• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Kandungan Bahan Aktif Berkhasiat Sebagai Laksatif

1. Tinjauan Fitokimia Dalam Bahan Tanaman

Bahan tanaman yang diketahui secara turun-temurun (empiris) berkhasiat sebagai tanaman obat, selanjutnya perlu diketahui senyawa aktif apa saja yang terdapat dalam bahan tersebut. Penentuan kandungan fitokimia penting dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa yang terkandung dalam bagian tanaman antara lain senyawa alkaloid, flavonoid, steroid, triterpenoid dan tannin (Harborne, 1987).

a. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan terbesar senyawa metabolik sekunder pada tumbuhan. Menurut Hutapea (1994), kandungan kimia yang terdapat pada daun tanaman kamandrah banyak mengandung alkaloid dan polifenol.

Telah diketahui sekitar 5500 senyawa alkaloid yang tersebar di berbagai famili. Istilah alkaloid diberikan kepada golongan senyawa organik yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, umumnya merupakan bagian dari cincin heterosiklik (sebagai

gugus amina atau amida) dan bersifat basa. Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit kayu. Selain ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi maupun tingkat rendah, alkaloid juga ditemukan pada hewan. Pada umunya alkaloid banyak ditemukan pada tumbuhan yang termasuk kelas dikotil dan alkaloid jarang ditemukan pada kelas Angiospermae. Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol, sehingga dipergunakan secara luas dalam bidang pengobatan.

Sampai saat ini, penggolongan senyawa alkaloid belum ada yang digunakan secara umum. Hal ini disebabkan alkaloid mempunyai struktur yang banyak jenisnya, sehingga penggolongan alkaloid berdasarkan strukturnya untuk membedakan jenis yang satu dengan yang lain sukar dilakukan.

Alkaloid sebagian besar memiliki daya aktif farmakologi dan ada juga bersifat racun. Alkaloid banyak digunakan dalam industri farmasi karena memiliki aktivitas fisiologis yang menonjol. Manfaat alkaloid dalam bidang kesehatan adalah sebagai pemacu sistem syaraf, menaikan tekanan darah, mengurangi rasa sakit dan dapat melawan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme. Sedangkan pada tanaman sendiri, alkaloid berfungsi sebagai zat racun untuk melawan serangga atau hewan pemakan tanaman, pengatur tumbuh, sebagai substansi cadangan untuk memenuhi kebutuhan akan sumber nitrogen atau elemen-elemen lain yang penting bagi tumbuhan, dan merupakan hasil akhir pada reaksi detoksifikasi dari suatu zat berbahaya bagi tumbuhan.

b. Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa polar, karena memiliki beberapa gugus hidroksil berupa gula. Senyawa yang dapat digunakan sebagai pelarut dalam mengekstrak flavonoid juga merupakan senyawa polar seperti etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida, dimetilformamida, air dan sebagainya (Markham, 1988).

Dalam tumbuhan, aglikon flavonoid terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Semuanya mengandung 15 atom C dalam inti dasar tersusun dalam konfigurasi C6 – C3 – C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga. Susunan yang demikian menyebabkan golongan senyawa ini dapat memiliki tiga macam bentuk struktur yaitu isoflavonoid, neoflavonoid dan flavonoid. Perbedaan struktur dari ketiga flavonoid tersebut pada letak gugus fenil rantai propana (C3). Adapun jalur biosintesis flavonoid dalam tumbuhan seperti pada Gambar 6.

Gambar 6. Jalur Biosintesis Flavonoid dalam Tumbuhan (Gottlich, 1980)

CO2 H2O Siklus Calvin Asam piruvat Asam Sikimat Fenilalanin Asam Sinamat Sinamil Alkohol Asam Malonat Asam Asetat Flavonoid O2

Menurut Vickery dan Vickery (1981) dalam dunia pengobatan beberapa senyawa flavonoid berfungsi sebagai zat antibiotik, seperti sebagai anti virus jamur, anti peradangan pembuluh darah dan dapat digunakan sebagai racun ikan. Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenolik disamping fenol sederhana, fenilpropanoid dan kuinonfenolik (Gottlich, 1980). Flavonoid ditemukan dalam tumbuhan tingkat tinggi, tetapi tidak dalam mikroorganisme. Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kulit kayu, tepung sari, bunga, buah dan biji.

c. Steroid/Triterpenoid

Steroid merupakan triterpenoid dengan kerangka dasar cincin siklopentana perhidrofenantrena. Steroid banyak ditemukan pada hewan atau tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat tinggi, steroid ditemukan sebagai senyawa fitosterol, seperti sitosterol, stimosterol, dan komposterol.

Biji kamandrah (Croton tiglium L.) mengandung stearin, palmitin, olein dan

berbagai macam senyawa lemak. Menurut Guerrero et al., (1990), tumbuhan

kamandrah (Croton tiglium L.) mengandung rotenon dan saponin. Di Filipina, air

rebusan akarnya digunakan untuk menggugurkan kandungan. Sehingga akarnya sering disebut sebagai bahan yang bersifat abortif. Triterpenoid sendiri adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosintesis

diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik yaitu skualena. Triterpenoid merupakan

senyawa tidak berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi, optik aktif dan umumnya sukar dicirikan karena tidak memiliki kereaktifan kimia. Dengan demikian triterpenoid dibagi menjadi empat golongan yaitu triterpena sejati, steroid, saponin, dan kardenolid.

Senyawa triterpenoid dalam pengobatan berguna sebagai zat antibiotik diantaranya sebagai anti jamur, bakteri dan virus. Steroid dapat merangsang aktivitas hormon estrogen dan progesterone pada satwa dan manusia. Steroid juga diketahui menjadi sumber makanan bagi mikroorganisme pengurai.

d. Tanin

Menurut Hutapea (1994), kandungan kimia yang terdapat pada daun dan buah

kamandrah (Croton tiglium L.) mengandung saponin, disamping itu daunnya juga

mengandung alkaloid dan polifenol. Tanin merupakan senyawa polifenol yang tersebar luas dalam tumbuhan terutama dalam tumbuhan berpembuluh. Tanin terbagi dalam dua kelompok yaitu tannin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Dalam uji kualitatif tanin dapat membentuk kompleks dengan larutan feriklorida menghasilkan warna biru kehitaman.

Tanin merupakan senyawa yang berpotensi sebagai astrigen, selain itu senyawa ini dapat menghambat aktivitas enzim. Keadaan tersebut menyebabkan kecernaan protein menurun sehingga dapat mengganggu mekanisme proses metabolisme makanan di dalam mikroorganisme dan berpeluang sebagai bakteriostatik (dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme).

e. Kuinon

Kuinon merupakan senyawa alam berwarna, termasuk dalam golongan fenol yang memiliki dua gugus keton pada cincinnya. Senyawa kuinon terbagi atas empat kelompok yaitu benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon, dan kuinon isoprenoid. Kelompok benzokuinon, naftokuinon dan antrakuinon termasuk senyawa terhidroksilasi dan bersifat senyawa fenol. Sedangkan kuinon isoprenoid terlibat dalam respirasi sel dan fotosintesis.