• Tidak ada hasil yang ditemukan

Termoregulasi pada usia lanjut

Dalam dokumen Buku Simposium Geriatri-Revisited 2011 (Halaman 116-124)

Sistem termoregulasi menjadi sistem pertahanan tubuh yang bergantung pada respon autonom dan tingkah laku seseorang. Pada usia lanjut umumnya fungsi pertahanan tersebut berkurang, seiring dengan bertambahnya usia, kerja tubuh dan fungsi kognitif yang berkurang.

Penurunan sistem pertahanan bisa terjadi pada komponen sistem pengeluaran atau produksi panas dalam tubuh, yang pada gilirannya akan membuat tubuh pada usia lanjut tidak demam saat mengalami infeksi, mudah terkena heat-stroke atau rentan terhadap hipotermia karena kemampuan vasokonstriksi perifer dan produksi panas juga berkurang. Berkurangnya vasokonstriksi perifer akan menyebabkan perpindahan cairan plasma dari intravaskular ke interstisial dan intraseluler.3 Pada usia lanjut juga ditemukan penurunan jumlah keringat walau tidak signifikan, penurunan aliran darah di kulit, penurunan curah jantung dan sirkulasi renal dan splanknik.4,5

Dengan mengetahui hal tersebut klinisi sebaiknya lebih berhati hati dalam menganalisis hasil pemeriksaan fisik pada usia lanjut. Dokter yang menemukan suhu normal pada pasien usia lanjut harus berhati-hati karena demam tidak selalu muncul pada usia lanjut dengan infeksi.4

Perubahan suhu sebesar 1,30C dengan hasil pemeriksaan suhu dalam batas normal (< 36,40C), ditemukan pada beberapa orang di panti wreda dengan infeksi.6 Pada orang usia lanjut dengan sepsis, semakin tua umur pasien semakin mudah mengalami hipotermia. Keadaan ini bisa tidak disadari jika termometer tidak mampu mendeteksi suhu yang rendah atau dokter yang tidak peduli terhadap temuan tersebut.4

Tabel. 1. Sensitivitas dan spesifisitas suhu oral dari data pasien infeksi di panti wreda

Definisi Sensitivitas(%) Spesifisitas (%)

T> 38.30C 40.0 99.7

T> 37.70C 70.0 98.3

T> 37.30C 82.4 89.9

Data from Castle SC, Yeh M, Toledo S, et al. Lowering temperature criterion improves detection of infection in nursing home residents. Aging Immunol Infect Dis. 1993; 4:67-76.

Sebagian besar panas tubuh bersumber dari produk sampingan metabolisme pada organ inti dan otot rangka. Dengan bertambahnya usia terjadi penurunan aktivitas otot. Pada usia tujuh puluh, 30% massa otot hilang dan aktivitas fisik berkurang hingga 50% atau lebih. Sumber kedua produksi energi adalah melalui Sympathetic

Autonomic Nervous System (SANS) dengan pelepasan epinefrin dan norepinefrin yang

meningkatkan metabolisme. Penurunan terus menerus dalam metabolisme normal adalah kejadian normal pada proses penuaan.7

Sementara komponen dasar homeostasis tetap utuh, kemampuan untuk mendeteksi perubahan dalam lingkungan eksternal dan internal, kecepatan dan efektivitas respon terhadap perubahan tersebut sering mengalami penurunan atau bahkan hilang pada orang yang sudah sangat tua atau dalam keadaaan lemah.

Suhu tubuh, zat kimia tubuh dan sensitivitas reseptor tubuh menurun seiring perubahan usia. Oleh karena itu orang tua mempunyai persepsi yang lambat pada perubahan suhu dingin atau panas, hal ini dikarenakan mereka kehilangan reseptor kulit atau terjadi penurunan sensitivitas, pusat-pusat kontrol suhu tubuh (hipotalamus dan batang otak) yang lambat atau tidak efektif dalam merespon perubahan suhu.8 Selain itu, kulit menjadi lebih tipis dan lemak subkutan berkurang, sehingga tubuh tidak dapat mengkompensasi dingin.

Hipotermia

Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan suhu inti (suhu organ dalam), yakni kurang dari 350C. Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya pembengkakan di seluruh tubuh (Edema Generalisata), menghilangnya refleks tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata; disebut hipotermia berat

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko hipotermia pada usia lanjut adalah gangguan termoregulasi yakni kondisi yang menurunkan produksi panas (seperti pada keadaan hipotiroidisme, hipoglikemia, anemia, KAD), kondisi yang meningkatkan kehilangan panas (misalnya luka terbuka, inflamasi umum, luka bakar), kondisi yang menganggu kontrol termoregulasi sentral (misalnya stroke, tumor otak, enselopati wernicke, uremia) dan obat yang menganggu termoregulasi (obat penenang, hipnotik sedatif, antidepresan dan alkohol).

Sesungguhnya tidak ada suhu tubuh yang ideal bagi orang usia lanjut untuk mengkompensasi atau mencegah kejadian hipotermia, hal ini tergantung pada kemampuan individu tersebut. Bahkan di musim panas pun kita harus membantu orang tua dalam menjaga tubuhnya agar tetap hangat. Ketika memeriksa pasien, yang harus diperhatikan adalah membuka hanya daerah yang akan diperiksa saja dan sesegera mungkin untuk menutup kembali dengan baju/selimut sementara memeriksa bagian yang lain.1

Tanda-tanda dingin sebagai kompensasi tubuh harus diperhatikan agar dapat menjaga suhu tetap hangat.1 Ketika pasien duduk dalam posisi meringkuk karena menggigil, mereka sedang mencoba untuk menghangatkan dan menggunakan energi otot untuk menghasilkan panas.

Hipertermia

Hipertermia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh di atas titik pengaturan hipotalamus, dan kondisi ini terjadi bila mekanisme pengeluaran panas terganggu (oleh obat atau penyakit) atau dipengaruhi oleh panas eksternal (lingkungan) atau internal (metabolik).

Secara klinis, hipertermia dapat terjadi bila suhu tubuh inti >40,6°C disertai disfungsi sistem saraf pusat yang berat (psikosis, delirium, koma) dan anhidrosis. Manifestasi dini pada hipertermia yakni terjadinya heat exhaustion, disertai rasa pusing, kelemahan, sensasi panas, anoreksia, mual, muntah, sakit kepala dan sesak napas. Selain itu dapat juga terjadi komplikasi serangan panas mencakup gagal jantung, aritmia, edema serebral dan kejang serta defisit neurologis difus dan fokal, nekrosis hepatoseluler dan syok.

Sebagai contoh, bila suhu di luar lebih dari 32°C dengan kelembaban yang tinggi, ruangan dalam gedung dapat mencapai suhu lebih dari 41,6°C. Seperti yang terjadi di Chicago pada tahun 1995 di mana 733 orang meninggal, sebagian besar dikarenakan

heat stroke.6 Mereka sebaiknya bekerja di dalam ruangan yang masih bisa mendapatkan udara melalui kipas angin atau pendingin ruangan. Mereka juga sebaiknya dianjurkan minum banyak untuk menambah jumlah air dalam tubuh.

Upaya menjaga kestabilan suhu tubuh, dapat dilakukan melalui dua cara, cara pertama dengan memertahankan agar tubuh tetap hangat dengan cara peningkatan insulasi, penurunan keringat-evaporasi dan menggigil. Cara kedua dengan

mempertahankan agar tubuh tetap sejuk dengan cara meningkatkan aliran darah ke kulit, peningkatan sekresi keringat dan penurunan aktivitas tubuh.6

Nutrisi adalah kebutuhan penting untuk membantu pengaturan suhu tubuh pada setiap orang, terutama pada orang usia lanjut. Banyak orang beranggapan bahwa mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak dapat memberikan panas dengan cepat, tetapi ternyata upaya ini hanya akan meningkatkan 4% laju metabolisme. Sedangkan makan protein dalam jumlah banyak dapat meningkatkan tingkat metabolisme 30% dan dapat berlangsung selama berjam-jam.5

Penatalaksanaan

Tatalaksana Hipotermia

Penatalaksanaan keadaan seperti ini tergantung pada kondisi pasien tersebut, jika dalam keadaan Gawat Darurat, maka hal-hal di bawah ini dapat kita lakukan: - Pindahkan dari lingkungan dingin, kontak dengan obyek dingin.

- Singkirkan pakaian basah, berikan beberapa lapis selimut. - Monitor jantung: bradikardia atau fibrilasi ventrikel atau asistol.

- Cairan intravena: dekstrose 5%, NaCl tanpa kalium (hangatkan sebelum diberikan). Jika dalam keadaan tenang, maka perawatan yang dapat dilakukan adalah:

- Evaluasi dan atasi penyebab.

- Ditatalaksana sebagai sepsis sampai terbukti tidak ada. - Aritmia biasanya resisten terhadap kardioversi dan terapi obat. - Hipotermia kronik (>12 jam): perlu penggantian cairan.

- Observasi gas darah.

Tatalaksana hipertermia

Penatalaksanaan utama pada kondisi seperti ini adalah PENDINGINAN. Setelah itu suhu tubuh inti harus diturunkan mencapai 39OC dalam jam pertama. Lamanya hipertermia adalah yang paling menentukan hasil akhir. Berendam dalam es lebih baik dari pada menggunakan alkohol maupun kipas angin.

Metode pendinginan meliputi dua cara, yakni :

- Konduksi: dengan cara eksternal; berendam dalam air dingin, kompes es, selimut pendingin dan cara internal; lavase lambung dan peritoneal dengan es.

- Evaporasi: Berikan kipas angin pada pasien yang sudah dibuka bajunya, basahi permukaan tubuh dengan kasa halus dan gunakan unit pendinginan tubuh (tempat

Komplikasi

Tatalaksana bila terjadi komplikasi dengan keadaan sebagai berikut: - Kejang dapat diberikan benzodiazepin.

- Gagal nafas dapat dilakukan intubasi elektif.

- Hipotensi dapat diberika cairan untuk ekspansi volum, vasopresor, monitor tekanan vena sentral.

- Rhabdomiolisis lakukan monitoring kalium dan kalsium serum, atasi hiperkalemia.

Kesimpulan

Gangguan termoregulasi pada orang usia lanjut menunjukkan penurunan mekanisme homeostasis yang terjadi seiring dengan proses menua. Individu berusia lanjut menjadi rentan terhadap suhu lingkungan yang ekstrim. Hipotermia dan hipertermia merupakan keadaan yang sering terjadi dan dapat berakibat fatal sehingga tatalaksana yang cepat dan tepat merupakan kunci penting untuk menurunkan mortalitas.

Pendidikan dan penyuluhan pada orang berusia lanjut tentang kerentanan terhadap suhu/termoregulasi merupakan hal yang sangat penting. Serta jangan lupa untuk melakukan pengawasan ketat terhadap pasien yang rentan oleh dokter dan pelaku rawat.

Daftar pustaka

Robert K, Trimble T. Research Applied to Clinical Practice: Geriatric Thermoregulation. 1996.

Sumarmo S Poorwo Soedarmo, Garna H, Hadinegoro Sri Rezeki S, Satari H I. Demam:Petogenesis dan Pengobatan. Dalam Buku Ajar Infeksi & Pediatrik Tropis. Edisi ke-2. Badan Penerbit IDAI, Jakarta, 2010. 27-29.

Schifano P, Cappai G, Sario MD, Michelozzi P, Marino C, Bargagli AM, Perucci CA. Susceptibility to heat wave-related mortality: a follow-up study of a cohort of elderly in Rome. Environmental Health 8:50, 2009

Vogelaere P, Pereira C. Thermoregulation and aging. Rev Port Cardiol 24(5):747-61, 2005. Kenney WL, Munce TA. Invited review: Aging and human termperature regulation. J Appl

Physiol 95:2598-603, 2003.

Sharma Keerti. Atypical presentation of disease in the older adult. Dalam Case-Based Geriatrics A Global Approach. Edisi ke-1. McGraw Hill, San Francisco, 2011:115. Guyton, AC. Textbook of Medical Physiology 8th ed. Philadelphia: Saunders. 1998. Sanders AB. Emergency Care of The Elder Persons, Saunders ed. St Louis: Beverly Publikasi

Dalam dokumen Buku Simposium Geriatri-Revisited 2011 (Halaman 116-124)