• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Genre Abstrak Skripsi Bahasa Mandarin Mahasiswa Universitas Bina Nusantara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Genre Abstrak Skripsi Bahasa Mandarin Mahasiswa Universitas Bina Nusantara"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS GENRE ABSTRAK SKRIPSI BAHASA MANDARIN

MAHASISWA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

建国大学中文系的学生论文汉语摘要体裁分析

(jiànguó dàxué zh

ōngwén x

ì de xuésh

ēng l

ùnwén hàny

ǔ zhāiyào

t

ǐcái fēnxī)

SKRIPSI

Oleh:

BURUTI R. HAREFA

110710033

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

2

ABSTRACT

This research was about the abstract genre of Mandarin at Binus University which was aimed to describe of Creating a Research Space (CARS) of Swales and to describe the realization of experential function of Halliday in abstract genre of a university student in Mandarin department, Binus University. The method used in this research is qualitative descriptive method the data of thesis research is 10 thesis abstracts in Mandarin,which focused on grammar.

The result of the research showed that eight abstract genres in the Mandarin thesis are divided into structured and non structured pattern. They consist of five patterns of structured abstract genre, and three non-structured abstract genre. Ten patterns of structured abstract genres were donated by Relational process (43.5%) and followed by Material process (39,1%). The conclusion of the research were 50% abstract of thesis genre in the university student of the Binus University were not based on Swales’ CARS model, and the dominant of Relational process abstract of thesis genre indicated that the writer of the thesis used verbs to relate one entity to other entities, such as time, location, type, role, function and point of view.

(3)

3

ABSTRAK

Penelitian ini adalah tentang analisis genre abstrak bahasa Mandarin Universitas Bina Nusantara yang bertujuan untuk mendeskripsikan langkah dan tahap model Creating a Research Space (CARS) dari Swales dan mendeskripsikan realisasi fungsi eksperensial dari Halliday. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan memfokuskan pada data berupa 10 genre abstrak skripsi bahasa Mandarin Unversitas Bina Nusantara mengenai bahasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 pola genre abstrak skripsi bahasa Mandarin yang terdiri dari 5 pola genre abstrak terstruktur dan 3 pola genre abstrak tidak terstruktur. Pada 10 genre abstrak skripsi bahasa Mandarin ditemukan bahwa jenis proses yang mendominasi ialah proses Relasional (43.5%) dan proses Material (39.1%). Penelitian ini menyimpulkan bahwa 1) 50% genre abstrak skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina Nusantara belum memenuhi pola genre yang sesuai dengan model CARS Swales, dan2) penggunaan proses Relasional yang mendominasi genre abstrak skripsi menunjukkan bahwa penulis skripsi menggunakan verba yang dapat menghubungkan antar kata.

(4)

4

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR SINGKATAN...x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Pembatasan Masalah... 7

1.3 Rumusan masalah... 8

1.4 Tujuan Penelitian... 9

1.5 Manfaat Penelitian... 9

1.5.1 Manfaat Teoritis... 9

1.5.2 Manfaat Praktis...10

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI... 11

2.1 Konsep... 11

2.1.1 Genre... 11

2.1.2 Abstrak... 13

2.1.3 Skripsi... 15

2.1.4 Bahasa Mandarin... 16

2.2 Tinjauan Pustaka... 19

2.2.1 Hasil Penelitian yang Relevan... 20

2.3 Landasan Teori... 23

2.3.1 Teori Swales... 23

2.3.1.1 Model CARS... 24

2.3.2 Teori Halliday... 26

2.3.2.1 Transitivitas... 29

2.3.2.1.1 Proses Material..., 29

2.3.2.1.2 Proses Mental... 30

2.3.2.1.3 Proses Verbal... 30

2.3.2.1.4 Proses Behaviorial... 31

2.3.2.1.5 Proses Relasional... 32

2.3.2.1.6 Proses Eksistensial (Wujud)... 32

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN... 34

3.1 Universitas Bina Nusantara... 34

3.1.1 Program Studi Sastra China Universitas Bina Nusantara... 36

BAB IV METODE PENELITIAN... 39

4.1 Data dan Sumber Data... 40

4.2 Teknik Pengumpulan Data... 41

(5)

5

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 44

5.2 Hasil... 44

5.1.1 Langkah dan Tahap GA Skripsi... 44

5.1.2 Realisasi Fungsi Eksperensial pada GA Skripsi... 46

5.2 Pembahasan... 47

5.2.1 Pembahasan terhadap Langkah dan Tahap GA Skripsi... 47

5.2.1.1 Pola GA Skripsi... 61

5.2.2 Pembahasan terhadap Realisasi Fungsi Eksperensial pada GA Skripsi... 70

5.2.2.1 Jenis Proses pada GA Skripsi... 70

5.2.2.2 Persentasi Jumlah Proses GA Skripsi... 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 86

GLOSARIUM... 88

DAFTAR PUSTAKA... 89

(6)

6

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Model Creating a Research Space (CARS) Swales (1990)

24

5.1 Jumlah seluruh proses dalam setiap langkah

46

5.2 Persentase Proses dalam setiap langkah

46

5.3 Jenis proses data-1 L-1 T-1 70

5.4 Jenis proses data-1 L-2 T-1D 71

5.5 Jenis proses data-1 L-3 T-1B 71

5.6 Jenis proses data-3 L-1 T-1 71

5.7 Jenis proses data-3 L-2 T-1D 72

5.8 Jenis proses data-3 L-3 T-1B 72

5.9 Jenis proses data-3 L-3 T-2 73

5.10 Jenis proses data-7 L-1 T-1 73

5.11 Jenis proses data-7 L-3 T-1A 74

5.12 Jenis proses data-7 L-3 T-2 74

5.13 Jenis proses data-9 L-1 T-2 74

5.14 Jenis proses data-9 L-3 T-1A 75

5.15 Jenis proses data-10 L-1 T-1 75

5.16 Jenis proses data-10 L-2 T-1D 76

5.17 Jenis proses data-10 L-3 T-1B 76

(7)

7

5.19 Jenis proses data-2 L-1 T-1 77

5.20 Jenis proses data-6 L-2 T-1D 77

5.21 Jenis proses data-6 L-3 T-1B 77

5.22 Jenis proses data-6 L-3 T-2 78

5.23 Jenis proses data-4 L-1 T-2 78

5.24 Jenis proses data-4 L-1 T-1 79

5.25 Jenis proses data-4 L-2 T-1D 79

5.26 Jenis proses data-4 L-3 T-1B 79

5.27 Jenis proses data-4 L-3 T-2 80

5.28 Jenis proses data-8 L-1 T-2 80

5.29 Jenis proses data-8 L-1 T-1 81

5.30 Jenis proses data-8 L-2 T-1D 81

5.31 Jenis proses data-8 L-3 T-1B 82

5.32 Jenis proses data-5 L-1 T-1 82

5.33 Jenis proses data-5 L-2 T-1D 83

5.34 Jenis proses data-5 L-3 T-2 83

5.35 Jenis proses data-5 L-2² T-1D 83

5.36 Jenis proses data-5 L-3² T-1B 84

(8)
(9)

9

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Halliday (Butt et al., 1999:11) 28

4.1 Komponen analisis data model interaktif 41

5.1 Pola hasil penelitian terhadap langkah dan tahap

45

5.2 Pola Struktur Abstrak 61

5.3 Pola Struktur Abstrak 62

5.4 Pola Struktur Abstrak 63

5.5 Pola Struktur Abstrak 64

5.6 Pola Struktur Abstrak 65

5.7 Pola Struktur Abstrak 66

5.8 Pola Struktur Abstrak 66

5.9 Pola Struktur Abstrak 67

5.10 Pola Struktur Abstrak 68

(10)

2

ABSTRACT

This research was about the abstract genre of Mandarin at Binus University which was aimed to describe of Creating a Research Space (CARS) of Swales and to describe the realization of experential function of Halliday in abstract genre of a university student in Mandarin department, Binus University. The method used in this research is qualitative descriptive method the data of thesis research is 10 thesis abstracts in Mandarin,which focused on grammar.

The result of the research showed that eight abstract genres in the Mandarin thesis are divided into structured and non structured pattern. They consist of five patterns of structured abstract genre, and three non-structured abstract genre. Ten patterns of structured abstract genres were donated by Relational process (43.5%) and followed by Material process (39,1%). The conclusion of the research were 50% abstract of thesis genre in the university student of the Binus University were not based on Swales’ CARS model, and the dominant of Relational process abstract of thesis genre indicated that the writer of the thesis used verbs to relate one entity to other entities, such as time, location, type, role, function and point of view.

(11)

3

ABSTRAK

Penelitian ini adalah tentang analisis genre abstrak bahasa Mandarin Universitas Bina Nusantara yang bertujuan untuk mendeskripsikan langkah dan tahap model Creating a Research Space (CARS) dari Swales dan mendeskripsikan realisasi fungsi eksperensial dari Halliday. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan memfokuskan pada data berupa 10 genre abstrak skripsi bahasa Mandarin Unversitas Bina Nusantara mengenai bahasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 pola genre abstrak skripsi bahasa Mandarin yang terdiri dari 5 pola genre abstrak terstruktur dan 3 pola genre abstrak tidak terstruktur. Pada 10 genre abstrak skripsi bahasa Mandarin ditemukan bahwa jenis proses yang mendominasi ialah proses Relasional (43.5%) dan proses Material (39.1%). Penelitian ini menyimpulkan bahwa 1) 50% genre abstrak skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina Nusantara belum memenuhi pola genre yang sesuai dengan model CARS Swales, dan2) penggunaan proses Relasional yang mendominasi genre abstrak skripsi menunjukkan bahwa penulis skripsi menggunakan verba yang dapat menghubungkan antar kata.

(12)

10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan elemen penting untuk menjadi alat komunikasi antar

kelompok masyarakat yang telah disepakati menjadi sistem tanda bunyi sehingga

memberikan suatu ciri khas yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Mackey (1986:12) mengemukakan bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu

keadaan (language may be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang

bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu

sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem. Ilmu yang

mempelajari bahasa ini disebut linguistik. Nababan (1993:1) menyatakan bahwa

linguistik berfungsi untuk mengkaji unsur-unsur kebahasaan dan memiliki

hubungan dengan pemenuhan fungsi sosial sebagai alat komunikasi antar

masyarakat.

Bahasa dalam fungsinya terhadap kelangsungan hidup manusia adalah

sebagai alat yang sering digunakan dalam berkomunikasi. Bahasa memiliki

peranan penting baik secara verbal maupun non verbal untuk berperan pada proses

interaksi antar individu maupun masyarakat luas dalam menyampaikan informasi,

pesan, ide maupun gagasan yang digambarkan secara lisan ataupun dituangkan

dalam bentuk tulisan. Bahasa menurut fungsinya juga dapat menjadi suatu

(13)

11

penelitian fenomena lingkungan sekitar. Untuk membuat suatu karya ilmiah,

penulis maupun peneliti harus mengikuti sistem kaidah penulisan, yakni etika

keilmuan yang telah dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat pada bidang ilmu

tertentu. Kualitas suatu karya tulis ilmiah juga sangat ditentukan oleh kemampuan

seorang penulis dalam melancarkan proses pemindahan (transfer) gagasan dan

pemikiran kepada pembaca.

Suatu karya tulis memerlukan sistematika penulisan dan susunan yang

baku. Secara umum sistematika penulisan karya ilmiah mempunyai komponen

dasar, yaitu pendahuluan (Introduction), metode (Methods), hasil (Results) dan

diskusi (Discussion). Lebih spesifik, sistematika penulisan karya ilmiah dapat

berbeda sesuai dengan keperluan ataupun kebijakan yang bersangkutan. Selain

komponen dasar, karya tulis ilmiah juga mempunyai komponen bentuk atau yang

sering disebut dengan komponen format penulisan. Komponen ini terdiri dari tiga

bagian utama, yaitu (1) bagian awal, (2) bagian tengah dan (3) bagian akhir.

Komponen-komponen ini juga berlaku untuk penyusunan skripsi.

Skripsi berupa kegiatan akademik mahasiswa sarjana (S-1) pada perguruan

tinggi untuk menyelesaikan tugas akhir yang bersifat ilmiah dan telah mengkuti

beragam prosedur penelitian yang sesuai dengan bidang ilmunya. Sebelum

memasuki tahap penyusunan skripsi, mahasiswa terlebih dahulu telah dilatih

untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah dan laporan praktikum. Sebuah

skripsi belum tentu akan dibaca secara keseluruhan oleh pembaca. Biasanya,

(14)

12

Abstrak merupakan bagian pertama yang dibaca oleh pembaca (Paltridge

dan Stairfield, 2007:155; Pearce, 2005). Bila suatu abstrak mempunyai daya tarik,

maka pembaca akan menelusuri tulisan tersebut. Hal ini disebabkan karena

keseluruhan gambaran penyusunan skripsi terdapat pada abstrak. Abstrak

dianggap sebagai miniatur dalam penulisan karya tulis ilmiah. Abstrak juga

didefinisikan sebagai informasi singkat. Jadi, abstrak yang dipersiapkan dengan

baik akan memberi informasi kepada pembaca apakah karya tulis tersebut terkait

dengan kebutuhan mereka, sehingga mereka dapat mengambil keputusan apakah

mereka perlu membaca dokumen tersebut secara menyeluruh atau tidak.

Suatu abstrak yang efektif akan dapat menarik minat para pembaca sasaran

(intended audience) untuk memahami keseluruhan isi dalam suatu jurnal ilmiah

(Kotze 2007). American National Standards Institute (ANSI) mendefinisikan

abstrak sebagai:

An abstract is an abbreviated, accurate representation of the contents of a document, preferably prepared by its author(s) for publications with it.

(ANSI, 1979:1) Abstrak yang baik memenuhi syarat yang bersifat: “accurate,

nonevaluative, coherent and readable, dan concise” (APA, 2009: 26). Panjang

abstrak biasanya berkisar antara 150 hingga 250 kata. Walaupun isi dan cara

penyajian GA adalah dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yang terpenting

dalam sebuah karya tulis ilmiah adalah bukan pada isinya, melainkan cara

penyajiannya. Pernyataan ini sesuai dengan gagasan Kamler dan Thomson (2004)

(15)

13

identity work” sehingga memerlukan “writing practices with sets of conventions and textual characteristics”.

Hardjanto (dalam Zifirdaus 2005) menyatakan bahwa sebuah abstrak

berperan sangat penting dan berpendapat bahwa seringkali penulis/peneliti

bergantung pada abstrak agar tulisannya dikenal dan diakui oleh masyarakat

akademik. Hardjanto (1997) telah melakukan penelitian terhadap 50 abstrak dari

lima jurnal ilmiah internasional berbahasa Inggris dan mengkajinya dari sudut

pandang analisis genre. Ia mengacu pada pola move-step yang ditemukan oleh

Swales (1981; 1990). Swales pada mulanya menciptakan sebuah teori analisis

genre dengan sebutan moves. Karena mengalami berbagai revisi, teori tersebut

kemudian hanya memiliki 3 moves dan berubah nama menjadi model Creating of

Research Space (CARS). Hingga sekarang, teori Swales menjadi pedoman yang

lazim diikuti dalam sistematika penulisan genre abstrak (selanjutnya disebut GA).

Abstrak tetap menjadi bagian yang sangat penting untuk sepenuhnya dipersiapkan

dengan baik.

Secara teoritis, seorang penulis skripsi wajib memenuhi syarat-syarat

penulisan yang telah ditentukan dalam penyusunan abstrak. Penulis skripsi harus

memiliki pedoman penulisan GA yang sesuai sehingga karya yang dihasilkan

dapat dipublikasikan dan kemudian karyanya dapat menjadi pedoman atau

referensi bagi penulis skripsi berikutnya. GA dianggap bukanlah suatu hal yang

asing dalam dunia teks akademik, sehingga diyakini dengan sendirinya telah

(16)

14

Penulis telah melakukan pengamatan GA bahasa Mandarin terhadap

beberapa program studi Bahasa Mandarin yang ada di Indonesia.

Universitas-universitas tersebut antara lain; Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas

Brawijaya (UB), Universitas Kristen Petra (UP) dan Universitas Bina Nusantara

(BINUS). Setelah melakukan penelusuran, ditemukan bahwa beberapa GA yang

belum sesuai dengan standar penulisan abstrak menurut Swales. Sebagai

satu-satunya universitas dengan program studi Sastra China yang menyandang

akreditasi tertinggi di Indonesia, Universitas Bina Nusantara telah mempersiapkan

GA skripsi bahasa Mandarin dengan baik. Berdasarkan fenomena tersebut, maka

perlu dilakukan penelitian tentang GA skripsi.

Program Studi Sastra China Universitas Bina Nusantara menjadi salah satu

program studi yang jangka waktu didirikannya masih cukup muda. Ketika

program studi ini mulai beroperasi pada tahun 2002, program studi ini telah

meraih akreditasi C. Berkat visi misi dan dedikasi yang jelas, program studi sasra

China Universitas Bina Nusantara menjadi program studi pertama yang mendapat

akreditasi “A” (amat baik). Dengan keberhasilannya, penulis tertarik hendak

menelusuri kompetensi mahasiswa program studi Sastra China Universitas Bina

Nusantara dalam bidang akademis, tetapi yang tampak ialah masih banyak

ditemukan ketidaksesuaian sistematika penulisan GA skripsi bahasa Mandarin

pada mahasiswa Universitas Bina Nusantara. Fenomena kurangnya perhatian dari

penulis skripsi mengenai GA menjadi suatu penegasan bahwa dalam penyusunan

skripsi diperlukan pemahaman yang cukup intensif untuk mengetahui sistematika

(17)

15

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menganalisis GA dengan

menggunakan Model Creating a Research Space (CARS) yang dikembangkan

oleh Swales. Model CARS yang dikembangkan Swales terdiri dari tiga langkah

yakni L-1 (membuat medan analisis), L-2 (menetapkan permasalahan dalam

analisis) dan L-3 (Menerapkan masalah). Masing-masing langkah mempunyai

tahap. Tahapan–tahapan tersebut menunjukkan bahwa setiap pergerakan memiliki

langkah-langkah. Kemudian langkah-langkah tersebut dikemas dalam pola

sehingga memudahkan pembaca untuk melihat struktur abstrak yang diteliti.

Dalam perspektif Linguistik Fungsional Sistemik (LFS), suatu bahasa

ditentukan oleh fungsi kebahasaannya dalam menggunakan bahasa sebagai

medium. Setiap klausa memerankan tiga ‘metafungsi’ sekaligus (Halliday dan

Mattheiessen 2004:10). Setiap interaksi antara pemakai bahasa penutur

menggunakan bahasa untuk memapar, menukar, dan merangkai atau

mengorganisasikan pengalaman dalam satu klausa. Satu klausa ini yang terdiri

dari tiga unsur yakni, proses, partisipan dan sirkumstan. Dapat dinyatakan bahwa

bahasa berfungsi sebagai komunikasi yang direalisasikan pada fungsi ideasional

(logika dan eksperensial), fungsi interpersonal (sosial) dan fugsi tekstual (simbol)

(Halliday, 1994: xiii, Eggins, 1994:3 dalam Saragih, 2006: 3-4, Sinar, 2002).

Ketiga fungsi ini disebut juga sebagai makna ideasional, makna interpersonal dan

makna tekstual (Sinar 2003:20).

Makna ideasional merupakan representasi pesan dari teks. Menurut

Halliday (1994:106), makna ideasional merupakan bagian yang berperan sebagai

(18)

16

of language is a theory of experience” (Halliday 1992:30). Makna ideasional

terbagi dalam dua makna, yaitu makna eksperensial (experential meaning) dan

makna logika. Makna eksperensial mengekspresikan makna atau realitas

pengalaman, sedangkan makna logis ialah mengekspresikan makna yang bersifat

logis. Pada penyusunan skripsi ini, penulis hanya mengacu pada makna

eksperensialnya dan kemudian direalisasikan kedalam sistem yang menguraikan

pengalaman sebagai jenis proses yang terkait dengan proses, partisipan dan

sirkumstan.

1.2 Batasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya perluasan masalah yang tidak terarah, maka

permasalahan yang akan dikaji dalam skripsi ini hanya difokuskan pada data yang

sesuai dengan judul skripsi, yaitu; Analisis Genre Abstrak Skripsi Bahasa

Mandarin Mahasiswa Universitas Bina Nusantara. Penulis memfokuskan

penyusunan skripsi pada abstrak skripsi kebahasaan, karena kebahasaan diyakini

sebagai pengetahuan dasar sebelum memperkaya wawasan dalam ilmu lainnya,

seperti kesusastraan dan kebudayaan. Penulis telah melakukan pendataan skripsi

yang ditulis pada tahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014 melalui website

Berikut ini merupakan hasil data statistik skripsi mahasiswa Universitas

Bina Nusantara yang diselesaikan pada lima tahun terakhir; (1) Pada tahun 2010

terdiri dari 13 mahasiswa dengan 1 mahasiswa yang membahas tentang

kebahasaan, (2) Tahun 2011, terdiri dari 16 mahasiswa dengan 3 mahasiswa yang

(19)

17

dengan 8 mahasiswa yang membahas tentang kebahasaan. (4) Tahun 2013, terdiri

dari 38 mahasiswa dengan 10 mahasiswa yang membahas tentang kebahasaan, (5)

Tahun 2014, terdiri dari 9 mahasiswa dengan 6 mahasiswa yang membahas

tentang kebahasaan. Mahasiswa yang paling banyak menyelesaikan skripsi

tentang kebahasaan adalah pada tahun 2013. Oleh karena itu, penulis memilih

abstrak skripsi bahasa mandarin yang ditulis pada tahun 2013 sebagai objek yang

diteliti.

Untuk menemukan penyelesaian masalah yang jelas, penulis

menggunakan Model Creating a Research Space (CARS) yang dikembangkan

oleh Swales. Model CARS merupakan langkah-langkah yang disertai dengan

uraian tahap sehingga dapat menentukan apakah abstrak skripsi yang dianalisis

telah sepenuhnya dipersiapkan dengan baik. Menganalisis sebuah genre abstrak

tidak hanya dapat dilihat dari struktural saja, tetapi juga wajib dilihat dari fungsi

kebahasaannya. Penulis hanya memfokuskan pada metafungsi Halliday

berdasarkan makna eksperensial (experential meaning), untuk mendeskripsikan

makna dan realitas pengalaman, serta mengkaji penggunaan tata bahasa yang

direalisasikan melalui transitivitas, yaitu sistem yang menguraikan pengalaman

dalam 6 jenis proses yang terkait dengan proses, partisipan dan sirkumstan. Pada

penyusunan skripsi ini, penulis memberi fokus hanya pada proses, tidak pada

partisipan dan sirkumstan.

1.3 Rumusan Masalah

Oleh karena itu, beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam

(20)

18

1. Bagaimanakah langkah dan tahap model CARS yang terdapat dalam

genre abstrak skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina

Nusantara?

2. Bagaimanakah realisasi fungsi eksperensial yang terdapat dalam genre

abstrak skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina

Nusantara?

1.4 Tujuan Penelitian

Mengingat harus memiliki tujuan yang jelas, berikut ini adalah tujuan

yang hendak dicapai dalam penelitian:

1. Mendeskripsikan langkah dan tahap model CARS yang terdapat

dalam GA skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina

Nusantara.

2. Mendeskripsikan realisasi fungsi eksperensial Halliday yang terdapat

dalam GA skripsi bahasa mandarin mahasiswa Universitas Bina

Nusantara

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian terdiri atas

dua bagian, yaitu manfaat teoritis dan praktis.

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Memperdalam pengetahuan tentang kajian GA skripsi dalam bahasa

(21)

19

2. Memberikan sumbangsih untuk memperkaya khazanah teori Swales

dalam menganalisis GA skripsi bahasa Mandarin.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Menjadi rujukan dan sumber informasi yang memfokuskan pada

pengembangan penulisan GA skripsi bagi penelitian selanjutnya.

2. Untuk dijadikan bahan pengajaran materi GA skripsi bahasa Mandarin

bagi mahasiswa program studi bahasa Mandarin pada umumnya, dan

pada program studi bahasa Mandarin FIB Universitas Sumatera Utara

(22)

20

BAB II

KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Pada bagian ini akan diberi pendeskripsian beberapa hasil penelitian

terdahulu, konsep yang digunakan serta landasan teori yang menjadi unsur pokok

mendasar dalam penelitian ini.

2.1 Konsep

Pada konsep ini penulis akan menguraikan beberapa terminologi yang

berupa defenisi dan diberi penafsiran yang tepat. Kemudian akan dijelaskan

untuk menghindari kesalahpahaman dan ambiguitas. Hal ini juga diharapkan

dapat menjawab setiap permasalahan yang telah menjadi rumusan permasalahan

dalam penelitian ini.

2.1.1 Genre

Secara harafiah, genre berasal dari kata ‘jenis’ dan “kelas”. Para ahli

linguistik menyebutkan istilah ini mengacu pada gaya bahasa yang mengandung

peristiwa bahasa. Unit bahasa ini terwujud jika terjadinya interaksi antar

partisipan yang satu dengan yang lain, sesuai dengan pernyataan Bhatia (2001:65)

“genres are the media through which members of professional or academic communities communicate with each other”. Defenisi genre secara umum ialah:

A genre is a text or discourse type which is recognized as such by its user by its characteristics feauters of style or form, which will be speciafiable through stylistic and text-linguistic/discourse analysis, and/or by the particular function or texts belonging to the genre.

(23)

21

Genre merupakan produk yang dihasilkan dan bahasa sebagai mediumnya.

Menurut Swales (1990) dalam Djajasudarma (2012: 27), “suatu genre terdiri atas

satuan peristiwa-peristiwa komunikatif, yang para anggotanya bersama-sama

memiliki beberapa perangkat tujuan komunikatif”. Unit bahasa yang digunakan

pada peristiwa komunikatif ini terdiri dari struktur pemakaian tata bahasa, yang

kemudian akan menghasilkan wacana.

Adapun konsep genre itu sendiri didefinisikan oleh Martin (1985:25) “a

staged, goal oriented, purposeful activity, in which speakers engage as members of our culture. Culture seen in these terms can be defined as a set of generically interpretable activities”, tetapi dalam hal ini penulis lebih memfokuskan konsep

genre pada definisi yang berbeda. Bhatia (1993) mengemukakan, konsep genre

memusatkan perhatian pada wacana dalam komunitas akademis sebagai

keharusan, konvensi, dan karakteristik genre yang dikenali dan dimengerti oleh

anggota-anggota profesi. Begitu pula dengan Swales (1990) yang menyatakan

bahwa harus ada suatu hubungan antara tujuan yang dibawa oleh genre dengan

struktur skematis genre, teks ataupun bahasa yang digunakan.

Bhatia maupun Swales merujuk kepada metode English for Specific or

Academic Purposes (ESP/EAP). Metode ini memberikan fokus terhadap struktur internal genre. Menurut Bhatia (2002:6), analisis genre berarti menyelidiki artefak

tekstual dalam konteks dan disiplin tertentu, prosedur dan budaya dalam upaya

memahami bagaimana bagian dari suatu komunitas masyarakat wacana

membangun, memaknai, dan menggunakan genre untuk mencapai tujuan

(24)

22

Cara kerja metode ESP/EAP dalam menganilisa teks, yaitu dengan melihat

move internal (topik yang digambarkan oleh argument) dan dalam setiap move

merujuk pada pengembangan tahapan tiap-tiap topik (Kay & Dudley-Evans, 1998:

309). Swales mengembangkan model tiga moves untuk melakukan penelitian,

yakni establishing territory (move 1), establishing nieche (move 2) dan occupying

nieche (move 3). Kemudian pada masing-masing move akan didentifikasi

komponen setahap demi setahap: tahap 1 adalah claiming centrality, tahap 2

adalah making topic generalization dan tahap 3 adalah reviewing items of

previous research.

2.1.2 Abstrak

Abstrak (abstract) adalah salah satu bagian yang wajib dimiliki pada

format tulisan akademis, seperti: artikel ilmiah, jurnal, skripsi, tesis dan disertasi.

Secara umum, abstrak adalah penyajian singkat dari dokumen atau karya ilmiah.

Menurut Cleveland (1983:104), abstrak merupakan ringkasan tentang

muatan-muatan penting pada suatu rekaman pengetahuan tertentu dan merupakan suatu

pengganti dari sebuah dokumen. Abstrak adalah bagian ringkas suatu uraian

gagasan utama yang ditempatkan pada halaman awal dari suatu penulisan karya

ilmiah. Abstrak dianggap sebagai miniatur dalam penulisan karya ilmiah. Abstrak

juga didefinisikan sebagai informasi singkat karena ia menjadi “jembatan” untuk

memahami uraian yang akan disajikan terutama untuk memahami ide-ide

per-masalahannya.

Abstrak merupakan bagian pertama yang dibaca oleh pembaca (Paltridge

(25)

23

akan membaca abstrak dari sebuah karya tulis. Dari abstrak, pembaca dapat

mengetahui jalan pikiran penulis dan mengetahui gambaran umum tulisan secara

lengkap. Bila suatu abstrak mempunyai daya tarik, maka pembaca akan

menelusuri tulisan tersebut. Abstrak yang dipersiapkan dengan baik akan memberi

penilaian kepada penulis apakah mereka perlu membaca dokumen tersebut secara

menyeluruh atau tidak. Jika pada skripsi, abstrak sebagai alat untuk menolong

para penguji untuk mendapatkan gambaran awal mengenai karya tulis yang

dihasilkan.

Dalam menulis abstrak, penulis seringkali dihadapkan dengan masalah

penyeimbangan antara pemaparan singkat tapi terperinci, dan antara pemaparan

informatif tapi bersifat deskriptif. Oleh karena itu, dalam penulisan abstrak,

penulis harus menyajikan rangkuman singkat yang berupa bagian penting dalam

karya tulis ilmiah. Evans and Gruba (2002, lihat juga Hyland, 2000) menegaskan,

abstrak wajib memiliki tiga komponen utama, yaitu:

1. Mengapa penelitian dilakukan dan apa yang hendak dicapai;

2. Metode penelitian apa yang dipakai dan apa hasilnya;

3. Apa kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian.

Secara garis besar abstrak laporan penelitian wajib memiliki lima hal

penting, yaitu latar belakang, tujuan, method, hasil dan simpulan (Weisberg dan

Buker 1990). Menurut American Psychological Association (APA 2009:26),

abstrak wajib memenuhi syarat: (1) Accurate: Abstrak hendaknya dapat

merefleksikan tujuan dan isi artikel/teks yang benar. Informasi yang tidak terkait,

(26)

24

penelitian lanjut atau replikasi dari penelitian terdahulu, maka harus diuraikan

dalam abstrak. (2) Nonevaluative: Fungsi abstrak ialah melaporkan, bukan

mengevaluasi. Tidak perlu ada tambahan atau komentar terhadap isi abstrak. (3)

Coherent and readable: Bahasa yang jelas serta maknanya tegas, tidak

samar-samar. (4) Concise: Penulisan kalimat yang ringkas dan informatif.

2.1.3 Skripsi

Skripsi merupakan suatu istilah yang digunakan di Indonesia untuk

mengilustrasikan suatu karya tulis dengan memaparkan uraian pembahasan dan

pemecahan suatu permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu. Skripsi

adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu script. Script dalam arti singkat

ialah menyusun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi ialah

penulisan laporan yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari

kemampuan penelitian pada persyaratan akhir pendidikan akademisnya.

Pada proses penyusunan skripsi, seorang mahasiswa wajib menggunakan

format dan kaidah penulisan yang telah ditetapkan.dengan dibimbing oleh satu

atau dua dosen yang dikenal dengan istilah pembimbing I dan pembimbing II.

Biasanya, Pembimbing I memiliki peranan yang lebih dominan dari Pembimbing

II. Tugas pembimbing ialah membimbing mahasiswa dalam penyusunan skripsi

dan mengarahkan mahasiswa terhadap karakteristik skripsi. Karakteristik skripsi

tersebut ialah; (1) karya tulis bukan merupakan hasil jiplakan sebagian atau

keseluruhan, (2) menggunakan bahasa Indonesia yang baku, baik dan benar

menurut ejaan yang disempurnakan (EYD), dan (3) merupakan hasil penelitian

(27)

25

fenomena, teori, atau hasil-hasil penelitian yang relevan, atau yang pernah

dilaksanakan sebelumnya.

Setiap perguruan tinggi mempunyai proses penyusunan skripsi yang

berbeda-beda. Namun, secara garis besar proses penyusunan skripsi dimulai

dengan pengajuan judul skripsi, pengajuan proposal skripsi

skripsi

revisi wajib melakukan proses revisi yang sesuai dengan kritik dan saran dari

dosen penguji.

2.1.4 Bahasa Mandarin

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah “Mandarin”

memiliki dua arti, yakni; (1) nama pejabat kekaisaran Tiongkok jaman dahulu,

dan (2) nama yg diberikan pada bahasa utama di sekitar Beijing, negeri Tiongkok,

yang merupakan bahasa standar bagi negeri itu. Dalam bahasa Indonesia, kata

"Mandarin" merupakan kata serapan dari

Mandarin. Namun sebenarnya, istilah "Mandarin" ini merupakan kata serapan

dari

karakteristik, begitu pula dengan bahasa Mandarin. Karakteristik bahasa Mandarin

ialah sebagai berikut:

1. Perubahan morfologis (perubahan bentuk). Perubahan yang terjadi

pada bentuk kata tersebut disebabkan oleh tata bahasa. Tetapi

perubahan bentuk ini tidak dimiliki oleh setiap jenis kata dan tidak

dapat digunakan pada semua situasi. Kata “们” menyatakan jamak,

(28)

26

adalah siswa) merupakan kalimat yang menyatakan jamak dengan

benar. 他 们 是 学 生 ‘ 们 ’(mereka adalah siswa-siswa) merupakan

kalimat yang salah dalam menyatakan jamak, sebab 他 们(mereka)

telah merupakan kata yang menyatakan jamak.

2. Kata kerja dalam bahasa Mandarin tidak berubah sesuai dengan orang,

sifat, jumlah dan waktu.

3. Suatu benda atau suatu gerakan mempunyai kata bantu bilangan

tertentu dan penggunaannya tidak boleh sembarangan. Contoh: 一

‘件’衣服 (satu buah baju), 一‘辆’车 (satu buah mobil), 一‘支’

铅笔 (satu buah pensil).

4. Terdapat dua buah kalimat tertentu menggunakan kata yang sama

tetapi mempunyai arti yang berbeda. Contoh: 我们‘都不是’学生

(kami semua adalah bukan pelajar) mempunyai arti yang berbeda

dengan 我们‘不都是’学生 (kami tidak semua adalah pelajar).

Menurut kamus Bahasa Mandarin Modern (2005) Tata bahasa ialah corak

berstruktur yang meliputi organisasi pembentukan dan perubahan kata menjadi

kalimat pendek atau kalimat umum. Adapun esensi tata bahasa Mandarin berikut

(29)

27

Tata bahasa merupakan kaidah pembentukan kalimat dengan kata. Tanpa adanya tata bahasa, tak akan muncul sebuah bahasa. Misalnya tiga kata berikut; 我们,学习,汉语. Bila hanya mengatakan salah satu

kata diantaranya, maka tidak hanya mengungkapkan satu makna tunggal. Jika tiga kata berikut disusun secara sembarangan menjadi 汉

语学习我们atau 学习我们汉语, meskipun bukan lagi merupakan kata

tunggal, tetap saja tidak dapat mengungkapkan suatu makna, karena tidak disusun berdasarkan kaidah tata bahasa Mandarin. Jika disusun menurut kaidah tata bahasa Mandarin, maka akan menjadi 我们学习汉

语 .

《汉语语法概要2005年》

Tata bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk merangkai suatu

kalimat, sehingga makna yang diungkapkan dapat dipahami oleh pendengar

maupun pembaca. Begitu pula dengan bahasa Mandarin, mempunyai struktur kata

tersendiri. Tata bahasa Mandarin juga memiliki aturan penggunaan yang baku,

tetap dan pasti. Secara sederhana pola kalimat tata bahasa Mandarin memiliki

kesamaan dengan pola kalimat tata bahasa Indonesia, yaitu 主语subjek + 谓语

predikat + 宾语objek. Untuk menganalisis tata bahasa, keseluruhan bagian dari

tata bahasa terlebih dahulu harus dipahami. Bagian dari tata bahasa Mandarin dari

satuan terkecil ialah morfem, kata, gabungan kata dan kalimat.

Morfem merupakan satuan terkecil yang mempunyai pelafalan dan arti

yang berfungsi untuk membentuk kata. Berdasarkan kemampuan pembentukan

kalimat, morfem terdiri dari dua jenis, yaitu morfem bebas dan morfem terikat.

Morfem bebas merupakan morfem yang dapat berfungsi menjadi kata, yakni 人,

月, 山, sedangkan morfem terikat merupakan morfem yang wajib melakukan

penggabungan kata lain agar berfungsi menjadi kata, contohnya 身体,飞机 dan 美

(30)

28

Kata merupakan satuan bahasa yang mempunyai arti dan dapat berdiri

sendiri. Kata juga merupakan dasar pembentukan kalimat. Menurut arti dari tata

bahasanya, kata dalam bahasa Mandarin dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

kata konkrit/实 词 (kata yang mempunyai arti yang konkrit dan dapat berdiri

sendiri) dan kata abstrak/虚 词 (tidak mempunyai arti konkrit dan tidak dapat

berdiri sendiri). Kata konkrit terdiri dari kata kerja, kata benda, kata kerja

keinginan, kata sifat, kata bilangan, kata bantu bilangan, dan kata ganti.

Sedangkan kata abstrak terdiri dari adverb, preposisi, kata sambung, kata bantu,

kata imbuhan, kata seru, dan onomatope (tiruan bunyi).

Kalimat merupakan satuan bahasa yang mengungkapkan suatu konsep

pikiran dan perasaan yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi

final secara aktual ataupun potensial yang terdiri atas klausa. Struktur kalimat

dalam bahasa Mandarin cukup rumit, tetapi jika kita telah menguasai poin-poin

penting maka struktur kalimat tidak akan terlalu rumit.

2.2 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah bagian yang paling penting dan mendasar pada

karya tulis ilmiah. Pada umumnya tinjauan pustaka mengandung teori-teori yang

mendukung penelitian. Menulis tinjauan pustaka berarti melakukan peninjauan

ulang terhadap uraian sistematik dan unsur-unsur hasil penelitian sebelumnya

dengan menuangkan teori, konsep juga pendekatan yang berrkaitan dengan tema

dari karya tulis ilmiah yang diteliti. Unsur-unsur tersebut dapat berupa wacana,

buku bacaan, laporan hasil penelitian, makalah dan jurnal. Teori dan fakta yang

(31)

29 2.2.1 Hasil Penelitian yang Relevan

Jiaqian telah menyelesaikan disertasi yang berjudul 产品广告的功能语体

分析 (Analisis Genre Fungsional Produk Iklan, 2013) yang memakai landasan

Linguistik Fungsional Sistemik Halliday, kemudian dikombinasikan dengan teori

langkah-tahap Swales (1990) dan Bhatia (1993) dalam menganalisis tiap genre.

Data berupa 80 produk iklan yang diambil dari majalah koran seperti Time,

Fortune dan Newsweek.yang memakai landasan Linguistik Fungsional Sistemik

Halliday, kemudian dikombinasikan dengan teori langkah-tahap Swales (1990)

dan Bhatia (1993) dalam menganalisis tiap genre. Data berupa 80 produk iklan

yang diambil dari majalah koran seperti Time, Fortune dan Newsweek. Temuan

menunjukkan bahwa sebagian besar iklan produk dapat dibagi menjadi empat

langkah. Langkah pertama untuk menarik perhatian pembaca dan memaparkan

daya tarik untuk menarik perhatian pembaca. Langkah kedua digunakan untuk

memberikan informasi dan menunjukkan keunggulan produk. Langkah ketiga,

mencoba untuk membujuk pembaca dalam mengambil tindakan untuk membeli

produk. Langkah-langkah ini disertai dengan menggunakan teori transitivitas.

Jiaqian memberikan kontribusi terhadap penulis dalam pentingnya kombinasi

penggunaan teori Swales dan teori Halliday dalam menganalisis genre, sehingga

proses yang dianalisis dapat menunjukkan realitas dan objektivitas dari produk.

Yazim telah menyelesaikan tesis yang berjudul Analisis Genre Abstrak

dalam Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia (2006). Tesis ini bertujuan

untuk mendeskripsikan abstrak terstruktur, unsur wajib, manasuka, persentasi

(32)

30

dalam abstrak. Yazim menguraikan dan mendeskripsikan konsep, landasan teori,

dan proses pemecahan masalah begitu jelas dan terperinci sehingga memberikan

pedoman dan kontribusi terhadap penyusunan skripsi penulis. Yang menjadi

perbedaan penyusunan skripsi penulis ialah ketidaksamaan elemen konsep, serta

objek penelitian yang tidak sama. Yazim memilih abstrak jurnal, sedangkan

penulis memilih abstrak skripsi sebagai objek penelitian.

Penelitian ini memfokuskan permasalahan yang sama dengan penulis,

yaitu genre abstrak. Hal ini menjadi acuan terhadap penulis sebagai contoh dan

pedoman dalam mengikuti sistem pada proses uraian pembahasan dan

langkah-langkah penyelesaian masalah. Yang menjadi data pada penelitian ini adalah

klausa. Yazim menggunakan teori Swales untuk menganalisis sistematika

penulisan genre abstrak dan teori Halliday untuk menganalisis tipe proses.

Sehingga hal ini memberi kontribusi kepada penulis untuk menganalisis genre

abstrak dengan memperhatikan langkah-langkah sistematika penulisan yang

sesuai dengan model Creating a Research Space (CARS) dan mengidentifikasi

tiap-tiap klausa untuk mendapatkan penggunaan transitivitas tipe proses yang

terkandung pada teks.

Tesis Bayanthi yang berjudul Retorika dan Sistem Transitivitas dalam

Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat Barack Obama (2011). Ia

menguraikan bagaimana ia menganalisis data yang berupa teks pidato pelantikan

presiden Barack Obama dengan bertujuan mengetahui tipe proses transitivitas,

hubungan sistem transitivitas dengan konteks situasi, dan hubungan sistem

(33)

31

Sistemik (LFS). Hal ini memberikan pemahaman kepada penulis terhadap

pengetahuan terkait tipe proses transitivitas mengidentifikasi setiap klausa yang

telah terangkai pada teks, sehingga pemahaman cara kerja dalam mengidentifikasi

klausa pada setiap tipe proses genre abstrak yang diteliti penulis, lebih akurat dan

tepat mengenai sasaran.

Yan, menulis sebuah artikel penelitian berjudul 英汉社科论文引言语篇

体 裁 对 比 (Analisis Kontrastif Genre Pendahuluan Tesis Artikel Ilmu Sosial

Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin) (2010). Yan menggunakan model analisis

genre Swales untuk menganalisis 30 tesis dalam bahasa Inggris dan bahasa

Mandarin. Teknik utama yang digunakan oleh Yan ialah medel analisis langkah,

dan melakukan analisis dengan menggunakan model CARS. Penelitian dalam

jurnal ini memberikan kontribusi kepada penulis terhadap pentingnya GA menjadi

bahan materi dalam penyusunan tesis sehingga tujuan komunikatif yang

dipaparkan dalam GA lebih jelas, penggunaan bahasa pada genre lebih terstruktur,

serta dapat menyelesaikan tesis yang berkualitas.

Yugianingrum menulis artikel penelitian berjudul Pembangunan Daya

Saing Akademik Mahasiswa dalam Era Global dengan Peningkatan Kemampuan Menulis Abstrak Berbahasa Inggris (2012) yang memfokuskan penelitian

terhadap; (1) Cara menulis abstrak yang baik, (2) perbedaan antara abstrak dan

pendahuluan/latar belakang masalah, (3) penggunaan bahasa Inggris dalam

abstrak secara benar, (4) menilai sebuah artikel penelitian dari abstraknya, serta (5)

pemilihan kata kunci yang tepat. Yuganingrum memberikan kontribusi terhadap

(34)

32

internasional untuk membangun daya saing akademik para mahasiswa.

Yuganingrum juga memaparkan bagaimana pengenalan abstrak, pengertian,

fungsi, syarat-syarat penulisan dan peran abstrak yang sangat terperinci untuk

menjadi panduan para mahasiswa.

2.3 Landasan Teori

Landasan teori merupakan pijakan penulis untuk memulai sebuah

penelitian. Teori dipergunakan sebagai landasan berpikir untuk memberi

pemahaman, memaparkan uraian dan menilai suatu objek juga data yang

dikumpulkan, sekaligus sebagai rambu-rambu yang menuntun dan yang

memberikan arahan dalam penelitian.

2.3.1 Teori Swales

John Swales adalah seorang ahli bahasa terbaik berkebangsaan Inggris

yang lahir tahun 1983 dan dikenal melalui karyanya tentang analisis genre,

khususnya yang berkaitan dengan aplikasi untuk bidang retorika, analisis wacana

dan bahasa Inggris untuk keperluan akademik. Swales (1988; 1990) awalnya

menemukan sebuah struktur retorik umum kemudian mengemukakan teori

analisis pergerakan moves dalam keempat tindakan secara berurut. Tindakan

tersebut antara lain: menetapkan bidang (M1), meringkas penelitian terdahulu

(M2), pendahuluan langkah yang dilakukan, dan menyampaikan tujuan penelitian

yang dilakukan (M4). Kemudian keempat tindakan dalam teori Swales mengalami

perubahan sehingga hanya menerapkan tiga langkah dan dikenal sebagai model

(35)

33 2.3.1.1 Model CARS dari Swales

Berikut ini merupakan alat yang digunakan dalam menganalisis langkah

genre abstrak skripsi bahasa Mandarin Universitas Bina Nusantara:

Langkah Satu Membuat medan analisis

Tahap 1 Menyatakan pusat analisis dan/atau

Tahap 2 Membuat generalisasi topik dan/atau

Tahap 3 Mengulang beberapa hal dari penelitian

sebelumnya

Langkah Dua Menetapkan permasalahan dalam analisis

Tahap 1A Membuat pernyataan atau

Tahap 1B Membuat indikasi adanya perbedaan atau gap

Tahap 1C Memunculkan pertanyaan atau

Tahap 1D Meneruskan kebiasaan

Langkah Tiga Menerapkan masalah

Tahap 1A Membuat garis besar tujuan atau

Tahap 1B Menyebutkan penelitian terbaru

Tahap 2 Menyebutkan temuan penting

Tabel 2.1 Model Creating a Research Space (CARS) Swales (1990)

Dalam Langkah 1; membuat medan analisis, penulis menetapkan wilayah

studinya dengan memberi pengenalan kepada pembaca. Langkah ini dibagi

menjadi tiga tahap khusus: menyatakan pusat analisis dan/atau, membuat

(36)

34

pusat analisis. “Pernyataan bahwa penelitian yang hendak dilaporkan tersebut

adalah bagian dari satu wilayah atau bidang penelitian yang mapan, signifikan dan

berkembang terus” (Swales 1990:144). Bagian ini biasanya berupa sebuah

pernyataan dalam satu kalimat pembukaan sebagai penghubung antara topik

penelitian yang hendak dilakukan dan informasi penelitian yang lebih luas.

Tahap 2: Membuat generalisasi topik “Menyatakan dalam istilah-istilah

umum tentang situasi pengetahuan saat ini—yang meliputi teori, teknik atau

syarat-syarat untuk perkembangan selanjutnya” (Swales 1990:146). Ini

merupakan langkah alternatif, atau tahap untu menambahkan pernyataan pada

tahap 1 dengan lebih netral. Tahap ini dapat berupa: pernyataan mengenai

peneletian yang merupakan ide pokok atau pernyataan mengenai fenomena.

Tahap 3: Tinjauan penelitian sebelumnya. Di sini, peneliti menguraikan tinjauan

penelitian sebelumnya yang relevan. Dalam langkah ini, peneliti melibatkan

berbagai acuan atau referensi.

Dalam Langkah 2, menetapkan permasalahan dalam analisis, peneliti

menetapkan dan menyatakan topik permasalahan dengan mengacu pada suatu

informasi yang belum tuntas. Langkah ini dibagi atas empat tahap alternatif:

membuat pernyataan atau membuat indikasi adanya perbedaan atau gap,

memunculkan pertanyaan atau meneruskan kebiasaan. Tahap biasanya ditandai

dengan pilihan kata yang menyatakan tahap tersebut atau disertai dengan kalimat

penghubung.

Dalam Langkah 3, menerapkan masalah, peneliti beralih dari penetapan

(37)

35

dilaporkan. Tahapan pertama ini terdiri atas dua, yakni; Tahap 1A: membuat

garis besar tujuan atau Tahap 1B: Menyebutkan penelitian terbaru. Dari kedua

tahap ini, tahap yang wajib ditulis adalah Tahap 1A. Kemudian dilanjutkan

dengan Tahap 2: Menyebutkan temuan penting. Hal ini memberikan penjelasan

kepada pembaca bahwa seorang peneliti telah penelitian yang sebelumnya

mempunyai perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti.

2.3.2 Teori Halliday

Abstrak termasuk dalam kategori discourse, yang berarti wacana. Dalam

menganalisis wacana, dapat diapliasikan dengan menggunakan teori ‘Linguistik

Fungsional Sistemik’ dari Halliday. Pada teori ini, LFS menempatkan klausa

sebagai fokus utama dalam menganalisis bahasa. Berdasarkan sudut pandang

linguistik, LFS menyatakan bahwa keberadaaan bahasa merupakan bagian dari

hubungan sistem arti dan sistem lain seperti halnya sistem bentuk pada

penyampaian ekspresi suatu arti tertentu. Manusia terhadap pengalaman dalam

kehidupan sehari-hari merealisasikan pengalaman non linguistiknya ke bentuk

lingual sehingga menjadi pengalaman linguistik. Perwujudan pengalaman non

linguistik menjadi pengalaman linguistik ini meliputi tiga unsur, yaitu proses,

partisipan dan sirkumstan (Halliday dan Matthiessen 2004:592-3).

Keberadaan bahasa berupa sistem yang memiliki keterkaitan dengan

sistem lain sebagai bentuk dan ekspresi untuk meyatakan aksi tersebut (Halliday,

1994:17) sehingga terjadinya proses rangkaian pengalaman non linguistik menjadi

linguistik. Hal ini yang disebut dengan ‘Metafungsi’. Penggunaan Metafungsi

(38)

36

2004:29-30) terdiri dari tiga unsur, yaitu: (1) Klausa menjadi komponen yang

menguraikan pengalaman, kejadian, peristiwa yang dirasakan dan diasosiasikan

(clause as representation); (2) Klausa pada teks berfungsi melakukan interaksi

sosial seperti memberitahu, menanyakan ataupun menawarkan (clause as

exchange); (3) Kemudian klausa berperan sebagai rangkaian urutan makna dalam

penyampaian pesan secara koheren sehingga pesan dapat dengan mudah

tersampaikan (clause as message).

Egins (1994) mengemukakan intisari prinsip dasar linguistik sistemik

fungsional di atas sebagai berikut:

… common to all systemic linguists is an interest in how people use language with each other in accomplishing everyday social claims about language: that language use is functional; that its function is to make meanings; that these meanings are influenced by the social and cultural context in which they are exchanged and that the process of using language is a semiotic process, a process of making meanings by choosing

(Eggins 1994, p.2).

Jadi, bahasa berfungsi untuk mengungkapkan suatu makna yang

dipengaruhi oleh konteks situasi dan konteks budaya. Proses dalam penggunaan

bahasa disebut semiotika proses, dimana proses tersebut mempunyai pilihan untuk

(39)

37

Gambar 2.1 Halliday (Butt et al., 1999:11)

Pada hakikatnya, kajian bahasa berupa kajian trilogi yang saling berkaitan,

yaitu teks, konteks situasi dan konteks budaya. Halliday berpendapat bahwa teks

selalu dilingkupi oleh konteks situasi dan konteks budaya. Konteks budaya adalah

wujud dari ekspresi lingual yang mempunyai keterkaitan dengan komponen

lainnya dimana pengalaman, ide maupun gagasan manusia ditransfer melalui

bahasa sebagai alat untuk menganalisis teks dan wacana. Apabila seseorang di

dalam kesadarannya mempunyai refleksi yang ia terima dari lingkungannya

ataupun fenomena-fenomena alam lainnya dan kemudian refleksi ini

direpresentasikan ke dalam bentuk, maka bentuk ini disebut dengan “fungsi

eksperensial (experential)” (Halliday 1978 dalam Sinar 2003:31). ideologi

konteks budaya

konteks situasi

(40)

38 2.3.2.1 Transitivitas

Transitivitas adalah sistem gramatikal struktur klausa yang menguraikan

pengalaman ke dalam jenis-jenis proses yang dapat dikatakan sebagai siapa

melakukan sesuatu ke siapa, kapan, dimana dan mengapa atau bagaimana

fungsinya (Halliday 1985:101). Transitivitas mengacu pada komponen semantik

maupun experential meaning karena memaparkan makna fungsi eksperensial

(pengalaman linguistik). Jadi, konsep yang ada pada elemen-elemen semantik

seperti partisipan dan jenis proses ini yang menjadi alat untuk menganalisis dan

kemudian direpresentasikan pada klausa. Pada klausa inilah terciptanya struktur

transitivitas yang meliputi tiga konstituen, yaitu: proses, partisipan dan sirkumstan.

Proses merupakan keutamaan dari transitivitas karena menunjuk pada kegiatan

yang terjadi dalam klausa. Ada enam jenis proses yang terdapat pada konsep

transitivitas dalam linguistik sistemik fungsional, yakni material, mental, verbal,

behaviorial, relasional dan eksistensial (Eggins, 1996:220-226 dan Martin,

1997:100-130).

2.3.2.1.1 Proses Material

Proses Material ialah proses yang menggambarkan tindak nyata partisipan

dalam melakukan sesuatu (process of doing) atau terjadinya sesuatu (happening).

Contoh:

在图书馆 我 借 汉语词典。

zài túshū guǎn wǒ jiè hànyǔ cídiǎn

Di perpustakaan saya meminjam kamus bahasa mandarin [sirkumstan] [aktor] [proses [gol]

material]

(41)

39

Pada umumnya proses material memiliki dua partisipan yang terdiri dari

aktor (actor) dan gol (goal). Aktor ialah seseorang, benda atau subjek yang

melakukan atau bertindak sesuatu, sedangkan gol ialah seseorang, benda atau

objek yang menerima atau dikenai proses yang dituju.

2.3.2.1.2 Proses Mental

Proses mental ialah proses berpikir (kognitif), mengindra (perseptif) dan

merasa (afektif). Proses mental adalah proses yang menunjukan kegiatan yang

berkaitan dengan indra secara fungsional (perseptif) misalnya melihat, mendengar,

merasa, juga hubungannya dengan mental perasaan (afektif) seperti mencintai,

membenci, menyukai maupun perasaan tidak suka.

Contoh:

王老师得故事 让 我们 感动

wáng lǎoshī dé gùshì ràng wǒmen gǎndòng cerita guru Wang membiarkan kami terharu

[fenomena] [senser] [proses mental]

Cerita guru Wang membuat kami terharu.

Partisipan pada proses mental ada dua, yaitu pengindra (senser) dan

fenomena (phenomenon). Pengindra ialah orang, benda atau subjek yang berpikir,

mengindra atau merasakan, sedangkan objek yang dipikir, diindrai atau dirasakan

disebut fenomena. Tapi dalam konteks tertentu, pengindra boleh saja tidak tertulis.

2.3.2.1.3 Proses Verbal

Proses verbal adalah proses yang berkaitan dengan kata verbal (saying)

seperti berkata, bertanya, menceritakan. Proses ini adalah proses yang melakukan

(42)

40

Contoh:

莉莉 告诉 我 王老师 来 了

lìlì gàosù wǒ wang lǎoshī lái le Lili memberitahu saya guru Wang datang sudah [pembicara] [proses [penerima] [perkataan]

verbal]

Lili memberitahu saya bahwa guru Wang sudah datang.

Proses verbal terdiri atas tiga partisipan, yakni pembicara (sayer),

perkataan (verbiage) dan penerima (receiver). Pembicara menjadi penanggung

jawab pada proses verbal, perkataan berupa pernyataan nominal dan penerima

menjadi partisipan yang menerima proses verbal yang dituju.

2.3.2.1.4 Proses Behaviorial

Proses behaviorial adalah proses yang mengacu pada bentuk tingkah laku

pelibat teks. Proses ini menunjukkan kehadiran partisipan dan sirkumstan.

Contoh:

睡觉前, 我 总是 刷牙

shuìjiào qián, wǒ zǒng shì shuāyá sebelum tidur, saya selalu menyikat gigi [fenomena] [pelibat teks] [proses behaviorial]

Sebelum tidur, saya selalu menyikat gigi.

Sebagian besar pada proses behavioral ini menghadirkan dua partisipan.

Partisipan pertama disebut dengan pelibat teks (behaver), partisipan kedua disebut

(43)

41 2.3.2.1.5 Proses Relasional

Proses relasional adalah proses yang partisipannya memiliki hubungan

yang satu dengan yang lain. Proses ini memberikan atribut, nilai, pujian atau

penghargaan yang ditujukan pada partisipan pertama.

Contoh:

刘峰教授 是 在大学最好的人

liú fēng jiàoshòu shì zài dàxuézuì hǎo de rén

Liu Feng profesor adalah di kampus yang paling baik orang. [pembawa] [proses [atribut]

relasional]

Profesor Liu Feng adalah orang yang paling baik di kampus.

Partisipan pada proses ini terdiri dari si pembawa (carrier) dan atribut

(attribute). Partisipan pembawa diidentifikasi berdasar unsur token dan value.

Token berupa sesuatu yang diberi nilai, value berupa nilai dari sesuatu tersebut.

Partisipan atribut biasanya diwujudkan dalam bentuk frasa benda, keadaan, sifat

atau keberadaan.

2.3.2.1.6 Proses Eksistensial (Wujud)

Proses Eksistensial adalah proses yang menunjukkan adanya sesuatu

(eksistensi).

Contoh:

在图书馆 有 很多 汉语词典

Zài túshū guǎn yǒu hěnduō hànyǔ cídiǎn

Di perpustakaan ada sangat kamus bahasa Mandarin [sirkumstan [proses banyak [proses wujud]

lokasi] eksistensial]

(44)

42

Menurut konsep semantik, proses ini terjadi antara proses material dan

proses relasional. Partisipan yang terdapat pada proses eksistensial dapat disebut

(45)

43

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

3.1 Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara awalnya merupakan lembaga pelatihan

komputer jangka pendek yang didirikan pada tanggal 21 oktober 1974 dengan

nama Modern Computer Course. Selang tujuh tahun kemudian, lembaga pelatihan

ini pada tanggal 1 Juli 1981 mengalami perkembangan dan berubah nama menjadi

Akademi Teknik Komputer (ATK) dengan jurusan Manajemen Informatika dan

Teknologi Informasi. Pada tahun 1984, ATK mendapat status Terdaftar. Akademi

ini kemudian berubah nama menjadi Akademi Manajemen Informatika dan Ilmu

Komputer (AMIK) Jakarta. Pada tanggal 21 september 1985, AMIK Jakarta

berganti nama menjadi AMIK Bina Nusantara. Pada tanggal 17 Maret 1986,

AMIK Bina Nusantara terpilih sebagai Akademik Terbaik oleh Depikbud melalui

Kopertis Wilayah III.

Meningkatnya sumber daya manusia dan kebutuhan masyarakat akan

pekerja yang handal dalam bidang teknologi informasi memberi motivasi terhadap

Bina Nusantara untuk membangun Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan

Komputer (STMIK). Pada tanggal 1 juli 1986, STMIK Bina Nusantara didirikan

dengan program Strata-1 (S1) jurusan Manajemen Informatika dan Teknik

Informatika. Bersamaan dengan itu juga dibuka jurusan Teknik Komputer (S1).

(46)

44

Bina Nusantara sehingga terbentuk sebuah lembaga yang menyelenggarakan

Program Diploma III (DIII) dan Strata-1 (S1) dan kemudian meraih status

"Disamakan" untuk semua jurusan. Pada tanggal 18 Maret 1992, dan pada tanggal

10 Mei 1993, STMIK Bina Nusantara membuka Program Magister Manajemen

Sistem Informasi, yang merupakan salah satu program Pascasarjana pertama di

Indonesia di bidang manajemen sistem informasi.

Pada tanggal 8 Agustus 1996, Universitas Bina Nusantara berdiri dan

secara sah diakui oleh pemerintah. Pada tanggal 20 desember 1998 STMIK Bina

Nusantara melebur ke dalam Universitas Bina Nusantara. Selang beberapa tahun

kemudian, universitas ini memiliki beberapa fakultas, yakni; Fakultas Ilmu

Komputer, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Sastra, Fakultas MIPA,

dan Program Pascasarjana.

Saat ini Universitas Bina Nusantara memiliki tiga jenis program kuliah,

yaitu program reguler, internasional dan secara daring. Universitas Bina

Nusantara terdiri dari 3 fakultas dan 4 sekolah pada perkuliahan sarjana, 3 sekolah

pada perkuliahan pascasarjana, 1 program tingkat doktor, 11 program kuliah

internasional untuk sarjana dari universitas luar negeri rekanan universitas Bina

Nusantara, dan 4 program kuliah daring gelar sarjana (belajar jarak jauh melalui

internet).

Universitas ini mempunyai visi menciptakan para alumni yang dapat

diterima di pasar global dan lingkungan melalui pembelajaran dan penelitian

terapan, yaitu penelitian yang berupa tingkat tertinggi dalam pengajaran

(47)

45

masyarakat global dengan menyediakan pendidikan kelas dunia melalui; (1)

Pengakuan dan penghargaan yang paling kreatif dan nilai tambah bakat, (2)

Menyediakan kurikulum kelas dunia, pembelajaran dan wawasan penelitian yang

menumbuhkan keunggulan dalam mencapai beasiswa, inovasi dan kewirausahaan,

(3) Menciptakan pemimpin yang menonjol bagi masyarakat global, (4)

Melakukan layanan profesional dengan penekanan pada penerapan pengetahuan

kepada masyarakat, dan (5) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia

dan masyarakat internasional. Berkat landasan yang kuat, visi misi yang jelas, dan

dedikasi tinggi yang berkesinambungan, universitas ini telah menjadi kampus

ter-akreditasi nasional dan internasional, demi mencapai visi untuk menjadi world

class university.

3.1.1 Program Studi Sastra China Universitas Bina Nusantara

Program studi Sastra China Universitas Bina Nusantara didirikan pada

tahun 2002 dengan menggunakan bahasa pengantar yaitu bahasa Mandarin dan

mengikuti standar internasional, yaitu menyertakan bahan-bahan terbitan dari

Beijing Language and Culture University (BLCU). Program studi ini mulai

beroperasi di Indonesia dengan akreditasi C. Setelah 3 tahun pertama beroperasi,

program studi ini mengajukan pembaharuan akreditasi kepada Badan Akreditasi

Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan mendapatkan akreditasi B. Pada tahun

2015, program studi Sastra China Universitas Bina Nusantara telah

memperbaharui akreditasi dan menjadi satu-satunya program studi Sastra China

(48)

46

Hingga kini program studi Sastra Cina Unversitas Bina Nusantara telah

menjalin kerjasama dengan (1) Guangxi Teachers Education – Nanning, Guangxi;

(2) Guangxi Normal University – Guilin, Guangxi; (3) Hainan Normal University

– Haikou, Hainan; (4) Nanjing University of Information Science and Technology,

Nanjing, Jiangsu; (5) Yunnan University – Kunming, Yunnan; (6) Xiamen

University, Siming, Xiamen. Jangka waktu berdirinya program studi ini tergolong

masih sangat muda, tetapi telah meraih banyak prestasi gemilang di bidang

akademis mapun non-akademis. Keterampilan bahasa para mahasiswa terus diberi

pembekalan dari tingkat dasar sampai mahir. Mahasiswa juga diberi diperkaya

dengan pemahaman mengenai kebudayaan, literatur dan sejarah Tiongkok, dan

juga pengaplikasian bahasa melalui bisnis dan karir, diantaranya perdagangan dan

pengoperasian komputer dengan bahasa Mandarin.

Berikut ini merupakan tujuan umum dan tujuan khusus program studi

Sastra China:

1. Tujuan Umum: program studi Sastra China merupakan sebuah

program studi yang mempersiapkan lulusan yang kompeten di

berbagai bidang pekerjaan. Untuk mencapai hal tersebut, program

studi Sastra China menyediakan 4 peminatan, antara lain: pengajaran,

bisnis, penyiaran, dan budaya. Ketrampilan bahasa mahasiswa akan

menjadi lebih specific melalui peminatan yang sudah dipilihnya,

memperluas pengetahuan dan mengarahkan mereka untuk dapat

mengunakan kemampuan bahasa mereka dibidang yang mereka

(49)

47

2. Tujuan Khusus: Lulusan dari program studi Sastra China diharapkan

memiliki kemampuan; (1) Berbicara bahasa Mandarin dengan lancar,

dengan HSK level 6.sebagai standar minimal, (2) Menguasai 2000 -

3000 karakter huruf Mandarin dan mengetahui lebih dari 10.000

kosakata Mandarin, (3) Memiliki pengetahuan akan kebudayaan,

sejarah, geografi, kesusastraan, dan ekonomi di Tiongkok, (4) Mampu

menerjemahkan teks Mandarin baik lisan maupun tertulis, (5)

Memiliki kemampuan surat menyurat dalam Mandarin. (6) Mampu

mengoperasikan komputer dalam bahasa Inggris maupun Mandarin,

dan (7) Menguasai Mandarin dalam bidang pengajaran, bisnis,

(50)

48

BAB IV

METODE PENELITIAN

Furchan (2007) menyatakan bahwa metode penelitian merupakan strategi

umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan untuk

menjawab persoalan yang dihadapi. Artinya, metode penelitian adalah salah satu

prosedur yang wajib dilakukan oleh peneliti agar dapat melaksanakan penelitian

dan mencapai tujuan secara menyeluruh. Dengan kata lain, penelitian pada

dasarnya adalah sistem penerapan pendekatan ilmiah untuk mengkaji suatu

masalah yang fenomenal dan aktual.

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini ialah

metode penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Sudjana

dan Ibrahim (2009: 64) berpendapat bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian

yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi. Artinya dapat

diungkapkan bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang

digunakan dan dikembangkan melalui ilmu-ilmu sosial (Soejono dan

Abdurrahman 2005: 19). metode pada dasarnya memfokuskan masalah faktual

yang ada pada saat melakukan penelitian. Pengumpulan, penyusunan, analisis dan

interpretasi data tergantung pada teknik penelitian yang digunakan, oleh karena

itu teknik-teknik pengumpulan dan analisis data wajib diuraikan secara detail dan

(51)

49 4.1 Data dan Sumber Data

Yang menjadi data pada penyusunan skripsi penulis ialah merupakan

klausa pada sepuluh abstrak skripsi bahasa Mandarin (sumber data primer) dan

bahasa Indonesia (sumber data sekunder) yang membahas tentang kebahasaan.

Kemudian, sepuluh abstrak skripsi diperoleh dari websit

da

Berikut ini merupakan judul skripsi mahasiswa Universitas Bina

Nusantara yang ditulis pada tahun 2013:

No. JUDUL SKRIPSI NAMA PENULIS

1.

EFEKTIFITAS MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA MANDARIN PADA PEMELAJAR TINGKAT DASAR

Erawati;

Dorothy Nikita Winata

思维导图对初级学习者学习汉语词汇的有效性

2. KESALAHAN PENGGUNAAN KATA BANTU

BILANGAN BAHASA MANDARIN PADA MAHASISWA TINGKAT III SASTRA CHINA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Selvi Suviana;

Cindy Karlina

浅析建国大学中文系四年级学生的汉语表达能力

3. ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA TINGKAT

3 SASTRA CHINA BINUS UNIVERSITY DALAM MENGGUNAKAN "HUI" DAN "NENG

Desriany;

Yosephine

"建国大学中文系三年级学生汉语能愿动词“会”与

“能”的偏误分析

4. EKSPERIMEN MEDIA AUDIO VISUAL SEBAGAI

CARA UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA MANDARIN

Erina;

Fenny Widjaja

建国大学中文系三年级学生汉语量词的错误使用

5. ANALISA KESULITAN PEMAHAMAN TEKS

MANDARIN MAHASISWA TINGKAT II SASTRA CHINA BINUS UNIVERSITY

Selvya Winata;

Yunita Gunawan 建国大学中文系二年级学生汉语阅读理解分析

6. ANALISA KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA

MANDARIN MAHASISWA SEMESTER DELAPAN SASTRA CHINA BINUS UNIVERSITY

Gambar

Gambar 2.1 Halliday (Butt et al., 1999:11)
Gambar 4.1 Komponen analisis data model interaktif
Tabel 5.1 Jumlah seluruh Proses dalam setiap langkah
Gambar 5.2 Pola Struktur Abstrak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui biaya kemoterapi dan biaya medik langsung rata-rata antara pasien kanker paru yang diberikan kemoterapi gemcitabine

[r]

Cambridge IGCSE (9–1) Literature in English 0992 syllabus for 2019. 6 What else you need

Any public offering of securities to be made in the United States will be made by means of an offering circular that may be obtained from the Company and will contain

dengan ini menyatakan bahwa saya bersedia dididik dan dibina di Sekolah Tinggi Teologi Aletheia Lawang untuk. dipersiapkan menjadi

Pada Agustus 2017, sebanyak 329 ribu orang (21,37 persen) bekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 35 jam per minggu, sedangkan penduduk bekerja dengan jumlah jam kerja 35 jam

Namun tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Swastyastu dkk (2014) yang menyatakan bahwa current ratio tidak berpengaruh positif signifikan

Dengan disampaikannya Surat Penawaran ini, maka kami menyatakan sanggup dan akan tunduk pada semua ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan..