Taylor & Francis Ltd.. London.

Pengaruh Orientasi Bangunan dan Desain Fasade