• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. GAMBARAN HIDUP KOMUNITAS PARA SUSTER

D. Usaha-usaha Membangun Hidup Komunitas dalam

1. Usaha Komunitas

Usaha-usaha yang dilakukan secara bersama oleh para suster komunitas RSSI untuk membangun hidup komunitas dalam kurun waktu ini meliputi: Devosi kepada Hati Yesus dan Bunda Maria, pertemuan komunitas, rekreasi bersama, doa untuk komunitas-komunitas yang ada di Indonesia.

a. Devosi Kepada Hati Yesus dan Bunda Maria

Suster-suster di komunitas RSSI dan di komunitas lainnya mempunyai devosi kepada Hati Yesus yang Maha Kudus. Sekali seminggu para suster

melakukan adorasi atau yang dalam kongregasi SPC disebut dengan Jam Suci. Dalam Adorasi ini para suster menimba inspirasi dari Kitab Suci. Adorasi atau Jam Suci diprioritaskan oleh para suster SPC karena dalam Adorasi tersebut para suster dapat mengenang kembali penebusan cinta yang dilakukan oleh Kristus. Para suster menimba semangat cinta dalam Adorasi sehingga mampu mencinta sesama seperti Yesus mencintai. Melalui Adorasi para suster mempunyai kesempatan berdoa bagi panggilan setiap suster yang ada di komunitas [Lampiran 4: (7); bdk. Lampiran 5: (9)].

Selain devosi kepada Hati Kudus Yesus para suster juga berdevosi kepada Bunda Maria yang menjadi teladan bagi para suster SPC. Devosi dilakukan setiap hari dengan melakukan rosario bersama. Pada bulan Mei berdasarkan kesepakatan di dalam komunitas para suster menyediakan waktu untuk mengadakan ziarah ke Gua Maria. Bunda Maria juga memberi teladan kesetian dan ketaatan kepada kehendak Allah. Bunda Maria mengundang kepada kesiagaan batin yang mempersiapkan para suster untuk menjawab kehendak Allah dalam kebersamaan di komunitas. Bunda Maria juga mengajak untuk percaya, terbuka dan menyerahkan diri secara total kepada kebaikan hati Bapa. Bersama Bunda Maria para suster memohon rahmat agar mampu hidup rukun dan damai seperti dalam Keluaga Nazareth [Lampiran 4: (7); bdk. Lampiran 5: (9)]. Devosi kepada Hati Yesus dan Bunda Maria sudah menjadi jadual tetap para suster di komunitas RSSI. Usaha ini cukup membantu para suster dalam membangun sikap batin yang terbuka pada kehendak Allah dan juga terbuka untuk mengasihi di dalam komunitas.

b. Pertemuan Komunitas

Sebulan sekali di komunitas RSSI diadakan pertemuan komunitas. Pertemuan diadakan setelah rekoleksi hari Sabtu dan Minggu pertama dalam bulan. Dalam pertemuan komunitas para suster mempunyai kesempatan untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan di komunitas, memberi masukan bila ada yang perlu diperbaiki dan membuat kesepakatan bersama. Pertemuan ini sangat membantu para suster untuk mengungkapkan apa yang menjadi ganjalan di hati setiap suster, membantu menyatukan pandangan antara generasi tua dan generasi muda, dan menghindari tindakan membicarakan kesalahan dan kelemahan sesama suster di “belakang’ suster yang dibicarakan. Pertemuan komunitas yang dilakukan secara rutin membuat para suster semakin merasa disatukan di dalam komunitas [Lampiran 4: (8); bdk. Lampiran 5: (9)].

c. Rekreasi Bersama

Komunitas RSSI merupakan komunitas yang mempunyai banyak anggota di antara komunitas lain di Indonesia. Jumlah anggota yang cukup banyak membuat waktu bersama kadang sulit dilakukan, namun para suster menyadari betapa penting kebersaman di dalam komunitas, untuk mengatasai kesulitan dalam mencari waktu bersama, para suster membuat kesepakatan mengadakan rekreasi bersama dua kali seminggu yaitu hari Selasa dan Jumat setelah makan malam. Acara yang dilakukan dalam rekreasi bersama adalah bermain kartu bersama, menyanyi bersama, menari bersama dan berbagai kegiatan yang membawa kebahagiaan bagi para suster. Rekreasi bersama yang dimulai sejak

tahun 2008, membantu para suster semakin akrab satu sama lain [Lampiran 4: (8); bdk. Lampiran 5: (9)].

d. Doa untuk Komunitas-komunitas yang ada di Indonesia

Setiap hari dalam ibadat bersama para suster mendoakan komunitas yang ada di Indonesia secara bergiliran. Dalam doa para suster semakin diteguhkan untuk bersatu dengan Kristus dan juga bersatu dengan sesama yang ada di komunitas. Isi doa yang dipanjatkan antara lain mohon rahmat bagi para suster agar mampu melaksanakan tugas karya yang dipercayakan kepada mereka, rahmat untuk mampu menghadapi kesulitan dan tantangan dalam karya dan rahmat untuk mampu hidup damai dan saling mendukung dalam komunitas. Doa untuk komunitas-komunitas yang ada di Indonesia mulai dilaksanakan sejak tahun 2009 dan ini membantu menyatukan para suster dalam doa dan kebersamaan [Lampiran 5: (9)].

2. Usaha Pribadi

Usaha-usaha pribadi yang dilakukan para suster komunitas RSSI dalam rangka meningkatkan hidup komunitas meliputi: merenungkan dan merefleksikan Pedoman Hidup kongregasi, menerima diri apa adanya, membangun relasi tanpa membedakan latar belakang, membaca, melaksanakan tugas komunitas dengan tekun dan setia, meningkatkan hidup doa, membatasi dan mengendalikan diri dalam menggunakan alat-alat komunikasi, setia pada jadual komunitas, berpandangan positif terhadap sesama, tidak mudah membicarakan kelemahan

orang lain, rendah hati untuk mengampuni dan diampuni, terbuka, sederhana, saling mendukung dan saling memperhatikan dalam hidup bersama.

a. Membaca, Merenungkan dan Merefleksikan Pedoman Hidup Kongregasi Setiap hari para suster menyediakan waktu untuk membaca, merenungkan dan merefleksikan Pedoman Hidup khususnya yang berkaitan dengan hidup dalam semangat persaudaraan secara pribadi. Dengan membaca Pedoman Hidup setiap suster akan semakin hafal, mengerti dan memahami makna hidup bersama. Dengan merenungkan, mendorong setiap suster untuk melakukan refleksi sehubungan dengan tindakannya dalam hidup bersama, dan dari hasil refleksi membawa suster kepada kesadaran dan niat baru untuk memperbaiki apa yang masih kurang dalam membangun hidup bersama seperti yang dicita-citakan [Lampiran 5: (10)]. Membaca, merenungkan dan merefleksikan Pedoman Hidup telah dilaksanakan dan menjadi jadual tetap komunitas namun karena dilaksanakan secara pribadi, para suster memahami hidup bersama menurut daya tangkap masing-masing sehingga kadang tidak sesuai dengan para suster lain di komunitas, maka dibutuhkan suatu kegiatan yang dapat menyatukan pemikiran dan pemahaman para suster terhadap nilai-nilai hidup bersama yang termuat dalam Pedoman Hidup.

b. Menerima Diri Apa Adanya

Usaha yang dilakukan para suster dalam menerima diri apa adanya adalah dengan cara bersyukur atas segala anugerah yang diberikan Tuhan seperti bakat, kemampuan, kesempurnaan fisik(tidak cacat) dan rahmat panggilan. Selain itu selalu membangun kesadaran bahwa setiap manusia mempunyai kelebihan dan

kelemahan masing-masing. Sikap penerimaan kepada diri sendiri membantu para suster untuk mampu menerima sesama anggota komunitas yang lain [Lampiran 4: (8); bdk. Lampiran 5: (9)].

c. Melaksanakan Tugas Komunitas dengan Tekun dan Setia serta rela berkorban untuk komunitas

Beberapa suster berusaha melaksanakan tugas dengan tekun dan setia serta rela berkorban untuk melaksanakannya. Wujud konkrit yang dilakukan para suster adalah belajar mencintai pekerjaannya walau sekecil apapun, melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab, berani dan rendah hati bertanya kepada suster yang lebih tahu bila mengalami kesulitan, berusaha sekuat tenaga untuk mengerti dan memahami pekerjaannya, memberikan waktu, tenaga dan perhatian kepada kebutuhan sesama suster. Kerelaan para suster untuk melaksanakan tugas komunitas dengan tekun dan setia serta rela berkorban untuk komunitas membantu para suster semakin mencintai komunitas dan membangun sikap sense of belonging[Lampiran 4: (8); bdk. Lampiran 5: (11)].

d. Meningkatkan Hidup Doa

Para suster secara pribadi meningkatkan hidup doa. Cara-cara yang ditempuh untuk meningkatkan hidup doa adalah: tekun dan setia mengikuti Ekaristi, ibadat bersama, kunjungan Sakramen Maha Kudus, Examen, Adorasi dan Rosario bersama. Setiap mengalami peristiwa yang kurang menyenangkan dengan sesama suster di komunitas, peristiwa tersebut dibawa dalam doa sehingga hati diperbaharui oleh rahmat kasih Allah yang membuat para suster

dapat mengampuni dan menerima sesama para suster menyadari hidup doa adalah hal paling pokok dan mendasar yang membantu memulihkan kekuatan, semangat dan peneguhan, sehingga dapat mengolah pengalaman harian bersama Allah [Lampiran 4: (8); bdk. Lampiran 5: (10)].

e. Membatasi dan Mengendalikan Diri dalam Menggunakan Alat-alat Komunikasi

Setiap suster berusaha bertindak bijaksana dalam menggunakan alat-alat komunikasi seperti televisi, internet dan handphone. Para suster membatasi dan mengendalikan diri dalam menggunakan alat-alat komunikasi dengan cara: menonton televisi pada hari dan jam yang telah disepakati, menggunakan internet seperlunya sesuai tuntutan karya, tidak menggunakan handphone pada waktu-waktu bersama dan selalu ingat bahwa alat-alat tersebut merupakan benda mati yang tidak bisa menggantikan sesama suster yang ada di komunitas. Kesadaran para suster menggunakan sarana komunikasi dengan bijaksana membantu para suster untuk memberi perhatian pada kebersamaan di dalam komunitas [Lampiran 5: (10)].

f. Setia pada Jadual Komunitas

Para suster membuat jadwal harian secara bersama-sama dan berusaha setia pada jadwal komunitas yang telah disepakati bersama tersebut. Kesetiaan pada jadwal komunitas diungkapkan dengan hadir tepat waktu pada kegiatan-kegiatan bersama di komunitas seperti waktu doa, waktu rekreasi bersama, waktu pertemuan komunitas. Apabila dalam perjalanan waktu ada salah satu

suster mulai melalaikan jadwal harian komunitas dengan sengaja, suster yang lain punya kewajiban untuk mengingatkan dengan penuh cinta kasih. Setia pada jadwal komunitas mendorong para suster semakin terikat satu sama lain sehingga relasi para suster semakin mendalam [Lampiran 4: (8); bdk. Lampiran 5: (10)].

g. Berpandangan Positif terhadap Sesama dan Tidak Mudah Membicarakan Kelemahan Orang Lain

Usaha yang dilakukan para suster dalam membangun pandangan positif terhadap sesama antara lain: membangun kesadaran bahwa setiap suster mempunyai kelemahan dan kelebihan sehingga bisa menerima sesama apa adanya, membangun kesadaran bahwa sesama adalah anugerah Allah bagi komunitas. Usaha yang dilakukan agar tidak mudah membicarakan kelemahan orang lain adalah berani terus terang dan mengungkapkan secara terbuka bila ada suster yang berbuat salah, selalu ingat bahwa setiap suster tidak punya hak untuk menghakimi dan menilai jelek sesama susternya. Segala usaha yang dilakukan para suster dalam membangun pandangan positif terhadap sesama dan tidak mudah membicarakan kelemahan orang lain membantu menciptakan suasana yang nyaman dalam komunitas [Lampiran 4: (8)].

h. Rendah Hati untuk Mengampuni dan Diampuni

Para suster berusaha bersikap rendah hati untuk mengampuni dan diampuni. Usaha yang dapat dilakukan adalah berani mengakui kesalahan yang dilakukan dan minta maaf kepada suster yang telah disakiti dan dari pihak suster yang disakiti dengan hati terbuka menerima permintaan maaf dari suster yang

telah menyakitinya. Kerendahan hati untuk mengampuni dan diampuni ini membantu membuat suasana komunitas menjadi nyaman tanpa ada yang merasa tersakiti [Lampiran 4: (8)].

j. Terbuka, Sederhana, Saling Mendukung dan Saling Memperhatikan dalam Hidup Bersama

Dalam hidup berkomunitas setiap suster berusaha menghidupkan dan mengembangkan sikap saling terbuka, sederhana, saling mendukung dan saling memperhatikan. Bentuk konkrit dari usaha ini antara lain: berani terbuka kepada sesama suster baik dalam suka dan duka, terbuka menerima kritik dan masukan yang membangun. Usaha dalam hal kesederhanaan, menggunakan atau menerima pakaian, makanan dan sarana yang ada. Dalam hal saling mendukung, berusaha saling mendukung dalam panggilan, bila ada suster lain yang kelihatan goyah dalam panggilannya, sebagai saudari sekomunitas tidak segan-segan mengajaknya berbicara dan membantunya menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya tidak menghakimi dan semakin menyudutkan. Sedangkan dalam hal saling memperhatikan, setiap suster berusaha memberi perhatian seorang terhadap yang lain. Apabila dalam acara bersama ada seorang suster yang tidak hadir, maka sebagai saudari mencari tahu keberadaan suster tersebut. Dasar dari semua usaha yang dilakukan tersebut adalah kejujuran, sikap saling percaya dan kasih yang mempersatukan semuanya. Sikap terbuka, sederhana, saling mendukung dan saling memperhatikan dalam hidup komunitas membuat komunitas menjadi tempat yang semakin menyuburkan panggilan para suster [Lampiran 4: (8); bdk. Lampiran 5: (10)].

E. MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PARA SUSTER SPC