• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Lansekap Koridor Jalan Untuk Perancangan Kota Ekologis

A. Tutut Subadyo *)

Abstrak: Sebagai lingkungan buatan, kota, mengokupasi bentang alam untuk memenuhi kebutuhan penghuninya. Pada

awalnya, evolusi penggunaan lahan perkotaan, tingkat intervensinya masih rendah. Namun eskalasi perkembangan kota sering memperlihatkan peningkatan okupasi lahan kota, yang menyalahi fungsi dan melampaui kapasitas ekologi. Sampai akhirnya mengancam keberadaan relung-relung alam yang tersisa. Jika proses pembiaran berlangsung, secara perlahan tapi pasti akan terjadi tindakan bunuh diri secara ekologis (ecological suicide). Keseimbangan yang proporsional antara ruang terbangun dengan ruang terbuka sangat penting bagi kelestarian lingkungan hidup di perkotaan. Keberadaan lansekap koridor jalan di perkotaan sebagai salah satu bentuk ruang hijau dan relung semi alami kota akan ikut berperan untuk menjamin keseimbangan ekologi lingkungan dan meningkatkan urban biodiversity. Pada sisi lain, secara idealistik lansekap koridor jalan di perkotaan merupakan suatu serial ruang yang harus berkarakter, memberi kesan menarik, menjadi identitas suatu tempat dan memiliki ciri tertentu. Performansinya merupakan tatanan terdepan yang paling mudah untuk dilihat, dinikmati dan merupakan nilai atau gambaran kualitas kehidupan dan kultur masyarakat setempat. Oleh karenanya suatu perancangan kota yang ekologis tidak bisa mengesampingkan unsur lansekap koridor jalan sebagai salah satu pertimbangannya. Makalah ini akan membahas pemanfaatan lansekap koridor jalan di perkotaan sebagai salah satu unsur pembentuk dalam perancangan kota ekologis, termasuk optimasi fungsi dan perannya.

Kata Kunci : kota ekologis, koridor jalan, lansekap.

*) Mahasiswa S-3 Arsitektur ITS Surabaya; Lektor Kepala- Jurusan Arsitektur Unmer Malang

PENDAHULUAN

Lansekap koridor jalan sebagai ruang hijau berbentuk jalur di perkotaan merupakan salah satu konsep dalam perancangan kota yang eksistensinya dibutuhkan sebagai salah satu ruang terbuka hijau perkotaan. Kehadiran lansekap koridor jalan seharusnya dipandang tidak saja dari fungsi fisik semata, tetapi juga fungsi ekologi dan juga fungsi sosial ekonomi sekaligus.

Di banyak kota besar dunia, kegagalan dalam mempertahankan fungsi ekologis lansekap koridor jalan ini diakibatkan oleh peningkatan laju pembangunan transportasi perkotaan yang menyertai pertumbuhan penduduk kota. Ledakan penduduk ditengarai tidak saja sebagai biang keladi munculnya permasalahan di perkotaan pada tiga sektor, yaitu perumahan, pelayanan dan transportasi tetapi juga akan bermuara pada terlampauinya batas kota. Sejalan dengan perambahan wilayah luar kota ini secara bersamaan “mengaburkan” fungsi ekologis lansekap koridor jalan suatu kota. Kesulitan dalam mempertahankan stabilitas fungsi ekologis lansekap koridor jalan kota ini dialami oleh kota-kota besar di Indonesia.

Pemanfaatan lansekap koridor jalan sebagai salah satu green belt di perkotaan memang sulit dilakukan. Sehingga untuk membangun kawasan hijau pemerintah daerah harus mulai dengan menerapkan kebijakan yang tegas seperti meniadakan izin baru untuk membuka lahan di kawasan hijau dan menerapkan aturan koefisien dasar bangunan yang ketat.

DASARPEMIKIRAN

Menurut Simonds (1983), lansekap koridor jalan adalah wajah dan karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan koridor jalan, baik elemen lansekap alami seperti topografi yang mempunyai panorama indah maupun terbentuk dari elemen lansekap buatan. Selanjutnya dikemukakan bahwa suatu lansekap koridor jalan merupakan kesatuan dengan lingkungan secara total, aman, efisien dan berfungsi sebagai penghubung wilayah. Mc. Harg (1992) menyatakan ruang lansekap koridor jalan dapat memberikan kesempatan visual yang memuaskan bagi pengemudi atau pemakai jalan, disamping memenuhi kebutuhan lalu lintas yang nyata. Sementara itu Austin (1982) menyatakan, sirkulasi pada ruang lansekap

PEMANFAATAN LANSEKAP KORIDOR JALAN A.TUTUT SUBADYO UNTUK PERANCANGAN KOTA EKOLOGIS

koridor jalan yang baik untuk kendaraan bermotor ataupun pejalan kaki mencakup pergerakan yang erat kaitannya dengan perubahan dan rangkaian pengalaman inderawi serta lingkungan yang dirasakan disepanjang koridor jalan tersebut.

Dengan demikaian lansekap koridor jalan sebagai bagian ruang terbuka hijau merupakan kawasan hijau bagian kota yang dinikmati secara umum oleh penghuninya dan menjadi pembentuk wajah kota (Nasarudin 1994). Sekait dengan itu, menurut Simonds (1983), lansekap yang terbentang sepanjang koridor jalan harus memberikan kesan yang menyenangkan dengan menyelaraskan keharmonisan dan kesatuan vegetasi sehingga fungsional secara fisik dan visual.

Sejumlah pernyatan di atas diperkuat oleh Bernatzky (1978) yang menyatakan, walaupun manusia sudah berada di jantung peradaban teknologi ia tetap memiliki ikatan yang kuat terhadap alam. Kota tanpa ruang bervegetasi, dinyatakannya, akan menyebabkan ketegangan mental bagi warganya. Lebih jauh Crowe (1981) menyatakan, lansekap koridor jalan sebagai salah satu bentuk dari ruang terbuka hijau di perkotaan haruslah merupakan suatu sistem ruang untuk mendapatkan kenyamanan bagi warga kotanya; seimbang dengan berbagai fasilitas pelayanan kota lainnya. Oleh sebab itu, lansekap koridor jalan di perkotaan, tidak hanya sebagai pengisi ruang dalam kota tetapi juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan ekosistem kota untuk kelangsungan fungsi ekologis dan juga untuk berjalannya fungsi kota yang sehat dan wajar. Ia juga merupakan bagian dari kawasan kota yang memberikan kontribusi terutama dalam meningkatkan kualitas lingkungan yang baik (Roslita, 1997) dan dapat menjadikan kondisi ekologis kota yang lebih baik sehingga memudahkan adaptasi bagi manusia dan makhluk hidup lainnya untuk berdiam dan hidup didalamnya. Bahkan Simonds (1983) menyatakan lansekap koridor jalan di perkotaan dapat membentuk karakter kota, memberikan kenyamanan dan menjaga kelangsungan hidupnya. Bentuk peran ini antara lain sebagai ruang yang sehat, estetis dan keindahan visual, kehidupan satwa, ameliorasi iklim, dan sebagai unsur pendidikan. Ditambahkan oleh Schmid (1979), bahwa lansekap koridor jalan di perkotaan juga berfungsi untuk (1) meningkatkan kualitas visual/estetika alami,

(2) artifak sejarah, dan juga (3) bernilai ekonomi.

Terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam memanfaatkan lansekap koridor jalan untuk mendukung perancangan kota secara ekologis, yaitu optimalisasi pemanfaatan fungsi vegetasi pengisinya dan pengelolaan untuk memperoleh keanekaragaman hayati yang tinggi. Tujuan dari keduanya adalah untuk memperoleh manfaat dari keanekaragaman hayati pada lansekap koridor jalan, sehingga dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia penghuni kota.. Dasar pemikiran ini berangkat dari karakteristik ekosistem perkotaan yang dikombinasikan dengan karakteristik keanekaragaman hayati perkotaan sebagai unsur utama pengisi lansekap koridor jalan. Sudah barang tentu masukan teoritis, pengalaman empiris, serta pengetahuan ilmiah akan menentukan konsep pemanfaatan lansekap koridor jalan untuk perancangan kota ekologis.

EKOSISTEMPERKOTAAN

Kota merupakan salah satu model lingkungan yang paling bersifat ekologis, dengan pengertian bahwa kota mencerminkan suatu adaptasi yang paling rumit (Catanese, 1992). Kriteria yang dapat dipakai untuk merumuskan suatu kota sekurangnya ada 10, yakni: 1) berpenduduk dan berukuran yang besar pada masa dan tempat tertentu; 2) memiliki kepadatan yang tinggi; 3) bersifat permanen; 4)memiliki sejumlah fungsi kota; 5) memiliki struktur dan pola dasar( ruang kota dan jalan); 6)merupakan pusat ekonomi pada masa dan tempatnya; 7) penghuninya heterogen dan memiliki perbedaan yang bersifat hirarkis; 8)memiliki suatu filosofi hidup perkotaan pada masa dan tempat; 9) merupakan pusat penyebaran dan distribusi; dan 10) merupakan pusat pelayanan.

Keanekaragaman hayati di perkotaan sampai saat ini masih jarang diteliti, meskipun selama ini telah banyak dilakukan intervensi manusia dalam menata keanekaragaman hayati flora di perkotaan. Hal tersebut diperkuat oleh kelaziman selama ini dimana kota umumnya dirancang secara antroposentris. Disinyalir bahwa sekitar 35 tahun pada banyak kota di Indonesia masih mudah ditemukan berbagai satwa liar yang menghuni vegetasi pada lansekap koridor jalan. Kini, banyak vegetasi endemik dan lokal pada lansekap koridor jalan tersingkir

A.TUTUT SUBADYO PEMANFAATAN LANSEKAP KORIDOR JALAN UNTUK PERANCANGAN KOTA EKOLOGIS dan kalah bersaing dengan vegetasi eksotis

yang bersifat estetis semata.

FUNGSIDANMANFAATVEGETASI

Secara umum di dalam lansekap, pohon merupakan elemen utama dan secara individu maupun kelompok penampilan pohon dapat mempengaruhi penampakan visual dan memberikan kesan yang berbeda-beda dari jarak berbeda bagi pengamat (Carpenter, 1975). Vegetasi pada lansekap koridor jalan juga menghasilkan suasana alami di lingkungan perkotaan dengan berbagai tekstur dan warna, kehijauannya serta bayangan yang ditimbulkannya menhadirkan kelembutan dan kesegaran.

Vegetasi pada lansekap koridor jalan dapat memperjelas bentuk dan memperkuat keberadaan tapak, membangun dan menghubungkan ruang atau kawasan, membingkai panorama (view), mempersatukan bangunan, menyebabkan perubahan visual selama bergerak, melindungi dan menyerap cahaya matahari, memberi efek bayangan dan fungsi naungan, menahan air hujan, membersihkan udara dan mengatur iklim mikro. Menurut Both (1993), fungsi vegetasi dalam lansekap koridor jalan dibagi dalam tiga kategori: 1) fungsi struktural: sebagai dinding, atap dan lantai dalam membentuk ruang serta dapat mempengaruhi view dan arah pergerakan; 2) fungsi lingkungan: meningkatkan kualitas udara dan air, mencegah erosi serta memodifikasi iklim mikro; 3) fungsi visual : sebagai titik dominan dan penghubung visual melalui karakteristik yang dimilikinya seperti bentuk, ukuran, tekstur dan warna.

Keberadaan pohon pada lansekap koridor jalan bertujuan untuk memisahkan pejalan kaki dan jalan kendaraan untuk keamanan, keselamatan, dan memberi ruang bagi utilitas maupun perlengkapan jalan lainnya. Selain itu juga berperan untuk menciptakan efek ruang bagi pengguna jalan dengan memisahkan berbagai aktivitas yang berlangsung pada jenis sirkulasi, mengarahkan pemandangan, memberikan zona aman dan terlindung. Secara keseluruhan keanekaragaman vegetasi pada lansekap koridor jalan merupakan taman perkotaan yang berbentuk linear yang secara fungsional dan visual memberi sumbangan dalam pengoptimalan keseimbangan ekologi perkotaan.

Manfaat vegetasi yang digunakan sebagai elemen utama lansekap koridor jalan di perkotaan merupakan suatu upaya untuk menanggulangi berbagai penurunan kualitas lingkungan. Fungsi tersebut dapat berkaitan langsung dengan kehidupan penghuni kota sebagai suatu kesatuan ekosistem perkotaan. Dengan demikian lansekap koridor jalan bermanfaat dalam kehidupan masyarakat perkotaan seperti fungsi: (1) estetis, (2) orologis, (3) hidrologis, (4) klimatologis, (5) edaphis, (6) ekologis, (7) protektif, (8) higienis dan (9) edukatif.

Menurut Carpenter et al. (1975), kehadiran vegetasi di lingkungan perkotaan memberikan suasana alami. Daun-daun hijau vegetasi dengan berbagai tekstur dan bayangan yang ditimbulkan oleh pohon akan menghadirkan kelembutan serta kesegaran pada areal beraspal. Vegetasi dapat juga menetralkan suasana tertekan akibat suhu tinggi, polusi udara, serta suasana bising. Waston & Nelly (1994) menyatakan pepohonan dalam kota merupakan bagian yang tak terpisahkan dari infrastruktur perkotaan. Dijelaskan bahwa nilai fungsional dari vegetasi lansekap jalan sebagai kontrol visual seperti mengurangi cahaya dan menyilaukan baik dari matahari maupun kendaraan dengan menempatkan vegetasi pada ketinggian dan kepadatan yang tepat. Sementara Laurie (1975) menyatakan, vegetasi sebagai unsur alamiah merupakan indikator iklim mikro yang baik seperti jalur pepohonan yang rimbun dapat mengalihkan hembusan angin, bayangan yang disebabkan oleh naungan pohon dapat mempengaruhi suhu dan oksigen yang diproduksi vegetasi sebagai penyejuk. Vegetasi pada lansekap koridor jalan sampai batas tertentu bermanfaat dapat menjaga udara tetap segar dan tingkat pencemaran rendah. Suasana rutin dan sibuk yang terlihat setiap hari di perkotaan dapat berubah menjadi lebih santai dengan keindahan dan kenyamanan yang dihadirkan oleh vegetasi di jalur hijau lansekap koridor jalan. Oleh karena itu menurut Satjapradja (1991), lansekap koridor jalan dapat dijadikan suatu tempat rekreasi dan berolah raga bagi masyarakat kota.

a. Barrier Kesilauan

Vegetasi sangat efektif untuk mengantisipasi kesilauan pengemudi atau pengguna di koridor jalan dari sinar langsung dan pantulan cahaya matahari (Haris & Dinnes, 1988). Pada lansekap

PEMANFAATAN LANSEKAP KORIDOR JALAN A.TUTUT SUBADYO UNTUK PERANCANGAN KOTA EKOLOGIS

koridor jalan di perkotaan yang memiliki arah orientasi Timur – Barat, terdapat waktu-waktu kritis yang sangat berbahaya. Interval waktu kritis tersebut antara jam 06.00 – 10.00 pagi dan pada jam 16.00 – 18.00 sore, karena pada saat itu sudut penyinaran berkisar antara 15° - 45°. Untuk mengantisipasinya vegetasi yang dipilihpun harus dikaitkan dengan tingkat intensitas cahaya matahari yang diinginkan

b. Gambaran Tempat

Vegetasi di suatu daerah dapat dijadikan atau dapat merupakan suatu artifak sejarah. Vegetasi yang telah berumur puluhan tahun bahkan ratusan tahun, pola vegetasi asli dan historik suatu kawasan merupakan potensi yang dapat dikembangkan untuk artifak alami yang bernilai sejarah di kawasan ini. Selain itu vegetasi juga dapat menjadi pengarah pada alignment jalan berbelok, lurus, tanjakan ataupun turunan, dan pada daerah-daerah rawan kecelakaan dapat berfungsi untuk penahan benturan. Pendekatan perancangannya hendaknya selalu bersandar pada kinetika visual yang diinginkan, dan kesatuan ruangnya dapat dijadikan serial visual yang menjadi penciri/ gambaran tempat yang

mengesankan serta menarik (AASHTO, 1991, 2001).

c. Efek Psikologis

Kemonotonan lansekap koridor jalan dapat menimbulkan hipnosis perjalanan, sehingga bisa menimbulkan kecelakaan (Noor, 1997). Secara psikologi kehadiran suatu vegetasi, dapat membantu mengantisipasi hal tersebut melalui penanaman secara acak. Keragaman aspek yang ada pada lansekap koridor jalan datang secara bersamaan, dan pengalaman terhadap elemen yang tervisualisasikan membentuk persepsi yang berbeda pada setiap orang. Sekait dengan itu, lansekap koridor jalan dapat dianalogikan sebagai serial ruang, dimana vegetasi menjadi elemen atau unsur pembentuk ruang (Clusky, 1979). Dengan demikian maka pertimbangan akan bentuk, aksentuasi, tekstur, warna dan garis dapat diolah menyatu dengan lingkungannya, termasuk di dalamnya mengatur komposisi vertikal dan horisontal, membuka dan menutup pandangan dari arah jalan (Robinson, 1971). Dengan penggubahan ruang yang memperhatikan kaidah visual kinetiknya maka dapat mendatangkan kesan psikologis yang menyenangkan.

Gambar 1. Pola penanaman acak lansekap vernakular dan dengan mengatur jarak pandang bebas samping

Gambar 2. Pola penanaman dengan variasi menyempit dan melebar; aksenN dan penempatan vegetasi dominan sebagai aksen

A.TUTUT SUBADYO PEMANFAATAN LANSEKAP KORIDOR JALAN UNTUK PERANCANGAN KOTA EKOLOGIS Pada lansekap koridor jalan di perkotaan,

vegetasi dapat digunakan sebagai ruang pembingkai pandangan yang baik, atau un-tuk malatar belakangi sekumpulan struktur bangunan sehingga dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan estetika dari ruang kota tersebut. Khusus untuk daerah tropis yang panas terik yang disebabkan oleh pan-caran sinar matahari maka keteduhan me-rupakan determinan utama dari lansekap alami kota. Keteduhan yang nyaman ini da-pat terjadi atau direkayasa dari bayangan pohon tropis yang besar (Nurisyah, 2000). Pada koridor jalan di perkotaan yang relatif padat dengan pergerakan kendaraan, vege-tasi mampu untuk memodifikasi suhu udara melalui pengotrolan radiasi matahari serta proses evaporasinya; dapat berperan seba-gai penahan angin, pengatur gerakan udara dan kelembaban (Nurisyah, 2000; Alinda, 2000).

d. Pereduksi Kebisingan

Jenis, porositas dan susunan vegetasi dapat mengurangi kebisingan yang tidak diingin-kan. Menurut Marsh (1986), vegetasi dapat mereduksi kebisingan. Vegetasi dapat ber-peran untuk pengendalian kebisingan kare-na dapat menyerap dan memencarkan energi bunyi. Vegetasi yang dapat berfung-si sebagai peredam kebiberfung-singan adalah vege-tasi berbentuk pohon atau perdu/semak yang memiliki massa daun padat (Da-hlan,1997). Vegetasi yang efektif dalam mereduksi kebisingan adalah yang memiliki daun yang lebat sepanjang tahun dengan pola daun yang menyebar hingga ke per-mukaan tanah (Carpenter, Walker, & Lan-phear, 1975). Sementara menurut Fakaura (1986), vegetasi yang paling efektif mere-dam suara ialah yang mempunyai tajuk yang tebal, daun yang ringan, dan bertang-kai daun.

Penyerapan bunyi oleh vegetasi akan ber-beda tergantung dari ukuran dan kerapatan daun (Laurie, 1986). Tingkat kebisingan yang dapat direduksi oleh vegetasi juga tergantung dari kerapatan vegetasi, tinggi vegetasi, dan lebar penanaman. Penana-man beberapa species secara bersama le-bih efektif dalam mereduksi kebisingan da-ripada penanaman tunggal (Carpenter et.al, 1975). Hal tersebut berkaitan dengan frekuensi suara yang dapat direduksi oleh vegetasi. Penanaman species tunggal dapat menyaring frekuensi tinggi (1000 – 2000 Hz) dan rendah (< 500 Hz) tetapi tidak efektif

mereduksi frekuensi sedang (Carpenter et al, 1975). Sedangkan menurut Marsh (1986), kombinasi penanaman vegetasi dengan pembatas topografi merupakan ca-ra yang sangat efektif dalam mereduksi ke-bisingan.

e. Kontrol Kandungan Partikulat di Udara

Vegetasi berperan sebagai penampung bahan pencemar yang ada di udara karena vegetasi dapat mengurangi kecepatan angin dan meningkatkan turbulensi sehingga bahan pencemar udara akan tertahan oleh vegetasi (Bernatzky, 1978). Vegetasi selain dapat berfungsi sebagai penyerab dan penyerap polutan gas yang ada di udara melalui masing-masing trikoma dan stomatanya juga dapat berfungsi sebagai indikator kualitas lingkungan. Pertumbuhan dan perkembangan vegetasi mempunyai ambang batas tertentu untuk dapat mentoleransi keadaan lingkungan yang tercemar sehingga berdasarkan keadaan vegetasi ini dapat diketahui kualitas udara di bagian kota tersebut (Nugrahani, 2005). Variasi konsentrasi aerosol, di dalam tegakan vegetasi dipengaruhi oleh gerakan udara vertikal yang melewati tajuk vegetasi tersebut (Dochinger, 1980). Vegetasi berkayu yang tumbuh di daerah perkotaan dapat berfungsi sebagai tempat penyimpan logam-logam seperti : timbal (Pb) dan air raksa (Hg) yang terdapat di udara, baik dalam jangka waktu yang pendek maupun panjang (Smith, 1972). Jalur hijau pada lansekap koridor jalan berupa pohon-pohon yang tumbuh sepanjang koridor jalan dapat berfungsi untuk mengurangi partikulat yang melayang-layang di udara hasil buangan asap kendaraan bermotor (Chamberlain & Little, 1981). Struktur komunitas vegetasi (bertajuk ganda maupun berlapis ganda) yang tertata secara horisontal dan vertikal merupakan salah satu teknik peredaman cemaran udara (Purnomohadi, S, 1995). Pengaruh vegetasi penyanggah terhadap penyebaran dan pengendapan bahan pencemar udara tergantung luas dan ketebalan vegetasi tersebut. Vegetasi yang tipis, yang hanya terdiri dari satu barisan vegetasi hanya mampu membelokkan angin. Sedangkan, vegetasi yang tebal, terdiri dari sekelompok vegetasi yang rapat mampu menjaring partikel-partikel bahan

PEMANFAATAN LANSEKAP KORIDOR JALAN A.TUTUT SUBADYO UNTUK PERANCANGAN KOTA EKOLOGIS

pencemar udara (Bernatzky, 1978). Partikel-partikel bahan pencemar udara tersebut akan diakumulasi di permukaan vegetasi, terutama daun (Lindberg, Harris & Turner, 1982) dan batang (Fakuara, 1987).

Vegetasi yang memiliki permukaan daun yang kasar dan berbulu mengakumulasi

bahan pencemar udara lebih banyak daripada vegetasi dengan permukaan daun yang licin (Treshow & Anderson, 1991). Wedding et al (1977) dan Flanagan et.al (1980) melaporkan bahwa partikel PnCl2 yang terakumulasi pada permukaan daun yang berbulu tujuh kali lebih banyak dari permukaan daun yang licin.

Gambar 3. Diversifikasi Vegetasi sebagai Barrier Tipe Alamiah

Vegetasi

alamiah existing

Kemiringan tanah daerah pegunungan dapat sebagai penghalang kebisingan 8

Kebisingan terserap 3 – 5 dB setiap 50 m

Gambar 4. Diversifikasi Vegetasi sebagai Barrier Tipe Pedesaan

BUNYI

PERSAWAHAN BERM

Gambar 5. Diversifikasi Vegetasi sebagai Barrier Tipe Perkotaan

BUNYI

Dalam menggubah lansekap koridor jalan di perkotaan, kreasi bentuk permukaan lahan dapat membangkitkan semangat pengguna, menghilangkan kebosanan dan rasa monoton. Penanganan bentuk muka lahan

yang memenuhi persyaratan teknis dan terintegrasi dengan lingkungan secara baik dapat menjadikan lansekap koridor jalan sebagai ruang yang dramatis, aman dan menyenangkan (Noor, 1997).

A.TUTUT SUBADYO PEMANFAATAN LANSEKAP KORIDOR JALAN UNTUK PERANCANGAN KOTA EKOLOGIS serta tidak terjadi kegiatan yang tumpang tindih

Gambar 7. Suasana panorama memasuki daerah perkotaan yang tampak serasi dan asri

KONSEPPEMANFAATAN

Konsep pemanfaatan lansekap koridor jalan di perkotaan untuk perancangan kota ekologis diarahkan pada 4 dimensi yang satu sama lain saling terkait, yakni aspek fisik, perilaku sosial, kebijakan dan pengkajian.

1. Penataan Fisik

Mengacu pada Permendagri No 1 tahun 2007, lansekap koridor jalan sebagai bagian dari ruang terbuka hijau merupakan ruang terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau vegetasi secara alamiah maupun budidaya. Keberadaan lansekap koridor jalan tidak saja untuk keindahan dan kesegaran saja, melainkan juga bermanfaat untuk memelihara kemantapan ekologi perkotaan serta menunjang aspek kesehatan dengan meminimumkan pencemaran fisik kota, sumber oksigen dan rekreatif secara fisik dan psikis, menunjang keadaan sosial ekonomi kota serta fungsi konservasi kenaekaragaman hayati dan plasma nutfah yang dekat dengan warga kota tersebut. Pengembangan lansekap koridor jalan dilakukan untuk menghubungkan antar ruang hijau yang akan sangat membantu

pergerakan satwa dan kolonisasinya sehingga mengurangi peluang untuk punah. Bentuk fisik lansekap koridor jalan dapat bervariasi tergantung dari struktur ruang kota yang akan dikelola. Pengisian lansekap koridor jalan di perkotaan dengan tanaman lokal, endemik dan langka, menjadi acuan prioritas dalam rangka mengurangi kompetisi dengan species asing yang seringkali jadi pilihan karena mudah tumbuh serta hijau semata.

2. Penentuan Kebijakan yang Tepat

Kebijakan ini dapat berupa penentuan ruang lansekap koridor jalan secara tepat dan proporsional, peraturan yang mengharuskan warga kota untuk menanam dan memelihara vegetasi pengisi lansekap koridor jalan dan menyayangi satwa liar penunggunya, penentuan sanksi terhadap warga dan institusi yang merusak keberadaan lansekap kota maupun penentuan tentang bagaimana mengurangi dampak pembangunan terhadap eksistensi lansekap koridor jalan dengan sejumlah keanekaragaman hayatinya.

PEMANFAATAN LANSEKAP KORIDOR JALAN A.TUTUT SUBADYO UNTUK PERANCANGAN KOTA EKOLOGIS

Masyarakat kota yang heterogen juga memunculkan sikap yang beragam pula terhadap fungsi dan peran lansekap koridor jalan. Pada umumnya tanaman pada lansekap koridor jalan di perkotaan sering diganggu dan dirusak untuk kepentingan yang dianggap lebih fungsional dan ekonomis. Program yang dapat dilakukan agar masyarakat ikut berpartisipasi aktif dalam mengelola lansekap koridor jalan di perkotaan, yaitu: 1) peningkatan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan, pendampingan, kampanye, pemasangan iklan dan lain-lain; 2) peningkatan partisipasi warga kota, dengan cara melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan perancangan, implementasi kegiatan, maupun monitoring