• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Penggunaan Obat Kardiovaskular Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr Pirngadi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Penggunaan Obat Kardiovaskular Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr Pirngadi Medan"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGGUNAAN OBAT KARDIOVASKULAR

TERHADAP TERJADINYA XEROSTOMIA

PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER

DI RSU Dr. PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

INTAN AISYAH

NIM : 100600172

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut

Tahun 2014

Intan Aisyah

Hubungan Penggunaan Obat Kardiovaskular Terhadap Terjadinya Xerostomia

Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr Pirngadi Medan

x + 34 Halaman

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian terbesar yang

terjadi akibat adanya penyempitan arteri korona. Perawatan yang dilakukan pada

pasien PJK adalah pemberian obat kardiovaskular yang digunakan untuk menjaga

agar suplai oksigen selalu seimbang dengan kebutuhan oksigen. Akan tetapi,

obat-obatan tersebut memiliki efek samping sistemik maupun rongga mulut yang salah

satunya adalah xerostomia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara

penggunaan obat kardiovaskular terhadap terjadinya xerostomia pada pasien PJK

berdasarkan jenis dan kombinasi obat. Penelitian ini dilakukan dengan survei analitik

dan pendekatan cross sectional dengan melibatkan 77 subjek (32 orang laki-laki dan

45 orang perempuan) yang merupakan pasien PJK di RSU Dr Pirngadi Medan.

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner pada subjek dan diisi

langsung oleh subjek. Analisa data dilakukan secara manual dan komputerisasi. Hasil

yang diperoleh dari penelitian ini pasien PJK yang mengalami xerostomia sebanyak

40 orang (51,9%) dan yang tidak mengalami xerostomia sebanyak 37 orang (48,1%).

Persentase xerostomia berdasarkan jenis obat dan kombinasi obat paling tinggi pada

pengguna enam kombinasi obat yaitu obat golongan antiplatelet, nitrat, penyekat

(3)

statistik menggunakan Pearson chi-square memperlihatkan bahwa nilai signifikansi

dari jenis obat adalah p = 0,025 dan nilai signifikansi dari kombinasi obat adalah

p = 0,003. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara jenis obat dan

kombinasi obat kardiovaskular yang digunakan pasien PJK terhadap terjadinya

xerostomia. Dengan demikian, pasien PJK memerlukan tindakan pencegahan dan

secara teratur memeriksakan kesehatan gigi dan mulut agar terhindar dari xerostomia.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 21 April 2014

Pembimbing : Tanda tangan

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 21 April 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM

ANGGOTA : Dr. Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan

Penggunaan Obat Kardiovaskular Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada

Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr Pirngadi Medan” selesai disusun

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bimbingan dan

pengarahan dari berbagai pihak. Terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda

Drs. H. Suryadi Ahmad., M.Sc, Apt, Ibunda Almh Hj. Irawati Abdullah dan kakanda

Indah Sari Sakinah atas doa restu, cinta dan kasih sayang dalam mendidik dan selalu

memberi dukungan kepada penulis.

Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Sp.Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit

Mulut Fakultas Kedokteran Gigi USU sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, perngarahan, dan saran dalam

penulisan skripsi ini.

3. Dennis, drg selaku Dosen Pembimbing Akademis yang telah membimbing

dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi

USU.

4. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama masa pendidikan, serta

staf pengajar Departemen Ilmu Penyakit Mulut yang telah membimbing dan

memberikan arahan selama masa penyusunan skripsi.

5. Direktur Utama RSU Dr. Pirngadi Medan, Direktur SDM dan Pendidikan

(7)

staf, dan Kepala SMF Poli Jantung RSU Dr. Pirngadi Medan beserta staf yang telah

memberikan izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini.

6. Sahabat-sahabat terbaik penulis Fristy, Arisma, Erda, Fany, Vida, Vika,

Tia, Nandra, Ayu, Vicky, Wanda, Afla, Ira, Stefani, Ojan, Tommy dan Khairullah

yang telah memberikan bantuan, motivasi dan doa kepada penulis.

7. Super Junior terutama Leeteuk, Kyuhyun dan Sungmin, f(x) terutama Luna,

Ailee, Jongsuk, Woobin dan Jaehyun yang telah memberikan semangat pada penulis

melalui suara dan aktingnya.

8. Teman skripsi penulis Dara Puspita dan teman-teman seperjuangan skripsi

di Departemen Ilmu Penyakit Mulut yaitu Athien, Atikah, Ivan, Nurul, Puput, Fandra,

Jannah, Evi, Gohan serta teman-teman angkatan 2010 yang telah memberikan

kehidupan baru dan menghabiskan waktu bersama dalam menggapai cita-cita dalam

menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi USU.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan mengharapkan

saran serta kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi

dikemudian hari. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang

berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi, khususnya

Departemen Ilmu Penyakit Mulut, serta pengembangan ilmu dikalangan masyarakat.

Medan, 21 April 2014

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMA TIM PENGUJI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesa Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obat kardiovaskular pada pasien PJK ... 5

2.1.1 Jenis Obat kardiovaskular pada pasien PJK ... 5

2.2 Xerostomia ... 7

2.2.1 Defenisi ... 7

2.2.2 Etiologi ... 7

2.2.3 Tanda dan Gejala ... 9

2.2.4 Diagnosis dan Pemeriksaan ... 10

2.3 Hubungan Obat Kardiovaskular pada Pasien PJK terhadap Terjadinya Xerostomia ... 11

2.4 Kerangka Teori ... 14

(9)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 16

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.3 Populasi dan Sampel ... 16

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 18

3.5 Sarana Penelitian ... 19

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 19

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ... 20

3.8 Etika Penelitian ... 21

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Data Demografi Subjek Penelitian ... 22

4.2 Frekuensi Xerostomia ... 23

BAB 5 PEMBAHASAN ... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi dan frekuensi penggunaan obat kardiovaskular pasien PJK

berdasarkan jenis kelamin dan usia. ... 22

2. Distribusi dan frekuensi xerostomia pada pasien PJK

yang menggunakan obat kardiovaskular ketika dilakukan penelitian ... 23

3. Distribusi dan frekuensi penggunaan obat kardiovaskular terhadap

terjadinya xerostomia pada pasien PJK berdasarkan jenis kelamin ... 23

4. Distribusi dan frekuensi penggunaan obat kardiovaskular terhadap

terjadinya xerostomia pada pasien PJK berdasarkan usia ... 24

5. Tabulasi silang antara jenis obat kardiovaskular terhadap

terjadinya xerostomia pada pasien PJK ... 25

6. Tabulasi silang antara jenis obat kardiovaskular terhadap

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Persetujuan Komisi Etik Tentang Penelitian di Bidang Kesehatan

2. Surat Selesai Penelitian Dari RSU Dr. Pirngadi Medan

3. Lembar Persetujuan Subjek Penelitian

4. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

5. Lembar Pemeriksaan Pasien

6. Kuesioner

(12)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Penyakit Mulut

Tahun 2014

Intan Aisyah

Hubungan Penggunaan Obat Kardiovaskular Terhadap Terjadinya Xerostomia

Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr Pirngadi Medan

x + 34 Halaman

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab kematian terbesar yang

terjadi akibat adanya penyempitan arteri korona. Perawatan yang dilakukan pada

pasien PJK adalah pemberian obat kardiovaskular yang digunakan untuk menjaga

agar suplai oksigen selalu seimbang dengan kebutuhan oksigen. Akan tetapi,

obat-obatan tersebut memiliki efek samping sistemik maupun rongga mulut yang salah

satunya adalah xerostomia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara

penggunaan obat kardiovaskular terhadap terjadinya xerostomia pada pasien PJK

berdasarkan jenis dan kombinasi obat. Penelitian ini dilakukan dengan survei analitik

dan pendekatan cross sectional dengan melibatkan 77 subjek (32 orang laki-laki dan

45 orang perempuan) yang merupakan pasien PJK di RSU Dr Pirngadi Medan.

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner pada subjek dan diisi

langsung oleh subjek. Analisa data dilakukan secara manual dan komputerisasi. Hasil

yang diperoleh dari penelitian ini pasien PJK yang mengalami xerostomia sebanyak

40 orang (51,9%) dan yang tidak mengalami xerostomia sebanyak 37 orang (48,1%).

Persentase xerostomia berdasarkan jenis obat dan kombinasi obat paling tinggi pada

pengguna enam kombinasi obat yaitu obat golongan antiplatelet, nitrat, penyekat

(13)

statistik menggunakan Pearson chi-square memperlihatkan bahwa nilai signifikansi

dari jenis obat adalah p = 0,025 dan nilai signifikansi dari kombinasi obat adalah

p = 0,003. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara jenis obat dan

kombinasi obat kardiovaskular yang digunakan pasien PJK terhadap terjadinya

xerostomia. Dengan demikian, pasien PJK memerlukan tindakan pencegahan dan

secara teratur memeriksakan kesehatan gigi dan mulut agar terhindar dari xerostomia.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan

pembuluh darah yang sangat sering terjadi di masyarakat dalam waktu belakangan

ini. Penyakit kardiovaskular dilaporkan menjadi penyakit yang paling mematikan

dengan kematian mencapai 38% dari seluruh penderita di Amerika. Penyakit

kardiovaskular yang paling sering diderita masyarakat pada saat ini adalah Penyakit

Jantung Koroner (PJK), stroke, penyakit gagal jantung dan hipertensi. Berdasarkan hasil dari Heart Disease Statistic yang dikutip oleh American Heart Association (AHA) tahun 2006 PJK merupakan penyebab kematian terbesar dengan prevalensi

53% dari populasi. PJK adalah penyakit jantung yang terjadi akibat penyempitan

arteri korona.1,2 Menurut survei rumah tangga Departemen Kesehatan tahun 1992

dilaporkan bahwa PJK merupakan penyebab kematian nomor satu di Indonesia.1

Salah satu perawatan yang sering diberikan pada pasien penyakit

kardiovaskular adalah pemberian obat kardiovaskular. Obat kardiovaskular yang

diberikan kepada pasien PJK adalah golongan antiplatelet, nitrat, penyekat reseptor beta adrenergik (β-blockers), penghambat angiotensin coverting enzyme (ACE-Inhibitors) dan antagonis kalsium. Obat kardiovaskular memiliki efek samping

terhadap sistemik tubuh dan rongga mulut. Efek samping yang ditimbulkan terhadap

rongga mulut adalah xerostomia, dysgeusia, pembesaran gingiva dan reaksi likenoid. Xerostomia merupakan efek samping yang paling sering ditimbulkan oleh obat

kardiovaskular.3,4

Xerostomia merupakan keluhan subjektif kekeringan pada rongga mulut yang

sering dihubungkan dengan terjadinya hipofungsi dari kelenjar saliva.5 Xerostomia

dapat menyebabkan penyakit mulut dan rasa ketidaknyamanan pada rongga mulut.

Xerostomia terjadi disebabkan oleh banyak faktor, namun yang paling sering

(15)

Nederfors (1994) melakukan penelitian pada pasien yang mengonsumsi

atenolol dan propranolol menunjukkan adanya hubungan obat-obatan ini pada laju

alir dan komposisi saliva saat tidak di stimulasi.8 Lia dkk (2004) meneliti tentang efek

obat kardiovaskular terhadap rongga mulut ditemukan bahwa hampir seluruh jenis

obat kardiovaskular menyebabkan xerostomia. Selain itu, dalam penelitianya

dikatakan bahwa pasien yang mengonsumsi obat kardiovaskular akan merasa

ketidaknyamanan dalam rongga mulut yang diakibatkan karena efek xerostomia pada

obat tersebut.9 Habbab dkk (2009) meneliti hal yang sama pada 531 pasien dewasa

yang datang ke klinik kardiologi, terdapat 75 pasien (14,1%) yang mempunyai oral symptoms dan xerostomia paling banyak ditemukan sebanyak 7,5% dari populasi.10 Shantala Arunkumar dkk (2013) dalam penelitiannya tentang efek obat

kardiovaskular terhadap rongga mulut mengatakan bahwa dari 603 pasien tersebut

ditemukan pasien yang mempunyai oral symptoms sebanyak 382 orang (67,4%), pasien dengan xerostomia paling banyak ditemukan yaitu 152 orang (23,5%).

Berdasarkan penelitian tersebut obat kardiovaskular yang digunakan pasien PJK

golongan antiplatelet, nitrat dan kombinasi golongan penyekat reseptor beta

adrenergik (β-blockers) dengan antagonis kalsium merupakan golongan obat yang paling banyak menyebabkan xerostomia.4,11

Dari hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa xerostomia merupakan

akibat dari penggunaan obat kardiovaskular pada pasien PJK, namun dari penelitian

tersebut belum menjelaskan mengenai hubungan penggunaan obat kardiovaskular

tersebut dilihat dari jenis obat dan kombinasi obat terhadap terjadinya xerostomia.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang hal tersebut yang akan dilakukan

di RSU Dr. Pirngadi Medan.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1Masalah Umum

1. Apakah terdapat hubungan penggunaan obat kardiovaskular terhadap

(16)

1.2.2 Masalah Khusus

1. Berapakah prevalensi xerostomia pada pasien PJK yang menggunakan

obat kardiovaskular?

2. Apakah terdapat hubungan antara penggunaan obat kardiovaskular

terhadap terjadinya xerostomia pada pasien PJK berdasarkan jenis obat?

3.Apakah terdapat hubungan antara penggunaan obat kardiovaskular terhadap

terjadinya xerostomia pada pasien PJK berdasarkan kombinasi obat?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan obat kardiovaskular

terhadap terjadinya xerostomia pada pasien PJK.

1.3.2Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui berapa prevalensi terjadinya xerostomia pada pengguna

obat kardiovaskular pada pasien PJK.

2. Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan obat kardiovaskular

terhadap terjadinya xerostomia pada pasien PJK berdasarkan jenis obat.

3.Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan obat kardiovaskular

terhadap terjadinya xerostomia pada pasien PJK berdasarkan kombinasi obat.

1.4. Hipotesis

1. Ada hubungan antara terjadinya xerostomia dengan penggunaan obat

kardiovaskular pada pasien PJK.

2. Ada hubungan antara terjadinya xerostomia dengan penggunaan obat

kardiovaskular pada pasien PJK terhadap jenis obat.

3. Ada hubungan antara terjadinya xerostomia dengan penggunaan obat

(17)

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1Manfaat Teoritis

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang penggunaan obat

kardiovaskular pada pasien PJK akan berhubungan dengan terjadinya xerostomia.

2. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut terhadap timbulnya xerostomia akibat

obat kardiovaskular pada pasien PJK atau obat-obatan lainnya.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Meningkatkan derajat kesehatan gigi pasien pengguna obat

kardiovaskular pada pasien PJK.

2. Sebagai usaha dalam mengatur rencana perawatan bagi setiap gejala

xerostomia yang timbul pada pasien akibat penggunaan obat kardiovaskular pada

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obat Kardiovaskular yang Digunakan Pasien PJK

Obat kardiovaskular yang digunakan pasien PJK adalah obat yang digunakan

untuk menjaga agar suplai oksigen selalu seimbang dengan kebutuhan oksigen.12,13

2.1.1 Jenis Obat Kardiovaskular yang Digunakan Pasien PJK

Pasien PJK akan menggunakan obat kardiovaskular sebagai terapinya. Obat

kardiovaskular terdiri atas beberapa jenis yang penggunaannya disesuaikan dengan

kebutuhan pasien. Jenis obat kardiovaskular yang dikonsumsi oleh pasien PJK adalah

sebagai berikut:

a) Golongan Antiplatelet

Golongan ini merupakan obat yang pasti digunakan pada pasien PJK.

Antiplatelet merupakan obat anti pembekuan darah yang dapat menghambat ataupun

memecah gumpalan darah. Obat golongan ini memiliki efek samping sistemik pada

gastrointestinal, sistem pernafasan dan dapat menimbulkan reaksi alergi dan

pendarahan. Sedangkan efek yang terjadi pada rongga mulut dapat mengakibatkan

mulut kering.4,9,11,12

b) Golongan Nitrat

Golongan ini adalah obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi koroner

sehingga dapat memperlebar jantung dan memperlancar pemasukan darah serta

oksigen yang dapat meringankan kerja jantung.13,21 Pasien yang merasakan angina

biasanya diberikan obat golongan ini.3

Obat golongan ini memberikan efek samping seperti sakit kepala yang parah

terutama saat awal menggunakan obat. Selain itu, pasien dapat menjadi lemah,

hipotensi, gangguan lambung dan usus. Sedangkan efek yang sering terjadi di rongga

mulut adalah mulut kering, pembesaran gingiva serta pada penggunaan obat dibawah

(19)

c) Golongan Penyekat Reseptor Beta Adrenergik (β-Blocker)

Golongan ini berguna untuk meringankan serangan angina dan mengurangi

tekanan darah tinggi.3,21 Obat golongan ini berkerja dengan cara mengurangi

permintaan jantung terhadap oksigen dengan memperlambat denyut jantung dan

mengurangi tekanan darah. Sehingga, obat golongan ini dapat mengurangi risiko

kematian akibat penyakit jantung ataupun dari pembedahan terhadap jantung seperti

by pass pada pasien PJK. 13

Obat golongan ini memiliki efek samping seperti kelelahan, pusing,

kehilangan memori, trombositopenia, lesu dan pada beberapa jenis obatnya seperti

propanolol dan carvedilol bisa mempersempit saluran pernafasan. Selain itu, efek

obat ini terhadap rongga mulut dapat mengakibatkan mulut kering dan ulser.3,12,13,14

d) Golongan Angiontensin Converting Enzyme (ACE-Inhibitors)

Golongan ini dapat menurukan produksi angiotensin yang dapat menyebabkan

penyempitan arteri. Selain itu, obat golongan ini juga dapat mengurangi tekanan

darah. Obat golongan ini sangat diindikasikan untuk pasien PJK ataupun pasien

penyakit pembuluh darah lainnya seperti pembuluh darah perifer. Obat golongan ini

juga biasa digunakan pada pasien PJK yang juga menderita diabetes melitus.3,11

The Heart Outcomes Prevention Evaluation (HOPE) memaparkan bahwa obat

golongan ini sangat diperlukan dan baik untuk digunakan oleh pasien yang memiliki

masalah dengan jantung seperti PJK dan gagal jantung.11 Obat golongan ini

memiliki efek samping sistemik seperti perasaan tidak enak di tenggorokan dan

dapat menimbulkan reaksi alergi. Sedangkan efek samping pada rongga mulut

adalah mulut kering, ulser dan gangguan pengecapan. 11,14

e) Golongan Antagonis Kalsium

Golongan ini dapat mengurangi denyut jantung dan melebarkan pembuluh

darah jantung sehingga dapat mengurangi kebutuhan oksigen dan meningkatkan

suplai oksigen. Selain itu, obat golongan ini dapat mengurangi tekanan darah. Pada

pasien yang mengalami angina, obat golongan ini juga biasanya dianjurkan untuk

(20)

Obat golongan ini memiliki efek samping sistemik seperti penurunan tekanan

darah yang berlebihan apabila penggunaan yang lebih dari dosis yang ditentukan,

hipotensi dan sakit kepala. Sedangkan efek pada rongga mulut adalah mulut kering,

pembesaran gingiva dan ulser.3,9

f) Golongan Statin

Golongan ini dapat untuk menurunkan tingkat

mengurangi produksi kolesterol oleh hati dengan memblokir

bertanggung jawab untuk membuat kolesterol. Enzim ini disebut hydroxy-methylglutaryl-coenzyme A reductase (HMG-CoA reductase). Selain itu, golongan

ini juga bermanfaat untuk mengurangi peradangan dan mencegah

serangan jantung pada pasien PJK.3,21

Obat golongan ini memiliki efek samping sistemik seperti nyeri abdomen,

konstipasi, distensi abdomen dan sakit kepala. Sedangkan efek pada rongga mulut

adalah dapat menyebabkan mulut kering, angular cheilitis dan reaksi likenoid.3,9

2.2 Xerostomia

2.2.1 Definisi

Xerostomia yang sering dikenal dengan mulut kering didefinisikan sebagai

keluhan subjektif kekeringan pada rongga mulut yang diakibatkan karena

berkurangnya aliran saliva ataupun karena adanya perubahan komposisi pada saliva.

Hal ini juga terkadang disebabkan oleh disfungsi kelenjar saliva.5,14,15,17

Xerostomia bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan gejala dari berbagai

kondisi seperti perawatan yang diterima, efek samping dari obat-obatan, atau efek

samping dari radiasi kepala dan leher.6,15,18,20 Xerostomia juga berkaitan dengan

gangguan mengunyah, gangguan bicara, gangguan pengecapan, halitosis, mulut

(21)

2.2.2 Etiologi

Xerostomia bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Obat-obatan

Xerostomia adalah efek samping yang sering ditimbulkan dan signifikan dari

obat-obatan yang banyak diresepkan.11 Obat-obatan yang sering menimbulkan efek

tersebut adalah obat antikolinergik, antihipertensi, antihistamin, antidepresan, obat

kardiovaskular pada pasien PJK dan diuretik.9,14,15

Obat-obatan dapat menyebabkan xerostomia dengan mempengaruhi aliran

saliva dengan beberapa cara seperti mengganggu transmisi sinyal di persimpangan

saraf parasimpatis efektor, mengganggu aksi di persimpangan neuroadrenergik

efektor, atau menyebabkan depresi koneksi dari sistem saraf otonom.19

Obat-obatan bisa menyebabkan xerostomia bukan hanya dikarenakan jenis

obat tersebut memang menyebabkan xerostomia tetapi juga kombinasi dan dosis dari

obat yang dikonsumsi dapat mempengaruhi prevalensi terjadinya xerostomia.14 Mengonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan xerostomia sebelum tidur

sebaiknya dihindari dikarenakan laju aliran saliva pada saat tidur akan menurun.

Apabila pasien mengonsumsi obat-obatan tersebut sebelum tidur akan menyebabkan

keadaan rongga mulut yang sangat kering dan berakibat pada rongga mulutnya yang

akan lebih mudah terserang karies atau kandidiasis.19

2. Usia

Gejala xerostomia ini umumnya berhubungan dengan bertambahnya usia.

Pada orang yang lanjut usia sering mengalami xerostomia dikarenakan atropi dari

kelenjar saliva yang akhirnya dapat menyebabkan penurunan dari produksi saliva dan

komposisinya menjadi sedikit. Biasanya pada orang yang lanjut usia dan

menggunakan gigitiruan akan mengalami kesulitan dikarenakan xerostomia tersebut.

Pemakaiannya menjadi tidak nyaman dan juga dapat berpengaruh terhadap retensi

dari gigi tiruan tersebut dikarenakan berkurangnya produksi saliva.16,20

3. Fisiologi

Gejala xerostomia ini bisa terjadi setelah pembicaraan yang berlebihan dan

(22)

yaitu juga pada saat berbicara yang berlebihan, bernafas melalui mulut, serta

komponen emosional yang merangsang terjadinya efek simpatik dari sistem saraf

otonom dan menghalangi sistem parasimpatik sehingga dapat mengakibatkan

berkurangnya aliran saliva dan mulut akan terasa kering.16

4. Penyakit kelenjar saliva

Ada beberapa penyakit kelenjar saliva yang dapat mengakibatkan xerostomia.

Penyakitnya biasanya mengenai kedua kelenjar parotis secara bergantian, sehingga

dapat menimbulkan kerusakan yang menyeluruh. Parotitis terdiri atas parotitis akut

dan parotitis kronis. Selain parotitis, sialodenitis dan mukokel juga dapat

megakibatkan xerostomia.16

5. Penyakit sistemik

Ada beberapa penyakit sistemik yang dapat mengakibatkan xerostomia.

Diabetes melitus merupakan penyakit yang sangat berhubungan dengan xerostomia,

dilaporkan 40%-80% pasien diabetes melitus mengalami xerostomia. Keadaan ini

tergantung dengan keadaan penyakitnya yang terkontrol atau tidak terkontrol.

Keadaan aliran saliva pasien yang tidak terkontrol akan lebih rendah daripada yang

terkontrol.19

Selain diabetes melitus, sjogren’s syndrome dapat mengakibatkan terjadi xerostomia. Sjogren’s syndrome adalah penyakit autoimun kronik yang ditandai dengan adanya inflamasi dari kelenjar eksokrin yang dapat menjadi penyebab dari

terjadinya xerostomia. Systemic Lupus Erythematous (SLE), HIV Aids dan Rheumatoid Arthritis (RA) juga dapat menyebabkan terjadinya xerostomia.19,22

6. Terapi radiasi pada daerah kepala dan leher

Terapi radiasi pada daerah kepala dan leher merupakan salah satu penyebab

terjadinya xerostomia. Prevalensi terjadinya xerostomia setelah terapi adalah 90%

dan 30% dari mereka yang mengalami xerostomia berat adalah penderita kanker.5

Tingkat kesensitifan kelenjar saliva terhadap radiasi adalah kelenjar parotis yang

merupakan bagian yang paling sensitif diikuti oleh kelenjar submandibularis,

(23)

Terapi radiasi dapat mengganggu dari fungsi kelenjar saliva terutama pada

kelenjar parotis yang dapat mengurangi produksi saliva dan saliva akan menjadi

kental. Jumlah kerusakan kelenjar saliva tergantung dengan jumlah dosis yang

diberikan selama terapi. Dosis radiasi 20 Gy dapat menyebabkan kerusakan dari

kelenjar saliva apabila pemberiannya dalam dosis tunggal. Apabila dosis yang

diberikan diatas 52 Gy dapat menimbulkan kerusakan dari kelenjar saliva yang

parah.19 Radiasi dapat menginduksi xerostomia dalam minggu pertama dilakukannya

radioterapi dimana aliran saliva akan berkurang 50%-60%. Namun, setelah tujuh

minggu keadaan tersebut akan berkurang menjadi 20% dan pada umumnya setelah

lebih dari satu tahun keadaanya dapat kembali secara perlahan.18

2.2.3 Gejala dan Tanda

2.2.3.1 Gejala

Individu yang menderita xerostomia sering mengeluh kesulitan mengunyah,

menelan dan memakai gigitiruan. Makanan yang kering biasanya sulit dikunyah

ataupun ditelan. Pada mukosa yang kering dapat mengakibatkan penggunaan

gigitiruan menjadi tidak nyaman, keadaan ini juga mempengaruhi retensi gigi tiruan

dalam menahan tekanan kunyah.15,16

2.2.3.2. Tanda

Keadaan mukosa pada penderita xerostomia akan terlihat kering. Apabila

diperiksa bagian mukosanya dengan sarung tangan, tongue blade atau gagang instrumen akan terasa lengket dibagian mukosa tersebut. Xerostomia dapat

mengakibatkan peningkatan karies dental, kandidiasis, halitosis, sialodenitis, ulserasi

dan mulut terasa terbakar..15,16

2.2.4 Diagnosis dan Pemeriksaan

Ada beberapa cara dalam diagnosis dan pemeriksaan xerostomia yang

(24)

a. Anamnesis

Dalam melakukan anamnesis dengan pasien dapat diajukan beberapa

pertanyaan terarah yang dapat menentukan penyebab xerostomia, seperti adanya

keluhan mulut kering ataupun kesulitan dalam mengunyah makanan yang keras.

b. Pemeriksaan Klinis dalam Rongga Mulut

Pemeriksaan klinis dapat dilakukan dengan melihat gejala-gejala klinis yang

tampak dalam rongga mulut. Gambaran klinis tersebut antara lain hilangnya

genangan saliva pada dasar mulut, mukosa bukal akan terasa lengket apabila disentuh

dengan jari, tongue blade, atau ujung gagang instrumen. c. Teknik Pengumpulan Saliva

Menghitung laju aliran saliva dapat dilakukan dengan menghitung aliran

saliva dari kelenjar saliva mayor atau dari sampel campuran dari cairan mulut yang

biasanya disebut dengan Whole Saliva. Terdapat empat metode untuk mengumpulkan

whole saliva yaitu metode mengeluarkan, meludahkan, pengisapan dan

mengabsorbsi. Metode mengeluarkan adalah pasif dan membutuhkan pasien untuk memungkinkan saliva mengalir dari mulut kedalam tube tes preweight atau silinder yang diukur dalam satu waktu tertentu. Metode meludahkan dilakukan dengan cara

pengumpulan saliva pasien dalam mulut dan kemudian dikeluarkan ke silinder

preweight yang diukur setiap 60 detik dalam waktu 5-20 menit. Metode pengisapan dilakukan dengan menggunakan suatu aspirator atau saliva ejector untuk mengalirkan saliva dari mulut kedalam suatu tube tes dalam waktu tertentu. Metode mengabsorbsi

dilakukan dengan menggunakan suatu spons yang diletakkan di mulut pasien dalam

waktu tertentu lalu spons ditimbang dan volume saliva ditetapkan secara

gravimetrical. 5,20 d. Sialometri

Sialometri merupakan salah satu cara mengukur aliran saliva. Alat untuk

mengukurnya diletakkan diatas kelenjar parotid dan submandibular atau sublingual.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan stimulus asam sitrat. Saat istirahat

sekresi saliva berkisar 0-0,1mL/menit. Setelah dirangsang dengan asam sitrat

(25)

dirangsang menunjukkan hasil kurang dari 0,3mL/menit keadaan tersebut disebut

keadaan patologis.

e. Sialografi

Sialografi merupakan suatu teknik radiografi untuk melihat kelenjar ludah

setelah terlebih dahulu memasukkan bahan kontras secara retrograde yang dapat larut

kedalam duktus submandibula atau parotid. Metode ini merupakan metode yang

direkomendasikan untuk mengevaluasi instrinsik dan keadaan abnormal yang terjadi

dari sistem duktus karena dapat memberikan gambaran yang jelas dari cabang duktus

dan ujung kelenjar asinar.7,15,20

2.3 Hubungan Penggunaan Obat Kardiovaskular pada Pasien PJK

terhadap Xerostomia

Sebelumnya telah disebutkan bahwa obat kardiovaskular yang dikonsumsi

pasien PJK memiliki efek samping sistemik maupun rongga mulut yang salah satunya

adalah xerostomia.11 Pusat saliva mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf

otonom yang mempersarafi kelenjar saliva. Tidak seperti sistem saraf otonom

ditempat lain, respon simpatis dan parasimpatis di kelenjar saliva tidak saling

bertentangan. Baik stimulasi simpatis maupun parasimpatis, keduanya meningkatkan

sekresi saliva tetapi jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda.

Rangsangan parasimpatis berperan dominan dalam sekresi saliva dapat menyebabkan

pengeluaran saliva encer dalam jumlah besar dan kaya enzim. Stimulasi simpatis di

pihak lain, menghasilkan volume saliva yang jauh lebih sedikit dengan konsistensi

kental dan kaya mukus. Karena rangsangan simpatis menyebabkan sekresi saliva

dalam jumlah sedikit, mulut terasa lebih kering daripada biasanya.3,19

Adanya pengurangan laju aliran saliva akibat mengonsumsi obat

kardiovaskular terjadi dikarenakan obat tersebut dapat menyebabkan depresi saraf

otonom. Penggunaan obat kardiovaskular tersebut dapat memblokade sistem

parasimpatis yang berperan dominan dalam sekresi saliva sehingga keadaan simpatis

(26)

Depresi tersebut dapat terjadinya dengan meniru aksi sistem saraf otonom atau

dengan secara langsung beraksi pada proses seluler yang diperlukan untuk salivasi.3,19

Meniru aksi sistem saraf otonom terjadi dengan cara meniru aksi

neurotransmitter dari saraf otonom yang biasanya memberikan perintah untuk

kelenjar saliva mengeluarkan saliva, sehingga keadaan yang terjadi pada pasien yang

mengonsumsi obat tersebut adalah terhambatnya aliran saliva.3,4,19

Apabila obat tersebut bereaksi secara langsung dalam proses seluler itu dapat

terjadi ketika obat PJK tersebut berdifusi ke pembuluh darah untuk meringakan

penyakitnya, obat tersebut langsung memberikan sinyal ke otak untuk menghambat

kerja saraf otonom dalam mengatur sekresi saliva sehingga dapat mengakibatkan

(27)

2.4 KERANGKA TEORI

Obat kardiovaskular pada pasien PJK

(28)

2.5 KERANGKA KONSEP

Obat kardiovaskular yang digunakan pasien PJK

- Jenis - kombinasi

Xerostomia

Usia pasien

31-60 tahun

(29)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara survei analitik dengan pendekatan

cross sectional. Jenis penelitian ini berusaha mempelajari dinamika hubungan atau korelasi antara faktor-faktor risiko dengan dampak atau efeknya. Penggunaan obat

kardiovaskular pada pasien PJK dan xerostomia dapat diobservasi di satu waktu yang

sama, artinya setiap pasien PJK yang menjadi subjek penelitian diobservasi hanya

satu kali saja, obat kardiovaskular yang dilihat dari jenis dan kombinasi obat yang

dapat dilihat dari rekam medik serta terjadinya xerostomia diukur menurut keadaan

atau status saat diobservasi.25

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan (RSU

Dr. Pirngadi) yang berlokasi di Jalan Prof H. Yamin No. 47 Medan. Menurut SK

Menkes No. 433 tahun 2007 menetapkan RSU Dr. Pirngadi sebagai rumah sakit

pendidikan karena kelayakan rumah sakit dalam memenuhi sarana dan prasarana

dalam pelaksanaan pendidikan. Pemilihan RSU Dr. Pirngadi ini dikarenakan rumah

sakit ini merupakan rumah sakit pusat di Medan yang terdiri dari poli jantung dengan

alat pemeriksaan dan rekam medik yang lengkap sehingga mempermudah peneliti

menemukan subjek penelitian. Waktu penelitian dimulai dari bulan Desember 2013

hingga bulan Januari 2014 sampai jumlah sampel terpenuhi.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(30)

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien PJK di RSU Dr. Pirngadi Medan.

Jumlah sampel dalam penelitian ini diambil dengan rumus penaksiran proporsi

populasi dengan ketentuan absolut (simpangan mutlak).26

�=

n : ukuran sampel yang diperlukan

d : tingkat akurasi (0,1)

P: proporsi populasi  diambil berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dr. Shantala Arunkumar dkk yaitu presentase xerostomia yang

ditemukan dari pasien yang mengonsumsi obat kardiovaskular yaitu sebesar

23,5% (0,235)

Jumlah sampel minimum yang didapat adalah 70 orang. Untuk menghindari

bias penelitian, jumlah sampel dapat ditambah 10% dari jumlah populasi minimum

menjadi 77 orang pasien PJK di RSU Dr. Pirngadi Medan.

(31)

secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan diikutsertakan dalam penelitian

dalam kurun waktu tertentu sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. 25,26

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.3.3.1 Kriteria Inklusi

1. Pasien PJK yang berusia 31-60 tahun.

2. Pasien PJK yang setuju menjadi sampel penelitian.

3.3.3.2 Kriteria Eksklusi

1. Pasien PJK yang juga menderita penyakit sistemik lain dan menggunakan

obat-obatan lain yang dapat menyebabkan xerostomia.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Bebas

Obat kardiovaskular yang digunakan pasien PJK.

3.4.2 Variabel Terikat

Xerostomia.

3.4.3 Variabel Tekendali

Usia.

3.4.4 Variabel Tidak Terkendali

Jenis kelamin.

3.4.5 Definisi Operasional

1. Obat kardiovaskular yang digunakan pasien PJK adalah obat yang

digunakan untuk menjaga agar suplai oksigen selalu seimbang dengan kebutuhan

(32)

2. Jenis obat kardiovaskular yang digunakan pasien PJK adalah jenis

obat-obatan yang digunakan pasien dalam terapi PJK dan dapat dilihat dari rekam medik

pasien.14

a. Golongan Antiplatelet

b. Golongan Nitrat

c. Golongan Penyekat Reseptor Beta Adrenergik (β-blockers) d. Golongan Angiotensin Converting Enzyme (ACE-Inhibitors)

e. Golongan Antagonis Kalsium

f. Golongan Statin

3. Kombinasi obat kardiovaskular yang digunakan pasien PJK adalah

penggunaan dua atau lebih obat yang digunakan pasien dalam terapi PJK dan dapat

dilihat dari rekam medik pasien.14

4. Xerostomia adalah keluhan subjektif pada rongga mulut yang dapat dilihat

melalui penilaian berdasarkan kuesioner dengan skor xerostomia lebih besar atau

sama dengan lima.7,14,15,23

5. Usia adalah perhitungan ulang tahun subjek penelitian dihitung sejak

tahun lahir sampai ulang tahun terakhir saat dilakukan penelitian yang dapat dilihat

dari rekam medik.27

6. Jenis kelamin adalah keadaan kodrati responden sesuai anatomis, yaitu

laki-laki atau perempuan yang dapat dilihat dari rekam medik.27

3.5 Sarana Penelitian

3.5.1 Alat

1. Kuesioner

2. Lembar pemeriksaan

3. Alat tulis

3.5.2 Bahan

(33)

3.6 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data ditujukan kepada pasien PJK yang diperoleh dari rekam

medik pasien dan datang ke poli jantung RSU Dr. Pirngadi Medan yang dilakukan

mulai pukul 09.00-12.00 dan pasien diberi informasi tentang tujuan penelitian ini.

Setelah pasien setuju menjadi subjek penelitian, pasien diminta menandatangani

informed consent. Kemudian dari rekam medik dicatat data pribadi pasien (nama, umur, jenis kelamin), jenis obat kardiovaskular dan kombinasi obat kardiovaskular.

Selanjutnya pertanyaan diajukan sesuai dengan kuesioner kepada pasien untuk

membuktikan ada atau tidaknya xerostomia.

3.7 Pengelolahan dan Analisis Data

3.7.1 Pengelolahan Data

Data yang dikumpulkan dari lembar hasil pemeriksaan pasien kemudian

dianalisis sesuai dengan sifatnya. Data yang bersifat univariat dianalisis secara

manual dan data yang bersifat bivariat dianalisis dengan menggunakan sistem

komputerisasi.

3.7.2 Data Univariat

Analisis univariat (analisis deskriptif) bertujuan untuk mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian.25 Data univariat disajikan dalam bentuk tabel

yang meliputi :

1. Distribusi dan frekuensi penggunaan obat kardiovaskular pada pasien PJK

berdasarkan jenis kelamin dan usia.

2. Distribusi dan frekuensi xerostomia pada pasien PJK yang menggunakan

obat kardiovaskular ketika dilakukan penelitian.

3. Distribusi dan frekuensi penggunaan obat kardiovaskular terhadap terjadinya

xerostomia pada pasien PJK berdasarkan jenis kelamin.

4. Distribusi dan frekuensi penggunaan obat kardiovaskular terhadap terjadinya

(34)

3.7.3 Data Bivariat

Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan terhadap 2 variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi.25 Data bivariat disajikan dalam bentuk tabel

yang meliputi: Tabulasi silang antara jenis obat kardiovaskular dengan terjadinya

xerostomia pada pasien PJK dan tabulasi silang antara kombinasi obat kardiovaskular

dengan terjadinya xerostomia pada pasien PJK.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji Pearson chi-square (X2)

untuk mengetahui hubungan antara penggunaan obat yang digunakan pasien PJK

dengan xerostomia.

Berdasarkan uji statistik tersebut dapat diputuskan:

• Menerima Ha (menolak Ho), jika diperoleh nilai X2 hitung > X2 tabel atau nilai

p ≤ α (0,05).

• Menolak Ha (menerima Ho), jika diperoleh nilai X2 hitung < X2 tabel atau nilai

p > α (0,05).

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup hal sebagai berikut:

1. Ethical Clearance

Peneliti mengajukan persetujuan pelaksanaan penelitian kepada komisi etik

penelitian kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun

nasional.

2. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Peneliti meminta secara sukarela subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian

yang dilakukan. Bagi subjek yang setuju, dimohon untuk menandatangani lembar

persetujuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Data yang terkumpul dalam penelitian ini dijamin kerahasiannya oleh peneliti,

karena itu data yang ditampilkan dalam bentuk data kelompok bukan bentuk data

(35)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Data Demografi Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek sebanyak 77 orang pasien PJK di RSU

Dr. Pirngadi Medan. Berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini terdapat subjek

laki-laki sebanyak 32 orang (41,5%), sedangkan perempuan sebanyak 45 orang

(58,5%).

Berdasarkan usia subjek penelitian, kelompok usia 31-40 tahun sebanyak 3

orang (3,9%), kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 16 orang (20,8%) serta kelompok

usia 51- 60 tahun sebanyak 58 orang (75,3%).

Tabel 1. Distribusi dan frekuensi penggunaan obat kardiovaskular terhadap pasien PJK berdasarkan jenis kelamin dan usia.

Variabel Frekuensi ( n = 77 orang ) Persentase ( % )

Berdasarkan tabel 2 subjek penelitian yang mengalami xerostomia ketika

dilakukan penelitian sebanyak 40 orang (51,9%) sedangkan yang tidak mengalami

(36)

Tabel 2. Distribusi dan frekuensi xerostomia pada pasien PJK yang menggunakan obat kardiovaskular ketika dilakukan penelitian

Xerostomia Frekuensi (F) Persentase ( % )

Xerostomia (+) 40 51,9%

Xerostomia (-) 37 48,1%

Jumlah 77 100%

Penelitian ini menunjukkan mayoritas pasien mengalami xerostomia pada

penelitian ini adalah perempuan. Penelitian ini menunjukkan sebesar 51,9%

mengalami xerostomia yaitu 23,3% pada laki-laki dan 28,6% pada perempuan.

(Tabel 3)

Tabel 3. Distribusi dan frekuensi penggunaan obat kardiovaskular terhadap terjadinya xerostomia pada pasien PJK berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin

Xerostomia

Ya Tidak

n ( % ) n ( % )

Jumlah

Laki-Laki 18 (23,3%) 14 (18,2%) 32 (41,6%)

Perempuan 22 (28,6%) 23 (29,9%) 45 (58,4%)

Jumlah 40 (51,9%) 37 (48,1%) 77 (100%)

Pada penelitian yang dilakukan pada 77 subjek terdapat 40 orang mengalami

xerostomia dengan usia subjek yang berbeda-beda. Subjek yang menderita

xerostomia paling besar adalah yang berusia 51-59 tahun yaitu sebesar 38,9%.

(37)

Tabel 4. Distribusi dan frekuensi penggunaan obat kardiovaskular terhadap terjadinya xerostomia pada pasien PJK berdasarkan usia

Usia

obat kardiovaskular dan mengalami xerostomia sebesar 40 orang (51,9%). Pemakaian

enam golongan obat kardiovaskular pada pasien PJK yaitu antiplatelet, nitrat, statin,

ACE-Inhibitor, antagonis kalsium dan penyekat reseptor beta adrenergik (β-blockers) yang paling banyak menderita xerostomia tujuh orang (9,1%). Hasil uji statistik

menggunakan Pearson chi-square memperlihatkan bahwa nilai signifikansi p = 0,025 atau p < sig α (0,05). Dengan demikian, Ho ditolak atau Ha diterima sehingga dapat

disimpulkan bahwa jenis obat berpengaruh signifikan terhadap terjadinya xerostomia.

(Tabel 5)

Tabel 5. Tabulasi silang antara jenis obat kardiovaskular terhadap terjadinya xerostomia pada pasien PJK

(38)

Antiplatelet, nitrat, dan Inhibitor dan penyekat beta

1 (1,3%) 5 (6,5%) 6 (7,8%) Inhibitor dan penyekat beta

4 (5,2%) 0 (0) 4 (5,2%)

Antiplatelet, statin, nitrat, antagonis kalsium, ACE-Inhibitor dan penyekat beta

7 (9,1%) 0 (0) 7 (9,0%)

Jumlah 40 (51,9%) 37 (48,1%) 77 (!00%)

Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 77 subjek, obat yang digunakan mereka

sekurang-kurangnya adalah dua golongan obat. Pengggunaan enam golongan obat

yang paling banyak menyebabkan xerostomia yaitu tujuh orang (9,1%). Hasil uji

statistik menggunakan Pearson chi-square memperlihatkan bahwa nilai signifikansi p = 0,003 atau p < sig α (0,05). Dengan demikian, Ho ditolak atau Ha diterima

sehingga dapat disimpulkan bahwa kombinasi berpengaruh signifikan terhadap

(39)

Tabel 6. Tabulasi silang antara kombinasi obat kardiovaskular terhadap terjadinya xerostomia pada pasien PJK

Kombinasi obat

kardiovaskular

Xerostomia

Ya Tidak

n ( % ) n ( % )

Jumlah Nilai

P

2 golongan obat 2 (2,6%) 6 (7,8%) 8 (10,4%)

3 golongan obat 6 (7,8%) 14 (18,2%) 20 (26,0%)

4 golongan obat 17 (22,1%) 15 (19,5%) 32 (41,6%) 0,003

5 golongan obat 8 (10,4%) 2 (2,6%) 10 (13,0%)

6 golongan obat 7 (9,1%) 0 (0) 7 (9,0%)

(40)

BAB 5

PEMBAHASAN

Xerostomia merupakan sensasi subjektif kekeringan mulut yang dapat terjadi

akibat efek samping penggunaan obat-obatan yang salah satu diantaranya adalah obat

kardiovaskular yang digunakan pasien PJK.9,14,15 Shantala Arunkumar dkk

menemukan bahwa xerostomia merupakan manifestasi oral paling banyak dari

penggunaan obat kardiovaskular.4,11 Obat tersebut dapat menyebabkan depresi saraf

otonom yang mempengaruhi proses salivasi. Sehingga obat ini dapat menyebabkan

penurunan aliran saliva dan menyebabkan terjadinya xerostomia.3,4

Penelitian yang dilakukan di poliklinik jantung di RSU Dr. Pirngadi Medan

terdiri dari 32 laki-laki dan 45 perempuan. Menurut penelitian Nababan D pada tahun

2008 terhadap pasien PJK di RSU Dr. Pirngadi Medan juga menyatakan bahwa

responden perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.28 Tingginya persentase

PJK pada perempuan ini berkaitan dengan menopause. Pada perempuan, hormon

estrogen dapat berfungsi sebagai efek proteksi terhadap faktor risiko PJK. Kadar

hormon estrogen ini akan menurun pada saat terjadinya menopause sehingga dapat

meningkatkan risiko perempuan menderita PJK. Sehingga pada usia belum

menopause risiko perempuan menderita PJK lebih sedikit dikarenakan adanya

hormon estrogen yang berfungsi sebagai proteksi. Berbeda jika keadannya sudah

menopause, risiko perempuan lebih besar dikarenakan fungsi hormon estrogen sudah

berkurang.2,28 Dari penelitian ini perempuan yang menjadi subjek penelitian sebagian

besar dalam tahapan menopause. Menopause terdiri dari beberapa tahapan yaitu

pramenopause, perimenopause, menopause dan pascamenopause. Pada rentang usia

dari subjek penelitian masuk kedalam tahapan pramenopause, perimenopause dan

menopause. Kebanyakan dari subjek penelitian dalam tahapan perimenopause dimana

usia subjek pada tahapan berkisar 46-55 tahun. Pada periode itu perempuan akan

mengalami penurunan estrogen dalam rentang 1-2 tahun sebelum menopause dan 1-2

(41)

menstruasi sampai berhenti sama sekali.29,30,31 Keadaan menopause dapat juga

mengakibatkan terjadinya xerostomia namun pada kasus ini perempuan yang

menggunakan obat kardiovaskular walaupun dengan keadaan perimenopause akan

besar efek dari obat-obatan daripada keadaan perimenopause tersebut. Hal ini

dikarenakan obat-obatan mempengaruhi keadaan kelenjar saliva melalui saraf otonom

yang bekerja cepat dengan pengaturan jangka pendek, sedangkan keadaan

perimenopause tersebut mempengaruhi keadaan kelenjar saliva melalui keadaan

hormon yang bekerja lambat dengan pengaturan jangka panjang. Selain itu, pusat

saliva mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui saraf otonom yang

mempersarafi kelenjar saliva.31,32 Jadi, efek dari obat-obatan lebih kuat daripada

keadaan perimenopause subjek tersebut dalam proses terjadinya xerostomia.

Berdasarkan kelompok usia subjek penelitian, kelompok usia 31-40 tahun

sebanyak 3 orang (3,9%), 41- 50 tahun sebanyak 16 orang (20,8%) dan kelompok

usia 51-60 tahun sebanyak 58 orang (75,3%) menderita PJK. Menurut penelitian

Dtrong dan McGill, atherosclerosis berawal pada masa anak-anak dan perlahan-lahan menjadi lebih banyak pada usia dewasa yang selanjutnya akan mendorong terjadinya

penyumbatan arteri. Hasil tersebut dapat dipahami bahwa proses hingga terjadinya

PJK bukanlah suatu kejadian yang terjadi secara tiba-tiba, tetapi berlangsung lama.

Selain itu semakin bertambahnya usia maka fungsi dari organ tubuh manusia juga

akan mengalami penurunan. Apabila kejadian ini dikombinasikan dengan faktor

genetik dan faktor lainnya maka potensial terjadinya PJK akan semakin meningkat.33

Pada penelitian ini jumlah perempuan yang mengalami xerostomia lebih

banyak yaitu 28,6% dibandingkan laki-laki yaitu 23,3%. Hasil ini tidak bisa

menjelaskan hubungan antara jenis kelamin dengan xerostomia karena jumlah sampel

antara laki-laki dan perempuan tidak seimbang. Ini dikarenakan PJK lebih banyak

terjadi pada perempuan sehingga perempuan mendominasi. Namun pada umumnya

xerostomia akan lebih banyak terjadi pada perempuan, karena perempuan memiliki

kelenjar saliva yang lebih kecil daripada laki-laki dan perempuan memiliki level

estrogen lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang dapat mempengaruhi sekresi saliva

(42)

faktor risiko terjadinya xerostomia seperti penggunaan obat-obatan, efek radioterapi

dan faktor risiko lainnya. 2,13,16

Prevalensi terjadinya xerostomia pada 77 orang pasien PJK berdasarkan

kelompok usia paling banyak terjadi pada usia 51-60 tahun yaitu 58 orang (75,3%).

Hasil ini merupakan data demografi saja dan tidak bisa menjelaskan hubungan antara

usia dengan terjadinya xerostomia karena jumlah sampel pada penelitian ini lebih

banyak pada usia 51-60 tahun. Namun pada pasien PJK dengan usia lebih tua akan

lebih banyak yang mengalami xerostomia dibandingkan dengan usia yang lebih

muda. Hal ini dapat terjadi akibat seiring dengan meningkatnya usia, terjadi

proses aging. Terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim hilang yang digantikan oleh jaringan lemak dan penyambung, lining sel duktus intermediate mengalami atropi.7,18 Keadaan ini diperparah dengan pemberian obat-obatan seperti obat kardiovaskular yang akan mempengaruhi sekresi

saliva sehingga saliva akan berkurang. 3,4,19

Hasil penelitian di poli jantung RSU Dr. Pirngadi Medan dari 77 subjek

penelitian yaitu pasien PJK yang menggunakan obat kardiovaskular didapat 40 orang

yang menderita xerostomia dan 37 orang yang tidak menderita xerostomia. Penderita

xerostomia dari penelitian ini sebanyak 51,9%. Bila dibandingkan dengan penelitian

Shantala Arunkumar dkk dijumpai yang menderita xerostomia sebanyak 23,5%

prevalensi yang didapat lebih besar dari penelitian tersebut. Hal ini terjadi

dikarenakan penggunaan berbagai macam jenis obat untuk perawatan PJK itu dapat

mempengaruhi sistem saraf otonom sehingga dapat mempengaruhi sekresi saliva.

Selain itu obat tersebut dapat menurunkan jumlah protein yang terkandung dalam

saliva dan mengubah komposisi pada saliva.4,33

Menurut Shantala Arunkumar dkk jenis obat yang paling sering menyebabkan

xerostomia adalah antiplatelet, nitrat dan kombinasi golongan penyekat reseptor beta

adrenergik (β-blockers) dengan antagonis kalsium.4 Obat-obat tersebut adalah obat

yang digunakan oleh pasien PJK. Tetapi pasien PJK tidak pernah menggunakan

hanya satu golongan obat saja dikarenakan keadaan dari PJK yang komplikasi dengan

(43)

menggunakan obat sekurang-kurangnya dua jenis obat. Selain itu pasien PJK pasti

menggunakan obat golongan antiplatelet sehingga semua subjek penelitian

menggunakan obat golongan antiplatelet.14,19 Berdasarkan penelitian ini diperoleh

bahwa pengguna kombinasi obat kardiovaskular golongan antiplatelet, nitrat, statin,

ACE-Inhibitor, penyekat reseptor beta adrenergik dan antagonis kalsium yang paling

banyak menyebabkan xerostomia. Dibuktikan dari tujuh subjek yang menggunakan

kombinasi enam golongan obat tersebut semuanya menderita xerostomia. Keadaan ini

terjadinya dikarenakan efek dari masing-masing obat tersebut adalah xerostomia

sehingga keadaan xerostomia akan semakin meningkat dengan penggunaan enam

jenis obat tersebut.

Hasil penelitian di poli jantung RSU Dr. Pirngadi jumlah obat yang paling

banyak digunakan dan menyebabkan xerostomia secara signifikan adalah penggunaan

enam golongan obat. Nefendors menemukan bahwa xerostomia berhubungan dengan

pemberian obat yang digunakan lebih dari satu golongan atau yang disebut dengan

polifarmasi.8 Pada dasarnya pemberian obat yang melebihi satu golongan obat yang

sinergis untuk pasien PJK akan meningkatkan efek samping obat juga dalam konteks

lain yaitu xerostomia. Penggunaan enam golongan obat kardiovaskular pada pasien

PJK tersebut adalah sinergis dimana obat tersebut mempunyai kerja yang berbeda

dalam tubuh pasien PJK. Sehingga, efek samping terhadap rongga mulut yang salah

satunya adalah xerostomia sangat dikeluhkan oleh pasien PJK yang menggunakan

(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan

antara penggunaan obat kardiovaskular pada pasien PJK terhadap terjadinya

xerostomia. Frekuensi terjadinya xerostomia tergantung pada jenis obat dan

kombinasi obat. Dari penelitian ini tidak dapat disimpulkan apakah usia dan jenis

kelamin mempengaruhi terjadinya xerostomia atau tidak dikarenakan jumlah subjek

yang tidak seimbang antara ketiga kelompok usia dan antara kedua jenis kelamin.

Pada penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada pasien

PJK dan hanya melihat terjadinya xerostomia dari jenis obat dan kombinasi obat nya,

diharapkan adanya penelitian lanjutan untuk melakukan evaluasi lebih lanjut pada

penggunaan obat kardiovaskular pada pasien PJK.

Disarankan kepada dokter gigi dapat bekerja sama dengan ahli jantung dalam

merawat pasien PJK yang menggunakan obat kardiovaskular. Pasien PJK yang

menggunakan obat kardiovaskular mempunyai potensi terjadinya efek samping yang

merugikan terhadap kesehatan rongga mulut. Penting diketahui dokter gigi mengenai

obat-obatan yang meningkatkan risiko xerostomia dan untuk kebutuhan program

pencegahan intensif. Program pencegahan ini dapat berupa edukasi menjaga

kesehatan rongga mulut, meningkatkan asupan cairan dan secara teratur

(45)

DAFTAR PUSTAKA

1. Joewono BS, Prabowo P. Ilmu penyakit jantung. Surabaya: Airlangga University

Press, 2003: 121-34.

2. Collins FM. Cardiovascular disease and the dental office.

2013).

3. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Gaya Baru, 2007: 362-72

4. Arunkumar S, Kalappanavar AA, Annigeri RG, Shakuntala. Adverse oral

manifestations of cardiovascular drugs. IOSR-JDMS 2012; 7: 64-71.

5. Olver NI. Xerostomia: A common adverse effects of drugs and radiation. Aust

prescr 2006; 29: 97.

6. Almanda PDVd, Gregio AMT, Marchado MAN, de Lima AAS, Azevedo LR.

Saliva function composition. The Journal of contemporary dental practice 2008;

9(3): 1-11.

7. Lubis S, Tarigan RN, Lubis I. Penyakit-penyakit kelenjar ludah. Medan: USU

Press, 2011: 84-92.

8. Nefendors T, Dahlof C. Effect of the beta-adrenoreseptor antagonis atenolol and

propranolol on human whole saliva flow rate composition. Scan J Dent Rest

1994; 102(4): 235-7.

9. Torpet LA, Kragelund C, Reibel J, Nauntofte B. Oral adverse drug reactions to

cardiovascular drugs. CROBM 2004: 28-45.

10.Habbab KM, Moles DR, Porter SR. Potential oral manifestation of cardiovascular

drugs.

11.Aronson JK. Side effects of cardiovascular drugs. Oxford: Elsevier BV 2009;

(46)

12.Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. Staf dosen farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya. Prof Dr H Azwan Agoes DSFK. Jakarta: EGC,

1995: 184-201.

13.Rahardja K, Tjay TH. Obat-obat penting khasiat, penggunaan, dan efek-efek

samping. Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2010: 600-04.

14.Naviille BW, DAMM DD, Allen CM, Bouquot JE. Oral and maxillofacial

pathology. 3rd ed., China: Saunders Elsevier, 2009: 464-65.

15.Scully C. Oral and maxillofacial medicine. 2nd ed., London: Churchill Living

Stone Elsivier, 2010: 79-86.

16.Gayford JJ, Heskell R. Penyakit mulut. Edisi 2. drg Lilian Yuwono. Jakarta:

EGC, 1993: 169-76.

17.The American academic of oral medicine. Dry mouth.

18.Stipetic MM. Xerostomia diagnosis and treatment. Ras514 Medical Science 2012;

38: 69-91.

19.Sham ME. Xerostomia. International Journal of Dental Clinic 2011; 3(2): 58-61.

20.Bartels LC. Xerostomia information for dentist: Helping patients with dry mouth.

21.Burket LW. Disease of the cardiovascular system. In: Lynch MA. Eds. Burket’s

oral medicine diagnosis and treatment, 8th ed., Philadephia: J.B Lippincott

Company, 1984: 664-72.

22.Rantonen P. Salivary flow and composition in healthy and diseased adults.

Disertasi. Helsinki: University of Helsinki, 2003: 12-13.

23.Felix DH, Luker J, Scully C. Dry mouth and disorders of salivation.

2005; 199(7): 423-7.

24.Thomson WM, Chalmers JM, Spencer J, Williams SM. The xerostomia inventory

a multi item approach to measuring dry mouth. BASCD 1999; 16: 12-17.

25.Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010:

(47)

26.Pratiknya AW. Dasar-dasar metodologi penelitian kedokteran dan kesehatan.

Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011: 50-75.

27.Chang L, Tonner BB, Fukudo, Guthrie E dkk. Gender, age, society, culture, and

the patient perspective in the functional gastrointestinal disorders.

Gastroenterology 2006; 120:1435-41

28.Nababan D. Hubungan faktor risiko dan karakteristik penderita dengan kejadian

penyakit jantung koroner di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2008. Tesis. Medan:

Progam Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi

Kesehatan Komunitas/Epidemiologi pada Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara, 2008: 27-32

29.Cynthia. Tahapan menopause.

30.David. Menopause berseri dengan drospirenone dan estradiol. Kompas. 2008 11

Januari.

31.Joseph. The stages of menopause

(Juli 3. 2013.).

32.Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Ed 2. Jakarta: EGC, 2001:

103-48, 537-89.

33.Thomson WM, Chalmers JM, Spencer AJ, Williams SM. The xerostomia

inventory: A multi-item approach to measuring dry mouth. Community Dent

(48)
(49)
(50)

Lampiran I

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

Selamat Pagi,

Saya Intan Aisyah mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Penggunaan Obat Kardiovaskular Terhadap Terjadinya Xerostomia Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr. Pirngadi Medan”. Saya mengikutsertakan Bapak/Ibu dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan obat kardiovaskular terhadap terjadinya xerostomia (mulut kering). Manfaat penelitian ini adalah memberi pengetahuan kepada Bapak/Ibu tentang mulut kering yang terjadi dan dapat menjaga kesehatan rongga mulut agar tidak terjadi lagi mulut kering.

Bapak/Ibu sekalian, pasien yang menggunakan obat kardiovaskular yang dikonsumsi pasien penyakit jantung koroner (PJK) dapat menyebabkan mulut kering. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan menelan makanan, sulit berbicara, perubahahan rasa kecap pada lidah, dan bila telah parah dapat menyebabkan rasa terbakar dalam mulut, sehingga memerlukan penjagaan kesehatan rongga mulut yang lebih baik.

Penelitian yang akan saya lakukan menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini, saya akan meminta ibu/bapak untuk mengisi kuesioner dengan memilih jawaban yang disediakan. Setelah pengisian kuesioner selesai,kembalikan kuesioner kepada saya.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, tidak akan terjadi perubahan mutu pelayanan dari dokter dan komunitas bila Bapak/Ibu tidak bersedia mengikuti penelitian ini. Bapak/Ibu akan tetap mendapat pelayanan kesehatan standar rutin sesuai dengan standar prosedur pelayanan.

Pada penelitian ini, identitas Bapak/Ibu akan disamarkan. Hanya dokter peneliti, anggota peneliti, dan anggota komisi etik yang bisa melihat datanya. Kerahasiaan data Bapak/Ibu akan dijamin sepenuhnya. Bila data Bapak/Ibu dipublikasikan akan tetap dijaga.

Jika selama menjalankan penelitian ini akan terjadi keluhan pada Bapak/Ibu silahkan menghubungi saya Intan Aisyah (HP : 083199023102).

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan waktu Bapak/Ibu sekalian, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(51)

Lampiran II

LEMBAR PERSETUJUAN SUBYEK PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan*)

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Mahasiswa Peneliti Medan, 2013

Peserta Penelitian

(Intan Aisyah) ( )

Keterangan : *) coret yang tidak perlu

(52)

Lampiran III

LEMBAR PEMERIKSAAN PASIEN

No :

Tanggal :

A. DATA DEMOGRAFI

Nama Lengkap :

Umur :

Jenis Kelamin : P / L

Alamat :

No. Hp/Telp :

B. REKAM MEDIK

Jenis obat kardiovaskular yang dikonsumsi pasien PJK :

1. Golongan Antiplatelet ...……….

2. Golongan Nitrates ...………..

3. Golongan β-blockers ...……….

4. Golongan ACE-Inhibitors ...……….

5. Golongan Antagonis kalsium ...……….

6. Golongan Statin ………

(53)

Lampiran IV

Kotak di bawah ini

diisi oleh Peneliti

KUESIONER (Felix DH, BASCD 1999)

1. Apakah mulut Anda terasa kering saat ini?

Ya Tidak

2. Apakah saat mengonsumsi makanan mulut Anda juga terasa kering?

Ya Tidak

3. Apakah Anda mengalami kesulitan dalam mengonsumsi makanan yang kering?

Ya Tidak

4. Apakah Anda mengalami kesulitan saat menelan makanan?

Ya Tidak

5. Apakah Anda membutuhkan air minum saat menelan makanan?

Ya Tidak

6. Apakah Anda mengisap permen untuk meringankan mulut kering?

Ya Tidak

7. Apakah pada malam hari Anda bangun untuk minum?

(54)

Skor:

1= Ya Xerostomia:≥5

2= Tidak

(55)

CROSSTABS

/TABLES=kombinasiobat BY xerostomia /FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ CC PHI LAMBDA UC ETA /CELLS=COUNT

kombinasi obat * xerostomia Crosstabulation

Count

Linear-by-Linear Association 14.917 1 .000

N of Valid Cases 77

a. 5 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum

(56)

Directional Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Nominal by Nominal Lambda Symmetric .146 .056 2.348 .019

kombinasi obat Dependent .000 .000 .c .c

xerostomia Dependent .324 .118 2.348 .019

Goodman and Kruskal tau kombinasi obat Dependent .040 .019 .015d

xerostomia Dependent .206 .068 .004d

Uncertainty Coefficient Symmetric .116 .039 2.866 .001e

kombinasi obat Dependent .086 .029 2.866 .001e

xerostomia Dependent .178 .062 2.866 .001e

Nominal by Interval Eta kombinasi obat Dependent .443

xerostomia Dependent .453

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Cannot be computed because the asymptotic standard error equals zero.

d. Based on chi-square approximation

e. Likelihood ratio chi-square probability.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Phi .453 .003

Cramer's V .453 .003

Contingency Coefficient .413 .003

(57)

CROSSTABS

/TABLES=jenisobat BY xerostomia /FORMAT=AVALUE TABLES

/STATISTICS=CHISQ

/CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL /COUNT ROUND CELL.

jenis obat * xerostomia Crosstabulation

xerostomia

antiplatelet, nitrat dan ace

(58)

antagonis kalsium Expected Count 2.1 1.9 4.0

% within jenis obat 25.0% 75.0% 100.0%

% within xerostomia 2.5% 8.1% 5.2%

% of Total 1.3% 3.9% 5.2%

antiplatelet, statin dan ace

inhibitor

inhibitor dan penyekat beta

Count 1 5 6

beta dan antagonis kalsium

Count 3 5 8

beta, ace inhibitor dan

antagonis kalsium

Count 4 0 4

Expected Count 2.1 1.9 4.0

(59)

% within xerostomia 10.0% .0% 5.2%

% of Total 5.2% .0% 5.2%

antiplatelet, nitrat, statin, ace

inhibitor, penyekat beta dan

antagonis kalsium

Count 7 0 7

Expected Count 3.6 3.4 7.0

% within jenis obat 100.0% .0% 100.0%

% within xerostomia 17.5% .0% 9.1%

% of Total 9.1% .0% 9.1%

Total Count 40 37 77

Expected Count 40.0 37.0 77.0

% within jenis obat 51.9% 48.1% 100.0%

% within xerostomia 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 51.9% 48.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Pearson Chi-Square 24.687a 13 .025

Likelihood Ratio 30.274 13 .004

Linear-by-Linear Association 13.768 1 .000

N of Valid Cases 77

a. 27 cells (96.4%) have expected count less than 5. The minimum

Gambar

Tabel 1. Distribusi dan frekuensi penggunaan obat kardiovaskular terhadap        pasien PJK berdasarkan jenis kelamin dan usia
Tabel 3. Distribusi dan frekuensi penggunaan obat kardiovaskular terhadap terjadinya xerostomia pada pasien PJK berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5. Tabulasi silang antara jenis obat kardiovaskular terhadap terjadinya xerostomia pada pasien PJK
Tabel 6. Tabulasi silang antara kombinasi obat kardiovaskular terhadap terjadinya xerostomia pada pasien PJK

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan intake serat, natrium, dan antioksidan antara penderita penyakit jantung koroner dan penyakit jantung non koroner pasien

Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Rawat Inap Di RSUD Dr.Moewardi Surakarta Periode 2009 ” sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai derajat

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG PINGGUL DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI POLIKLINIK.. JANTUNG

PERBEDAAN INTAKE KARBOHIDRAT, PROTEIN, LEMAK, DAN KOLESTEROL ANTARA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DAN PENYAKIT JANTUNG NON KORONER PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD Dr MOEWARDI..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat pada pasien penyakit jantung koroner di Rumah Sakit “A” Kudus tahun 2012 berdasarkan jenis obat yang digunakan

a. bagaimana karakteristik kasus penyakit jantung koroner usia lanjut di Instalasi Rawat Inap RSUP DR. bagaimana pola pengobatan pada kasus pasien penyakit jantung koroner di

PREVALENSI PENYAKIT HIPERTENSI PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF YANG BERKUNJUNG KE RSU DR.. PIRNGADI

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan landasan ilmiah mengenai faktor risiko kardiovaskular yang berpengaruh pada kejadian penyakit jantung koroner.. Penelitian