ANATTALAKKHAöA SUTTA Bagian Ketujuh
2. VEDANâ DIPELAJARI SECARA ANALITIS DALAM SEBELAS ASPEK
membahas sebelas aspek dari vedanà secara analitis.
2. VEDANâ DIPELAJARI SECARA ANALITIS DALAM SEBELAS ASPEK
“Yæ kæci vedan, atøtænægatapaccuppannæ ajjhattan væ bahiddhæ væ olarika væ Sukhumæ væ hina væ panita væ yæ dure santike væ sabbæ vedanæ, ‘netam mama neso hamasmi na meso attati Eva metam yathæbhþtam sammappaññaya dathabban.”
Vedanà apapun juga, baik di masa lampau, di masa depan maupun di masa sekarang, internal atau eksternal; kasar atau halus; baik atau buruk; jauh atau dekat; harus dilihat dengan pengetahuan sendiri, sebagaimana adanya bahwa ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku.’
Ini adalah nasehat untuk merenungkan vedanà secara analitis dalam sebelas kelompok hingga memperlihatkan karakteristik
anicca, dukkha dan anatta dari vedanà. Di sini, vedanà masa lampau artinya adalah sensasi yang dialami dalam kehidupan sebelumnya juga yang dialami beberapa hari, bulan, atau tahun yang lalu dalam kehidupan ini. Juga pengalaman beberapa saat sebelumnya hari ini, dari semua ini, jelas bahwa vedanà
dari kehidupan lampau telah lenyap; tetapi bagi mereka yang memiliki keterikatan kuat terhadap atta, terlihat tidak begitu jelas karena mereka menganut pandangan bahwa diri yang mengalami sensasi dari kehidupan sebelumnya masih terus mengalami sensasi sampai saat ini. Dalam pandangan mereka, mereka tidak menganggap bahwa semua sensasi pada saat- saat sebelumnya dalam kehidupan ini telah lenyap dan hilang. Mereka percaya bahwa diri yang telah menikmati sensasi- sensasi ini sebelumnya masih menikmatinya sampai saat ini.
VEDANâ DIRENUNGKAN SEHUBUNGAN DENGAN TIGA ASPEK WAKTU
Sewaktu Yogã yang penuh perhatian merenungkan naik dan turunnya perut, jika vedanà yang tidak menyenangkan seperti kaku, panas, dan sebagainya muncul, ia mencatatnya. Ketika dicatat demikian, vedanà yang tidak tertahankan menjadi berkurang dan berkurang dan akhirnya lenyap. Ketika konsentrasi menjadi lebih kuat, akan terlihat bahwa tiap-tiap rasa sakit berlalu pada setiap pencatatan. Melihat demikian, disadari dengan pengetahuan pribadi bahwa vedanà yang mengalami sensasi adalah tidak bertahan lama, bahkan tidak bertahan selama satu detik, terus-menerus muncul dan lenyap. Jangankan vedanà dalam kehidupan lampau, bahkan vedanà
dalam kehidupan ini, yang muncul beberapa saat sebelumnya dalam kehidupan ini, pada saat ini sudah tidak ada lagi.
Vedanà yang terjadi hanya sesaat yang lalu juga tidak ada lagi pada saat ini. Semua ini disadari oleh Yogã yang mengamati yang melihat bahwa sensasi-sensasi menyenangkan, tidak
menyenangkan atau netral, yang sedang dialami pada saat itu juga muncul dan lenyap, muncul dan lenyap sepanjang waktu. Dengan demikian dapat divisualisasikan bahwa vedanà yang akan terjadi di masa depan juga akan muncul dan lenyap pada saat kemunculannya. Kita akan menyimpulkan dengan membacakan:
Vedanà
1. masa lampau telah lenyap di masa lampau, ia tidak datang ke masa sekarang. Karena lenyap dan terhenti pada saat ini, maka ia tidak kekal. Karena tidak kekal, maka tidak menyenangkan, tidak dapat diandalkan. Hanyalah sesuatu yang menakutkan, penderitaan murni. Dukkha vedanà
yang tidak tertahankan adalah juga menakutkan karena menyerang. Bukan suatu otoritas yang mengendalikan (sàmi), bukan suatu entitas kekal (nivàsã), bukan seseorang yang mengalami sensasi (vedanà), bukan diri dengan inti apapun, hanya fenomena bukan-diri.
Vedanà
2. masa sekarang akan lenyap dan hilang pada saat ini. Ia tidak akan mencapai masa depan. Karena lenyap dan hilang, maka tidak kekal. Karena tidak kekal, maka itu adalah penderitaan yang menakutkan. Juga merupakan penderitaan murni karena tidak tertahankan. Bukan suatu otoritas yang mengendalikan, suatu entitas kekal dan sebagainya, adalah bukan diri dengan inti apapun, hanya fenomena bukan-diri.
Vedanà
3. yang akan terbentuk di masa depan akan lenyap di sana dan pada saat itu. Tidak akan terbawa ke kehidupan di masa depan yang manapun. Karena akan lenyap dan hilang, maka tidak kekal. Karena tidak kekal, maka merupakan penderitaan menakutkan. Bukan diri dengan inti apapun, hanya fenomena bukan-diri.
Ini adalah bagaimana vedanà direnungkan sehubungan dengan tiga aspek waktu. Sekarang kita akan membacakan bagaimana
Perasaan kaku, panas, sakit dan tidak nyaman yang dialami 1.
sesaat yang lalu tidak mencapai masa sekarang yang nyaman. Ia berlalu pada saat merasa kaku, panas, sakit dan tidak tertahankan. Karena berlalu demikian, maka tidak kekal. Dan karena tidak kekal, serta tidak tertahankan, maka itu adalah penderitaan yang menakutkan. Perasaan nyaman sesaat yang lalu tidak mencapai masa sekarang yang sangat tidak nyaman. Ia berlalu pada saat perasaan nyaman itu juga dan oleh karenanya, tidak kekal. Karena tidak kekal, maka itu adalah penderitaan yang menakutkan. Semua perasaan, menyenangkan atau tidak menyenangkan adalah tanpa diri dengan inti apapun, hanya fenomena bukan-diri.
Vedanà
2. menyenangkan atau tidak menyenangkan pada masa sekarang lenyap dan hilang, lenyap dan hilang bahkan pada saat perasaan-perasaan itu sedang dicatat dan oleh karena itu, tidak kekal, penderitaan, bersifat anatta.
Vedanà
3. menyenangkan atau tidak menyenangkan di masa depan juga akan lenyap dan hilang pada saat kemunculannya. Oleh karena itu, semua itu adalah tidak kekal, penderitaan, bersifat anatta.
Ini adalah bagaimana vedanà di masa lampau, masa sekarang dan masa depan dipertimbangkan sewaktu terjadi pada saat mencatatnya. Juga ada metode perenungan vedanà masa lampau dan masa depan dengan merenungkan vedanà masa sekarang. Kita akan membacakannya:
“Seperti halnya vedanà yang tidak kekal, menyenangkan, tidak menyenangkan, netral, yang lenyap dan hilang selagi dicatat, sebelumnya juga ada vedanà serupa, lenyap pada saat kemunculannya dan oleh karena itu bersifat anicca, dukkha, anatta. Vedanà yang akan muncul di masa depan juga berlalu pada saat kemunculannya dan oleh karena itu, bersifat anicca,
Setelah melihat oleh diri sendiri bagaimana vedanà dalam diri kita, lenyap, masih ada tugas untuk merenungkan dengan menyimpulkan vedanà orang lain, vedanà di seluruh dunia. Kita akan membacakan sebagai berikut:
“Seperti halnya vedanà dalam diri sendiri lenyap dan hilang bahkan selagi dicatat, vedana dalam diri orang lain, vedanà di seluruh dunia juga akan lenyap dan hilang. Oleh karena itu, semua itu juga bersifat anicca, dukkha dan anatta.”
Kita telah cukup membahas bagaimana vedanà direnungkan sehubungan dengan tiga aspek waktu. Selanjutnya kita akan merenungkan vedanà internal dan eksternal.
MERENUNGKAN VEDANâ INTERNAL DAN EKSTERNAL
“Seperti halnya råpa yang direnungkan dalam dua aspek, internal dan eksternal, råpa internal tidak menjadi råpa
eksternal dan sebaliknya, demikian pula vedanà harus direnungkan dalam dua aspek, internal dan eksternal,” disebutkan dalam Visuddhimagga. Vedanà dari dalam tidak keluar; vedanà dari luar tidak masuk ke dalam. Demikianlah harus direnungkan. Pertanyaan muncul di sini: Apakah ini berarti vedanà dari dalam diri seseorang tidak mencapai tubuh dari orang lain; dan vedanà dari orang lain tidak mencapai diri seseorang. Tetapi tidak seorangpun yang mempercayai bahwa
vedanà seseorang pindah ke orang lain dan vedanà orang lain pindah ke seseorang. Maka cara perenungan ini bukanlah cara yang dimaksud di sini. Harus dimengerti bahwa apa yang dimaksudkan di sini adalah perubahan obyek, internal menjadi eksternal dan sebaliknya.
Ketika vedanà yang telah muncul bergantung pada obyek internal digantikan dengan vedanà yang muncul bergantung pada obyek eksternal, orang-orang biasa menganggap bahwa
vedanà internal telah menjadi eksternal. Sebaliknya ketika perasaan menyenangkan atau tidak menyenangkan yang dikondisikan oleh obyek eksternal digantikan oleh perasaan menyenangkan atau tidak menyenangkan yang bergantung pada obyek internal, orang-orang menganggap bahwa vedanà
eksternal telah menjadi vedanà internal. Demikian pula,
vedanà yang muncul dari sebuah obyek yang jauh digantikan dengan yang bergantung pada obyek yang dekat, orang-orang menganggap bahwa vedanà berpindah dari jauh ke dekat. Dan sebaliknya. Apa yang dimaksudkan di sini adalah bahwa perubahan obyek eksternal dan internal, jauh dan dekat, bergantung pada perasaan mana yang muncul.
Yogã yang mencatat fenomena nàma dan råpa pada saat kemunculannya, mencatat rasa sakit, dan sebagainya, ketika perasaan tidak menyenangkan muncul dalam tubuh. Sewaktu mencatat, jika pikiran melewati suatu obyek eksternal dan perasaan bahagia atau sedih sehubungan dengan obyek eksternal itu, perasaan-perasaan ini harus dicatat sebagai bahagia atau sedih, dan seterusnya. Demikianlah sepanjang waktu mencatat ini, perasaan tidak menyenangkan ini tidak mencapai ke luar. Ia lenyap dan padam di dalam. Kemudian perhatian beralih ke obyek eksternal yang menyebabkan munculnya vedanà baru. Demikianlah Yogã memahami fenomena ini. Ia juga memahami sepenuhnya ketika proses sebaliknya terjadi; yaitu perasaan bahagia, dan sebagainya, yang muncul dari obyek eksternal lenyap dan perasaan baru sakit, dan sebagainya, di alami secara internal.
(4&5) vedanà internal tidak mencapai ke luar; vedanà eksternal juga tidak mencapai ke dalam. Masing-masing vedanà muncul dan lenyap pada saat kemunculannya masing-masing dan dengan demikian bersifat anicca, dukkha dan anatta.
MERENUNGKAN VEDANâ KASAR DAN HALUS Sewaktu mengalami sensasi kasar dari sakit, dan sebagainya, jika seseorang mulai merasakan sensasi halus, orang-orang biasa percaya bahwa sensasi kasar telah berubah menjadi sensasi halus. Dari mengalami sakit yang halus, ketika perasaan menjadi rasa sakit yang hebat, dipercaya bahwa kesakitan halus telah berkembang menjadi kesakitan yang kasar. Akan tetapi, bagi Yogã yang penuh perhatian, akan melihat dalam setiap pencatatan bahwa sensasi sakit itu lenyap, bagian demi bagian, sedikit demi sedikit dan, oleh karena itu, mengetahui bahwa kesakitan halus tidak berubah menjadi kesakitan kasar; juga yang kasar tidak pernah berubah menjadi yang halus. Vedanà
yang lama lenyap dan digantikan oleh yang baru yang muncul di tempat itu, hanya sifat ketidak-kekalan. Ia menyadari semua ini dengan pengetahuan pribadinya.
(6&7) Kesakitan kasar, dan sebagainya, tidak menjadi kesakitan halus, dan sebagainya, dan sebaliknya. Semua itu lenyap pada saat kemunculannya masing-masing. Demikianlah vedanà
bersifat anicca, dukkha dan anatta.
MERENUNGKAN VEDANâ SEBAGAI BAIK DAN BURUK
Sensasi sakit pada tubuh dianggap sebagai bentuk vedanà
buruk, sedangkan sensasi menyenangkan dianggap bentuk
vedanà baik. Demikian pula, ketidak-bahagiaan, dukacita, kekesalan, kesedihan adalah vedanà buruk; kebahagiaan, kegembiraan, dan sebagainya adalah jenis yang baik. Dengan kata lain, marah, tertekan dan tidak bahagia adalah vedanà
buruk; merasa bahagia adalah vedanà baik. Tetapi bahkan di sini, kebahagiaan dengan kegembiraan dalam obyek-obyek indria pemujaan seperti Buddha, dan sebagainya, adalah baik. Sewaktu mengalami vedanà yang berubah dari satu jenis ke jenis lainnya, orang-orang biasa menganggap vedanà
buruk telah berubah menjadi yang baik, atau vedanà baik telah berubah menjadi jenis yang buruk. Tetapi Yogã melihat bahwa vedanà lenyap bahkan sewaktu mencatatnya, dan oleh karena itu, mengetahui bahwa vedanà yang baik tidak berubah menjadi yang buruk; dan juga yang buruk tidak menjadi yang baik. Semuanya lenyap pada saat kemunculannya, karena itu, tidak kekal.
(8&9) Perasaan sakit dari vedanà buruk tidak menjadi perasaan bahagia dari vedanà baik. Juga vedanà baik tidak menjadi
vedanà buruk. Semuanya lenyap pada saat kemunculannya dan bersifat anicca, dukkha dan anatta.
MERENUNGKAN VEDANâ SEBAGAI JAUH DAN DEKAT
Kita telah membahas secukupnya mengenai vedanà, jauh dan dekat (10&11). Perasaan yang muncul dari obyek yang jauh tidak menjadi perasaan yang bergantung pada obyek yang dekat; perasaan sehubungan dengan obyek yang dekat tidak menjadi perasaan sehubungan dengan obyek yang jauh. Semuanya lenyap pada saat mengalaminya dan karena itu bersifat anica, dukkha dan anatta.
Kita telah membahas kelompok vedanà dalam sebelas kelompok. Selanjutnya kami akan memberikan penjelasan serupa sehubungan dengan Sa¤¤à, Persepsi.
3. SA¥¥â, PERSEPSI, DALAM SEBELAS KELOMPOK