• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PENERAPAN ETHOS KERJA BERBASIS BUDAYA ORGANISASI PADA DITJEN PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN

Dalam dokumen Kementerian Pekerjaan Umum (Halaman 115-125)

Analisis Jabatan

2.10. TINJAUAN PENERAPAN ETHOS KERJA BERBASIS BUDAYA ORGANISASI PADA DITJEN PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN

Direktur Jenderal Pajak beserta seluruh jajaran pegawai Direktorat Jenderal Pajak (DJP) di seluruh wilayah Indonesia pada 18 Agustus 2010 melakukan

pencanangan nilai-nilai organisasi DJP yang disebut dengan “DJP Maju, PasTI”.

Pencanangan ini merupakan kegiatan penguatan komitmen untuk terus melaksanakan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia pada umumnya dan Direktorat Jenderal Pajak pada khususnya.

Pencanangan nilai-nilai organisasi DJP dilakukan bertepatan dengan momentum ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke-65. Hal ini dimaksudkan agar seluruh jajaran pegawai DJP selalu bersemangat dalam berjuang melalui tugas kedinasan layaknya para pejuang kemerdekaan pada waktu itu serta memegang teguh nilai-nilai organisasi dalam setiap tugas negara yang diembannya. Nilai-nilai organisasi tersebut adalah :

Profesionalisme,

Integritas,

Teamwork, dan

Inovasi,

yang disingkat dengan sebutan “PasTI”. Dengan nilai-nilai organisasi ini diharapkan

seluruh jajaran pegawai DJP dapat menyatukan langkah dan merapatkan barisan dengan penuh semangat menjalankan tugas sesuai visi dan misi DJP serta sesuai dengan nilai-nilai organisasi tersebut. DJP telah memiliki rumusan Visi dan Misi sebagai berikut:

Visi Direktorat Jenderal Pajak

Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

Misi Direktorat Jenderal Pajak

Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.

Untuk memudahkan implementasi dari Visi dan Misi tersebut diatas, maka dibuatlah

nilai organisasi dengan rumusan “PasTI” . Adapun definisi operasional dari nilai

organisasi “PasTI” tersebut adalah :

Profesionalisme,

Memiliki kompetensi di bidang profesinya dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika dan sosial.

Integritas,

Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan menepati janji.

Teamwork,

Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang/ pihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan

Inovasi,

Memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan/atau alternatif pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan norma yang berlaku.

Pencanangan nilai-nilai organisasi DJP bukanlah sekedar jargon atau slogan semata tetapi merupakan jiwa setiap insan pegawai DJP yang akan melekat terus dan menjadi budaya kerja yang selalu mendasari setiap langkah dan tindakan dalam melaksanakan setiap tugas. Pencanangan ini sejalan dengan program Reformasi Perpajakan Jilid II yang menempatkan pengembangan Informasi dan Teknologi (IT) dan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) sebagai komponen prioritas utama. Dengan berlandaskan nilai-nilai organisasi DJP tersebut, diharapkan seluruh

pemangku kepentingan (stakeholders) akan memperoleh manfaat nyata akan peran

dan arti pajak yang sesungguhnya serta terlayani dengan baik dalam menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya.

Untuk lebih mengimplementasikan nilai organisasi diatas, DJP juga merumuskan Kewajiban dan Larangan sebagai panduan sikap dan tindak pegawai DJP. Adapun Kewajiban dan Larangan tersebut adalah sebagai berikut:

Setiap Pegawai berkewajiban :

1. Menghormati agama, kepercayaan, budaya dan adat istiadat orang lain. 2. Bekerja secara profesional, transparan, dan akuntabel

3. Mengamankan data atau informasi yang dimiliki DJP

4. Memberikan pelayanan kepada WP (Wajib Pajak), sesama pegawai, atau pihak lain dalam melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

5. Mentaati perintah kedinasan

6. Bertanggung jawab dan penggunaan barang inventaris milik DJP 7. Mentaati ketentuan jam kerja dan tata tertib kantor

8. Menjadi panutan yang baik bagi masyarakat dalam memenuhi kewajiban pajak

9. Bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan

LARANGAN :

1. TIDAK Bersikap diskrimintif dalam melaksanakan tugas

2. TIDAK Menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik

3. TIDAK Menyalah kewenangan jabatan baik langsung maupun tidak langsung.

4. TIDAK Menyalahgunakan fasilitas kantor

5. TIDAK Menerima pemberian dalam bentuk apapun, baik langsung maupun

tidak langsung, dari WP, sesama pegawai, atau pihak lain, yang

menyebabkan pegawai yang menerima, patut diduga memiliki kewajiban yang berkaitan dengan jabatan atau pekerjaannya.

6. TIDAK Menyalahgunakan data dan atau informasi perpajakan

7. TIDAK Melakukan perbuatan yang patut diduga dapat mengakibatakan

gangguan, kerusakan dan atau perubahan data pada sistem informasi miliki DJP

8. TIDAK Melakukan perbuatan tidak terpuji dan bertentangan dengan norma

Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai organisasi DJP serta memohon pertolongan Tuhan Yang Maha Kuasa, DJP bertekad segala tugas dan berbagai tantangan yang menghadang dapat dihadapi dan diselesaikan dengan baik, guna mencapai tujuan mengamankan penerimaan negara, demi masa depan Indonesia yang lebih sejahtera.

2.11. TINJAUAN PENERAPAN ETHOS KERJA BERBASIS BUDAYA

ORGANISASI PADA DITJEN BEA & CUKAI

Sebagai salah satu organisasi pemerintah, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), juga menemui tantangan dalam implementasi Reformasi Birokrasi. Terlebih

DJBC sebagai institusi global, yang diharapkan juga mampu menangani global

operation. Sebagaimana kita ketahui, perubahan lingkungan strategis di tingkat global, serta perkembangan yang sangat cepat di bidang teknologi, telekomunikasi dan transportasi, berdampak pada meningkatnya tuntutan masyarakat perdagangan dan perekonomian dunia terhadap kinerja institusi kepabeanan di setiap negara. Sehingga perubahan menjadi institusi yang lebih baik, bagi DJBC memang sudah tidak dapat dielakkan lagi.

DJBC sendiri telah mentargetkan dirinya di masa yang akan datang sebagai institusi pabean kelas dunia di bidang kinerja dan citra. Adapun rumusan Visi dan Misi DJBC adalah sebagai berikut :

V i s i

 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sejajar dengan institusi kepabeanan dan

cukai dunia dibidang kinerja dan citra

M i s i

 Memberikan pelayanan yang terbaik kepada industri, perdagangan, dan

masyarakat

Salah satu upaya serius untuk mewujudkan visi tersebut adalah adanya penyusunan Program Reformasi di Bidang Kepabeanan atau yang sering dikenal

Customs Reform merupakan konsep perubahan paling aktual bagi DJBC

sekarang ini. Oleh karenanya, cultural development pada DJBC dapat didefinisikan

sebagai upaya menjadikan Customs Reform sebagai bagian dari budaya DJBC itu

sendiri. Artinya, Customs Reform akan efektif dan berkontribusi nyata terhadap

tujuan, ketika ia menjadi budaya. Sehingga otomasi sistem dan kecepatan

pelayanan, kemitraan yang benar dengan stakeholder, anti penyelundupan dan

under valuation, serta adanya integritas, bukanlah sekedar program saja, melainkan

menjadi budaya baru di DJBC.

Untuk mendukung upaya Custom reform diatas juga disusunlah Kode Etik

Pegawai DJBC. Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, yang

selanjutnya disebut Kode Etik, adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan pegawai Direktorat Jenderal Rea dan Cukai dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi serta dalam pergaulan hidup sehari-hari.

Pembentukan Kode Etik di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dimaksudkan untuk meningkatkan etos kerja dalam rangka mendukung produktifitas kerja dan profesuanalitas pegawai.

Tujuan Pembentukan Kode Etik

Pembentukan Kode Etik di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bertujuan untuk :

 meningkatkan disiplin Pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;

 menjamin terpeliharanya tata tertib yang berlaku di Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai

 menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja yang kondusif di

lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan atau dengan instansi terkait;

 menciptakan dan memelihara kondisi kerja antar Pegawai di lingkungan

Direktorat knderal Bea dan Cukai serta menciptakan perilaku yang profesional bagi Pegawai Direktorat knderal Bea dan Cukai; dan

 meningkatkan citra dan kinerja Pegawai Negeri Sipil, khususnya Pegawai

Norma Dasar Pribadi Dan Standar Perilaku Organisasi DJBC

Setiap Pegawai wajib menganut, membina, mengembangkan, dan menjunjung tinggi norma dasar pribadi sebagai berikut:

1. Jujur, yaitu dapat dipercaya dalam perkataan dan tindakan.

2. Terbuka, yaitu transparan dalam pelaksanaan tugas dan pergaulan internal

maupun ekmfernal.

3. Berani, yaitu bersikap tegas dan rasional dalam bertindak dan berperilaku

serta. dalam membuat keputusan demi kepentingan negara, pemerintah, dan organisasi.

4. Tangguh, yaitu tegar dan kuat dalam menghadapi berbagai godaan,

hambatan, tantangan, ancaman, dan intimidasi dalam bentuk apapun dan dari pihak manapun.

5. Berintegritas, yaitu memiliki sikap dan tingkah laku yang bermartabat dan

bertanggung jawab.

6. Profesional, yaitu melakukan pekerjaan sesuai dengan tugas dan atau

keahlian serta mencegah terjadinya benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas.

7. Kompeten, yaitu selalu meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan

keahlian.

8. Tangkas, yaitu melakukan pekerjaan dengan cepat, tepat dan akurat.

9. Jeli, yaitu melakukan pekerjaan dengan teliti dan mampu memandang

potensi permasalahan kerja serta menemukan pemecahannya yang sesuai.

10. Independen, yaitu tidak terpengaruh dan bersikap netral dalam

melaksanakan tugas.

11. Sederhana, yaitu bersikap wajar dan atau tidak berlebihan dalam tugas dan

Setiap Pegawai wajib mengikuti, menjalankan dan menjaga prinsip-prinsip standar perilaku organisasi sebagai berikut:

1. Kepastian hukum, yaitu mendasarkan pada peraturan perundang-undangan dalam menjalankan tugas, wewenang, dan kebijakan organisasi.

2. Keterbukaan, yaitu membuka diri dan memberi akses kepada masyarakat dalam melaksanakan hak-haknya untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dais tidak diskriminatif tentang manajemen, kinerja, dan pelaksanaan tugas, serta fungsi orpnisasi, tanpa melanggar ketentuan yang berlaku dan asas kerahasiaan jabatan.

3. Kepentingan umum, yaitu mendahulukan kepentingan bersama dengan cara yang ;wpiratif, akomodatif, dan selektif.

4. Akuntabilitas, yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan organisasi harus dapat dipertanggungjawabkan kepada pimpinan dan atau masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Proporsionalitas, yaitu mengutamakan kepentingan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab organisasi dengan tetap memperhatikan adanya kepentingan yang sah lainnya secara seimbang.

6. Efektifitas, yaitu dalam melaksanakan tugas harus memperhatikan dan mempergunakan cara yang tepat untuk memperoleh hasil yang optimal.

7. Efisiensi, yaitu dalam melaksanakan tugas harus memperhatikan dan mempergunakan waktu dan sumber daya lainnya seoptimal mungkin dalam menyelesaikan tugas.

Untuk lebih mengimplementasikan nilai organisasi diatas, DJBC juga merumuskan Kewajiban dan Larangan sebagai oanduan sikap dan tindak pegawai DJBC. Adapun Kewajiban dan Larangan tersebut adalah sebagai berikut:

Setiap Pegawai wajib :

1. menghormati agama, kepercayaan, budaya, dan adat istiadat yang dianut oleh diri sendiri dan orang lain;

2. menaati dan mematuhi tata tertib disiplin kerja berupa ketentuan jam kera serta memanfaatkan jam kerja untuk kepentingan kedinasan dan atau organisasi;

3. menaati dan mematuhi segala aturan, baik langsung maupun tidak langsung, mengenai; tugas kedinasan maupun yang berlaku secara umum;

4. menaati perintah kedinasan;

5. menciptakan dan memelihara suasana dan hubungan kerja yang baik, harmonis, dan sinergis antar pegawai, baik dalam satu unit kerja maupun diluar unit kerja;

6. memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang tugasnya masing-masing;

8. mempergunakan dan memelihara barang inventaris milik negara secara

baik dan bertanggung jawab;

9. memberikan contoh dan menjadi panutan yang baik bagi pegawai lainnya

dan masyarakat;

10. bersikap, berpenampilan, dan bertutur kata secara sopan dan santun.

Setiap Pegawai dilarang :

1. bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas memberikan pelayanan kepada pegawai dan masyarakat;

2. menjadi anggota dan/atau pengurus dan/atau simpatisan partai politik; 3. menyalahgunakan wewenang yang dimiliki untuk kepentingan di luar

4. menerima pemberian, hadiah, dan atau imbalan dalam bentuk apapun dari pihak manapun secara langsung maupun tidak langsung yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai yang bersangkutan;

5. membocorkan informasi yang bersifat rahasia serta menyalahgunakan data dan atau informasi kepabeanan dan cukai;

6. melakukan perbuatan yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan, kerusakan, dan atau perubahan data pada sistem informasi milik organisasi;

7. melakukan perbuatan yang tidak terpuji yang bertentangan dengan norma kesusilaan dan dapat merusak citra serta martabat organisasi. Demikian upaya-upaya yang dilakukan DJBC dalam rangka mewujudkan visi DJBC untuk mensejajarkan diri dengan institusi kepabeanan dan cukai dunia di bidang kinerja dan citra.

Bab 3

METODOLOGI

Setelah Konsultan melakukan identifikasi permasalahan dan pemahaman secara mendalam terhadap lingkup pekerjaan sesuai dengan TOR sebagai kerangka acuan kerja konsultan, maka dalam melaksanakan pekerjaan akan dibagi dalam beberapa tahapan kegiatan, sedangkan tujuan dilaksanakan pembagian kegiatan kedalam tahapan-tahapan kegiatan ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan monitoring pekerjaan, khususnya dalam setiap tahapan pekerjaan karena terbagai dalam beberapa tahapan. b. Agar penggunaan waktu dalam melaksanakan pekerjaan dapat lebih efektif

dan efisien, sehingga dapat selesai sesuai yang ditargetkan.

c. Untuk memudahkan pembagian tugas yang diberikan kepada setiap tenaga ahli dibawah koordinator Ketua Tim.

Tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan oleh Konsultan secara singkat meliputi :

a. Tahap I : Kegiatan Pendahuluan

b. Tahap II : Pengumpulan Data

c. Tahap III : Analisis dan Evaluasi

d. Tahap IV : Perumusan Konsep Rekomendasi

Gambar 3.1. Tahapan Pekerjaan Konsultan

PENDAHULUAN

Orientasi Kegiatan:

 Pengumpulan data awal

 Asistensi dengan tim teknis

Peny. Metodologi dan RK

 Pemahaman permasalahan  Penyusunan Metodologi  Penyusunan rencana kerja (RK) - PENGUMPULAN DATA - Penetapan kebutuhan data - Pengumpulan data - Data SDM Pustra - Data Lembaga lain yang

relevan

REKOMENDASI  Pelatihan yang perlu

dilaksanakan

 Kebijakan yang perlu disusun

ANALISIS & EVALUASI

- Analisis Kondisii eksisting SDM - Pemetaan Etos kerja

SDM

- Analisis Kebutuhan Pelatihan

- Fasilitasi Peningkatan Etos Kerja SDM

Tahapan pekerjaan ini mencakup dua jenis penelitian utama yang dilakukan secara simultan, yakni pemetaan etos kerja dan analisis kebutuhan pelatihan. Dua lingkup penelitian utama ini bukan aktivitas yang terpisah, karena analisis kebutuhan pelatihan dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang berbasiskan pemetaan etos kerja sehingga kegiatan penelitian ini sekaligus juga menggambarkan tahapan pekerjaan yang dilakukan pada penelitian.

Gambar 3.2 Tahapan Penelitian Utama

Secara lebih rinci tahapan kerja pada masing-masing penelitian utama ini akan tergambar pada bagian berikut :

Dalam dokumen Kementerian Pekerjaan Umum (Halaman 115-125)