• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wisata ke Patung Budha (Giant Buddha)

Dalam dokumen A Memorable Journey Kisah Perjalanan yan (Halaman 80-85)

Oleh: Nyi Penengah Dewanti

Weekend adalah hari yang menyenangkan. Karena hari ini aku dan teman-temanku telah sepakat mengunjungi “patung budha”. Tempat di mana dulu aku hanya bisa melihatnya melalui TV, dalam serial si kera sakti “Sun Go Kong”. Aku sudah membayangkan bagaimana serunya harus menaiki tangga sebanyak 268 anak tangga. That is amazing moment.

Cable Car ( Kereta Gantung)

Aku tinggal di daerah Sheung Shui perbatasan Hongkong dan Macau. Untuk menuju ke Ngong Ping, Lantau Island letak patung budha terbesar itu, seperti kutub utara menuju kutub selatan. Jauh banget, tapi aku menikmatinya. Kami janjian berkumpul di Tung Cung Station. Karena sudah membayar dana HKD 160 per orangnya. Kalau di Indonesia nominalnya sekitar Rp200.000,00, itu dapat sekali makan. Bisa saja ditempuh dengan naik bus, namun perjalanannya cukup lama sekitar 1 jam. Sedang kalau naik cable car hanya 25 menitan, ya memang agak mahal. Disesuaikan dengan kantong kita, mau pilih yang mana.

Untuk menuju ke sana kita harus naik cable car, yang kalau ngantri bisa berjam-jam lamanya. Banyak sekali yang mau berkunjung ke sana juga. Bagi yang menyukai camping, hacking, naik gunung dari Ngong Ping juga disediakan jalurnya dan ada rute-

rute tertentu. Harus datang pagi sekali untuk bisa mendapatkan antrian depan.

Cable car ini memiliki jadwalnya sendiri. Bila kita berwisata pada hari biasa, buka dari jam 10 pagi hingga jam 6 sore. Untuk hari Minggu dan public holiday pukul 09.30 sudah buka hingga pukul 18.30. Aku takjub ketika sudah berada di dalam kereta gantung. Subhanallah, seluas mata ini melihat tak henti untuk melafazkan takbir, Allahu akbar, Allahu akbar. Kami melewati laut dan gunung, hanya dengan kereta gantung. Kadang terfikir apabila macet di tengah-tengah, jika tiba-tiba putus kabelnya, Astagfirullah. Lindungilah kami ya Allah.

Kita boleh memilih 2 alternatif cable car yang mau kita naikin. Yang berlantai kaca untuk yang menyukai keadaan ekstrim atau yang pijakan kakinya gelap, karena takut ketinggian. Dan kami memilih yang bening, beralas kaca. Dari sini kami mendongak ke bawah, mendapati bule-bule sedang hacking. Kami pun menyempatkan diri berfoto-foto di atas kereta gantung, menyimpan beberapa potret kenangan, bahwa kami pernah menjamahnya.

Giant Buddha

Tian tan budha dibuat selama kurang lebih 10 tahun menurut sejarahnya. Sejak dibukanya patung budha, tempat ini sering digelar upacara keagamaan untuk orang-orang yang berdomisili di Hongkong. Pada tahun 1993 Giant Budha resmi dibuka dan banyak wisatawan asing berkunjung. Baru kali ini aku kesampaian datang ke patung budha, karena menunggu teman-teman ngumpul. Biar seru

dan rame, kalau cuma berempat nggak asyik. Kami sepuluhan orang saat itu.

“Lia… tungguin.” Teriakku keras pada sahabatku di depan yang sudah berlarian kegirangan minta difoto.

“Cepetan fotoin!” rengeknya dari jauh.

“Liat dech, ke bawah. Sendalku, La.” Aku sambil manyun dengan mimik muka sedih.

Dia terkekeh, “Ya ampun, tinggal beli aja, tuh,” sambil menunjuk toko beraksen ukiran tembok China yang khas.

“Mahal banget ya, La. Padahal kalau di pasarku sana cuma 20 dolar.” Aku masih mengomel karena harga yang melambung 2 kali lipat.

“Kayak nggak tau aja. Yang namanya barang kalau udah nyampek di tempat keramaian gini, pasti harganya naik. Apalagi banyak turis dari berbagai negara, kesempatan mereka buat ‘mremo’.” Aku manggut-manggut, “Iya... iya, La.

“Liat tuh, di depan! Ini yang terpenting kita hadapin, Da. Harus dinaiki 268 anak tangga, lets go kita taklukan.” Tanpa babibu Lia sudah menarik tanganku melesat naik ke atas.

Kami saling berseru dari atas, menyemangati yang masih di bawah ngos-ngosan untuk naik ke ratusan anak tangga. Big budha digambarkan duduk di bunga teratai, dengan tangan kanan terangkat ke atas, tangan kiri diletakkan di pangkuannya. Tian tan budha

dikelilingi oleh 6 patung kecil yang tidak sebesar dia. Mungkin ceritanya mereka sedang menyajikan sesembahan. Dan masing- masing dari patung menyodorkan upeti berupa lampu tempel, buah, dupa, bunga, minyak, dan musik. Keenam patung ini dikenal dengan nama The Offering of the Six Devas.

Patung budha setinggi 34 meter terbuat dari perunggu dan seberat 250 ton ini dinobatkan sebagai patung terbesar yang berada di luar ruangan tertinggi pada tahun 2007. Pegunungan hijau yang mengelilingi tempat ini disebut lantau peak, dan laut yang mengelilingi luas menjadikan kita betah tidak ingin beranjak. Ada sesuatu yang unik di bawah tangga, ada lantai yang mengarah langsung ke arah patung budha. Bila kita berdiri tepat di atas lingkaran dan berbicara, maka akan terdengar di telinga kita seperti menggema. Oleh sebab itu disebut Buddha mendengar tempat ini.

Karena sudah sore dan kami takut ketinggalan cable car, maka kami memutuskan untuk segera mengantri agar tidak ketinggalan. Kami melewati Ngong Ping Villages, banyak toko menjual souvenir dan makanan khas. Jangan salah, arum manis yang ada di pasar malam yang biasa kita nikmati di Indonesia, di sini pun ada dan harus mengantri juga untuk membelinya. Karena tak sabar antri, kami lewati saja penjualnya. Ada beberapa wisata yang kami lewatkan karena sudah kesiangan, yaitu: Walking with Buddha, Ngong Ping Nature Centre, Po Lin Monastery, dan Monkey’s Tale Theater.

Jika dunia ini begitu luas, maka Allah menegaskan bahwa akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. Jauh lebih luas lagi dari dunia. Di atas semua itu kita harus yakin bahwa Allah pencipta semesta alam jauh lebih besar dari semua itu. Allah Maha Besar!

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” (Al Baqarah : 255).

Dalam dokumen A Memorable Journey Kisah Perjalanan yan (Halaman 80-85)