• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lebih lanjut Hasan (2002) menyatakan bahwa untuk dapat menggunakan metode deskriptif, maka seorang peneliti harus memiliki sifat represif, harus selalu mencari bukan menguji,

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemetaan Harmonisasi dan Sinkronisasi Hukum IUU Fishing

4.1.2 Unreported Fishing

Berdasarkan pengertian unreported fishing sebagaimana diuraikan sebelumnya, analisis horizontal harmonisasi hukum difokuskan pada 2 (dua) hal, yaitu:

(1) Kegiatan yang tidak dilaporkan atau sengaja dilaporkan dengan memberi data yang tidak benar kepada penguasa otorita nasional.

Ketentuan-ketentuan internasional yang mengatur tentang unreported fishing adalah sebagai berikut:

(1.1) UNCLOS 1982

Pasal 61 ayat (1) menyebutkan bahwa negara pantai harus menentukan jumlah tangkapan sumber kekayaan hayati yang dapat diperbolehkan (JTB) dalam zona ekonomi eksklusifnya. Penentuan JTB tersebut harus memperhatikan bukti ilmiah terbaik yang tersedia dalam rangka menjamin tindakan konservasi dan pengelolaan yang tepat sehingga pemeliharaan sumber kekayaan hayati di zona ekonomi eksklusif tidak dibahayakan oleh eksploitasi yang berlebihan (Pasal 61 ayat 2). Lebih lanjut disebutkan bahwa keterangan ilmiah yang tersedia, statistik penangkapan dan usaha perikanan, serta data lainnya yang relevan dengan konservasi persediaan jenis ikan harus disumbangkan dan dipertukarkan secara teratur melalui organisasi internasional yang berwenang baik sub-regional, regional maupun global di mana perlu dan dengan peran serta semua Negara yang berkepentingan, termasuk Negara yang warganegaranya diperbolehkan menangkap ikan di zona ekonomi eksklusif (Pasal 61 ayat 5).

(1.2) FAO Compliance Agreement 1993

Perjanjian ini tidak mengatur secara khusus mengenai tindakan di wilayah perairan suatu Negara pantai.

(1.3) UN Fish Stocks Agreement 1995

Perjanjian ini tidak mengatur secara khusus mengenai tindakan di wilayah perairan suatu Negara pantai.

(1.4) PSM Agreement 2009

Menurut Pasal 13 ayat (1), bahwa setiap pihak wajib memastikan bahwa pemeriksa melaksanakan fungsi yang tertera dalam Annex B sebagai standar minimum. Adapun kewajiban pemeriksa sesuai yang dituangkan dalam Pasal 13 ayat (2), yaitu:

55 a) memastikan pemeriksaan dilaksanakan oleh pemeriksa yang berkualitas yang

diberi wewenang untuk tugas tersebut, dengan memperhatikan secara khusus Pasal 17;

b) memastikan bahwa, sebelum memeriksa, pemeriksa menyerahkan dokumen yang menerangkan identitas pemeriksa kepada nakhoda kapal;

c) memastikan bahwa Pemeriksa memeriksa seluruh bagian kapal, ikan yang diangkut, jaring dan alat tangkap lain, perlengkapan, dan dokumen atau catatan lain di kapal yang relevan untuk menguji kepatuhan terhadap ketentuan pengelolaan dan konservasi yang terkait;

d) mewajibkan nakhoda kapal memberikan semua bantuan dan informasi yang diperlukan kepada Pemeriksa, dan apabila diperlukan menyerahkan bahan dan dokumen yang terkait atau semua salinan dokumen yang sah dimaksud; e) dalam hal pengaturan tertentu dengan Negara Bendera kapal tersebut,

mengundang Negara itu untuk ikut serta dalam pemeriksaan;

f) mengusahakan semua kemungkinan untuk menghindari penundaan yang berlebihan kapal tersebut untuk meminimalkan campur tangan dan ketidaknyamanan, termasuk kehadiran pemeriksa di atas kapal yang tidak perlu, dan untuk menghindari tindakan yang secara kontradiktif akan mempengaruhi kualitas ikan di kapal;

g) mengusahakan segala kemungkinan untuk memfasilitasi komunikasi dengan nakhoda atau ABK senior kapal tersebut, termasuk bila pemeriksa dikawal seorang penterjemah jika mungkin dan jika diperlukan;

h) memastikan bahwa pemeriksaan dilaksanakan dengan cara yang adil, transparan, dan nondiskriminatif dan tidak akan menimbulkan gangguan terhadap kapal mana pun; dan tidak mencampuri kemampuan nakhoda kapal, sesuai dengan hukum internasional, untuk berkomunikasi dengan pihak berwenang Negara Bendera.

(1.5) CCRF 1995

Menurut Pasal 7.7.3 disebutkan bahwa, Negara-negara sesuai hukum nasional mereka, harus melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan perikanan yang efektif serta langkah penegakan hukum, jika perlu, termasuk program pengamat, pola inspeksi dan system pemantauan kapal. Langkah-langkah tersebut harus digiatkan dan jika perlu dilaksanakan oleh organisasi dan tatanan

56 pengelolaan perikanan subregional, regional sesuai dengan prosedur yang disepakati oleh organisasi dan tatanan itu.

(1.6) IPOA on IUU Fishing 2001

Menurut Angka 24, negara-negara harus melaksanakan MCS secara komprehensif dan efektif terhadap kegiatan penangkapan dari awal pelaksanaan, melalui tempat pendaratan, sampai ke tempat tujuan akhir, termasuk dengan:

a) Mengembangkan dan mengimplementasikan skema pemberian akses ke perairan dan sumberdayanya, termasuk skema perizinan untuk kapal-kapal; b) Memiliki daftar kapal dan pemilik serta operator terkini/mutakhir, yang

memiliki izin untuk melakukan penangkapan ikan sesuai dengan yurisdiksinya; c) Melaksanakan, jika sesuai, sistem pemantauan kapal (vessel monitring

system/VMS), berdasarkan standar nasional, regional atau internasional,

termasuk kewajiban bagi kapal-kapal di bawah yurisdiksinya untuk memasang VMS di atas kapal;

d) Mengimplemetasikan, jika sesuai, program peninjau (observer programmes), sesuai dengan standar nasional, regional atau internasional terkait, termasuk kewajiban bagi kapal-kapal di bawah yurisdiksinya untuk membawa peninjau di atas kapal;

e) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan kepada semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan MCS;

f) Merencanakan, pendanaan dan pelaksanaan MCS dengan cara-cara yang dapat meningkatkan kemampuan mereka secara maksimal untuk mencegah, mengurangi, dan menghapuskan IUU Fishing;

g) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kalangan industri tentang perlunya dan partisipasi kerjasama mereka dalam, kegiatan-kegiatan untuk mencegah, mengurangi, dan menghapuskan IUU Fishing;

h) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman akan masalah-maslah MCS dalam sistem peradilan nasional;

i) Menyediakan dan membina sistem perolehan, penyimpanan dan penyebaran data MCS, dengan memperhatikan kewajiban untuk menjaga kerahasiaan;. j) Menjamin implementasi yang efektif dari ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan nasional, dan dimana sesuai, dari kesepakatan internasional tentang prosedur untuk menaiki dan memeriksa kapal sesuai dengan ketentuan hukum internasional, mengakui hak-hak dan

57 kewajiban nakhoda dan petugas pemeriksa, dengan memperhatikan bahwa pengaturan demikian telah diatur dalam beberapa perjanjian internasional tertentu, seperti misalnya UN Fish Stocks Agreement 1995 yang hanya mengikat negara-negara yang telah menjadi pihak pada persetujuan internasional tersebut.

Sementara itu, Angka 49 menyebutkan bahwa negara bendera kapal harus memastikan sedapat mungkin, semua kapal penangkapan ikan, kapal pengangkut dan kapal-kapal perbekalan mereka yang terlibat dalam transhipment di laut telah memiliki izin sebelumnya dari negara bendera kapal untuk melakukan transhipment, dan melaporkannya kepada administrasi perikanan nasional atau institusi lain yang telah ditunjuk untuk itu, hal-hal sebagai berikut:

a) Tanggal dan lokasi transhipment ikan di laut;

b) Berat per spesies dan wilayah tangkapan dari tangkapan yang di tranship;

c) Nama, nomor pendaftaran, bendera dan informasi lain yang terkait dengan identifikasi kapal-kapal yang terlibat dalam kegiatan bongkar muat transhipment;

d) Pelabuhan tempat pendaratan tangkapan hasil transhipment.

(2) Kegiatan tidak dilaporkan atau salah dilaporkan di dalam wilayah yang menjadi kompetensi suatu organisasi pengelolaan perikanan regional.

Ketentuan-ketentuan internasional yang mengatur tersebut di atas adalah sebagai berikut:

(2.1) UNCLOS 1982

Menurut Pasal 117, semua Negara mempunya kewajiban untuk mengambil tindakan atau kerjasama dengan negara lain dalam mengambil tindakan yang bertalian dengan warga Negara masing-masing yang dianggap perlu untuk konservasi sumber kekayaan hayati di laut lepas. Sementara itu Pasal 119 ayat (1) menyebutkan bahwa penetapan JTB dan penetapan tindakan lain untuk konservasi sumber kekayaan hayati di laut lepas, harus mengambil tindakan yang direncanakan berdasarkan bukti ilmiah terbaik yang tersedia pada Negara yang bersangkutan, memelihara atau memulihkan populasi jenis-jenis yang ditangkap pada taraf yang dapat memberikan hasil tangkap lestari maksimum, sebagaimana ditentukan oleh faktor lingkungan dan ekonomi yang relevan, termasuk kebutuhan khusus dari Negara berkembang, dan dengan memperhatikan pola-pola penangkapan ikan, saling ketergantungan antara persediaan jenis ikan dan setiap

58 standar minimum internasional yang secara umum direkomendasikan pada taraf sub-regional, regional maupun global.

i. memperhatikan akibat terhadap jenis yang berhubungan dengan atau tergantung dari jenis yang yang berhubungan atau tergantung demikian di atas taraf dimana reproduksinya menjadi sangat terancam. (2.2) FAO Compliance Agreement 1993

Menurut Pasal 4, setiap Negara diwajibkan membuat daftar kapal-kapal ikan yang telah diberi ijin untuk menangkap ikan di laut lepas. Hal ini bertujuan untuk memudahkan identifikasi kapal-kapal ikan dalam rangka mencegah kegiatan yang tidak mengindahkan langkah-langkah pengelolaan dan konservasi internasional (Pasal 5 ayat 1). Sementara itu, Pasal 5 ayat (2) mensyaratkan negara pelabuhan untuk mencatat kapal-kapal ikan dari suatu negara bendera yang diyakini melakukan pelanggaran pengelolaan dan konservasi internasional. Dalam hal ini, negara pelabuhan dimungkinkan untuk melakukan investigasi terhadap kegiatan yang dianggap bertentangan dengan FAO Compliance Agreement 1993.

Mengenai informasi kapal ikan diatur pada Pasal 6. Adapun informasi tersebut meliputi:

a) Nama kapal ikan, nomor registrasi, nama-nama terdahulu (apabila diketahui), dan pelabuhan tempat pendaftaran sebelumnya

b) Bendera kapal sebelumnya (apabila ada) c) Kode Radio Panggil Internasional (apabila ada) d) Nama dan alamat pemilik kapal

e) Kapan dan dimana kapal dibuat f) Jenis kapal

g) Ukuran panjang kapal.

Selain data di atas, masing-masing pihak juga harus menyediakan informasi tambahan untuk FAO mengenai kapal-kapal ikan yang tercatat dalam daftar, yaitu: a) Nama dan alamat dari operator (manajer) atau operator-operator

(manajer-manajer), apabila ada;

b) Jenis metode atau metode penangkapan ikan;

c) Kedalaman Mold/Cetakan (Moulded depth);

d) Kayu (beam);

e) Berat kotor tonase, dan:

59

(2.2) UN Fish Stocks Agreement 1995

Pasal 5 huruf j menyebutkan bahwa dalam rangka konservasi dan pengelolaan sediaan ikan yang beruaya terbatas dan sediaan ikan yang beruaya jauh, negara pantai dan negara yang melakukan penangkapan ikan di Laut Lepas harus, dalam melaksanakan kewajiban mereka untuk bekerjasama sesuai dengan Konvensi, yaitu mengumpulkan dan memberikan, pada saat yang tepat, data yang lengkap dan akurat mengenai kegiatan-kegiatan perikanan, antara lain, posisi kapal, tangkapan spesies target dan non target dan usaha penangkapan ikan.

Pasal 6 ayat (2) menyebutkan bahwa negara-negara harus lebih berhati-hati pada saat informasi tidak menentu, tidak dapat dipercaya atau tidak mencukupi. Tidak tersedianya informasi ilmiah yang memadai tidak dapat digunakan sebagai alasan untuk menunda atau menggagalkan tindakan konservasi dan pengelolaan. Sementara Pasal 6 ayat (3) menambahkan bahwa dalam melaksanakan pendekatan kehati-hatian, negara-negara harus:

a) Meningkatkan pengambilan keputusan untuk konservasi dan pengelolaan sumber daya ikan dengan mendapatkan dan membagikan informasi ilmiah terbaik yang tersedia dan menerapkan teknik lanjutan untuk menangani risiko dan ketidakpastian;

b) Menerapkan petunjuk pelaksanaan sebagaimana ditentukan di dalam Lampiran II dan menetapkan, atas dasar informasi ilmiah terbaik yang tersedia, titik-titik referensi khusus sediaan dan tindakan yang dilakukan apabila mereka terlampaui;

c) Mempertimbangkan, antara lain, ketidakpastian yang berkaitan dengan ukuran dan produktivitas dari sediaan, titik referensi, kondisi sediaan dalam kaitan dengan titik referensi tersebut, tingkat-tingkat dan distribusi pertumbuhan perikanan dan dampak dari kegiatan perikanan pada spesies non target dan berhubungan atau tergantung, serta kondisi saat ini dan prakiraan lautan, lingkungan, dan sosial ekonomi; dan

d) Mengembangkan pengumpulan data dan program riset untuk menilai dampak atas penangkapan pada spesies non target, berhubungan atau tergantung, dan lingkungan mereka, dan menyetujui perencanaan yang diperlukan untuk menjamin konservasi spesies tersebut dan untuk melindungi habitat yang mendapatkan perhatian khusus.

60 Pasal 16 ayat (1) menyebutkan bahwa Negara-negara harus menjamin bahwa kapal-kapal penangkap ikan yang mengibarkan bendera mereka menyediakan informasi yang mungkin diperlukan dalam rangka memenuhi kewajiban mereka di bawah Persetujuan ini. Untuk tujuan tersebut, Negara-negara harus sesuai dengan Lampiran I:

a) Mengumpulkan dan tukar menukar data ilmiah, teknis dan statistik berkaitan dengan perikanan untuk sediaan ikan yang beruaya terbatas dan sediaan ikan yang beruaya jauh;

b) Menjamin bahwa data dikumpulkan secara rinci cukup untuk penilaian sediaan yang efektif dan disediakan dengan cara yang tepat untuk memenuhi persyaratan organisasi atau pengaturan pengelolaan perikanan sub regional atau regional; dan

c) Mengambil tindakan-tindakan yang memadai untuk menguji keakuratan data tersebut.

Pasal 16 ayat (2) Negara-negara harus bekerjasama, baik secara langsung atau melalui organisasi atau pengaturan pengelolaan perikanan sub regional dan regional:

a) menyetujui spesifikasi data dan format yang disediakan untuk organisasi atau pengaturan tersebut, dengan memperhatikan sifat sediaan dan perikanan untuk sediaan tersebut.

b) mengembangkan dan mempertukarkan teknik analisis dan metodologi penilaian sediaan untuk meningkatkan tindakan bagi konservasi dan pengelolaan sediaan ikan yang beruaya terbatas dan sediaan ikan yang beruaya jauh.

(2.4) PSM Agreement 2009

Perjanjian ini tidak mengatur secara khusus mengenai tindakan di laut lepas.

(2.5) CCRF 1995

Sebagaimana yang dituangkan dalam Pasal 7.7.3 program pemantauan, pengendalian dan pengawasan (monitoring, controlling surveilence/MCS), program pengamat (observer), pola inspeksi dan system pemantauan kapal (VMS) juga perlu dilaksanakan oleh organisasi dan tatanan pengelolaan perikanan subregional, regional sesuai dengan prosedur yang disepakati oleh organisasi dan tatanan itu.

61

(2.6) IPOA on IUU Fishing 2001

Menurut Angka 42, disebutkan bahwa setiap negara bendera harus mengelola catatan kapal-kapal penangkap ikan yang diperbolehkan untuk mengibarkan benderanya. Setiap catatan kapal-kapal penangkap ikan harus mencakup, kewenangan menangkap ikan dari kapal-kapal di laut lepas, semua informasi telah tercatat dalam paragraf 1 dan 2 Pasal VI Perjanjian Kesepakatan FAO 1993. Adapun persyaratan tentang kapal ikan mencakup:

a) Nama-nama kapal sebelumnya, jika ada dan jika diketahui;

b) Nama, alamat dan kebangsaan dari orang atau entitas hukum atas nama siapa kapal didaftarkan;

c) Nama, nama jalan, alamat surat dan kebangsaan dari orang atau entitas hukum yang bertanggungjawab mengelola operasional kapal;

d) Nama, nama jalan, alamat surat dan kebangsaan dari orang atau entitas hukum yang merupakan pemilik kapal;

e) Nama dan sejarah kepemilikan kapal, dan, apabila diketahui, sejarah ketidakpatuhan, pelanggaran oleh kapal tersebut, sesuai dengan dengan hukum nasional, dengan langkah-langkah pengelolaan dan konservasi atau ketentuan-ketentuan hukum yang dibuat di tingkat nasional, regional, atau global, dan;

f) Dimensi kapal, dan jika dimungkinkan, potret kapal, yang diambil pada waktu pendaftaran kapal, atau pada waktu penyelesaian perubahan struktural paling akhir, menunjukkan sisi profil kapal (Tabel 4.5.).

62

Tabel 4.5. Harmonisasi Hukum Internasional Terkait Unreported Fishing. Kategori UNCLOS FAO

Compliance UNIA Agreement PSM CCRF IPOA on IUU Fishing

1. Unreported, underreported, misreported (nasional) Pasal 61  Penetapan JTB  bukti ilmiah terbaik yang tersedia  Pertukaran data informasi Pasal 14  informasi  Pasal 18(3c-3g)  mm Pasal 13  pemeriksaan kapal, ikan, alat tangkap, Pasal 7.7.3  Program MCS Negara pantai  Program observer  Inspeksi kapal  VMS Angka 24  Program MCS  Perizinan kapal ikan  VMS  Program observer Angka 49  Transhipmen 2. Unreported, underreported, misreported (RFMO) Pasal 118  Kewajiban konservasi di laut lepas Pasal 119  bukti ilmiah terbaik yang tersedia Pasal 4  Daftar kapal ikan di laut lepas Pasal 5  Identifikasi kapal ikan di laut lepas  Kewajiban Negara pelabuhan mencatat kegiatan kapal ikan yang melanggar Pasal 6  Informasi kapal ikan  Pasal 5j (informasi )  Pasal 6(2), 6(3) informasi)  Pasal 14 (informasi ) Pasal 7.7.3  Program MCS Negara pantai  Program observer  Inspeksi kapal  VMS Angka 42  Persyaratan pendaftaran kapal ikan di laut lepas

Sumber: Data diolah, 2012.