ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI INFORMASI
UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI INFORMASI
UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Kasus Desa Citaman DAS Cidanau)
ADE FAHRIZAL
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI INFORMASI BAGI UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN
RINGKASAN
ADE FAHRIZAL. Analisis Nilai Ekonomi Lahan Sebagai Informasi Bagi Upaya Peningkatan Nilai Pembayaran Jasa Lingkungan (Kasus Desa Citaman DAS Cidanau) AKHMAD FAUZI danMEILANIE BUITENZORGY.
Tingginya tingkat degradasi di DAS Cidanau menyebabkan terganggunya keseimbangan lingkungan, hal itu ditunjukkan dengan penurunan ketersediaan air baku dari di DAS Cidanau. Berbagai untuk mencegah memburuknya dampak dari degradasi lingkungan tersebut telah dilaksanakan, salah satunya adalah hubungan hulu hilir dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Pengelolaan tersebut merupakan strategi pengelolaan secara lestari dan terintegrasi dengan konsep one river, one plan, one management. Implementasi mekanisme pembayaran jasa lingkungan telah berlangsung sejak 2005-2009 dengan total nilai pembayaran sebesar Rp. 950.00.000,00. Usia implementasi yang masih muda menyebabkan implementasi tersebut tidak luput dari berbagai kelemahan yang dapat menggangu keberlanjutan mekanisme pembayaran jasa lingkungan yang telah berjalan. Kelemahan paling utama adalah masih rendahnya nilai pembayaran jasa lingkungan yang diterima oleh penyedia jasa lingkungan yaitu sebesar Rp. 1.200.000,00/ha/tahun.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai nilai ekonomi dari lahan yang dijadikan model pembayaran jasa lingkungan agar menjadi bahan evaluasi bagi lembaga pengelola dan pemanfaat jasa lingkungan untuk melakukan upaya peningkatan nilai pembayaran jasa lingkungan dari yang telah disepakati saat ini yang dirasa masih terlalu rendah. Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu: (1) menganalisis dan memaparkan model hubungan hulu-hilur dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungn di DAS Cidanau dan (2) menentukan besarnya potensi nilai guna (use value) dari lahan model pembayaran jasa lingkungan di Desa Citaman. Penelitian ini dilakukan di lahan model pembayaran jasa lingkungan Desa Citaman, Kabupaten Serang Provinsi Banten. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan kuisioner. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC), PT. Krakatau Tirta Industri, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Rekonvasi Bhumi, BAPPEDA Kabupaten Serang serta Kantor Desa Citaman. Analisis menggunakan Metode pendekatan nilai pasar atau produktivitas diolah dengan Microsoft Excel 2007.
ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI DASAR BAGI UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN
(Kasus Desa Citaman DAS Cidanau)
ADE FAHRIZAL H44052902
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAWHA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI DASAR BAGI UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Kasus Desa Citaman DAS Cidanau) BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN
TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK
MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA
MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI TULISAN ILMIAH PADA SUATU PEERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2009
Judul penelitian : Analisis Nilai Ekonomi Lahan Sebagai Informasi Bagi Upaya Peningkatan Nilai Pembayaran Jasa Lingkungan
(Kasus Desa Citaman DAS Cidanau)
Nama : Ade Fahrizal
NRP : H44052902
Disetujui, Pembimbing
Prof. Dr. Ir Akhmad Fauzi, M.Sc Meilanie Buitenzorgy, S.Si. M.Sc NIP: 19620421 198603 1 003 NIP: 19760511 200812 2 002
Diketahui,
Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Nopember 1986. Penulis
merupakan anak ke-dua dari dua bersaudara pasangan Endang dan Lilis
Syamsiah.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Purnama Bogor pada tahun1993,
lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Sirnagalih 5. Pada Tahun 1999, penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Bogor dan
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 3 bogor dan masuk
dalam program IPA pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur SPMB di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan
kemahasiswaan sebagai Manajer Event Organizer Unit Kegiatan Mahasiswa
Music Agriculture Expression (MAX!!) periode 2007 - 2008, Anggota MISETA
(Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu sosial Ekonomi Pertanian) periode
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Terhadap
Nilai Ekonomi Sebagai Dasar Bagi Upaya Peningkatan Nilai Pembayaran Jasa
Lingkungan (Kasus Desa Citaman DAS Cidanau)”. Skripsi ini disusun untuk
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi dan Manajemen di Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih pertama saya sampaikan kepada Lembaga Swadaya
Masyarakat Rekonvasi Bhumi atas ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
diberikan mengenai mekanisme pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau
sehingga penulis dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap
perkembangan mekanisme pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau.
Dukungan dari PT. Krakatau tirta industri tidak bisa dilepaskan dari terlaksananya
studi ini, juga tentu saja lembaga dan personal-personal di wilayah Serang atas
informasi mengenai DAS Cidanau dan perhatian bagi studi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam penelitian ini dikarenakan adanya keterbatasan serta kendala
yang dihadapi. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat
diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan
umat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amien.
Bogor, Agustus 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara
moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara
moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW atas terselesaikannya skripsi
ini.
2. Ibunda, ayahanda, kakakku dan keluarga besarku yang telah memberikan
curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus.
3. Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Meilanie Buitenzorgy S, Si, M.Sc
sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada
penulis.
4. Ir. Nindyantoro, MSP sebagai dosen penguji utama
5. Adi Hadianto, SP sebagai dosen penguji wakil departemen.
6. Bapak N. P Rahadian dan Lembaga Swadaya Masyarakat Rekonvasi
Bhumi atas seluruh motivasi, bantuan dan ilmu pengetahuanya tentang
DAS Cidanau.
7. Ketua Kelompok Tani Karyamuda II, Bapak Bachrani dan seluruh
masyarakat Desa Citaman atas bantuan, kerja sama dan informasiny.
8. Bapak Kusmayadi dan PT. Krakatau Tirta Industri atas izin dan bantuanya
9. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB.
10. Trifty Qurrota Aini atas dukungannya yang dan kasih sayangnya tulus.
11. Sahabat-sahabatku, Gian, Hans H, Rendy D.S, Aditya P, Andita H, Sahata,
Meita, Ani, Rani, Danti, Asri, Gita, Tri F, Nurmaya Sari, serta
teman-teman seperjuangan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan 42 untuk kebersamaan selama ini.
12. Sahabat-sahabatku di abs3fussion (R. Pratama P. Putra, M. Maulana, Irvan
Fajar, Gian Yuniarto, Lingga Prabu, Ratu Lada, Intan Farahdilla) atas
segala dukungan yang diberikan.
13. Sahabat-sahabat di UKM Music Agriculture X-Pression!!.
14. Sahabat yang telah rela meluangkan waktu untuk menemani penelitian ini,
Bpk. Bachrani, Sukar, Eli, Iwan, Irvan, Darman, Tati, OB RB.
Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT
ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI INFORMASI
UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI INFORMASI
UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Kasus Desa Citaman DAS Cidanau)
ADE FAHRIZAL
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI INFORMASI BAGI UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN
RINGKASAN
ADE FAHRIZAL. Analisis Nilai Ekonomi Lahan Sebagai Informasi Bagi Upaya Peningkatan Nilai Pembayaran Jasa Lingkungan (Kasus Desa Citaman DAS Cidanau) AKHMAD FAUZI danMEILANIE BUITENZORGY.
Tingginya tingkat degradasi di DAS Cidanau menyebabkan terganggunya keseimbangan lingkungan, hal itu ditunjukkan dengan penurunan ketersediaan air baku dari di DAS Cidanau. Berbagai untuk mencegah memburuknya dampak dari degradasi lingkungan tersebut telah dilaksanakan, salah satunya adalah hubungan hulu hilir dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Pengelolaan tersebut merupakan strategi pengelolaan secara lestari dan terintegrasi dengan konsep one river, one plan, one management. Implementasi mekanisme pembayaran jasa lingkungan telah berlangsung sejak 2005-2009 dengan total nilai pembayaran sebesar Rp. 950.00.000,00. Usia implementasi yang masih muda menyebabkan implementasi tersebut tidak luput dari berbagai kelemahan yang dapat menggangu keberlanjutan mekanisme pembayaran jasa lingkungan yang telah berjalan. Kelemahan paling utama adalah masih rendahnya nilai pembayaran jasa lingkungan yang diterima oleh penyedia jasa lingkungan yaitu sebesar Rp. 1.200.000,00/ha/tahun.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai nilai ekonomi dari lahan yang dijadikan model pembayaran jasa lingkungan agar menjadi bahan evaluasi bagi lembaga pengelola dan pemanfaat jasa lingkungan untuk melakukan upaya peningkatan nilai pembayaran jasa lingkungan dari yang telah disepakati saat ini yang dirasa masih terlalu rendah. Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu: (1) menganalisis dan memaparkan model hubungan hulu-hilur dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungn di DAS Cidanau dan (2) menentukan besarnya potensi nilai guna (use value) dari lahan model pembayaran jasa lingkungan di Desa Citaman. Penelitian ini dilakukan di lahan model pembayaran jasa lingkungan Desa Citaman, Kabupaten Serang Provinsi Banten. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan kuisioner. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC), PT. Krakatau Tirta Industri, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Rekonvasi Bhumi, BAPPEDA Kabupaten Serang serta Kantor Desa Citaman. Analisis menggunakan Metode pendekatan nilai pasar atau produktivitas diolah dengan Microsoft Excel 2007.
ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI DASAR BAGI UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN
(Kasus Desa Citaman DAS Cidanau)
ADE FAHRIZAL H44052902
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBER DAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAWHA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN SEBAGAI DASAR BAGI UPAYA PENINGKATAN NILAI PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN (Kasus Desa Citaman DAS Cidanau) BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN
TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK
MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA
MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI TULISAN ILMIAH PADA SUATU PEERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Agustus 2009
Judul penelitian : Analisis Nilai Ekonomi Lahan Sebagai Informasi Bagi Upaya Peningkatan Nilai Pembayaran Jasa Lingkungan
(Kasus Desa Citaman DAS Cidanau)
Nama : Ade Fahrizal
NRP : H44052902
Disetujui, Pembimbing
Prof. Dr. Ir Akhmad Fauzi, M.Sc Meilanie Buitenzorgy, S.Si. M.Sc NIP: 19620421 198603 1 003 NIP: 19760511 200812 2 002
Diketahui,
Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Nopember 1986. Penulis
merupakan anak ke-dua dari dua bersaudara pasangan Endang dan Lilis
Syamsiah.
Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Purnama Bogor pada tahun1993,
lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Sirnagalih 5. Pada Tahun 1999, penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Bogor dan
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 3 bogor dan masuk
dalam program IPA pada tahun 2004. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur SPMB di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di berbagai kegiatan
kemahasiswaan sebagai Manajer Event Organizer Unit Kegiatan Mahasiswa
Music Agriculture Expression (MAX!!) periode 2007 - 2008, Anggota MISETA
(Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu sosial Ekonomi Pertanian) periode
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Terhadap
Nilai Ekonomi Sebagai Dasar Bagi Upaya Peningkatan Nilai Pembayaran Jasa
Lingkungan (Kasus Desa Citaman DAS Cidanau)”. Skripsi ini disusun untuk
menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi dan Manajemen di Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih pertama saya sampaikan kepada Lembaga Swadaya
Masyarakat Rekonvasi Bhumi atas ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
diberikan mengenai mekanisme pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau
sehingga penulis dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap
perkembangan mekanisme pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau.
Dukungan dari PT. Krakatau tirta industri tidak bisa dilepaskan dari terlaksananya
studi ini, juga tentu saja lembaga dan personal-personal di wilayah Serang atas
informasi mengenai DAS Cidanau dan perhatian bagi studi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam penelitian ini dikarenakan adanya keterbatasan serta kendala
yang dihadapi. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat
diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan
umat dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amien.
Bogor, Agustus 2009
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara
moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
Penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara
moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW atas terselesaikannya skripsi
ini.
2. Ibunda, ayahanda, kakakku dan keluarga besarku yang telah memberikan
curahan kasih sayang, inspirasi hidup dan do’a yang tulus.
3. Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc dan Meilanie Buitenzorgy S, Si, M.Sc
sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan kepada
penulis.
4. Ir. Nindyantoro, MSP sebagai dosen penguji utama
5. Adi Hadianto, SP sebagai dosen penguji wakil departemen.
6. Bapak N. P Rahadian dan Lembaga Swadaya Masyarakat Rekonvasi
Bhumi atas seluruh motivasi, bantuan dan ilmu pengetahuanya tentang
DAS Cidanau.
7. Ketua Kelompok Tani Karyamuda II, Bapak Bachrani dan seluruh
masyarakat Desa Citaman atas bantuan, kerja sama dan informasiny.
8. Bapak Kusmayadi dan PT. Krakatau Tirta Industri atas izin dan bantuanya
9. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, FEM IPB.
10. Trifty Qurrota Aini atas dukungannya yang dan kasih sayangnya tulus.
11. Sahabat-sahabatku, Gian, Hans H, Rendy D.S, Aditya P, Andita H, Sahata,
Meita, Ani, Rani, Danti, Asri, Gita, Tri F, Nurmaya Sari, serta
teman-teman seperjuangan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan 42 untuk kebersamaan selama ini.
12. Sahabat-sahabatku di abs3fussion (R. Pratama P. Putra, M. Maulana, Irvan
Fajar, Gian Yuniarto, Lingga Prabu, Ratu Lada, Intan Farahdilla) atas
segala dukungan yang diberikan.
13. Sahabat-sahabat di UKM Music Agriculture X-Pression!!.
14. Sahabat yang telah rela meluangkan waktu untuk menemani penelitian ini,
Bpk. Bachrani, Sukar, Eli, Iwan, Irvan, Darman, Tati, OB RB.
Semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT
DAFTAR ISI
4.3 Metode Penelitian... 28 4.7.4 Nilai Air Rumah Tangga ... 32 4.7.5 Nilai Ekonomi Huma... 32 4.8 Batasan Penelitian ... 33 4.9 Definisi Opersional ... 33
V. GAMBARAN UMUM LOKASI
5.1 Keadaan Umum Wilayah ... 37 5.1.1 Letak dan Luas ... 37 5.1.2 Iklim ... 39 5.1.3 Topografi... 39 5.1.4 Keanekaragaman hayati ... 40 5.4.5 Hidrologi... 41 5.1.6 Penggunaan Lahan ... 42 5.2 Keadaan Sosial Ekonomi ... 43 5.1.1 Kependudukan ... 43 5.1.2 Mata Pencaharian... 44 5.1.3 Karakteristik Responden di Lokasi Penelitian ... 44 5.2.3.1 Usai... 45 5.2.3.2 Pendidikan ... 45 5.2.3.3 Tingkat Pendapatan ... 46 5.2.3.4 Luas Lahan ... 47 5.2.3.5 Jumlah Tanggungan... 48
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Peran Penting dan Permasalahan yang Terjadi
di Das Cidana ... 49 6.2 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan di Das Cidanau .... 51
6.1.1 Para Pihak yang Terlibat dalam Mekanisme
Pembayaran Jasa Lingkungan ... 53 6.2.2 Penentuan Nilai Pembayaran Jasa Lingkungan
di Das Cidanau ... 58 6.2.3 Skema Mekanisme Pambayaran Jasa Lingkungan di
Das Cidanau... 64 6.2.3.1 Kelemahan Mekanisme Pembayaran Jasa
Lingkungan di DAS Cidanau... 66 6.2.3.2 Kekuatan Mekanisme Pembayaran Jasa
Lingkungan di DAS Cidanau... ` 67 6.2.3.2 Ancaman dalam Mekanisme Pembayaran Jasa
Pembayaran Jasa Lingkungan di DAS
Cidanau ... 69
6.3 Analisis Nilai Ekonomi Kawasan Model
Pembayaran Jasa Lingkungan ... 70 6.3.1 Nilai Kayu ... 73 6.3.2 Nilai Kayu Bakar... 76 6.3.3 Nilai Produk... 78 6.3.4 Nilai Padi Gogo ... 80 6.3.5 Nilai Air Rumah Tangga ... 88 6.4 Nilai Kompensasi Untuk Jasa Lingkungan di DAS Cidanau .. 84
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ... 88 7.2 Saran ... 91
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data ... 36 2. Batas-Batas Wilayah DAS Cidanau... 38 3. Kelas Kelerengan di Wllayah DAS Cidanau ... 41 4. Debit Air Sungai Cidanau ... 42 5. Pembayaran Jasa Lingkungan Air (Water services) di Costa Rica... 53 6. Nilai Ekonomi Lahan Model Pembayaran Jasa Lingkungan di
Desa Citaman ... 72 7. Daftar Harga Kayu di Sekitar Lokasi Model Pembayaran jasa
Lingkungan ... 74 8. Perhitungan Nilai Kayu pada Lahan Model Pembayaran Jasa
Lingkungan ... 75 9. Perhitungan Nilai Kayu Bakar pada Lahan Model Pembayaran
Jasa Lingkungan... 78 10. Perhitungan Nilai Produksi pada Lahan Model Pembayaran Jasa
Lingkungan ... 79 11. Perhitungan Nilai Huma pada Lahan Pembayaran Jasa Lingkungan ... 79 12. Konsumsi Rata-Rata Air per hari Masyarakat Penerima pembayaran
Jasa Lingkungan... 82 13. Harga Air per 10 m3... 82
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Instrumen Kebijakan Terhadap Lingkungan... 16 2. Kategori Valuasi Ekonomi dari Barang dan Jasa Lingkungan ... 20 3. Diagram Teknik Valuasi Ekonomi Berdasarkan Pengelompokan
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Data Tanaman Jenis Kayu-Kayuan... 96 2. Data Jenis Tanaman Buah-Buhan ... 97 3. Data dan Hasil Perhungan Nilai Kayu ... 98 4. Data dan Hasil Perhungan Nilai Produk (Buah-buahan dan
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia telah mengalami penyusutan, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas. Penyusutan kekayaan sumber daya alam saat ini disebabkan oleh
adanya faktor laju pertambahan populasi penduduk yang tidak terkontrol dan
semakin besarnya aktifitas eksploitasi sumber daya alam yang sarat kepentingan
ekonomi, yang ditandai dengan semakin tingginya konsumsi terhadap bahan baku
yang berasal alam. Salah satunya adalah konsumsi dalam bentuk sumberdaya
hutan dengan segala isi dan fungsinya.
Pemanfaatan Sumber Daya Hutan (SDH) hingga saat ini lebih didominasi
oleh produk kayu dan turunannya yang telah memiliki nilai pasar, sementara
produk hasil hutan ikutan lainnya seperti jasa lingkungan hutan belum
dimanfaatkan secara optimal karena nilai pasarnya belum diketahui secara umum.
Laju kerusakan hutan di Indonesia telah mencapai 1,6 juta hektar per tahun pada
tahun 1985-1997 dan diperkirakan sebesar 3,8 juta hektar setiap tahunnya pada
kurun waktu 1997-2000 (Suryawan, 2005). Hal ini tidak dipungkiri akan
mengakibatkan kelangkaan sumber daya hutan. Kelangkaan tersebut tentu saja
disebabkan oleh kerusakannya yang sudah dalam taraf mengkhawatirkan. Sumber
daya hutan yang menyimpan banyak sumber kehidupan, dewasa ini mengalami
penurunan kualitas dan kuantitas secara drastis, Akibatnya siklus air yang
dikontrol oleh vegetasi hutan juga ikut terkena dampak dari adanya penyusutan
hutan karena degradasi hutan tersebut, yaitu terjadi penurunan kualitas dan
Salah satu wilayah yang mengalami penurunan kuantitas sumberdaya air
karena adanya perambahan hutan adalah wilayah Provinsi Banten, yaitu di Daerah
Aliran Sungai (DAS) Cidanau. DAS Cidanau merupakan salah satu DAS penting
bagi penyediaan air baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah Serang
Barat (Cilegon dan sekitarnya). Secara geografis DAS Cidanau terletak di antara
06º 07’ 30’’ – 06º 18’ 00’’ LS dan 105º 49’ 00’’ – 106º 04’ 00’’ BT. DAS
Cidanau mencakup kawasan seluas 22.620 ha, yang mencakup wilayah Kabupaten Pandeglang seluas 999,29 ha dan Kabupaten Serang seluas 21.620,71 ha
(Bapedalda Banten, 2001).
Sungai Cidanau yang berhulu di kawasan Cagar Alam Rawa Danau
merupakan sungai utama di DAS Cidanau dan menjadi sumber air baku serta
reservoir bagi sungai – sungai di tujuh belas sub DAS Cidanau. Sungai Cidanau memiliki limpasan atau debit rata-rata tahunan sebesar 13 m3/detik, dengan
fluktuasi debit kurang dari 5 m3/detik pada musim kering, hingga lebih dari 20
m3/detik pada musim hujan. Adanya berbagai kegiatan yang berorientasi negatif,
seperti penebangan kayu secara liar dan konversi lahan, mengakibatkan debit air
di DAS Cidanau menunjukkan kecenderungan yang terus menurun hingga
dibawah kebutuhan air baku PT. KTI (perusahaan pemanfaat air baku dari Sungai
Cidanau) yaitu sebesar 1.130 liter/detik (FKDC, 2007).
Hasil penelitian tentang perubahan penggunaan lahan yang dilakukan
Baba et al. (2001) diketahui bahwa selama periode 1972-1998 tidak ada kegiatan perubahan lahan yang nyata akibat dari penebangan kayu (logging) atau pembangunan areal pertanian. Seiring dengan meningkatnya populasi jumlah
yang berdampak pada penurunan kualitas dan kuantitas air, kecenderungan
degradasi lingkungan yang terjadi seperti dilaporkan KTI (2004) antara lain
disebabkan oleh perambahan di kawasan Cagar Alam Rawa Danau yang memiliki
luasan sebesar ± 849 ha oleh ±1.140 kepala keluarga, dengan mengkonversi
kawasan cagar alam menjadi kawasan budidaya.
Tingginya tingkat degradasi lingkungan di wilayah Rawa Danau dan hulu
DAS Cidanau yang berdampak pada kelangkaan sumber daya air telah menyita
perhatian masyarakat maupun industri yang memanfaatkan air dari DAS Cidanau.
Degradasi lingkungan ini berdampak pada penurunan ketersediaan air baku dari
Sungai Cidanau, juga mengancam eksistensi Cagar Alam Rawa Danau yang
merupakan suatu kawasan endemis terutama untuk ekosistem rawa. Rawa Danau
merupakan satu-satunya kawasan pegunungan rawa yang masih tersisa di Pulau
Jawa.
Kondisi tersebut mendorong para pihak-pihak yang terlibat dalam
pemanfaatan dan pengelolaan DAS Cidanau untuk membangun kesamaan visi dan
misi dalam melakukan pengelolaan dan pemanfaatan di DAS Cidanau secara
terintegrasi dalam kerangka pembangunan bekelanjutan yang didasarkan pada
konsep one river, one plan and one management. Upaya pelestarian lingkungan dengan konsep ini dapat menjadi terobosan baru dalam teknik konservasi
lingkungan yang berkelanjutan berdasarkan prinsip hubungan hulu-hilir yang
saling menguntungkan antara penyedia di hulu dan pengguna jasa lingkungan di
hilir. Sebagai solusi untuk melestarikan lingkungan di DAS Cidanau, khususnya
Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) atau Payment for Environmental Service
(PES) (KTI, 2004).
Pendekatan konsep ini merupakan suatu bentuk instrumen ekonomi berupa
pembayaran insentif yang bertujuan untuk mengendalikan dampak negatif
lingkungan melalui mekanisme pasar. Mekanisme pasar pasar tercermin pada
proses transaksi (tukar menukar jasa) antara penyedia jasa dan pengguna jasa
lingkungan dengan posisi setara dan sukarela. Konsep pembayaran jasa
lingkungan ini diharapkan dapat menjadi program alternatif dan strategis dalam
rangka mengurangi tingkat kerusakan lingkungan dan tingkat kemiskinan
masyarakat. Dengan adanya konsep dan mekanisme yang disepakati serta
didukung berbagai pihak, maka PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI) sebagai
pemanfaat utama sumberdaya alam dalam bentuk air baku dari Sungai Cidanau,
bersedia membayar sejumlah uang sebagai bentuk implementasi dari konsep
pembayaran jasa lingkungan dalam bentuk kompensasi atau insentif dan kepada
mesyarakat hulu di wilayah DAS Cidanau. PT. KTI bersedia untuk melakukan
pembayaran selama 5 (lima) tahun dengan nilai Rp. 175.000.000,00/tahun untuk
dua tahun pertama dan Rp. 200.000.000,00/tahun untuk tahun-tahun berikutnya
dengan luas lahan seluas 50 ha. Nilai tersebut setara dengan Rp.
2.765.000,00/ha/tahun hingga Rp. 3.160.000,00/ha/tahun.
Penerima transaksi pembayaran jasa lingkungan adalah masyarakat hulu
yang dipilih berdasarkan kondisi lahan yang kritis dan berpengaruh terhadap
fungsi hutan dan tata air di DAS Cidanau serta kondisi sosio-kapital masyarakat
yang tepat. Berdasarkan kriteria teresebut, dipilihlah Desa Citaman dan Cibojong
menerima pembayaran jasa lingkungan sebesar Rp. 1.200.000,00 /ha/tahun.
Ketentuannya, lahan masyarakat yang berhak menerima pembayaran jasa
lingkungan harus memiliki jumlah tanaman tidak kuang dari 500 batang pohon
tiap hektar lahannya pada tahun pertama dan tidak kurang dari 200 pohon pada
akhir tahun ke-lima.
Akan tetapi besarnya nilai insentif ini sesungguhnya masih harus dicermati
dari jumlah atau nilai transaksi yang diterima oleh masyarakat penerima jasa
lingkungan, apakah nilai tersebut sudah sesuai dengan nilai yang seharusnya
diterima oleh masyarakat atas kesediaanya mengkonservasi lahannya. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sand (2004) mengenai kesediaan membayar atas
jasa lingkungan (dalam hai ini air) oleh industri sangatlah rendah. Kesediaan
membayar itu berkisar antara Rp. 10,00/m3– Rp. 3.500,00/m3dari 56 industri atau
40% industri yang bersedia membayar atas jasa lingkungan ini, sementara 60%
lainnya menyatakan tidak dapat menjawab.
Permasalahan yang kemudian dicoba untuk dikaji adalah nilai pembayaran
jasa lingkungan yang diterima masyarakat atau dibayarkan oleh industri masih
terlalu rendah sehingga masyarakat masih berpotensi melakukan penebangan
maupun konversi lahannya. Seharusnya dengan semakin meningkatnya kualitas
jasa lingkungan khususnya air baku, insentif yang diterima masyarakat juga
meningkat, sehingga masyarakat bersedia mengubah pola penggunaan lahan yang
dilakukannya ke dalam pola penggunaan yang mendukung pada pelestarian
kawasan hutan DAS Cidanau. Berdasarkan permasalahan tersebut, dibutuhkan
informasi yang dapat menjadi referensi bagi upaya peningkatan nilai pembayaran
wilayah model pembayaran jasa lingkungan. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk menentukan nilai kompensasi tersebut adalah dengan cara
menghitung nilai ekonomi dari lahan yang dijadikan model pembayaran jasa
lingkungan tersebut. Informasi mengenai besarnya nilai ekonomi tersebut
diharapkan akan bemanfaat sebagai acuan untuk meningkatkan besarnya nilai
pembayaran jasa lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan mencegah laju
degradasi lingkungan di wilayah DAS Cidanau.
1.2 Perumusan Masalah
Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau seperti diuraikan di atas telah
mengalami degradasi akibat perambahan hutan dan konversi lahan di kawasan
DAS Cidanau oleh masayarakat untuk kepentingan budidaya, sehingga apabila
tidak ditangani secara intensif, dikhawatirkan akan mengkibatkan gangguan pada
pasokan air untuk kebutuhan masyarakat hulu serta masyarakat hilir di wilayah
DAS Cidanau dan sekitarnya. Para pihak yang terkait dengan DAS Cidanau
berinisiatif untuk melakukan pelestarian lingkungan sebagai upaya pencegahan
terhadap dampak yang telah terjadi, salah satu upaya yang telah dilakukan adalah
melalui implementasi model hubungan hulu hilir dengan mekanisme pembayaran
jasa lingkungan bagi perbaikan kawasan yang dianggap kritis di hulu DAS
Cidanau. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan yang dilakukan berupa
pembayaran sejumlah uang oleh PT. KTI sebagai pemanfaat jasa lingkungan
kepada masyarakat hulu sebagai penyedia jasa lingkungan yang telah ditetapkan
sebagai lokasi model pembayaran jasa lingkungan. PT. KTI sebagai buyer
membayar sebesar Rp. 175.000.000,00/tahun pada 2005-2005 dan Rp.
2.765.000,00/ha/tahun pada dua tahun pertama dan Rp. 3.160.000,00/ha/tahun
pada tiga tahun berikutnya, sementara penyedia jasa lingkungan sebagai seller
hanya menerima Rp. 1.200.000,00 /ha/tahun.
Permasalahan yang kemudian muncul adalah nilai dari pembayaran jasa
lingkungn yang dilakukan dirasa masih terlalu rendah dan tidak sesuai dengan
konsekuensi yang harus diterima masyarakat model PJL atas kesediaannya untuk
mengkonservasi lahan milik mereka selama 5 tahun waktu kontrak periode
pertama. Rendahnya nilai pembayaran jasa lingkungan tersebut disebabkan oleh
belum tersedianya informasi mengenai nilai ekonomi dari lahan yang dijadikan
model pembayaran jasa lingkungan itu sendiri.
Berdaasrkan permasalahan di atas, penelitian ini akan mencoba mengetahui,
mempelajari dan memahami permasalahan berikut ini:
1. Bagaimana skema model hubungan hulu-hilir dengan mekanisme pembayaran
jasa lingkungan yang telah diimplementasikan di DAS Cidanau?
2. Berapakah nilai ekonomi dari lahan model pembayaran jasa lingkungan di
Desa Citaman?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah memberikan informasi yang
bermanfaat bagi peningkatan nilai pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau,
dimana secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut :
1. Menganalisis dan memaparkan mekanisme model hubungan hulu-hilir dengan
mekanisme pembayaran jasa lingkungn di DAS Cidanau.
2. Menghitung nilai ekonomi dari lahan model pembayaran jasa lingkungan di
1.4 Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi bagi PT. KTI serta para stakeholder lain dalam menentukan evaluasi kebijakan mengenai besarnya nilai pembayaran jasa
lingkungan di DAS Cidanau.
2. Memperkaya literatur aplikasi model hubungan hulu-hilir dengan mekanisme
Pembayaran Jasa Lingkungn.
3. Menjadi sarana bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang diperoleh
dari Departemen Ekonomi Sumber daya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi
dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
1.5 Ruang Lingkup Studi
Penelitian yang dilakukan merupakan suatu bentuk penilaian terhadap nilai
ekonomi yang dihasilkan dari kegiatan konservasi pada lahan milik masyarakat
penerima pembayaran jasa lingkungan. Kajian aspek ekonomi ditekankan pada
masyarakat DAS Cidanau hulu penerima pembayaran jasa lingkungan yang hanya
dibatasi pada wilayah Desa Citaman dengan luasan lahan yang dikompensasi
seluas 25 ha. Batasan penelitian dilakukan dengan asumsi kondisi lahan di
wilayah-wilayah model transaksi pembayaran jasa lingkunngan lainnya secara
umum serupa atau homogen dengan kondisi lahan di Desa Citaman.
Kajian penelitian ditekankan pada seberapa besar nilai ekonomi pada lahan
yang dikonservasi oleh masyarakat di lokasi model pembayaran jasa lingkungan.
Lahan yang dikonservasi berupa kebun campuran yang di dalamnya terdiri dari
berbagai jenis tanaman kayu dan non kayu denganjumlah rata-rata per hektar 500
nilai guna (use value) berupa manfaat langsung dan manfaat tidak langsung dari lahan model pembayaran jasa lingkungan, sementara nilai bukan guna (non use value), yaitu nilai keberadaan dan nilai warisan tidak dihitung karena bersifat
tangible. Informasi mengenai nilai ekonomi yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi upaya peningkatan nilai
pembayaran jasa lingkungan yang seharusnya diterima oleh masyarakat penyedia
jasa lingkungan. Masyarakat di wilayah hulu merupakan pihak yang menjual jasa
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah aliran sungai merupakan satuan wilayah tangkapan air (catchman area) yang di batasi oleh pemisah topografi yang menerima hujan, menampung dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau dan laut serta mengisi air
bawah tanah. Pengertian DAS seperti dikemukakan oleh Asdak (1995, 2002)
adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh
punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian
menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Karena DAS sebagai sebuah
ekosistem, maka terjadilah interaksi antara berbagai faktor penyusunnya seperti
faktor abiotik, biotik dan manusia. Sebagai ekosistem, pasti dijumpai adanya input
dan segala proses yang berkaitan dengan masukan tersebut yang dapat dievaluasi
berdasarkan output yang dihasilkan. Bila curah hujan dipandang sebagai unsur
inputdalam ekosistem DAS, maka outputyang dihasilkan adalah debit air sungai, penambahan air tanah dan limpasan sedimentasi sedangkan komponen lain seperti
tanah, vegetasi, sungai dalam hal ini bertindak sebagai prosessor.
Pengelolaan DAS haruslah diorientasikan pada segi-segi konservasi tanah
dan air dengan menitikberatkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
dapat dirasakan oleh segenap kalangan masyarakat, baik kalangan masyarakat
hulu maupun masyarakat hilir. Hasil akhir yang menjadi titik sentral perhatian
dalam pengelolan DAS adalah kondisi tata air yang stabil dari wilayah DAS
2.2 Pengertian Jasa Lingkungan
Jasa lingkungan adalah produk sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
yang berupa manfaat langsung (tangible) dan manfaat tidak langsung (intangible), yang meliputi jasa wisata alam atau rekreasi, jasa perlindungan tata air/hidrologi,
kesuburan tanah, pengendalian erosi dan banjir, keindahan, keunikan,
keanekaragaman hayati, penyerapan dan penyimpanan karbon (Dinas Kehutanan
dan Perkebunan Pemerintah provinsi Banten, 2006).
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan
dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan disebutkan bahwa pemanfaatan jasa lingkungan
adalah bentuk usaha untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak
merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokok hutan. Lebih lanjut
disebutkan pula dalam peraturan pemerintah tersebut bahwa jasa lingkungan
adalah jasa ekosistem alamiah dan sistem budidaya yang manfaatnya dapat
dimanfaatkan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam rangka
membantu memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan
manusia.
Jasa lingkungan hutan merupakan fungsi jasa ekosistem hutan baik yang
masih bersifat alami maupun buatan, yang memberikan manfaat langsung dan
tidak langsung dalam peningkatan kualitas lingkungan untuk kesejahteraan
masyarakat. Hutan menyediakan berbagai bentuk jasa lingkungan (Schmidt et al) dalam (Suryawan, 2005), yang dikategorikan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:
1. Proteksi daerah aliran sungai, hutan memiliki peran penting dalam meregulasi
2. Konservasi keanekaragaman hayati, hutan mengandung proporsi
keanekaragaman hayati dunia yang signifikan. Kehilangan habitat, seperti
hutan menjadi penyebab utama hilangnya spesies di dalamnya.
3. Sekuestrasi (penyimpanan) karbon.
2.3 Definisi Pembayaran Jasa Lingkungan
Rosa et al., (2005) seorang pakar pembayaran jasa lingkungan dari Amerika Tengah mendefinisikannya sebagai kompensasi jasa ekosistem.
Menurutnya, ada 4 (empat) klasifikasi jasa ekosistem, yaitu: (1) Jasa Penyediaan
(provisioning services): sumber bahan makanan, obat-obatan alamiah, sumberdaya genetik (genetic resources), kayu bakar, serat, air, mineral dan lain-lain; (2) Jasa Pengaturan (regulating services): fungsi menjaga kualitas udara, pengaturan iklim, pengaturan air, kontrol erosi, penjernihan air, pengelolaan
sampah, kontrol penyakit manusia, kontrol biologi, pengurangan resiko dan
lain-lain; (3) Jasa Kultural (cultural services): identitas dan keragaman budaya, nilai-nilai religius dan spiritual, pengetahuan (tradisional dan formal), inspirasi, nilai-nilai
estetika, hubungan sosial, nilai peninggalam pusaka, rekreasi, dan lain-lain; (4)
Jasa Pendukung (Supporting Services): produksi utama, formasi tanah, produksi oksigen, ketahanan tanah, penyerbukan, ketersediaan habitat, siklus gizi dan
lain-lain. Dengan demikian masyarakat hendaknya dapat memaknai suatu kondisi atau
keadaan yang disediakan oleh ekosistem tergantung pada kemampuan ekosistem
tersebut dalam menyediakan jasa yang diinginkan atau diharapkan oleh
masyarakat.
Hingga saat ini pembayaran jasa lingkungan sudah dapat
dengan elemen yang terlibat dalam skema pembayaran jasa lingkungan, yaitu jasa
air daerah aliran sungai, keanekaragaman hayati, landscape beautyatau keindahan lanskap dan karbon sequestration. Keberagaman tersebut juga berlaku dalam hal level/tingkatan implementasi dan bahkan pengertian mengenai konsepnya itu
sendiri. Negosiasi adalah entry point yang penting dalam pelaksanaan pembayaran jasa lingkungan. Acuan dari sisi teknis diperlukan untuk membentuk opini dan
sebagai bahan masukan untuk negosiasi, artinya penelitian dengan analisis
mendalam sesuai dengan kebutuhan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum
diimplementasikan.
2.4 Penilaian Jasa Lingkungan
Barang dan jasa yang dapat dihasilkan oleh sumberdaya secara garis besar
dapat digolongkan ke dalam barang dan jasa yang ada pasarnya (market goods and services -MGS) dan umumnya memiliki nilai/harga pasar (priced goods and services - PGS) dan yang tidak tersedia pasarnya (non-market goods and services -NMGS) dan umumnya tidak memiliki harga pasar (un-priced goods and services - UPGS). MGS dicirikan oleh karakteristik barang dan jasa yang memiliki informasi lengkap (perfect information), sehingga harga dapat digunakan sebagai pengarah/pemimpin untuk pengambilan keputusan konsumsinya. Sementara
NMGS, karakteristiknya bisa jelas tetapi tidak memiliki harga, sehingga
keputusan pengkonsumsiannya tidak didasarkan pada harga, tetapi oleh preferensi
(willingnes to pay - WTP) seseorang. Umumnya barang dan jasa lingkungan merupakan NMGS (RMI, 2007).
Contoh yang baik untuk menggambarkan penjelasan tersebut di atas adalah
(2005) bahwa dewasa ini perhatian yang meningkat terhadap PES umumnya
difokuskan pada SDH. Dengan dasar pemikiran seperti diuraikan di atas, maka
manfaat barang dan jasa yang dapat dihasilkan oleh SDH dapat dijabarkan sebagai
berikuti (RMI, 2007):
• Kelompok manfaat dari MGS : (1) hasil hutan berupa kayu dan (2) hasil hutan
non-kayu, (3) penyedia pakan ternak, (4) penyedia pangan bagi masyarakat sekitar
hutan, dan (5) rekreasi/pariwisata.
• Kelompok manfaat dari NMGS : (1) kemampuan pohon untuk absorbsi CO2 dan
menghasilkan O2, (2) tempat berlindung dan berkembang biak (habitat) satwa liar,
(3) perlindungan tanah dan air, (4) pemandangan, (5) perlindungan keaneka
ragaman hayati, (6) sumber plasma nutfah, (7) sekat bakar, (8) wind brake, (9) budaya/sejarah, (10) pendidikan/penelitian, (11) nilai keberadaan hutan, dan (12)
areal ritual keagamaan atau spiritual.
Pengelompokan jasa lingkungan SDH seperti diuraikan di atas selanjutnya
mempengaruhi bagaimana menghitung nilai ekonomi SDH. Menurut Nugroho
(2004) dalam RMI (2007) Nilai ekonomi SDH dapat diartikan sebagai
karakteristik (kualitas) dari SDH yang membuat sumberdaya tersebut dapat
dipertukarkan dengan sumberdaya lain, dengan tujuan utama menentukan nilai
secara komprehensif dari SDH tersebut. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan
untuk penghitungan (1) kerugian dari dampak suatu kegiatan, (2) biaya
pencegahan dampak, (3) tarif retribusi, (4) tarif/tiket masuk taman nasional, (5)
tarif pajak sumberdaya, (6) kompensasi yang harus dibayar oleh pembuat
lingkungan (dalam kasus eksternalitas positif), (7) alokasi investasi (asset) untuk
tujuan pengelolaan dan (8) analisis biaya manfaat suatu proyek (RMI, 2007) .
2.5 Definisi Instrumen Ekonomi
Ancaman terhadap kelangsungan sumber daya alam dan penurunan
kualitas lingkungan sudah menjadi fenomena global saat ini. Ancaman ini bukan
saja menyangkut kesehatan terhadap umat manusia namun juga melibatkan
pemanfaatan yang berlebihan terhadap sumber daya alam (overuse) serta peningkatan pencemaran. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, pengelolaan
lingkungan sangat diperlukan agar hasil-hasil yang dicapai dari pembangunan
ekonomi tersebut tidak menguap (dissipated) oleh karena rusaknya sumber daya alam dan lingkungan. Instrumen pengendalian lingkungan bisa terdiri dari
instrumen command and control, moral suasion dan insentif berbasis finansial maupun pasar atau sering disebut sebagai instrumen ekonomi. Instrumen ekonomi bergerak dalam ranah (domain) yang lebih luas dari mulai pajak, property right
sampai deposit refund system(Fauzi, 2007).
Instrumen ekonomi adalah sebagian dari kebijakan lingkungan dalam
mengendalikan dampak negatif yang terjadi pada lingkungan melalui mekanisme
pasar. Berbeda dengan instrumen command and control, instrumen ekonomi didasarkan pada pembarian insentif dan mekanisme pasar untuk mengurangi
dampak lingkungan (Fauzi, 2007). Secara diagramatis kebijakan lingkungan
Sumber: Fauzi, 2007
Gambar 1. Instrumen Kebijakan Terhadap Lingkungan 2.6 Fungsi Instrumen Ekonomi
Panayotou (1994) menyebutkan paling tidak ada empat hal utama
menyangkut fungsi instrumen ekonomi dalam pengelolaan lingkungan yakni
1. Menginternalisasikan eksternalitas dengan cara mengoreksi kegagalan pasar
melalui mekanisme ”full cost pricing” dimana biaya subsidi, biaya lingkungan dan biaya eksternalitas diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
2. Mampu mengurangi konflik pembangunan versus lingkungan, bahkan jika
dilakukan secara tepat dapat menjadikan pembangunan ekonomi sebagai
wahana (vehicle) untuk perlindungan lingkungan dan sebaliknya.
3. Instrumen ekonomi berfungsi untuk meng-encourage efisiensi dalam penggunaan barang dan jasa dari sumber daya alam sehingga tidak
menimbulkan overconsumptionkarena pasar, melalui isntrumen ekonomi akan memberikan sinyal yang tepat terhadap penggunaan yang tidak efisien.
4. Instrumen ekonomi dapat digunakan sebagai sumber penerimaan (revenue generating).
2.7 Konsep Nilai untuk Sumber Daya
Pengertian nilai atau value, khususnya yang menyangkut barang dan jasa uang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, memeng bisa berbeda jika
dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Dari sisi ekologi, misalnya, nilai dari hutan
mangrove bisa berarti pentingnya hutan mangrove sebagai tempat reproduksi
spesies ikan tertentu atau fungsi ekologis lainnya. Dari sisi teknik, nilai hutan
mangrove bisa sebagai pencegah abrasi atau banjir dan sebagainya. Perbedaan
mengenai konsepsi nilai tersebut tentu saja akan menyulitkan pemahaman
mengenai pentingnya suatu ekosistem. Karena itu, diperlukan suatu persepsi yang
sama untuk penilaian ekosistem tersebut. Salah satu tolok ukur yang relatif mudah
dan bisa dijadikan sebagai persepsi bersama berbagai disiplin ilmu tersebut adalah
pemberian price tag (harga) pada barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan. Dengan demikian, kita menggunakan apa yang disebut
nilai ekonomisumber daya alam (Fauzi, 2006).
2.8 Tipologi Nilai Ekonomi
Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah
maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperileh
barang dan jasa lin. Secara formal konsep ini disebut keinginan membayar
(willingness to pay) seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan (Fauzi, 2006). Banyak literatur dalam bidang
valuasi ekonomi seperti Barton (1994), Barbier (1993), Freeman III (2002)
(TEV). TEV merupakan penjumlahan dari nilai ekonomi berbasis pemanfaatan
atau penggunaan (use value) dan nilai ekonomi berbasis bukan pemanfaatan atau
penggunaan (non use value). Use Value(UV) terdiri dari nilai-nilai penggunaan langsung (Direct use Value ; DUV), nilai-nilai penggunaan tidak langsung (Indirect Use Value ; IUV), dan nilai pilihan (Option Value; OV). Sementara itu nilai ekonomi berbasis bukan pemnfaatan (NUV) terdiri dari 2 komponen nilai
yaitu nilai warisan (Bequest Value ; BV) dan nilai keberadaan (Existence Value ; EV). Gambar 2 berikut ini akan menjelaskan komponen-komponen dari nilai total
ekonomi, diantaranya adalah :
1. Nilai Kegunaan Konsumtif (use value)
Merupakan nilai yang diperoleh atas pemanfaatan dari sumber daya alam. Use value,seperti terlihat dalam gambar 1. terdiri dari :
a. Nilai guna langsung (direct use) merupakan nilai yang diperoleh individu dari pemanfaatan langsung sumberdaya alam dimana individu tersebut
berhubungan langsung dengan sumberdaya alam dan lingkungan.
b. Nilai guna tak langsung (indirect use) merupakan nilai yang didapat atau dirasakan secara tidak langsung dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sumberdaya alam dan lingkungan.
2. Nilai Kegunaan Non Konsumtif ( non-use value)
Merupakan nilai sumberdaya alam dan lingkungan yang muncul karena
keberadaannya meskipun tidak dikonsumsi secara langsung. Nilai ini lebih sulit
untuk diukur karena didasarkan pada preferensi individual terhadap sumberdaya
a. Nilai keberadaan (existence value) merupakan nilai yang didasarkan pada terpeliharanya SDA tanpa menghiraukan manfaat dari keberadaan SDAL
tersebut.
b. Nilai warisan (bequest value) merupakan nilai yang diberikan oleh generasi saat ini terhadap SDAL agar dapat diwariskan pada generasi
mendatang.
Selain kedua manfaat tersebut ada juga nilai lain yaitu nilai pilihan (option value), yaitu nilai pemeliharaan SDAL untuk kemungkinan dimanfaatkan pada masa yang
akan datang.
Pearce dan Moran (1994) menyatakan bahwa nilai total tersebut tidak
benar-benar total karena tidak mencakup keseluruhan nilai kecuali nilai ekonomi,
dan banyak ahli ekologi menyatakan nilai ekonomi total belum mencakup semua
nilai ekonomi karena ada beberapa fungsi ekologis dasar yang bersifat sinergis
sehingga nilainya lebih besar dari nilai fungsi secara tunggal. Sedangkan menurut
Manan (1985) dari sudut pandang rimbawan bahwa hutan mempunyai fungsi
serbaguna, paling tidak sebagai penghasil kayu, pengaturan tata air, tempat
berlindung dan tumbuh kehidupan liar, dan tempat rekreasi. Namun masih sangat
sulit menetapkan batas-batas fungsi tersebut secara tegas krena adanya interaksi
Gambar 2. Kategori Valuasi Ekonomi Barang dan Jasa Lingkungan 2.9 Valuasi Ekonomi
Valuasi Ekonomi adalah sebuah upaya untuk memberikan nilai kuantitatif
terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan
terlepas dari atersedia atau tidaknya nilai pasar bagi barang dan jasa tersebut
(Hidayat, 2008).
2.10 Metode Valuasi Terhadap Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Munurut Hufshcmidt et al (1987) penilaian ekonomi tehadap sumberdaya dan lingkungan dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan diantaranya:
2.10.1 Teknik Penilaian dari Segi Manfaat
Teknik ini menilai manfaat dari penggunaan barang lingkungan yang
adalah penggunaan harga pasar senyatanya, bilamana mungkin. Teknik ini dibagi
ke dalam empat kelompok besar yaitu:
1. Teknik yang Langsung Berdasar pada Nilai Pasar atau Produktifitas
a. Pendekatan Nilai Pasar atau Produkitvitas
b. Pendekatan Modal Manusia atau Penghasilan yang Hilang
c. Pendekatan Biaya Kesempatan
2. Teknik Pemanfaatan Nilai Pasar Barang Pengganti (Surrogate) a. Pendekatan Biaya Perjalanan
b. Pendekatan Selisih Upah
c. Pendekatan Barang dan Jasa yang Dipasarkan Sebagai Pengganti
Lingkungan.
d. Pendekatan Nilai Milik
3. Pendekatan Pemanfaatan Teknik Survey
a. Pendekatan Tawar-Menawar
b. Teknik Delphi
4. Pendekatan Peradilan Dan Kompensasi
2.10.2 Teknik Penilaian dari Segi Biaya
Dari segi biaya, pendekatan penilaian lingkungan dibagi ke dalam:
1. Teknik analisi biaya, terdiri dari:
a. Teknik Pengeluaran Preventif
b. Pendekatan Biaya Ganti
c. Pendekatan Proyek Bayangan
III
.KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Valuasi Ekonomi
Untuk melakukan valuasi ekonomi pada lahan model pembayaran jasa
lingkungan di Desa Citaman, terlebih dahulu harus melakukan pengelompokan
sumberdaya yang dimiliki di lahan tersebut berdasarkan nilai ekonomi total yang
dibedakan atas nilai guna dan nilai bukan guna. Diagram teknik valuasi ekonomi
berdasarkan pengelompokan nilainya dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram Teknik Valuasi Ekonomi Berdasarkan Pengelompokan Nilai di Lahan Model PJL di Desa Citaman
3.1.2 Tahapan Valuasi Ekonomi
Penentuan nilai ekonomi total melalui teknik valuasi ekonomi dilakukan
1. Penentuan Daerah atau Wilayah yang akan divaluasi.
Tujuannya adalah untuk mengetahui cakupan wilayah yang dapat dinilai,
potensi sumberdaya alam dan lingkungan, pola pemanafaatan lahan, kondisi
sosial ekonomi terkait dengan pemanfaatan, identifikasi narasumber yang akan
menjadi instrumen penilaian.
2. Penentuan Tujuan Penilaian
Untuk mengetahui tujuan atau sasaran penilaian, apakah untuk menghitung
nilai ekonomi total, menghitung biaya ganti rugi, AMDAL atau lainnya. Jika
tujuan valuasi tersebut untuk menghitung nilai ekonomi total, maka
dilanjutkan dengan tahapan berikutnya.
3. Identifikaasi Permasalahan
Tidak semua komponen sumeberdaya alam dan lingkungan atau kerusakan
lingkungan dapat divaluasi karena berbagai keterbatasan, untuk itu perlu
dibuat skala prioritas berdasarkan hasil identifikasi.
4. Identifikasi Jenis dan Sebaran Sumber Daya Alam dan Lingkungan (SDAL).
Sumber daya alam dan lingkungan bisa berada dalam berbagai bentuk
ekosistem. Setiap ekosistem memiliki fungsi yang berbeda sehingga akan
memiliki nilai yang berbeda pula. Untuk itu, diperlukan identifikasi jenis dan
sebaran SDAL dalam berbagai ekosistem tersebut.
5. Identifikasi Fungsi dan Manfaat Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Setelah jenis dan sebaran SDAL diketahui, tahapan berikutnya adalah
mengidentifikasi fungsi dan manfaat dari masing-masing SDAL.
Setalah fungsi dan manfaat teridentifikasi, kemudian ditentukan teknik yang
paling sesuai untuk digunakan dalam menilai fungsi dan manfaat tersebut.
7. Kuantifikasi Data
Kuantifikasi data dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, salah satu cara
paling mudah adalah dengan pendekatan nilai pasar. Jenis data kuntitatif yang
dibutuhkan meliputi luasan, panambahan atau pengurangan produktivitas dan
lain-lain.
8. Valuasi Fungsi dan Manfaat Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Valuasi ekonomi ditentukan dengan cara mengalikan data kuantitatif dengan
nilai moneter.
3.2 Kerangka Operasional
DAS Cidanau dengan fungsi utamanya sebagai penyedia jasa air, saat ini
kondisinya telah mengalami degradasi yang cukup nyata karena tingginya tingkat
deforestasi, konversi lahan serta penggunaan bahan kimia dalam pertanian.
tingginya tingkat degradasi disebabkan oleh masih kurangnya pengetahuan dan
pemahaman masyarakat, terutama masyarakat di wilayah hulu DAS Cidanau,
tentang arti penting dan manfaat DAS Cidanau untuk keberlanjutan semua pihak.
Tingginya tingkat degradasi juga tidak terlepas dari taraf hidup masyarakatnya
yang masih belum sejahtera sehingga alasan ekonomi menjadi faktor utama
penyebab degradasi lingkugan di wilayah hulu DAS Cidanau.
Berbagai laporan menyebutkan tingginya tingkat degradasi yang meliputi
perambahan hutan dan perubahan penggunaan lahan yang disertai dengan jumlah
penduduk yang terus bertambah telah menyebabkan terganggunya ketersediaan air
DAS Cidanau (FKDC, 2007). Berdasarkan permasalahan tersebut, para pihak
yang terkait dalam pengelolaan dan pemanfaatan DAS Cidanau berupaya untuk
melakukan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya degradasi yang lebih
besar. Upaya pelestarian tersebut berupa mekanisme hubungan hulu-hilir antara
masyarakat hulu (Desa Citaman) sebagai penyedia jasa lingkungan dengan
pemanfaat jasa lingkungan (PT. KTI) di hilir. Mekanisme tersebut berupa
pemberian insentif dari PT. KTI kepada masyarakat Desa Citaman, tujuannya agar
masyarakat penyedia jasa lingkungan bersedia mengkonservasi lahannya dengan
cara melakukan penanaman kembali kawasan yang telah mengalami kerusakan
(kritis) dan menjaga keberadaan hutan serta tutupan lahan milik mereka agar
ketersediaan air tetap terjaga, baik untuk masyarakat di hilir maupun masyarakat
di hulu. Kendala yang kemudian muncul adalah nilai dari pembayaran jasa
lingkungan saat ini dirasa masih terlalu rendah, sehingga permasalahan tersebut
menjadi dasar perlunya dilakukan penelitian ini.
Masih rendahnya nilai pembayaran jasa lingkungan yang diterima
masyarakat saat ini dapat berakibat pada terganggunya mekanisme pembayaran
jasa lingkungan yang saat ini telah berlangsung. Untuk itu, dibutuhkan informasi
yang dapat dijadikan referensi bagi upaya peningkatan nilai pembayaran jasa
lingkungan agar mekanisme hubungan hulu hilir yang telah berlangsung dapat
tetap terjaga keberlanjutannya. Informasi terhadap nilai tersebut dapat ditentukan
dengan cara melakukan valuasi ekonomi terhadap nilai ekonomi pada lahan model
pembayaran jasa lingkungan di Desa Citaman seluas 25 ha dengan metode
pendekatan nilai pasar atau produktivitas. Perlu ditekankan bahwa nilai ekonomi
seharusnya dibayar atau diterima oleh pihak-pihak yang terkait dalam
implementasi transaksi pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau.
Tersedianya informasi mengenai nilai ekonomi pada lahan model pembayaran
jasa lingkungan diharapkan dapat menjadi landasan bagi para stakeholder di DAS Cidanau untuk menentukan kebijakan ke arah peningkatan nilai pembayaran jasa
lingkungan, sehingga mekanisme pembayaran jasa lingkungan tetap terjaga
keberlanjutannya. Konsep hubungan hulu hilir tersebut akan memberikan
keuntungan bagi semua pihak yang terlibat sehingga DAS Cidanau akan tetap
terjaga kelestariannya seiring dengan adanya transaksi yang saling
menguntungkan semua pihak. Secara lebih jelas, uraian tersebut dapat dilihat
Gambar 4. Diagram Alir Kerangka Berpikir Operasional (Deforestasi, konversi lahan dan penggunaan
bahan kimia pada kegiatn pertanian)
IV METODOLOGI
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS)
Cidanau, tepatnya di Desa Citaman, Kabupaten Serang. Sedangkan waktu
pengambilan data dilaksanakan pada Maret hingga April 2009.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden
dengan wawancara menggunakan kuesioner yang telah disiapkan dan observasi
yang dilakukan di lingkungan sekitarnya. Data sekunder diperoleh dari catatan
berupa laporan atau arsip dari lembaga-lembaga atau instansi yang terkait yang
meliputi keadaan umum penelitian, dan data lain yang berhubungan dengan
penelitian ini antara lain diperoleh dari: Forum Komunikasi DAS Cidanau
(FKDC), PT. Krakatau Tirta Industri, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Rekonvasi Bhumi, BAPPEDA Kabupaten Serang, Badan Lingkungan Hidup
Daerah Provinsi Banten, serta Kantor Desa Citaman.
4.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey.
Menurut Singarimbun (1989) dalam Putra (2009), survey adalah metode
pengambilan sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai
alat pengumpulan data yang pokok. Seorang peneliti dapat mengumpulkan data
tertentu dengan memilih sampel dari suatu populsi dengan menggunakan
4.4 Metode Pengambilan Contoh
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode random sampling. Responden dipilih secara acak dari suatu daftar individual di dalam suatu populasi. Responden dalam
penelitian ini adalah masyarakat Desa Citaman yang menjadi anggota kelompok
Tani Karyamuda II, yaitu sebagai masyarakat kelompok tani yang lahannya
dijadikan sebagai model pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau dengan
jumlah populasi sebanyak 43 orang (Lampiran 1). Jumlah sampel dalam penelitian
ini sebanyak 30 responden.
4.5 Metode Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini seringkali digunakan
statistik, baik dalam bentuk model maupun tidak. Salah satu fungsi pokok statistik
adalah menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi
informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah untuk dipahami (Singarimbun
dan Effendi 1989) dalam putra (2009). Data yang telah terkumpul kemudian
diolah dengan program Microsoft excel 2007. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan dianalisis secara kualitatif dengan alat analisis SWOT, sementara
pendugaan nilai ekonomi dianalisis dengan pendekatan nilai pasar atau
produktivitas. Hasil pengolahan data dianalisis secara deskriptif dengan metode
pendekatan nilai pasar dan disajikan dalam bentuk gambar, tabel dan perhitungan
4.6 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi bebbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. SWOT adalah singkatan dari lingkungan
Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan Eksternal Opportunities dan Threaths Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threaths) dengan faktor internal Kekuatan (Strengths) dan Kelemahan (Weaknesses) (Rangkuti, 1997).
4.7 Pendugaan Nilai Ekonomi
Perhitungan nilai guna (use value) di lokasi model pembayaran jasa lingkungan (PJL) dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
NE = NGL + NGTL
= (NK+NKB+NP+NH) + (NA)
NE = Nilai Ekonomi
NGL = Nilai Guna Langsung
NGTL = Nilai Guna Tidak Langsung
NK = Nilai Kayu
NKB = Nilai Kayu Bakar
NP = Nilai Produk
NH = Nilai Huma
NA = Nilai Air
4.7.1 Nilai Kayu
Nilai kayu ditentukan dari potensi kayu yang ada di lokasi model PJL
seluas 25 hektar dikalikan dengan harga kayu yang ada di pasaran di dekat lokasi
NK = ∑(VKi x HKi)
Dimana : NK = nilai kayu (Rp)
VKi = rata-rata volume kayu untuk jenis ke-i (m3)
HKi = Harga kayu di pasaran untuk jenis ke-i (Rp/m3)
4.7.2 Nilai Kayu Bakar
Nilai kayu bakar ditentukan dengan metode pendekatan nilai pasar karena
di lokasi penelitian telah terdapat pasar untuk kayu bakar dengan formula sebagai
berikut :
NKB = (VKBiX HKB) x P
Dimana : NKB = nilai kayu bakar (Rp/tahun)
VKBi = rata-rata konsumsi kayu bakar yang dikonsumsi per
rumah tangga anggota penerima pembayaran jasa lingkungan
(m3/tahun)
HKB = harga kayu bakar (Rp/m3)
P = jumlah kepala keluarga yang menerima pembayaran jasa
lingkungan (jiwa)
Penentuan nilai kayu bakar ditentukan berdasarkan pada jumlah rata-rata
kayu bakar yang dikonsumsi masyarakat penerima pembayaran jasa lingkungan
per tahun di lokasi model pembayaran jasa lingkungan. Diasumsikan masyarakat
hanya mengambil kayu bakar dari lokasi model pembayaaran jasa lingkungan.
4.7.3 Nilai Produk
Nilai produk adalah nilai yang diperoleh dari produk hasil buah-buahan
dan dedaunan dari berbagai jenis tanaman yang terdapat di lokasi penelitian.
dimana harga yang digunakan adalah harga yang berlaku di pasar sekitar lokasi
penelitian. Nilai produk ditentukan dengan formula perhitungan sebagai berikut.
NP = ∑(VPix JPix Jix HPi)
Dimana : NP = nilai ekonomi produk total (Rp/tahun)
VPi = produktivitas rata-rata produk ke-i dari jenis
tanaman ke-i (satuan berat)
JPi = hasil panen rata-rata per tanaman dari tanama ke-i
(satuan berat)
Ji = jumlah tanaman ke-i (buah)
HPi = harga jual produk ke-i (Rp/satuan berat)
4.7.4 Nilai Air Rumah Tangga
Konsumsi air untuk rumah tangga meliputi air untuk kebutuhan mandi,
minum dan memasak, mencuci, wudhu serta untuk kakus. Nilai air dihitung
dengan metode pendekatan nilai pasar dengan formula sebagai berikut :
NA = VKA x JP x HA x 12 bulan
Dimana : HA = nilai air (Rp/tahun)
VKA = konsumsi air rata-rata (m3/bulan)
JP = jumlah masyarakat penerima PJL (orang)
HA = harga air (Rp/m3)
4.7.5 Nilai Huma
Penentuan nilai ekonomi dari huma diperoleh dengan melakukan
perhitungan biaya manfaat dari kegiatan pertanian huma itu sendiri dengan