1
ANALISIS GENRE ABSTRAK SKRIPSI BAHASA MANDARIN
MAHASISWA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
建国大学中文系的学生论文汉语摘要体裁分析
(jiànguó dàxué zh
ōngwén x
ì de xuésh
ēng l
ùnwén hàny
ǔ zhāiyào
t
ǐcái fēnxī)
SKRIPSI
Oleh:
BURUTI R. HAREFA
110710033
PROGRAM STUDI SASTRA CINA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2
ABSTRACT
This research was about the abstract genre of Mandarin at Binus University which was aimed to describe of Creating a Research Space (CARS) of Swales and to describe the realization of experential function of Halliday in abstract genre of a university student in Mandarin department, Binus University. The method used in this research is qualitative descriptive method the data of thesis research is 10 thesis abstracts in Mandarin,which focused on grammar.
The result of the research showed that eight abstract genres in the Mandarin thesis are divided into structured and non structured pattern. They consist of five patterns of structured abstract genre, and three non-structured abstract genre. Ten patterns of structured abstract genres were donated by Relational process (43.5%) and followed by Material process (39,1%). The conclusion of the research were 50% abstract of thesis genre in the university student of the Binus University were not based on Swales’ CARS model, and the dominant of Relational process abstract of thesis genre indicated that the writer of the thesis used verbs to relate one entity to other entities, such as time, location, type, role, function and point of view.
3
ABSTRAK
Penelitian ini adalah tentang analisis genre abstrak bahasa Mandarin Universitas Bina Nusantara yang bertujuan untuk mendeskripsikan langkah dan tahap model Creating a Research Space (CARS) dari Swales dan mendeskripsikan realisasi fungsi eksperensial dari Halliday. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan memfokuskan pada data berupa 10 genre abstrak skripsi bahasa Mandarin Unversitas Bina Nusantara mengenai bahasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 pola genre abstrak skripsi bahasa Mandarin yang terdiri dari 5 pola genre abstrak terstruktur dan 3 pola genre abstrak tidak terstruktur. Pada 10 genre abstrak skripsi bahasa Mandarin ditemukan bahwa jenis proses yang mendominasi ialah proses Relasional (43.5%) dan proses Material (39.1%). Penelitian ini menyimpulkan bahwa 1) 50% genre abstrak skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina Nusantara belum memenuhi pola genre yang sesuai dengan model CARS Swales, dan2) penggunaan proses Relasional yang mendominasi genre abstrak skripsi menunjukkan bahwa penulis skripsi menggunakan verba yang dapat menghubungkan antar kata.
4
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR SINGKATAN...x
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Pembatasan Masalah... 7
1.3 Rumusan masalah... 8
1.4 Tujuan Penelitian... 9
1.5 Manfaat Penelitian... 9
1.5.1 Manfaat Teoritis... 9
1.5.2 Manfaat Praktis...10
BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI... 11
2.1 Konsep... 11
2.1.1 Genre... 11
2.1.2 Abstrak... 13
2.1.3 Skripsi... 15
2.1.4 Bahasa Mandarin... 16
2.2 Tinjauan Pustaka... 19
2.2.1 Hasil Penelitian yang Relevan... 20
2.3 Landasan Teori... 23
2.3.1 Teori Swales... 23
2.3.1.1 Model CARS... 24
2.3.2 Teori Halliday... 26
2.3.2.1 Transitivitas... 29
2.3.2.1.1 Proses Material..., 29
2.3.2.1.2 Proses Mental... 30
2.3.2.1.3 Proses Verbal... 30
2.3.2.1.4 Proses Behaviorial... 31
2.3.2.1.5 Proses Relasional... 32
2.3.2.1.6 Proses Eksistensial (Wujud)... 32
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN... 34
3.1 Universitas Bina Nusantara... 34
3.1.1 Program Studi Sastra China Universitas Bina Nusantara... 36
BAB IV METODE PENELITIAN... 39
4.1 Data dan Sumber Data... 40
4.2 Teknik Pengumpulan Data... 41
5
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 44
5.2 Hasil... 44
5.1.1 Langkah dan Tahap GA Skripsi... 44
5.1.2 Realisasi Fungsi Eksperensial pada GA Skripsi... 46
5.2 Pembahasan... 47
5.2.1 Pembahasan terhadap Langkah dan Tahap GA Skripsi... 47
5.2.1.1 Pola GA Skripsi... 61
5.2.2 Pembahasan terhadap Realisasi Fungsi Eksperensial pada GA Skripsi... 70
5.2.2.1 Jenis Proses pada GA Skripsi... 70
5.2.2.2 Persentasi Jumlah Proses GA Skripsi... 84
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 86
GLOSARIUM... 88
DAFTAR PUSTAKA... 89
6
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1 Model Creating a Research Space (CARS) Swales (1990)
24
5.1 Jumlah seluruh proses dalam setiap langkah
46
5.2 Persentase Proses dalam setiap langkah
46
5.3 Jenis proses data-1 L-1 T-1 70
5.4 Jenis proses data-1 L-2 T-1D 71
5.5 Jenis proses data-1 L-3 T-1B 71
5.6 Jenis proses data-3 L-1 T-1 71
5.7 Jenis proses data-3 L-2 T-1D 72
5.8 Jenis proses data-3 L-3 T-1B 72
5.9 Jenis proses data-3 L-3 T-2 73
5.10 Jenis proses data-7 L-1 T-1 73
5.11 Jenis proses data-7 L-3 T-1A 74
5.12 Jenis proses data-7 L-3 T-2 74
5.13 Jenis proses data-9 L-1 T-2 74
5.14 Jenis proses data-9 L-3 T-1A 75
5.15 Jenis proses data-10 L-1 T-1 75
5.16 Jenis proses data-10 L-2 T-1D 76
5.17 Jenis proses data-10 L-3 T-1B 76
7
5.19 Jenis proses data-2 L-1 T-1 77
5.20 Jenis proses data-6 L-2 T-1D 77
5.21 Jenis proses data-6 L-3 T-1B 77
5.22 Jenis proses data-6 L-3 T-2 78
5.23 Jenis proses data-4 L-1 T-2 78
5.24 Jenis proses data-4 L-1 T-1 79
5.25 Jenis proses data-4 L-2 T-1D 79
5.26 Jenis proses data-4 L-3 T-1B 79
5.27 Jenis proses data-4 L-3 T-2 80
5.28 Jenis proses data-8 L-1 T-2 80
5.29 Jenis proses data-8 L-1 T-1 81
5.30 Jenis proses data-8 L-2 T-1D 81
5.31 Jenis proses data-8 L-3 T-1B 82
5.32 Jenis proses data-5 L-1 T-1 82
5.33 Jenis proses data-5 L-2 T-1D 83
5.34 Jenis proses data-5 L-3 T-2 83
5.35 Jenis proses data-5 L-2² T-1D 83
5.36 Jenis proses data-5 L-3² T-1B 84
9
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Halliday (Butt et al., 1999:11) 28
4.1 Komponen analisis data model interaktif 41
5.1 Pola hasil penelitian terhadap langkah dan tahap
45
5.2 Pola Struktur Abstrak 61
5.3 Pola Struktur Abstrak 62
5.4 Pola Struktur Abstrak 63
5.5 Pola Struktur Abstrak 64
5.6 Pola Struktur Abstrak 65
5.7 Pola Struktur Abstrak 66
5.8 Pola Struktur Abstrak 66
5.9 Pola Struktur Abstrak 67
5.10 Pola Struktur Abstrak 68
2
ABSTRACT
This research was about the abstract genre of Mandarin at Binus University which was aimed to describe of Creating a Research Space (CARS) of Swales and to describe the realization of experential function of Halliday in abstract genre of a university student in Mandarin department, Binus University. The method used in this research is qualitative descriptive method the data of thesis research is 10 thesis abstracts in Mandarin,which focused on grammar.
The result of the research showed that eight abstract genres in the Mandarin thesis are divided into structured and non structured pattern. They consist of five patterns of structured abstract genre, and three non-structured abstract genre. Ten patterns of structured abstract genres were donated by Relational process (43.5%) and followed by Material process (39,1%). The conclusion of the research were 50% abstract of thesis genre in the university student of the Binus University were not based on Swales’ CARS model, and the dominant of Relational process abstract of thesis genre indicated that the writer of the thesis used verbs to relate one entity to other entities, such as time, location, type, role, function and point of view.
3
ABSTRAK
Penelitian ini adalah tentang analisis genre abstrak bahasa Mandarin Universitas Bina Nusantara yang bertujuan untuk mendeskripsikan langkah dan tahap model Creating a Research Space (CARS) dari Swales dan mendeskripsikan realisasi fungsi eksperensial dari Halliday. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan memfokuskan pada data berupa 10 genre abstrak skripsi bahasa Mandarin Unversitas Bina Nusantara mengenai bahasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 pola genre abstrak skripsi bahasa Mandarin yang terdiri dari 5 pola genre abstrak terstruktur dan 3 pola genre abstrak tidak terstruktur. Pada 10 genre abstrak skripsi bahasa Mandarin ditemukan bahwa jenis proses yang mendominasi ialah proses Relasional (43.5%) dan proses Material (39.1%). Penelitian ini menyimpulkan bahwa 1) 50% genre abstrak skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina Nusantara belum memenuhi pola genre yang sesuai dengan model CARS Swales, dan2) penggunaan proses Relasional yang mendominasi genre abstrak skripsi menunjukkan bahwa penulis skripsi menggunakan verba yang dapat menghubungkan antar kata.
10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan elemen penting untuk menjadi alat komunikasi antar
kelompok masyarakat yang telah disepakati menjadi sistem tanda bunyi sehingga
memberikan suatu ciri khas yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Mackey (1986:12) mengemukakan bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu
keadaan (language may be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang
bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu
sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem. Ilmu yang
mempelajari bahasa ini disebut linguistik. Nababan (1993:1) menyatakan bahwa
linguistik berfungsi untuk mengkaji unsur-unsur kebahasaan dan memiliki
hubungan dengan pemenuhan fungsi sosial sebagai alat komunikasi antar
masyarakat.
Bahasa dalam fungsinya terhadap kelangsungan hidup manusia adalah
sebagai alat yang sering digunakan dalam berkomunikasi. Bahasa memiliki
peranan penting baik secara verbal maupun non verbal untuk berperan pada proses
interaksi antar individu maupun masyarakat luas dalam menyampaikan informasi,
pesan, ide maupun gagasan yang digambarkan secara lisan ataupun dituangkan
dalam bentuk tulisan. Bahasa menurut fungsinya juga dapat menjadi suatu
11
penelitian fenomena lingkungan sekitar. Untuk membuat suatu karya ilmiah,
penulis maupun peneliti harus mengikuti sistem kaidah penulisan, yakni etika
keilmuan yang telah dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat pada bidang ilmu
tertentu. Kualitas suatu karya tulis ilmiah juga sangat ditentukan oleh kemampuan
seorang penulis dalam melancarkan proses pemindahan (transfer) gagasan dan
pemikiran kepada pembaca.
Suatu karya tulis memerlukan sistematika penulisan dan susunan yang
baku. Secara umum sistematika penulisan karya ilmiah mempunyai komponen
dasar, yaitu pendahuluan (Introduction), metode (Methods), hasil (Results) dan
diskusi (Discussion). Lebih spesifik, sistematika penulisan karya ilmiah dapat
berbeda sesuai dengan keperluan ataupun kebijakan yang bersangkutan. Selain
komponen dasar, karya tulis ilmiah juga mempunyai komponen bentuk atau yang
sering disebut dengan komponen format penulisan. Komponen ini terdiri dari tiga
bagian utama, yaitu (1) bagian awal, (2) bagian tengah dan (3) bagian akhir.
Komponen-komponen ini juga berlaku untuk penyusunan skripsi.
Skripsi berupa kegiatan akademik mahasiswa sarjana (S-1) pada perguruan
tinggi untuk menyelesaikan tugas akhir yang bersifat ilmiah dan telah mengkuti
beragam prosedur penelitian yang sesuai dengan bidang ilmunya. Sebelum
memasuki tahap penyusunan skripsi, mahasiswa terlebih dahulu telah dilatih
untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah dan laporan praktikum. Sebuah
skripsi belum tentu akan dibaca secara keseluruhan oleh pembaca. Biasanya,
12
Abstrak merupakan bagian pertama yang dibaca oleh pembaca (Paltridge
dan Stairfield, 2007:155; Pearce, 2005). Bila suatu abstrak mempunyai daya tarik,
maka pembaca akan menelusuri tulisan tersebut. Hal ini disebabkan karena
keseluruhan gambaran penyusunan skripsi terdapat pada abstrak. Abstrak
dianggap sebagai miniatur dalam penulisan karya tulis ilmiah. Abstrak juga
didefinisikan sebagai informasi singkat. Jadi, abstrak yang dipersiapkan dengan
baik akan memberi informasi kepada pembaca apakah karya tulis tersebut terkait
dengan kebutuhan mereka, sehingga mereka dapat mengambil keputusan apakah
mereka perlu membaca dokumen tersebut secara menyeluruh atau tidak.
Suatu abstrak yang efektif akan dapat menarik minat para pembaca sasaran
(intended audience) untuk memahami keseluruhan isi dalam suatu jurnal ilmiah
(Kotze 2007). American National Standards Institute (ANSI) mendefinisikan
abstrak sebagai:
An abstract is an abbreviated, accurate representation of the contents of a document, preferably prepared by its author(s) for publications with it.
(ANSI, 1979:1) Abstrak yang baik memenuhi syarat yang bersifat: “accurate,
nonevaluative, coherent and readable, dan concise” (APA, 2009: 26). Panjang
abstrak biasanya berkisar antara 150 hingga 250 kata. Walaupun isi dan cara
penyajian GA adalah dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yang terpenting
dalam sebuah karya tulis ilmiah adalah bukan pada isinya, melainkan cara
penyajiannya. Pernyataan ini sesuai dengan gagasan Kamler dan Thomson (2004)
13
identity work” sehingga memerlukan “writing practices with sets of conventions and textual characteristics”.
Hardjanto (dalam Zifirdaus 2005) menyatakan bahwa sebuah abstrak
berperan sangat penting dan berpendapat bahwa seringkali penulis/peneliti
bergantung pada abstrak agar tulisannya dikenal dan diakui oleh masyarakat
akademik. Hardjanto (1997) telah melakukan penelitian terhadap 50 abstrak dari
lima jurnal ilmiah internasional berbahasa Inggris dan mengkajinya dari sudut
pandang analisis genre. Ia mengacu pada pola move-step yang ditemukan oleh
Swales (1981; 1990). Swales pada mulanya menciptakan sebuah teori analisis
genre dengan sebutan moves. Karena mengalami berbagai revisi, teori tersebut
kemudian hanya memiliki 3 moves dan berubah nama menjadi model Creating of
Research Space (CARS). Hingga sekarang, teori Swales menjadi pedoman yang
lazim diikuti dalam sistematika penulisan genre abstrak (selanjutnya disebut GA).
Abstrak tetap menjadi bagian yang sangat penting untuk sepenuhnya dipersiapkan
dengan baik.
Secara teoritis, seorang penulis skripsi wajib memenuhi syarat-syarat
penulisan yang telah ditentukan dalam penyusunan abstrak. Penulis skripsi harus
memiliki pedoman penulisan GA yang sesuai sehingga karya yang dihasilkan
dapat dipublikasikan dan kemudian karyanya dapat menjadi pedoman atau
referensi bagi penulis skripsi berikutnya. GA dianggap bukanlah suatu hal yang
asing dalam dunia teks akademik, sehingga diyakini dengan sendirinya telah
14
Penulis telah melakukan pengamatan GA bahasa Mandarin terhadap
beberapa program studi Bahasa Mandarin yang ada di Indonesia.
Universitas-universitas tersebut antara lain; Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas
Brawijaya (UB), Universitas Kristen Petra (UP) dan Universitas Bina Nusantara
(BINUS). Setelah melakukan penelusuran, ditemukan bahwa beberapa GA yang
belum sesuai dengan standar penulisan abstrak menurut Swales. Sebagai
satu-satunya universitas dengan program studi Sastra China yang menyandang
akreditasi tertinggi di Indonesia, Universitas Bina Nusantara telah mempersiapkan
GA skripsi bahasa Mandarin dengan baik. Berdasarkan fenomena tersebut, maka
perlu dilakukan penelitian tentang GA skripsi.
Program Studi Sastra China Universitas Bina Nusantara menjadi salah satu
program studi yang jangka waktu didirikannya masih cukup muda. Ketika
program studi ini mulai beroperasi pada tahun 2002, program studi ini telah
meraih akreditasi C. Berkat visi misi dan dedikasi yang jelas, program studi sasra
China Universitas Bina Nusantara menjadi program studi pertama yang mendapat
akreditasi “A” (amat baik). Dengan keberhasilannya, penulis tertarik hendak
menelusuri kompetensi mahasiswa program studi Sastra China Universitas Bina
Nusantara dalam bidang akademis, tetapi yang tampak ialah masih banyak
ditemukan ketidaksesuaian sistematika penulisan GA skripsi bahasa Mandarin
pada mahasiswa Universitas Bina Nusantara. Fenomena kurangnya perhatian dari
penulis skripsi mengenai GA menjadi suatu penegasan bahwa dalam penyusunan
skripsi diperlukan pemahaman yang cukup intensif untuk mengetahui sistematika
15
Pada penyusunan skripsi ini, penulis menganalisis GA dengan
menggunakan Model Creating a Research Space (CARS) yang dikembangkan
oleh Swales. Model CARS yang dikembangkan Swales terdiri dari tiga langkah
yakni L-1 (membuat medan analisis), L-2 (menetapkan permasalahan dalam
analisis) dan L-3 (Menerapkan masalah). Masing-masing langkah mempunyai
tahap. Tahapan–tahapan tersebut menunjukkan bahwa setiap pergerakan memiliki
langkah-langkah. Kemudian langkah-langkah tersebut dikemas dalam pola
sehingga memudahkan pembaca untuk melihat struktur abstrak yang diteliti.
Dalam perspektif Linguistik Fungsional Sistemik (LFS), suatu bahasa
ditentukan oleh fungsi kebahasaannya dalam menggunakan bahasa sebagai
medium. Setiap klausa memerankan tiga ‘metafungsi’ sekaligus (Halliday dan
Mattheiessen 2004:10). Setiap interaksi antara pemakai bahasa penutur
menggunakan bahasa untuk memapar, menukar, dan merangkai atau
mengorganisasikan pengalaman dalam satu klausa. Satu klausa ini yang terdiri
dari tiga unsur yakni, proses, partisipan dan sirkumstan. Dapat dinyatakan bahwa
bahasa berfungsi sebagai komunikasi yang direalisasikan pada fungsi ideasional
(logika dan eksperensial), fungsi interpersonal (sosial) dan fugsi tekstual (simbol)
(Halliday, 1994: xiii, Eggins, 1994:3 dalam Saragih, 2006: 3-4, Sinar, 2002).
Ketiga fungsi ini disebut juga sebagai makna ideasional, makna interpersonal dan
makna tekstual (Sinar 2003:20).
Makna ideasional merupakan representasi pesan dari teks. Menurut
Halliday (1994:106), makna ideasional merupakan bagian yang berperan sebagai
16
of language is a theory of experience” (Halliday 1992:30). Makna ideasional
terbagi dalam dua makna, yaitu makna eksperensial (experential meaning) dan
makna logika. Makna eksperensial mengekspresikan makna atau realitas
pengalaman, sedangkan makna logis ialah mengekspresikan makna yang bersifat
logis. Pada penyusunan skripsi ini, penulis hanya mengacu pada makna
eksperensialnya dan kemudian direalisasikan kedalam sistem yang menguraikan
pengalaman sebagai jenis proses yang terkait dengan proses, partisipan dan
sirkumstan.
1.2 Batasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya perluasan masalah yang tidak terarah, maka
permasalahan yang akan dikaji dalam skripsi ini hanya difokuskan pada data yang
sesuai dengan judul skripsi, yaitu; Analisis Genre Abstrak Skripsi Bahasa
Mandarin Mahasiswa Universitas Bina Nusantara. Penulis memfokuskan
penyusunan skripsi pada abstrak skripsi kebahasaan, karena kebahasaan diyakini
sebagai pengetahuan dasar sebelum memperkaya wawasan dalam ilmu lainnya,
seperti kesusastraan dan kebudayaan. Penulis telah melakukan pendataan skripsi
yang ditulis pada tahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014 melalui website
Berikut ini merupakan hasil data statistik skripsi mahasiswa Universitas
Bina Nusantara yang diselesaikan pada lima tahun terakhir; (1) Pada tahun 2010
terdiri dari 13 mahasiswa dengan 1 mahasiswa yang membahas tentang
kebahasaan, (2) Tahun 2011, terdiri dari 16 mahasiswa dengan 3 mahasiswa yang
17
dengan 8 mahasiswa yang membahas tentang kebahasaan. (4) Tahun 2013, terdiri
dari 38 mahasiswa dengan 10 mahasiswa yang membahas tentang kebahasaan, (5)
Tahun 2014, terdiri dari 9 mahasiswa dengan 6 mahasiswa yang membahas
tentang kebahasaan. Mahasiswa yang paling banyak menyelesaikan skripsi
tentang kebahasaan adalah pada tahun 2013. Oleh karena itu, penulis memilih
abstrak skripsi bahasa mandarin yang ditulis pada tahun 2013 sebagai objek yang
diteliti.
Untuk menemukan penyelesaian masalah yang jelas, penulis
menggunakan Model Creating a Research Space (CARS) yang dikembangkan
oleh Swales. Model CARS merupakan langkah-langkah yang disertai dengan
uraian tahap sehingga dapat menentukan apakah abstrak skripsi yang dianalisis
telah sepenuhnya dipersiapkan dengan baik. Menganalisis sebuah genre abstrak
tidak hanya dapat dilihat dari struktural saja, tetapi juga wajib dilihat dari fungsi
kebahasaannya. Penulis hanya memfokuskan pada metafungsi Halliday
berdasarkan makna eksperensial (experential meaning), untuk mendeskripsikan
makna dan realitas pengalaman, serta mengkaji penggunaan tata bahasa yang
direalisasikan melalui transitivitas, yaitu sistem yang menguraikan pengalaman
dalam 6 jenis proses yang terkait dengan proses, partisipan dan sirkumstan. Pada
penyusunan skripsi ini, penulis memberi fokus hanya pada proses, tidak pada
partisipan dan sirkumstan.
1.3 Rumusan Masalah
Oleh karena itu, beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam
18
1. Bagaimanakah langkah dan tahap model CARS yang terdapat dalam
genre abstrak skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina
Nusantara?
2. Bagaimanakah realisasi fungsi eksperensial yang terdapat dalam genre
abstrak skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina
Nusantara?
1.4 Tujuan Penelitian
Mengingat harus memiliki tujuan yang jelas, berikut ini adalah tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian:
1. Mendeskripsikan langkah dan tahap model CARS yang terdapat
dalam GA skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina
Nusantara.
2. Mendeskripsikan realisasi fungsi eksperensial Halliday yang terdapat
dalam GA skripsi bahasa mandarin mahasiswa Universitas Bina
Nusantara
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian terdiri atas
dua bagian, yaitu manfaat teoritis dan praktis.
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Memperdalam pengetahuan tentang kajian GA skripsi dalam bahasa
19
2. Memberikan sumbangsih untuk memperkaya khazanah teori Swales
dalam menganalisis GA skripsi bahasa Mandarin.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Menjadi rujukan dan sumber informasi yang memfokuskan pada
pengembangan penulisan GA skripsi bagi penelitian selanjutnya.
2. Untuk dijadikan bahan pengajaran materi GA skripsi bahasa Mandarin
bagi mahasiswa program studi bahasa Mandarin pada umumnya, dan
pada program studi bahasa Mandarin FIB Universitas Sumatera Utara
20
BAB II
KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
Pada bagian ini akan diberi pendeskripsian beberapa hasil penelitian
terdahulu, konsep yang digunakan serta landasan teori yang menjadi unsur pokok
mendasar dalam penelitian ini.
2.1 Konsep
Pada konsep ini penulis akan menguraikan beberapa terminologi yang
berupa defenisi dan diberi penafsiran yang tepat. Kemudian akan dijelaskan
untuk menghindari kesalahpahaman dan ambiguitas. Hal ini juga diharapkan
dapat menjawab setiap permasalahan yang telah menjadi rumusan permasalahan
dalam penelitian ini.
2.1.1 Genre
Secara harafiah, genre berasal dari kata ‘jenis’ dan “kelas”. Para ahli
linguistik menyebutkan istilah ini mengacu pada gaya bahasa yang mengandung
peristiwa bahasa. Unit bahasa ini terwujud jika terjadinya interaksi antar
partisipan yang satu dengan yang lain, sesuai dengan pernyataan Bhatia (2001:65)
“genres are the media through which members of professional or academic communities communicate with each other”. Defenisi genre secara umum ialah:
A genre is a text or discourse type which is recognized as such by its user by its characteristics feauters of style or form, which will be speciafiable through stylistic and text-linguistic/discourse analysis, and/or by the particular function or texts belonging to the genre.
21
Genre merupakan produk yang dihasilkan dan bahasa sebagai mediumnya.
Menurut Swales (1990) dalam Djajasudarma (2012: 27), “suatu genre terdiri atas
satuan peristiwa-peristiwa komunikatif, yang para anggotanya bersama-sama
memiliki beberapa perangkat tujuan komunikatif”. Unit bahasa yang digunakan
pada peristiwa komunikatif ini terdiri dari struktur pemakaian tata bahasa, yang
kemudian akan menghasilkan wacana.
Adapun konsep genre itu sendiri didefinisikan oleh Martin (1985:25) “a
staged, goal oriented, purposeful activity, in which speakers engage as members of our culture. Culture seen in these terms can be defined as a set of generically interpretable activities”, tetapi dalam hal ini penulis lebih memfokuskan konsep
genre pada definisi yang berbeda. Bhatia (1993) mengemukakan, konsep genre
memusatkan perhatian pada wacana dalam komunitas akademis sebagai
keharusan, konvensi, dan karakteristik genre yang dikenali dan dimengerti oleh
anggota-anggota profesi. Begitu pula dengan Swales (1990) yang menyatakan
bahwa harus ada suatu hubungan antara tujuan yang dibawa oleh genre dengan
struktur skematis genre, teks ataupun bahasa yang digunakan.
Bhatia maupun Swales merujuk kepada metode English for Specific or
Academic Purposes (ESP/EAP). Metode ini memberikan fokus terhadap struktur internal genre. Menurut Bhatia (2002:6), analisis genre berarti menyelidiki artefak
tekstual dalam konteks dan disiplin tertentu, prosedur dan budaya dalam upaya
memahami bagaimana bagian dari suatu komunitas masyarakat wacana
membangun, memaknai, dan menggunakan genre untuk mencapai tujuan
22
Cara kerja metode ESP/EAP dalam menganilisa teks, yaitu dengan melihat
move internal (topik yang digambarkan oleh argument) dan dalam setiap move
merujuk pada pengembangan tahapan tiap-tiap topik (Kay & Dudley-Evans, 1998:
309). Swales mengembangkan model tiga moves untuk melakukan penelitian,
yakni establishing territory (move 1), establishing nieche (move 2) dan occupying
nieche (move 3). Kemudian pada masing-masing move akan didentifikasi
komponen setahap demi setahap: tahap 1 adalah claiming centrality, tahap 2
adalah making topic generalization dan tahap 3 adalah reviewing items of
previous research.
2.1.2 Abstrak
Abstrak (abstract) adalah salah satu bagian yang wajib dimiliki pada
format tulisan akademis, seperti: artikel ilmiah, jurnal, skripsi, tesis dan disertasi.
Secara umum, abstrak adalah penyajian singkat dari dokumen atau karya ilmiah.
Menurut Cleveland (1983:104), abstrak merupakan ringkasan tentang
muatan-muatan penting pada suatu rekaman pengetahuan tertentu dan merupakan suatu
pengganti dari sebuah dokumen. Abstrak adalah bagian ringkas suatu uraian
gagasan utama yang ditempatkan pada halaman awal dari suatu penulisan karya
ilmiah. Abstrak dianggap sebagai miniatur dalam penulisan karya ilmiah. Abstrak
juga didefinisikan sebagai informasi singkat karena ia menjadi “jembatan” untuk
memahami uraian yang akan disajikan terutama untuk memahami ide-ide
per-masalahannya.
Abstrak merupakan bagian pertama yang dibaca oleh pembaca (Paltridge
23
akan membaca abstrak dari sebuah karya tulis. Dari abstrak, pembaca dapat
mengetahui jalan pikiran penulis dan mengetahui gambaran umum tulisan secara
lengkap. Bila suatu abstrak mempunyai daya tarik, maka pembaca akan
menelusuri tulisan tersebut. Abstrak yang dipersiapkan dengan baik akan memberi
penilaian kepada penulis apakah mereka perlu membaca dokumen tersebut secara
menyeluruh atau tidak. Jika pada skripsi, abstrak sebagai alat untuk menolong
para penguji untuk mendapatkan gambaran awal mengenai karya tulis yang
dihasilkan.
Dalam menulis abstrak, penulis seringkali dihadapkan dengan masalah
penyeimbangan antara pemaparan singkat tapi terperinci, dan antara pemaparan
informatif tapi bersifat deskriptif. Oleh karena itu, dalam penulisan abstrak,
penulis harus menyajikan rangkuman singkat yang berupa bagian penting dalam
karya tulis ilmiah. Evans and Gruba (2002, lihat juga Hyland, 2000) menegaskan,
abstrak wajib memiliki tiga komponen utama, yaitu:
1. Mengapa penelitian dilakukan dan apa yang hendak dicapai;
2. Metode penelitian apa yang dipakai dan apa hasilnya;
3. Apa kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian.
Secara garis besar abstrak laporan penelitian wajib memiliki lima hal
penting, yaitu latar belakang, tujuan, method, hasil dan simpulan (Weisberg dan
Buker 1990). Menurut American Psychological Association (APA 2009:26),
abstrak wajib memenuhi syarat: (1) Accurate: Abstrak hendaknya dapat
merefleksikan tujuan dan isi artikel/teks yang benar. Informasi yang tidak terkait,
24
penelitian lanjut atau replikasi dari penelitian terdahulu, maka harus diuraikan
dalam abstrak. (2) Nonevaluative: Fungsi abstrak ialah melaporkan, bukan
mengevaluasi. Tidak perlu ada tambahan atau komentar terhadap isi abstrak. (3)
Coherent and readable: Bahasa yang jelas serta maknanya tegas, tidak
samar-samar. (4) Concise: Penulisan kalimat yang ringkas dan informatif.
2.1.3 Skripsi
Skripsi merupakan suatu istilah yang digunakan di Indonesia untuk
mengilustrasikan suatu karya tulis dengan memaparkan uraian pembahasan dan
pemecahan suatu permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu. Skripsi
adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu script. Script dalam arti singkat
ialah menyusun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi ialah
penulisan laporan yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari
kemampuan penelitian pada persyaratan akhir pendidikan akademisnya.
Pada proses penyusunan skripsi, seorang mahasiswa wajib menggunakan
format dan kaidah penulisan yang telah ditetapkan.dengan dibimbing oleh satu
atau dua dosen yang dikenal dengan istilah pembimbing I dan pembimbing II.
Biasanya, Pembimbing I memiliki peranan yang lebih dominan dari Pembimbing
II. Tugas pembimbing ialah membimbing mahasiswa dalam penyusunan skripsi
dan mengarahkan mahasiswa terhadap karakteristik skripsi. Karakteristik skripsi
tersebut ialah; (1) karya tulis bukan merupakan hasil jiplakan sebagian atau
keseluruhan, (2) menggunakan bahasa Indonesia yang baku, baik dan benar
menurut ejaan yang disempurnakan (EYD), dan (3) merupakan hasil penelitian
25
fenomena, teori, atau hasil-hasil penelitian yang relevan, atau yang pernah
dilaksanakan sebelumnya.
Setiap perguruan tinggi mempunyai proses penyusunan skripsi yang
berbeda-beda. Namun, secara garis besar proses penyusunan skripsi dimulai
dengan pengajuan judul skripsi, pengajuan proposal skripsi
skripsi
revisi wajib melakukan proses revisi yang sesuai dengan kritik dan saran dari
dosen penguji.
2.1.4 Bahasa Mandarin
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah “Mandarin”
memiliki dua arti, yakni; (1) nama pejabat kekaisaran Tiongkok jaman dahulu,
dan (2) nama yg diberikan pada bahasa utama di sekitar Beijing, negeri Tiongkok,
yang merupakan bahasa standar bagi negeri itu. Dalam bahasa Indonesia, kata
"Mandarin" merupakan kata serapan dari
Mandarin. Namun sebenarnya, istilah "Mandarin" ini merupakan kata serapan
dari
karakteristik, begitu pula dengan bahasa Mandarin. Karakteristik bahasa Mandarin
ialah sebagai berikut:
1. Perubahan morfologis (perubahan bentuk). Perubahan yang terjadi
pada bentuk kata tersebut disebabkan oleh tata bahasa. Tetapi
perubahan bentuk ini tidak dimiliki oleh setiap jenis kata dan tidak
dapat digunakan pada semua situasi. Kata “们” menyatakan jamak,
26
adalah siswa) merupakan kalimat yang menyatakan jamak dengan
benar. 他 们 是 学 生 ‘ 们 ’(mereka adalah siswa-siswa) merupakan
kalimat yang salah dalam menyatakan jamak, sebab 他 们(mereka)
telah merupakan kata yang menyatakan jamak.
2. Kata kerja dalam bahasa Mandarin tidak berubah sesuai dengan orang,
sifat, jumlah dan waktu.
3. Suatu benda atau suatu gerakan mempunyai kata bantu bilangan
tertentu dan penggunaannya tidak boleh sembarangan. Contoh: 一
‘件’衣服 (satu buah baju), 一‘辆’车 (satu buah mobil), 一‘支’
铅笔 (satu buah pensil).
4. Terdapat dua buah kalimat tertentu menggunakan kata yang sama
tetapi mempunyai arti yang berbeda. Contoh: 我们‘都不是’学生
(kami semua adalah bukan pelajar) mempunyai arti yang berbeda
dengan 我们‘不都是’学生 (kami tidak semua adalah pelajar).
Menurut kamus Bahasa Mandarin Modern (2005) Tata bahasa ialah corak
berstruktur yang meliputi organisasi pembentukan dan perubahan kata menjadi
kalimat pendek atau kalimat umum. Adapun esensi tata bahasa Mandarin berikut
27
Tata bahasa merupakan kaidah pembentukan kalimat dengan kata. Tanpa adanya tata bahasa, tak akan muncul sebuah bahasa. Misalnya tiga kata berikut; 我们,学习,汉语. Bila hanya mengatakan salah satu
kata diantaranya, maka tidak hanya mengungkapkan satu makna tunggal. Jika tiga kata berikut disusun secara sembarangan menjadi 汉
语学习我们atau 学习我们汉语, meskipun bukan lagi merupakan kata
tunggal, tetap saja tidak dapat mengungkapkan suatu makna, karena tidak disusun berdasarkan kaidah tata bahasa Mandarin. Jika disusun menurut kaidah tata bahasa Mandarin, maka akan menjadi 我们学习汉
语 .
《汉语语法概要2005年》
Tata bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk merangkai suatu
kalimat, sehingga makna yang diungkapkan dapat dipahami oleh pendengar
maupun pembaca. Begitu pula dengan bahasa Mandarin, mempunyai struktur kata
tersendiri. Tata bahasa Mandarin juga memiliki aturan penggunaan yang baku,
tetap dan pasti. Secara sederhana pola kalimat tata bahasa Mandarin memiliki
kesamaan dengan pola kalimat tata bahasa Indonesia, yaitu 主语subjek + 谓语
predikat + 宾语objek. Untuk menganalisis tata bahasa, keseluruhan bagian dari
tata bahasa terlebih dahulu harus dipahami. Bagian dari tata bahasa Mandarin dari
satuan terkecil ialah morfem, kata, gabungan kata dan kalimat.
Morfem merupakan satuan terkecil yang mempunyai pelafalan dan arti
yang berfungsi untuk membentuk kata. Berdasarkan kemampuan pembentukan
kalimat, morfem terdiri dari dua jenis, yaitu morfem bebas dan morfem terikat.
Morfem bebas merupakan morfem yang dapat berfungsi menjadi kata, yakni 人,
月, 山, sedangkan morfem terikat merupakan morfem yang wajib melakukan
penggabungan kata lain agar berfungsi menjadi kata, contohnya 身体,飞机 dan 美
28
Kata merupakan satuan bahasa yang mempunyai arti dan dapat berdiri
sendiri. Kata juga merupakan dasar pembentukan kalimat. Menurut arti dari tata
bahasanya, kata dalam bahasa Mandarin dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
kata konkrit/实 词 (kata yang mempunyai arti yang konkrit dan dapat berdiri
sendiri) dan kata abstrak/虚 词 (tidak mempunyai arti konkrit dan tidak dapat
berdiri sendiri). Kata konkrit terdiri dari kata kerja, kata benda, kata kerja
keinginan, kata sifat, kata bilangan, kata bantu bilangan, dan kata ganti.
Sedangkan kata abstrak terdiri dari adverb, preposisi, kata sambung, kata bantu,
kata imbuhan, kata seru, dan onomatope (tiruan bunyi).
Kalimat merupakan satuan bahasa yang mengungkapkan suatu konsep
pikiran dan perasaan yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi
final secara aktual ataupun potensial yang terdiri atas klausa. Struktur kalimat
dalam bahasa Mandarin cukup rumit, tetapi jika kita telah menguasai poin-poin
penting maka struktur kalimat tidak akan terlalu rumit.
2.2 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah bagian yang paling penting dan mendasar pada
karya tulis ilmiah. Pada umumnya tinjauan pustaka mengandung teori-teori yang
mendukung penelitian. Menulis tinjauan pustaka berarti melakukan peninjauan
ulang terhadap uraian sistematik dan unsur-unsur hasil penelitian sebelumnya
dengan menuangkan teori, konsep juga pendekatan yang berrkaitan dengan tema
dari karya tulis ilmiah yang diteliti. Unsur-unsur tersebut dapat berupa wacana,
buku bacaan, laporan hasil penelitian, makalah dan jurnal. Teori dan fakta yang
29 2.2.1 Hasil Penelitian yang Relevan
Jiaqian telah menyelesaikan disertasi yang berjudul 产品广告的功能语体
分析 (Analisis Genre Fungsional Produk Iklan, 2013) yang memakai landasan
Linguistik Fungsional Sistemik Halliday, kemudian dikombinasikan dengan teori
langkah-tahap Swales (1990) dan Bhatia (1993) dalam menganalisis tiap genre.
Data berupa 80 produk iklan yang diambil dari majalah koran seperti Time,
Fortune dan Newsweek.yang memakai landasan Linguistik Fungsional Sistemik
Halliday, kemudian dikombinasikan dengan teori langkah-tahap Swales (1990)
dan Bhatia (1993) dalam menganalisis tiap genre. Data berupa 80 produk iklan
yang diambil dari majalah koran seperti Time, Fortune dan Newsweek. Temuan
menunjukkan bahwa sebagian besar iklan produk dapat dibagi menjadi empat
langkah. Langkah pertama untuk menarik perhatian pembaca dan memaparkan
daya tarik untuk menarik perhatian pembaca. Langkah kedua digunakan untuk
memberikan informasi dan menunjukkan keunggulan produk. Langkah ketiga,
mencoba untuk membujuk pembaca dalam mengambil tindakan untuk membeli
produk. Langkah-langkah ini disertai dengan menggunakan teori transitivitas.
Jiaqian memberikan kontribusi terhadap penulis dalam pentingnya kombinasi
penggunaan teori Swales dan teori Halliday dalam menganalisis genre, sehingga
proses yang dianalisis dapat menunjukkan realitas dan objektivitas dari produk.
Yazim telah menyelesaikan tesis yang berjudul Analisis Genre Abstrak
dalam Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia (2006). Tesis ini bertujuan
untuk mendeskripsikan abstrak terstruktur, unsur wajib, manasuka, persentasi
30
dalam abstrak. Yazim menguraikan dan mendeskripsikan konsep, landasan teori,
dan proses pemecahan masalah begitu jelas dan terperinci sehingga memberikan
pedoman dan kontribusi terhadap penyusunan skripsi penulis. Yang menjadi
perbedaan penyusunan skripsi penulis ialah ketidaksamaan elemen konsep, serta
objek penelitian yang tidak sama. Yazim memilih abstrak jurnal, sedangkan
penulis memilih abstrak skripsi sebagai objek penelitian.
Penelitian ini memfokuskan permasalahan yang sama dengan penulis,
yaitu genre abstrak. Hal ini menjadi acuan terhadap penulis sebagai contoh dan
pedoman dalam mengikuti sistem pada proses uraian pembahasan dan
langkah-langkah penyelesaian masalah. Yang menjadi data pada penelitian ini adalah
klausa. Yazim menggunakan teori Swales untuk menganalisis sistematika
penulisan genre abstrak dan teori Halliday untuk menganalisis tipe proses.
Sehingga hal ini memberi kontribusi kepada penulis untuk menganalisis genre
abstrak dengan memperhatikan langkah-langkah sistematika penulisan yang
sesuai dengan model Creating a Research Space (CARS) dan mengidentifikasi
tiap-tiap klausa untuk mendapatkan penggunaan transitivitas tipe proses yang
terkandung pada teks.
Tesis Bayanthi yang berjudul Retorika dan Sistem Transitivitas dalam
Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat Barack Obama (2011). Ia
menguraikan bagaimana ia menganalisis data yang berupa teks pidato pelantikan
presiden Barack Obama dengan bertujuan mengetahui tipe proses transitivitas,
hubungan sistem transitivitas dengan konteks situasi, dan hubungan sistem
31
Sistemik (LFS). Hal ini memberikan pemahaman kepada penulis terhadap
pengetahuan terkait tipe proses transitivitas mengidentifikasi setiap klausa yang
telah terangkai pada teks, sehingga pemahaman cara kerja dalam mengidentifikasi
klausa pada setiap tipe proses genre abstrak yang diteliti penulis, lebih akurat dan
tepat mengenai sasaran.
Yan, menulis sebuah artikel penelitian berjudul 英汉社科论文引言语篇
体 裁 对 比 (Analisis Kontrastif Genre Pendahuluan Tesis Artikel Ilmu Sosial
Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin) (2010). Yan menggunakan model analisis
genre Swales untuk menganalisis 30 tesis dalam bahasa Inggris dan bahasa
Mandarin. Teknik utama yang digunakan oleh Yan ialah medel analisis langkah,
dan melakukan analisis dengan menggunakan model CARS. Penelitian dalam
jurnal ini memberikan kontribusi kepada penulis terhadap pentingnya GA menjadi
bahan materi dalam penyusunan tesis sehingga tujuan komunikatif yang
dipaparkan dalam GA lebih jelas, penggunaan bahasa pada genre lebih terstruktur,
serta dapat menyelesaikan tesis yang berkualitas.
Yugianingrum menulis artikel penelitian berjudul Pembangunan Daya
Saing Akademik Mahasiswa dalam Era Global dengan Peningkatan Kemampuan Menulis Abstrak Berbahasa Inggris (2012) yang memfokuskan penelitian
terhadap; (1) Cara menulis abstrak yang baik, (2) perbedaan antara abstrak dan
pendahuluan/latar belakang masalah, (3) penggunaan bahasa Inggris dalam
abstrak secara benar, (4) menilai sebuah artikel penelitian dari abstraknya, serta (5)
pemilihan kata kunci yang tepat. Yuganingrum memberikan kontribusi terhadap
32
internasional untuk membangun daya saing akademik para mahasiswa.
Yuganingrum juga memaparkan bagaimana pengenalan abstrak, pengertian,
fungsi, syarat-syarat penulisan dan peran abstrak yang sangat terperinci untuk
menjadi panduan para mahasiswa.
2.3 Landasan Teori
Landasan teori merupakan pijakan penulis untuk memulai sebuah
penelitian. Teori dipergunakan sebagai landasan berpikir untuk memberi
pemahaman, memaparkan uraian dan menilai suatu objek juga data yang
dikumpulkan, sekaligus sebagai rambu-rambu yang menuntun dan yang
memberikan arahan dalam penelitian.
2.3.1 Teori Swales
John Swales adalah seorang ahli bahasa terbaik berkebangsaan Inggris
yang lahir tahun 1983 dan dikenal melalui karyanya tentang analisis genre,
khususnya yang berkaitan dengan aplikasi untuk bidang retorika, analisis wacana
dan bahasa Inggris untuk keperluan akademik. Swales (1988; 1990) awalnya
menemukan sebuah struktur retorik umum kemudian mengemukakan teori
analisis pergerakan moves dalam keempat tindakan secara berurut. Tindakan
tersebut antara lain: menetapkan bidang (M1), meringkas penelitian terdahulu
(M2), pendahuluan langkah yang dilakukan, dan menyampaikan tujuan penelitian
yang dilakukan (M4). Kemudian keempat tindakan dalam teori Swales mengalami
perubahan sehingga hanya menerapkan tiga langkah dan dikenal sebagai model
33 2.3.1.1 Model CARS dari Swales
Berikut ini merupakan alat yang digunakan dalam menganalisis langkah
genre abstrak skripsi bahasa Mandarin Universitas Bina Nusantara:
Langkah Satu Membuat medan analisis
Tahap 1 Menyatakan pusat analisis dan/atau
Tahap 2 Membuat generalisasi topik dan/atau
Tahap 3 Mengulang beberapa hal dari penelitian
sebelumnya
Langkah Dua Menetapkan permasalahan dalam analisis
Tahap 1A Membuat pernyataan atau
Tahap 1B Membuat indikasi adanya perbedaan atau gap
Tahap 1C Memunculkan pertanyaan atau
Tahap 1D Meneruskan kebiasaan
Langkah Tiga Menerapkan masalah
Tahap 1A Membuat garis besar tujuan atau
Tahap 1B Menyebutkan penelitian terbaru
Tahap 2 Menyebutkan temuan penting
Tabel 2.1 Model Creating a Research Space (CARS) Swales (1990)
Dalam Langkah 1; membuat medan analisis, penulis menetapkan wilayah
studinya dengan memberi pengenalan kepada pembaca. Langkah ini dibagi
menjadi tiga tahap khusus: menyatakan pusat analisis dan/atau, membuat
34
pusat analisis. “Pernyataan bahwa penelitian yang hendak dilaporkan tersebut
adalah bagian dari satu wilayah atau bidang penelitian yang mapan, signifikan dan
berkembang terus” (Swales 1990:144). Bagian ini biasanya berupa sebuah
pernyataan dalam satu kalimat pembukaan sebagai penghubung antara topik
penelitian yang hendak dilakukan dan informasi penelitian yang lebih luas.
Tahap 2: Membuat generalisasi topik “Menyatakan dalam istilah-istilah
umum tentang situasi pengetahuan saat ini—yang meliputi teori, teknik atau
syarat-syarat untuk perkembangan selanjutnya” (Swales 1990:146). Ini
merupakan langkah alternatif, atau tahap untu menambahkan pernyataan pada
tahap 1 dengan lebih netral. Tahap ini dapat berupa: pernyataan mengenai
peneletian yang merupakan ide pokok atau pernyataan mengenai fenomena.
Tahap 3: Tinjauan penelitian sebelumnya. Di sini, peneliti menguraikan tinjauan
penelitian sebelumnya yang relevan. Dalam langkah ini, peneliti melibatkan
berbagai acuan atau referensi.
Dalam Langkah 2, menetapkan permasalahan dalam analisis, peneliti
menetapkan dan menyatakan topik permasalahan dengan mengacu pada suatu
informasi yang belum tuntas. Langkah ini dibagi atas empat tahap alternatif:
membuat pernyataan atau membuat indikasi adanya perbedaan atau gap,
memunculkan pertanyaan atau meneruskan kebiasaan. Tahap biasanya ditandai
dengan pilihan kata yang menyatakan tahap tersebut atau disertai dengan kalimat
penghubung.
Dalam Langkah 3, menerapkan masalah, peneliti beralih dari penetapan
35
dilaporkan. Tahapan pertama ini terdiri atas dua, yakni; Tahap 1A: membuat
garis besar tujuan atau Tahap 1B: Menyebutkan penelitian terbaru. Dari kedua
tahap ini, tahap yang wajib ditulis adalah Tahap 1A. Kemudian dilanjutkan
dengan Tahap 2: Menyebutkan temuan penting. Hal ini memberikan penjelasan
kepada pembaca bahwa seorang peneliti telah penelitian yang sebelumnya
mempunyai perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti.
2.3.2 Teori Halliday
Abstrak termasuk dalam kategori discourse, yang berarti wacana. Dalam
menganalisis wacana, dapat diapliasikan dengan menggunakan teori ‘Linguistik
Fungsional Sistemik’ dari Halliday. Pada teori ini, LFS menempatkan klausa
sebagai fokus utama dalam menganalisis bahasa. Berdasarkan sudut pandang
linguistik, LFS menyatakan bahwa keberadaaan bahasa merupakan bagian dari
hubungan sistem arti dan sistem lain seperti halnya sistem bentuk pada
penyampaian ekspresi suatu arti tertentu. Manusia terhadap pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari merealisasikan pengalaman non linguistiknya ke bentuk
lingual sehingga menjadi pengalaman linguistik. Perwujudan pengalaman non
linguistik menjadi pengalaman linguistik ini meliputi tiga unsur, yaitu proses,
partisipan dan sirkumstan (Halliday dan Matthiessen 2004:592-3).
Keberadaan bahasa berupa sistem yang memiliki keterkaitan dengan
sistem lain sebagai bentuk dan ekspresi untuk meyatakan aksi tersebut (Halliday,
1994:17) sehingga terjadinya proses rangkaian pengalaman non linguistik menjadi
linguistik. Hal ini yang disebut dengan ‘Metafungsi’. Penggunaan Metafungsi
36
2004:29-30) terdiri dari tiga unsur, yaitu: (1) Klausa menjadi komponen yang
menguraikan pengalaman, kejadian, peristiwa yang dirasakan dan diasosiasikan
(clause as representation); (2) Klausa pada teks berfungsi melakukan interaksi
sosial seperti memberitahu, menanyakan ataupun menawarkan (clause as
exchange); (3) Kemudian klausa berperan sebagai rangkaian urutan makna dalam
penyampaian pesan secara koheren sehingga pesan dapat dengan mudah
tersampaikan (clause as message).
Egins (1994) mengemukakan intisari prinsip dasar linguistik sistemik
fungsional di atas sebagai berikut:
… common to all systemic linguists is an interest in how people use language with each other in accomplishing everyday social claims about language: that language use is functional; that its function is to make meanings; that these meanings are influenced by the social and cultural context in which they are exchanged and that the process of using language is a semiotic process, a process of making meanings by choosing
(Eggins 1994, p.2).
Jadi, bahasa berfungsi untuk mengungkapkan suatu makna yang
dipengaruhi oleh konteks situasi dan konteks budaya. Proses dalam penggunaan
bahasa disebut semiotika proses, dimana proses tersebut mempunyai pilihan untuk
37
Gambar 2.1 Halliday (Butt et al., 1999:11)
Pada hakikatnya, kajian bahasa berupa kajian trilogi yang saling berkaitan,
yaitu teks, konteks situasi dan konteks budaya. Halliday berpendapat bahwa teks
selalu dilingkupi oleh konteks situasi dan konteks budaya. Konteks budaya adalah
wujud dari ekspresi lingual yang mempunyai keterkaitan dengan komponen
lainnya dimana pengalaman, ide maupun gagasan manusia ditransfer melalui
bahasa sebagai alat untuk menganalisis teks dan wacana. Apabila seseorang di
dalam kesadarannya mempunyai refleksi yang ia terima dari lingkungannya
ataupun fenomena-fenomena alam lainnya dan kemudian refleksi ini
direpresentasikan ke dalam bentuk, maka bentuk ini disebut dengan “fungsi
eksperensial (experential)” (Halliday 1978 dalam Sinar 2003:31). ideologi
konteks budaya
konteks situasi
38 2.3.2.1 Transitivitas
Transitivitas adalah sistem gramatikal struktur klausa yang menguraikan
pengalaman ke dalam jenis-jenis proses yang dapat dikatakan sebagai siapa
melakukan sesuatu ke siapa, kapan, dimana dan mengapa atau bagaimana
fungsinya (Halliday 1985:101). Transitivitas mengacu pada komponen semantik
maupun experential meaning karena memaparkan makna fungsi eksperensial
(pengalaman linguistik). Jadi, konsep yang ada pada elemen-elemen semantik
seperti partisipan dan jenis proses ini yang menjadi alat untuk menganalisis dan
kemudian direpresentasikan pada klausa. Pada klausa inilah terciptanya struktur
transitivitas yang meliputi tiga konstituen, yaitu: proses, partisipan dan sirkumstan.
Proses merupakan keutamaan dari transitivitas karena menunjuk pada kegiatan
yang terjadi dalam klausa. Ada enam jenis proses yang terdapat pada konsep
transitivitas dalam linguistik sistemik fungsional, yakni material, mental, verbal,
behaviorial, relasional dan eksistensial (Eggins, 1996:220-226 dan Martin,
1997:100-130).
2.3.2.1.1 Proses Material
Proses Material ialah proses yang menggambarkan tindak nyata partisipan
dalam melakukan sesuatu (process of doing) atau terjadinya sesuatu (happening).
Contoh:
在图书馆 我 借 汉语词典。
zài túshū guǎn wǒ jiè hànyǔ cídiǎn
Di perpustakaan saya meminjam kamus bahasa mandarin [sirkumstan] [aktor] [proses [gol]
material]
39
Pada umumnya proses material memiliki dua partisipan yang terdiri dari
aktor (actor) dan gol (goal). Aktor ialah seseorang, benda atau subjek yang
melakukan atau bertindak sesuatu, sedangkan gol ialah seseorang, benda atau
objek yang menerima atau dikenai proses yang dituju.
2.3.2.1.2 Proses Mental
Proses mental ialah proses berpikir (kognitif), mengindra (perseptif) dan
merasa (afektif). Proses mental adalah proses yang menunjukan kegiatan yang
berkaitan dengan indra secara fungsional (perseptif) misalnya melihat, mendengar,
merasa, juga hubungannya dengan mental perasaan (afektif) seperti mencintai,
membenci, menyukai maupun perasaan tidak suka.
Contoh:
王老师得故事 让 我们 感动
wáng lǎoshī dé gùshì ràng wǒmen gǎndòng cerita guru Wang membiarkan kami terharu
[fenomena] [senser] [proses mental]
Cerita guru Wang membuat kami terharu.
Partisipan pada proses mental ada dua, yaitu pengindra (senser) dan
fenomena (phenomenon). Pengindra ialah orang, benda atau subjek yang berpikir,
mengindra atau merasakan, sedangkan objek yang dipikir, diindrai atau dirasakan
disebut fenomena. Tapi dalam konteks tertentu, pengindra boleh saja tidak tertulis.
2.3.2.1.3 Proses Verbal
Proses verbal adalah proses yang berkaitan dengan kata verbal (saying)
seperti berkata, bertanya, menceritakan. Proses ini adalah proses yang melakukan
40
Contoh:
莉莉 告诉 我 王老师 来 了
lìlì gàosù wǒ wang lǎoshī lái le Lili memberitahu saya guru Wang datang sudah [pembicara] [proses [penerima] [perkataan]
verbal]
Lili memberitahu saya bahwa guru Wang sudah datang.
Proses verbal terdiri atas tiga partisipan, yakni pembicara (sayer),
perkataan (verbiage) dan penerima (receiver). Pembicara menjadi penanggung
jawab pada proses verbal, perkataan berupa pernyataan nominal dan penerima
menjadi partisipan yang menerima proses verbal yang dituju.
2.3.2.1.4 Proses Behaviorial
Proses behaviorial adalah proses yang mengacu pada bentuk tingkah laku
pelibat teks. Proses ini menunjukkan kehadiran partisipan dan sirkumstan.
Contoh:
睡觉前, 我 总是 刷牙
shuìjiào qián, wǒ zǒng shì shuāyá sebelum tidur, saya selalu menyikat gigi [fenomena] [pelibat teks] [proses behaviorial]
Sebelum tidur, saya selalu menyikat gigi.
Sebagian besar pada proses behavioral ini menghadirkan dua partisipan.
Partisipan pertama disebut dengan pelibat teks (behaver), partisipan kedua disebut
41 2.3.2.1.5 Proses Relasional
Proses relasional adalah proses yang partisipannya memiliki hubungan
yang satu dengan yang lain. Proses ini memberikan atribut, nilai, pujian atau
penghargaan yang ditujukan pada partisipan pertama.
Contoh:
刘峰教授 是 在大学最好的人
liú fēng jiàoshòu shì zài dàxuézuì hǎo de rén
Liu Feng profesor adalah di kampus yang paling baik orang. [pembawa] [proses [atribut]
relasional]
Profesor Liu Feng adalah orang yang paling baik di kampus.
Partisipan pada proses ini terdiri dari si pembawa (carrier) dan atribut
(attribute). Partisipan pembawa diidentifikasi berdasar unsur token dan value.
Token berupa sesuatu yang diberi nilai, value berupa nilai dari sesuatu tersebut.
Partisipan atribut biasanya diwujudkan dalam bentuk frasa benda, keadaan, sifat
atau keberadaan.
2.3.2.1.6 Proses Eksistensial (Wujud)
Proses Eksistensial adalah proses yang menunjukkan adanya sesuatu
(eksistensi).
Contoh:
在图书馆 有 很多 汉语词典
Zài túshū guǎn yǒu hěnduō hànyǔ cídiǎn
Di perpustakaan ada sangat kamus bahasa Mandarin [sirkumstan [proses banyak [proses wujud]
lokasi] eksistensial]
42
Menurut konsep semantik, proses ini terjadi antara proses material dan
proses relasional. Partisipan yang terdapat pada proses eksistensial dapat disebut
43
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
3.1 Universitas Bina Nusantara
Universitas Bina Nusantara awalnya merupakan lembaga pelatihan
komputer jangka pendek yang didirikan pada tanggal 21 oktober 1974 dengan
nama Modern Computer Course. Selang tujuh tahun kemudian, lembaga pelatihan
ini pada tanggal 1 Juli 1981 mengalami perkembangan dan berubah nama menjadi
Akademi Teknik Komputer (ATK) dengan jurusan Manajemen Informatika dan
Teknologi Informasi. Pada tahun 1984, ATK mendapat status Terdaftar. Akademi
ini kemudian berubah nama menjadi Akademi Manajemen Informatika dan Ilmu
Komputer (AMIK) Jakarta. Pada tanggal 21 september 1985, AMIK Jakarta
berganti nama menjadi AMIK Bina Nusantara. Pada tanggal 17 Maret 1986,
AMIK Bina Nusantara terpilih sebagai Akademik Terbaik oleh Depikbud melalui
Kopertis Wilayah III.
Meningkatnya sumber daya manusia dan kebutuhan masyarakat akan
pekerja yang handal dalam bidang teknologi informasi memberi motivasi terhadap
Bina Nusantara untuk membangun Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan
Komputer (STMIK). Pada tanggal 1 juli 1986, STMIK Bina Nusantara didirikan
dengan program Strata-1 (S1) jurusan Manajemen Informatika dan Teknik
Informatika. Bersamaan dengan itu juga dibuka jurusan Teknik Komputer (S1).
44
Bina Nusantara sehingga terbentuk sebuah lembaga yang menyelenggarakan
Program Diploma III (DIII) dan Strata-1 (S1) dan kemudian meraih status
"Disamakan" untuk semua jurusan. Pada tanggal 18 Maret 1992, dan pada tanggal
10 Mei 1993, STMIK Bina Nusantara membuka Program Magister Manajemen
Sistem Informasi, yang merupakan salah satu program Pascasarjana pertama di
Indonesia di bidang manajemen sistem informasi.
Pada tanggal 8 Agustus 1996, Universitas Bina Nusantara berdiri dan
secara sah diakui oleh pemerintah. Pada tanggal 20 desember 1998 STMIK Bina
Nusantara melebur ke dalam Universitas Bina Nusantara. Selang beberapa tahun
kemudian, universitas ini memiliki beberapa fakultas, yakni; Fakultas Ilmu
Komputer, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Sastra, Fakultas MIPA,
dan Program Pascasarjana.
Saat ini Universitas Bina Nusantara memiliki tiga jenis program kuliah,
yaitu program reguler, internasional dan secara daring. Universitas Bina
Nusantara terdiri dari 3 fakultas dan 4 sekolah pada perkuliahan sarjana, 3 sekolah
pada perkuliahan pascasarjana, 1 program tingkat doktor, 11 program kuliah
internasional untuk sarjana dari universitas luar negeri rekanan universitas Bina
Nusantara, dan 4 program kuliah daring gelar sarjana (belajar jarak jauh melalui
internet).
Universitas ini mempunyai visi menciptakan para alumni yang dapat
diterima di pasar global dan lingkungan melalui pembelajaran dan penelitian
terapan, yaitu penelitian yang berupa tingkat tertinggi dalam pengajaran
45
masyarakat global dengan menyediakan pendidikan kelas dunia melalui; (1)
Pengakuan dan penghargaan yang paling kreatif dan nilai tambah bakat, (2)
Menyediakan kurikulum kelas dunia, pembelajaran dan wawasan penelitian yang
menumbuhkan keunggulan dalam mencapai beasiswa, inovasi dan kewirausahaan,
(3) Menciptakan pemimpin yang menonjol bagi masyarakat global, (4)
Melakukan layanan profesional dengan penekanan pada penerapan pengetahuan
kepada masyarakat, dan (5) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia
dan masyarakat internasional. Berkat landasan yang kuat, visi misi yang jelas, dan
dedikasi tinggi yang berkesinambungan, universitas ini telah menjadi kampus
ter-akreditasi nasional dan internasional, demi mencapai visi untuk menjadi world
class university.
3.1.1 Program Studi Sastra China Universitas Bina Nusantara
Program studi Sastra China Universitas Bina Nusantara didirikan pada
tahun 2002 dengan menggunakan bahasa pengantar yaitu bahasa Mandarin dan
mengikuti standar internasional, yaitu menyertakan bahan-bahan terbitan dari
Beijing Language and Culture University (BLCU). Program studi ini mulai
beroperasi di Indonesia dengan akreditasi C. Setelah 3 tahun pertama beroperasi,
program studi ini mengajukan pembaharuan akreditasi kepada Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan mendapatkan akreditasi B. Pada tahun
2015, program studi Sastra China Universitas Bina Nusantara telah
memperbaharui akreditasi dan menjadi satu-satunya program studi Sastra China
46
Hingga kini program studi Sastra Cina Unversitas Bina Nusantara telah
menjalin kerjasama dengan (1) Guangxi Teachers Education – Nanning, Guangxi;
(2) Guangxi Normal University – Guilin, Guangxi; (3) Hainan Normal University
– Haikou, Hainan; (4) Nanjing University of Information Science and Technology,
Nanjing, Jiangsu; (5) Yunnan University – Kunming, Yunnan; (6) Xiamen
University, Siming, Xiamen. Jangka waktu berdirinya program studi ini tergolong
masih sangat muda, tetapi telah meraih banyak prestasi gemilang di bidang
akademis mapun non-akademis. Keterampilan bahasa para mahasiswa terus diberi
pembekalan dari tingkat dasar sampai mahir. Mahasiswa juga diberi diperkaya
dengan pemahaman mengenai kebudayaan, literatur dan sejarah Tiongkok, dan
juga pengaplikasian bahasa melalui bisnis dan karir, diantaranya perdagangan dan
pengoperasian komputer dengan bahasa Mandarin.
Berikut ini merupakan tujuan umum dan tujuan khusus program studi
Sastra China:
1. Tujuan Umum: program studi Sastra China merupakan sebuah
program studi yang mempersiapkan lulusan yang kompeten di
berbagai bidang pekerjaan. Untuk mencapai hal tersebut, program
studi Sastra China menyediakan 4 peminatan, antara lain: pengajaran,
bisnis, penyiaran, dan budaya. Ketrampilan bahasa mahasiswa akan
menjadi lebih specific melalui peminatan yang sudah dipilihnya,
memperluas pengetahuan dan mengarahkan mereka untuk dapat
mengunakan kemampuan bahasa mereka dibidang yang mereka
47
2. Tujuan Khusus: Lulusan dari program studi Sastra China diharapkan
memiliki kemampuan; (1) Berbicara bahasa Mandarin dengan lancar,
dengan HSK level 6.sebagai standar minimal, (2) Menguasai 2000 -
3000 karakter huruf Mandarin dan mengetahui lebih dari 10.000
kosakata Mandarin, (3) Memiliki pengetahuan akan kebudayaan,
sejarah, geografi, kesusastraan, dan ekonomi di Tiongkok, (4) Mampu
menerjemahkan teks Mandarin baik lisan maupun tertulis, (5)
Memiliki kemampuan surat menyurat dalam Mandarin. (6) Mampu
mengoperasikan komputer dalam bahasa Inggris maupun Mandarin,
dan (7) Menguasai Mandarin dalam bidang pengajaran, bisnis,
48
BAB IV
METODE PENELITIAN
Furchan (2007) menyatakan bahwa metode penelitian merupakan strategi
umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan untuk
menjawab persoalan yang dihadapi. Artinya, metode penelitian adalah salah satu
prosedur yang wajib dilakukan oleh peneliti agar dapat melaksanakan penelitian
dan mencapai tujuan secara menyeluruh. Dengan kata lain, penelitian pada
dasarnya adalah sistem penerapan pendekatan ilmiah untuk mengkaji suatu
masalah yang fenomenal dan aktual.
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini ialah
metode penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Sudjana
dan Ibrahim (2009: 64) berpendapat bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian
yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi. Artinya dapat
diungkapkan bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang
digunakan dan dikembangkan melalui ilmu-ilmu sosial (Soejono dan
Abdurrahman 2005: 19). metode pada dasarnya memfokuskan masalah faktual
yang ada pada saat melakukan penelitian. Pengumpulan, penyusunan, analisis dan
interpretasi data tergantung pada teknik penelitian yang digunakan, oleh karena
itu teknik-teknik pengumpulan dan analisis data wajib diuraikan secara detail dan
49 4.1 Data dan Sumber Data
Yang menjadi data pada penyusunan skripsi penulis ialah merupakan
klausa pada sepuluh abstrak skripsi bahasa Mandarin (sumber data primer) dan
bahasa Indonesia (sumber data sekunder) yang membahas tentang kebahasaan.
Kemudian, sepuluh abstrak skripsi diperoleh dari websit
da
Berikut ini merupakan judul skripsi mahasiswa Universitas Bina
Nusantara yang ditulis pada tahun 2013:
No. JUDUL SKRIPSI NAMA PENULIS
1.
EFEKTIFITAS MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA MANDARIN PADA PEMELAJAR TINGKAT DASAR
Erawati;
Dorothy Nikita Winata
思维导图对初级学习者学习汉语词汇的有效性
2. KESALAHAN PENGGUNAAN KATA BANTU
BILANGAN BAHASA MANDARIN PADA MAHASISWA TINGKAT III SASTRA CHINA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
Selvi Suviana;
Cindy Karlina
浅析建国大学中文系四年级学生的汉语表达能力
3. ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA TINGKAT
3 SASTRA CHINA BINUS UNIVERSITY DALAM MENGGUNAKAN "HUI" DAN "NENG
Desriany;
Yosephine
"建国大学中文系三年级学生汉语能愿动词“会”与
“能”的偏误分析
4. EKSPERIMEN MEDIA AUDIO VISUAL SEBAGAI
CARA UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA MANDARIN
Erina;
Fenny Widjaja
建国大学中文系三年级学生汉语量词的错误使用
5. ANALISA KESULITAN PEMAHAMAN TEKS
MANDARIN MAHASISWA TINGKAT II SASTRA CHINA BINUS UNIVERSITY
Selvya Winata;
Yunita Gunawan 建国大学中文系二年级学生汉语阅读理解分析
6. ANALISA KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA
MANDARIN MAHASISWA SEMESTER DELAPAN SASTRA CHINA BINUS UNIVERSITY