SKRIPSI
ANALISIS PERBEDAAN RETURN SAHAM , TRADING VOLUME ACTIVITY DAN VARIANCE SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT
(Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)
OLEH
DESY NOVITASARI 100502115
PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
ANALISIS PERBEDAAN RETURN SAHAM , TRADING VOLUME ACTIVITY DAN VARIANCE SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)
Pemecahan saham adalah salah satu aksi korporasi yang dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan untuk mengatur kembali harga saham agar berada pada rentang yang lebih likuid serta memberikan sinyal yang berkualitas kepada investor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan return saham, trading volume activity, dan variance sebelum dan sesudah pemecahan saham, sehingga investor dapat memanfaatkan pengumuman pemecahan saham untuk mendapatkan keuntungan.
Penelitian ini menggunakan event study, dimana dilakukan pengamatan terhadap rata-rata return saham, trading volume activity, dan variance selama 7 hari sebelum peristiwa dan 7 hari sesudah peristiwa. Penelitian ini menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tanggal pengumuman pemecahan saham yang digunakan sebagai event date, harga saham penutupan harian perusahaan yang melakukan pemecahan saham, jumlah saham yang diperdagangkan secara harian, dan jumlah saham yang beredar. Sampel yang digunakan berjumlah 28 perusahaan yang adalah saham-saham dari perusahaan yang melakukan pemecahan saham selama tahun 2011-2013 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan trading volume activity yang signifikan sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada return saham dan variance sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham.
ABSTRACT
ANALYSIS OF DIFFERENCES IN RETURN, TRADING VOLUME ACTIVITY, AND VARIANCE BEFORE AND AFTER STOCK SPLIT (CASE
STUDY OF LISTED COMPANIES IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE)
Stock split is one kind of corporate action implemented by companies in order to rearrange stock price to be a more liquid range and provide more positive signal to investor. The purpose of this research is to analyze the differences of return, trading volume activity, and variance before and after stock split event, so that investors could use this event to gain benefit.
This research uses event study method to observe average return, trading volume activity, and variance within seven days before and after event date. This research uses secondary data that collected from from announcement date of stock split applied as event date, daily closing price, the amount of daily traded share and the amount of listed shared. There are 28 samples for this research. They are stocks of the companies which implemented stock split policy within 2011 up to 2013 and which have been listed in BEI.
Result of the study show that there is significant differences of trading volume activity before and after stock split. And there are no significant differences of return and variance before and after stock split.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)”.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Strata-1 pada Universitas Sumatera Utara dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Manajemen.
Penulis telah banyak menerima bimbingan, masukan atau saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih, khususnya kepada kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda Zulfahmi dan Ibunda Jusmarianis atas dukungan dan doa beliau yang luar biasa. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, ME, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si, selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si, selaku Dosen Pembimbing atas ketulusan hati dan kesabarannya dalam membimbing, mendukung, dan mengarahkan penulis.
7. Ibu Dr. Khaira Amalia F, SE, MBA, AK, selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan kritik dan saran bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. 8. Seluruh Dosen Manajemen, staf, dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik, memberikan bimbingan, saran, dan informasi selama perkuliahan dan dalam penulisan skripsi ini. 9. Saudara-saudaraku tercinta, Kak Elfiyanti, Bang Yuhendra, dan Bang Fauzan
yang telah memberikan semangat dan dukungannya selama ini.
10.Teman-teman seperjuangan di jurusan Manajemen Reguler angkatan 2010 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, atas bantuan, saran, kerjasama, motivasi, dan perhatiannya selama ini.
penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi karya tulis yang memberikan dampak positif kepada semua pihak.
Medan, Juni 2014
DAFTAR ISI 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.8.1 Teori Motivasi Pemecahan Saham ... 20
2.1.8.2 Jenis-Jenis Stock Split ... 22
2.1.8.3 Prosedur Pemecahan Saham ... 22
2.1.9 Hubungan Pemecahan Saham dengan Return Saham ... 24
2.1.10 Hubungan Pemecahan Saham dengan Volume Perdagangan ... 24
2.1.11 Hubungan Pemecahan Saham denga Variance ... 25
2.1.12 Efisiensi Pasar ... 26
2.1.12.1 Hipotesis Efisiensi Pasar ... 26
2.1.12.2 Tingkatan Efisiensi Pasar ... 27
2.1.13 Studi Peristiwa (Event Study) ... 28
2.2 Penelitian Terdahulu ... 29
2.4 Hipotesis ... 34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 35
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
3.3 Batasan Operasional ... 35
3.4 Definisi Operasional ... 36
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 39
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 41
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 41
3.8 Teknik Analisis Data ... 42
3.8.1 Statistik Deskriptif ... 42
3.8.2 Uji Normalitas ... 42
3.8.3 Pengujian Hipotesis ... 43
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 47
4.2 Hasil Penelitian ... 67
4.2.1 Analisis Deksriptif ... 67
4.2.1.1 Statistik Deskriptif Return Saham ... 67
4.2.1.2 Statistik Deskriptif Trading Volume Activity ... 68
4.2.1.3. Statistik Deskriptif Variance Saham ... 69
4.2.2 Analisis Statistik ... 70
4.2.2.1 Uji Normalitas ... 70
4.2.2.2 Pengujian Hipotesis ... 73
4.3 Pembahasan ... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 80
5.2 Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 83
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Judul Halaman
1.1 Rata-Rata Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split tahun
2011 ………... 5
1.2 Rata-Rata Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Tahun 2011 ……… 7
1.3 Rata-Rata Variance Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Tahun 2011……….………... 8
2.1 Penelitian Terdahulu……… 29
3.1 Proses Pemilihan Sampel……… 40
3.2 Daftar Perusahaan Sampel………... 40
4.1 Statistik Deskriptif Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Periode 2011-2013……… 67
4.2 Statistik Deskriptif Trading Volume Activity (TVA) Sebelum dan Sesudah Stock Split Periode 2011-2013………. 68
4.3 Statistik Deskriptif Variance Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Periode 2011-2013………. 69
4.4 Uji One Sample Kolmogrov Smirnov Test Rata-rata Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split………. 71
4.5 Uji One Sample Kolmogrov Smirnov Test Rata-rata Trading Volume Activity (TVA) Sebelum dan Sesudah Stock Split………… 71
4.6 Uji One Sample Kolmogrov Smirnov Test Rata-rata variance Sebelum dan Sesudah Stock Split………... 72
4.7 Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test pada Return Saham…………. 73
4.8 Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test pada Trading Volume Activity (TVA)……….. 74
DAFTAR GAMBAR No.
Gambar Judul Halaman
2.1 Skema Prosedur Pelaksanaan Stock Split……….. 23
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
1
Daftar Harga Saham dan Return Saham pada 7 Hari Sebelum
Stock Split dan 7 Hari Sesudah Stock Split……… 86
2 Rata-rata return, TVA, dan variance sebelum stock split……. 100
ABSTRAK
ANALISIS PERBEDAAN RETURN SAHAM , TRADING VOLUME ACTIVITY DAN VARIANCE SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)
Pemecahan saham adalah salah satu aksi korporasi yang dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan untuk mengatur kembali harga saham agar berada pada rentang yang lebih likuid serta memberikan sinyal yang berkualitas kepada investor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan return saham, trading volume activity, dan variance sebelum dan sesudah pemecahan saham, sehingga investor dapat memanfaatkan pengumuman pemecahan saham untuk mendapatkan keuntungan.
Penelitian ini menggunakan event study, dimana dilakukan pengamatan terhadap rata-rata return saham, trading volume activity, dan variance selama 7 hari sebelum peristiwa dan 7 hari sesudah peristiwa. Penelitian ini menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tanggal pengumuman pemecahan saham yang digunakan sebagai event date, harga saham penutupan harian perusahaan yang melakukan pemecahan saham, jumlah saham yang diperdagangkan secara harian, dan jumlah saham yang beredar. Sampel yang digunakan berjumlah 28 perusahaan yang adalah saham-saham dari perusahaan yang melakukan pemecahan saham selama tahun 2011-2013 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan trading volume activity yang signifikan sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada return saham dan variance sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham.
ABSTRACT
ANALYSIS OF DIFFERENCES IN RETURN, TRADING VOLUME ACTIVITY, AND VARIANCE BEFORE AND AFTER STOCK SPLIT (CASE
STUDY OF LISTED COMPANIES IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE)
Stock split is one kind of corporate action implemented by companies in order to rearrange stock price to be a more liquid range and provide more positive signal to investor. The purpose of this research is to analyze the differences of return, trading volume activity, and variance before and after stock split event, so that investors could use this event to gain benefit.
This research uses event study method to observe average return, trading volume activity, and variance within seven days before and after event date. This research uses secondary data that collected from from announcement date of stock split applied as event date, daily closing price, the amount of daily traded share and the amount of listed shared. There are 28 samples for this research. They are stocks of the companies which implemented stock split policy within 2011 up to 2013 and which have been listed in BEI.
Result of the study show that there is significant differences of trading volume activity before and after stock split. And there are no significant differences of return and variance before and after stock split.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai
kegiatan operasionalnya. Dana tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber,
pertama berasal dari dalam perusahaan yakni modal pemilik maupun laba ditahan
(retained earning). Sedangkan sumber pembiayaan yang lain berasal dari luar,
yakni dalam bentuk pinjaman atau hutang dari pihak lain. Selain dari pinjaman,
untuk memperoleh tambahan dana untuk kegiatan operasionalnya, beberapa
perusahaan yang sudah go public dapat memperolehnya melalui penjualan saham
pada investor atau pemilik modal.
Media yang digunakan perusahaan dalam menjual sahamnya kepada
publik adalah pasar modal. Dalam hal ini, pasar modal berfungsi sebagai perantara
untuk mempertemukan pemilik modal (investor) dengan pihak-pihak yang
membutuhkan dana (emiten). Pasar modal Indonesia terus mengalami
perkembangan dan keberadaan pasar modal dirasakan sangat penting bagi
perekonomian di Indonesia. Pasar modal diharapkan dapat memfasilitasi
penyaluran dana dari pihak investor sebagai pemilik dana kepada pihak yang
membutuhkan dana (emiten).
Fluktuasi harga saham di pasar modal dapat mempengaruhi tingkat
permintaan dan penawaran terhadap harga saham. Kenaikan harga saham yang
terlalu tinggi akan menyebabkan permintaan terhadap pembelian saham tersebut
perusahaan tersebut menjadi statis. Penurunan permintaan tersebut dapat
disebabkan karena tidak semua investor tertarik untuk membeli saham dengan
harga yang terlalu tinggi, terutama investor perorangan yang memiliki dana
terbatas, sehingga para investor tersebut akan berbalik untuk membeli
saham-saham perusahaan lain.
Untuk menghindari munculnya kondisi tersebut, maka upaya yang
dilakukan perusahaan adalah dengan menempatkan kembali harga saham pada
jangkauan tertentu atau dengan kata lain, perusahaan harus berusaha menurunkan
harga saham pada kisaran harga yang menarik minat investor untuk membeli
saham tersebut. Salah satu kebijakan yang dapat diambil perusahaan adalah
dengan melakukan stock split atau pemecahan saham (Kusniyah, 2012 : 3).
Menurut Jogiyanto (2003:415), Stock split (pemecahan saham) adalah
memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga perlembar saham
adalah 1/n dari harga sebelumnya, sehingga total ekuitas perusahaan tidak
mengalami perubahan. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah
nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai
ekonomis.
Meskipun secara teoritis tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi banyak
emiten yang melakukan kebijakan stock split. Kemungkinan alasannya adalah
berhubungan dengan likuiditas harga sekuritas dan yang berhubungan dengan
sinyal yang akan disampaikan oleh perusahaan kepada publik atau yang dikenal
Signalling Theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan
sinyal atau informasi kepada investor tentang peningkatan return masa depan
yang substansial. Jadi, jika pasar bereaksi terhadap pengumuman stock split,
bukan berarti bahwa pasar bereaksi karena informasi stock split tersebut tidak
memiliki nilai ekonomis, tetapi bereaksi karena mengetahui prospek perusahaan
di masa depan yang disinyalkan melalui stock split. Sedangkan Trading Range
Theory menyatakan bahwa pemecahan saham dilakukan supaya harga saham tidak
terlalu tinggi sehingga dengan harga yang tidak terlalu tinggi diharapkan akan
meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Likuiditas saham merupakan jumlah
transaksi suatu saham di pasar modal dalam suatu periode tertentu. Suatu saham
dikatakan likuid apabila saham tersebut mudah diperjualbelikan dan mudah
dicairkan sehingga banyak peminatnya. Likuiditas saham bisa diukur dengan
Trading Volume Activity.
Sehubungan dengan adanya pemecahan saham maka harga saham akan
menjadi lebih murah sehingga maka saham akan diminati oleh investor sehingga
banyak investor yang melakukan pembelian saham. Dengan meningkatnya
transaksi pembelian saham tersebut berarti volume perdagangan saham
meningkat. Copeland (1979) menemukan hal yang sebaliknya mengenai likuiditas
perdagangan, yaitu likuiditas perdagangan justru semakin rendah setelah stock
split. Hal ini disebabkan karena biaya transaksi pialang secara proporsi semakin
meningkat dan selisih harga yang diajukan pembeli dan harga yang diminta
Selain berdampak terhadap likuiditas perdagangan, kebijakan stock split
juga berpengaruh terhadap return saham dan variance. Dengan dilakukannya
kebijakan stock split, maka harga saham yang tidak terlalu tinggi akan
meningkatkan minat investor untuk membeli saham tersebut sehingga akan
menimbulkan ekspektasi dan harapan dari investor untuk mendapatkan return
yang tinggi atas saham tersebut, karena setelah pemecahan saham ada
kemungkinan harga saham tersebut akan mengalami peningkatan di masa depan.
Hal tersebut didukung oleh Brigham dan Houston (2006) yang
menyatakan bahwa rata-rata harga saham sebuah perusahaan akan naik tidak
berapa lama setelah perusahaan mengumumkan stock split. Kenaikan harga lebih
disebabkan oleh adanya fakta bahwa para investor memperlakukan pemecahan
saham sebagai suatu pertanda adanya laba di masa depan yang lebih tinggi. Para
investor membeli saham tersebut dengan ekspektasi untuk mendapatkan return
yang tinggi, karena adanya kenaikan harga saham tersebut maka akan diikuti
dengan kenaikan return.
Varians (variance) adalah salah satu besaran yang dapat digunakan untuk
mengukur resiko investasi, yaitu memperhitungkan kemungkinan melencengnya
realized return terhadap expected return. Semakin besar fluktuasi harga saham
terhadap reratanya (varians), maka semakin besar pula risikonya. Ohlson dan
Penman (1985) dalam Jogiyanto (2003: 419) menemukan bahwa resiko yang
diukur dengan varian return setelah stock split lebih besar 30% dibandingkan
dengan sebelum stock split. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Wulff (2002)
modal di Jerman. Wulff menemukan adanya peningkatan varians setelah peristiwa
stock split. Peningkatan varians setelah stock split disebabkan karena adanya
reaksi berlebihan dari para investor di pasar modal sehingga harga saham menjadi
fluktuatif. Fluktuasi harga saham yang besar terhadap rata-ratanya menyebabkan
varians menjadi semakin besar.
Penelitian ini mengamati seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang melakukan stock split pada tahun 2011-2013 dengan
melihat perbedaan rata-rata return saham, Trading Volume Activity (TVA), dan
variance sebelum dan sesudah stock split. Adapun rata-rata return, rata-rata
Trading Volume Activity (TVA), dan rata-rata variance sebelum dan sesudah
pemecahan saham yang diwakili oleh tahun 2011 dapat dilihat pada tabel-tabel
berikut ini.
Tabel 1.1
Rata-Rata Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Tahun 2011 1 MTSM Metro Realty Tbk. 0.00000000 -0.007619048 2 JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. -0.006627698 -0.014448306 3 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk. -0.001042523 0.006679075 4 AUTO Astra Otoparts Tbk. 0.008983498 0.040475229 5 PBRX Pan Brothers Tbk. 0.007319843 0.004761426 6 INTA Intraco Penta Tbk. 0.001885604 -0.013471155 7 BTPN Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Tbk. 0.008659008 -0.004214404 8 LSIP PP London Sumatera Indonesia
Tbk. -0.000508871 0.015908919
Keterangan:
a. Rata-rata return saham sebelum stock split = rata-rata dari return saham 7 hari
sebelum stock split.
b. Rata-rata return saham setelah stock split = rata-rata dari return saham 7 hari
setelah stock split.
Sumber :(Maret, 2014, diolah).
Pemecahan saham atau stock split yang diwakili oleh tahun 2011
menunjukkan rata-rata return saham sebelum dan sesudah stock split. Berdasarkan
Tabel 1.1, menunjukkan adanya penurunan rata-rata return saham setelah stock
split terhadap 5 emiten pada tahun 2011, yaitu MTSM, JTPE, PBRX, INTA, dan
BTPN. Misalnya , rata-rata return saham PBRX (PT.Pan Brothers Tbk.) yang
mengalami penurunan rata-rata return saham sebesar -34,95% dari 0.007319843
(sebelum stock split) menjadi 0.004761426 (setelah stock split).
Namun demikian, ada 5 emiten yang mengalami peningkatan rata-rata
return saham, yaitu SSIA, AUTO, LSIP, MAIN, dan BBRI. Misalnya, rata-rata
return AUTO (PT. Astra Otoparts Tbk.) yang mengalami peningkatan rata-rata
return saham sebesar 305.55 % dari 0.008983498 (sebelum stock split) menjadi
Tabel 1.2
Rata-Rata Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split 1 MTSM Metro Realty Tbk. 0.000103072 0.000007976 2 JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. 0.04465194 0.004194424 3 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk. 0.019406653 0.009322369 4 AUTO Astra Otoparts Tbk. 0.001243493 0.003138511 5 PBRX Pan Brothers Tbk. 0.032238429 0.001979505 6 INTA Intraco Penta Tbk. 0.094417539 0.01086275 7 BTPN Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Tbk. 0.00142042318 0.00017041256 8 LSIP PP London Sumatera Indonesia
Tbk. 0.018267988 0.003147421
9 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 0.005846294 0.002157337 10 MAIN Malindo Feedmill Tbk. 0.000708386 0.002814159
Keterangan:
a. Rata-rata TVA sebelum stock split = rata-rata dari TVA 7 hari sebelum stock split.
b. Rata-rata TVA setelah stock split = rata-rata dari TVA 7 hari setelah stock split.
Sumber :
Pemecahan saham atau stock split yang diwakili oleh tahun 2011
menunjukkan rata-rata Trading Volume Activity (TVA) sebelum dan sesudah stock split. Berdasarkan Tabel 1.2, menunjukkan adanya penurunan rata-rata
Trading Volume Activity (TVA) setelah stock split terhadap 8 emiten pada tahun
2011, yaitu MTSM, JTPE, SSIA, PBRX, INTA, BTPN, LSIP, dan BBRI.
Misalnya , rata-rata Trading Volume Activity (TVA) BBRI (Bank Rakyat
mengalami peningkatan rata TVA, yaitu AUTO dan MAIN. Misalnya,
rata-rata TVA AUTO (PT. Astra Otoparts Tbk.) yang mengalami peningkatan rata-rata-rata-rata
TVA sebesar 152,39 % dari 0.001243493 (sebelum stock split) menjadi
0.003138511 (setelah stock split).
Tabel 1.3
Rata-Rata Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split Tahun 2011 1 MTSM Metro Realty Tbk. 0.000000 0.000406349 2 JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. 0.000195491 0.00053679 3 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk. 0.000044460 0.00073856 4 AUTO Astra Otoparts Tbk. 0.000159948 0.015030645 5 PBRX Pan Brothers Tbk. 0.001145628 0.000919307 6 INTA Intraco Penta Tbk. 0.000038482 0.000120413 7 BTPN Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Tbk. 0.001029239 0.000298406
8 LSIP PP London Sumatera Indonesia
Tbk. 0.000305491 0.000167621
9 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 0.0000000000670 0.0000000001867 10 MAIN Malindo Feedmill Tbk. 0.000000000003 0.000000000358
Keterangan:
a. Rata-rata variance sebelum stock split = rata-rata dari variance 7 hari sebelum
stock split.
b. Rata-rata variance setelah stock split = rata-rata dari variance 7 hari setelah
stock split.
Sumber :
Pemecahan saham atau stock split yang diwakili oleh tahun 2011
menunjukkan rata-rata variance sebelum dan sesudah stock split. Berdasarkan
terhadap 3 emiten pada tahun 2011, yaitu, PBRX, , BTPN, dan LSIP. Misalnya ,
rata-rata variance PBRX (PT. Pan Brothers Tbk.) yang mengalami penurunan rata-rata variance sebesar 19,75 % dari 0.001145628 (sebelum stock split) menjadi
0.000919307 (setelah stock split). Namun demikian, ada 7 emiten yang
mengalami peningkatan rata-rata variance, yaitu MTSM, JTPE, SSIA, AUTO,
INTA, BBRI, dan MAIN. Misalnya, rata-rata variance JTPE (PT. Jasuindo Tiga Perkasa Tbk.) yang mengalami peningkatan rata-rata variance sebesar 174,58 % dari 0.000195491 (sebelum stock split) menjadi 0.00053679 (setelah stock split).
Berdasarkan kondisi tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang event
study mengenai hubungan antara return saham , Trading Volume Activity (TVA),
dan variance di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan informasi stock split.
Penelitian ini mencoba menganalisis perbedaan rata-rata return, rata-rata Trading
Volume Activity (TVA), dan rata-rata variance atas muatan informasi stock split.
Oleh karena itu perlu diadakan penelitian dengan judul “Analisis Perbedaan
return saham , Trading Volume Activity (TVA), dan variance pada Sebelum dan
Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2013).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka perumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan return saham,
Trading Volume Activity (TVA), dan variance yang signifikan sebelum dan
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis perbedaan
return saham, Trading Volume Activity (TVA), dan variance sebelum dan sesudah
stock split pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2011-2013.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi perusahaan (emiten)
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan tambahan informasi
pertimbangan bagi perusahaan go public yang tertarik untuk menerapkan
kebijakan stock split dalam mencapai tujuan perusahaan.
b. Bagi investor
Penelitian ini bermanfaat untuk dapat memberikan tambahan informasi dan
pengetahuan mengenai stock split dalam memilih saham yang dianggap likuid.
c. Bagi pihak lain
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran dan
informasi bagi berbagai pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut,
sehingga hasilnya menjadi lebih sempurna khususnya mengenai stock split.
d. Bagi peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
menambah wawasan dan pola pikir tentang perbedaan return saham, Trading
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal
Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),
ekuitas (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar
modal merupakan sarana pendanaaan bagi perusahaan maupun institusi lainnya
dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan kata lain, pasar modal
memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait
lainnya .
Menurut Rivai, dkk (2007:927), pasar modal adalah kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum, dan perdagangan efek, perusahaan publik
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek. Efek merupakan suatu istilah baku yang digunakan
undang-undang untuk menyatakan surat berharga atau sekuritas.
Produk yang diperjualbelikan di pasar modal merupakan hak
(kepemilikan) perusahaan dan surat pernyataan utang perusahaan. Pembeli modal
di pasar modal adalah individu atau organisasi yang bersedia menyisihkan
kelebihan dananya untuk melakukan kegiatan investasi di pasar modal. Kegiatan
pendapatan dimasa mendatang. Sementara itu, penjual modal adalah perusahaan
yang memerlukan modal atau tambahan modal untuk keperluan usahanya.
Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi
pendanaan usaha bagi perushaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat
pemodal (investor). Dana yang diperoleh ini dapat digunakan untuk
pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan sebagianya. Fungsi
kedua adalah menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen
keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan sebagainya. Dengan kata lain,
masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai karakteristik
keuntungan dan resiko dari masing-masing instrumen.
2.1.2 Saham
Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset
perusahaan yang menerbitkan saham (Tandelilin, 2001 : 18). Dengan memiliki
saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap
pendapatan dan kekayaan perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas
yang cukup popular diperjualbelikan di pasar modal.
Saham dapat diklasifikasikan atas beberapa hal, yaitu :
1. Cara peralihan hak
Saham dapat diklasifikasikan atas :
a) Saham atas unjuk (beared stocks), artinya pada saham tersebut tidak
tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor
b) Saham atas nama (registered stocks), merupakan saham yang ditulis
dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus
melalui prosedur tertentu.
2. Hak tagihan atas klaim
Saham terbagi atas :
a) Saham biasa (common stocks), yaitu sekuritas yang menunjukkan bahawa
pemegang saham tersebut mempunyai hak atas kepimilikan atas aset-aset
perusahaan.
b) Saham preferen (preferred stocks), yaitu saham yang mempunyai
karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa
menghasilkan pendapatan tetap dan juga mendapatkan hak kepemilikan
seperti pada saham biasa.
3. Kinerja saham
a) Blue-chip stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki
reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan
yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden.
b) Income stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan
untuk membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang
dibayarkan pada tahun sebelumnya.
c) Growth stocks (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang
memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri
d) Speculative stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara
konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun.
e) Counter cyclical stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi
ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.
2.1.3 Likuiditas Saham
Likuiditas saham adalah ukuran jumlah transaksi saham di pasar modal
dalam periode tertentu. Semakin tinggi frekuensi transaksi maka semakin tinggi
likuiditas saham dan ini berarti saham tersebut semakin diminati oleh para
investor. Namun pada kenyataannya tidak semua saham mudah ditransaksikan
atau dengan kata lain mengalami kesulitan likuidasi.
Saham yang tidak likuid dapat dikeluarkan atau delisting dari Bursa Efek.
Suatu saham dikatakan likuid apabila saham tersebut mudah ditukarkan atau
dijadikan uang. Saham yang tidak likuid akan menyebabkan kehilangan
kesempatan untuk mendapatkan keuntungan (gain). Jadi semakin likuid suatu
saham berarti jumlah transaksi semakin tinggi. Hal tersebut juga menunjukkan
minat investor untuk memiliki saham tersebut juga tinggi. Tingginya minat
investor ini dimungkinkan karena saham yang likuiditasnya tinggi mampu
memberikan kemungkinan yang lebih tinggi untuk mendapatkan return
dibandingkan dengan saham yang likuiditasnya rendah sehingga tingkat likuiditas
2.1.4 Harga Saham
Harga pasar (market price) merupakan harga pasar riil dan merupakan
harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham
pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar
tersebut adalah harga penutupan (closing price) dari suatu saham (Anoraga, 2006 :
59).
Harga saham dalam investasi dan perdagangan adalah harga yang
mengacu pada harga saham terkini dalam perdagangan saham. Indikator harga
saham menggambarkan banyak hal tentang apa yang sebenarnya pada saat ini
sedang terjadi antara pembeli dan penjual. Indikator harga saham tidak hanya
menggambarkan harga pasar tetapi juga menggambarkan siapa yang saat ini
sedang memegang kendali di pasar modal. Informasi terbaru yang masuk ke pasar
modal akan menyebabkan investor membeli atau menjual saham.
Harga saham menjadi sangat penting bagi investor karena mempunyai
konsekuensi ekonomi, secara umum perbedaan harga pasar saham dapat
mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dari investor-investor. PT Bursa
Efek Indonesia menetapkan fraksi yang wajar dalam kisaran persentase antara
1%- 5% dari harga pokok untuk emiten yang akan melakukan stock split,
menerbitkan saham baru atau right issue. Cara yang dilakukan emiten untuk
mempertahankan agar sahamnya tetap berada dalam rentang perdagangan yang
optimal sehingga daya beli investor meningkat adalah dengan melakukan
pemecahan saham atau stock split sehingga dapat menurunkan harga saham yang
2.1.5 Return Saham
Return saham adalah pendapatan per lembar saham yang dinikmati
investor atas suatu investasi yang dilakukan. Return merupakan keuntungan yang
diperoleh investor dari investasi. Suatu hal yang sangat wajar jika investor
menuntut tingkat return tertentu atas dana yang diinvestasikannya.
Dalam manajemen investasi, perlu dibedakan antara return yang
diharapkan (expected return) dan return yang terjadi (realized return). Return
saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi yang
selanjutnya akan disebut dengan ‘return saja’. Return realisasi merupakan capital
gain atau loss yaitu selisih antara harga saham periode saat ini (Pit) dengan harga
saham pada periode sebelumnya (Pit-1). Secara sistematis, return realisasi dapat dirumuskan sebagai berikut ini (Jogiyanto, 2003:110) ,
Rit
=
Dimana:
Rit = Return realisasi saham perusahaan ke-i pada waktu t Pit = Harga saham perusahaan i pada waktu t
Pit-1 = Harga saham perusahaan i pada waktu t-1
2.1.6 Trading Volume Activity (TVA)
Trading Volume Activity adalah jumlah saham atau surat berharga yang
diperdagangkan di pasar modal selama periode yang telah ditentukan. Trading
Volume Activity (TVA) adalah suatu instrumen yang dapat digunakan untuk
yang diperdagangkan di pasar (Sutrisno, 2000). Untuk menghitung Trading
Volume Activity (TVA)dapat digunakan formula berikut ini,
TVA I,t =
dimana :
TVA I,t = Trading Volume Activity i pada waktu t
i = Nama perusahaan
t = Waktu tertentu.
2.1.7 Varians
Risiko adalah perbedaan antara expected return dan realized return. Inti
dari proses investasi adalah memperhitungkan kemungkinan melencengnya
realized return terhadap expected return. Besaran yang digunakan untuk
mengukur risiko adalah varians dari expected return dan realized return tersebut.
Semakin besar fluktuasi harga saham terhadap reratanya (varian), maka semakin
besar pula risikonya (Zubir, 2011 : 23). Untuk menghitung varian return saham
dapat digunakan rumus berikut ini (Hanafi, 2010:154) :
σi2 =
dimana :
σi2
= variance saham pada perusahaan i
Ri,t = return harian saham i pada hari t
E(Ri) = expected return perusahaan i
Expected Return
Return ekspektasi (Expected return) adalah return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor di masa mendatang dan sifatnya belum terjadi (Jogiyanto,
2003:109). Return ekspektasi dapat dihitung berdasarkan beberapa cara, yaitu
sebagai berikut:
1. Berdasarkan nilai ekspektasi masa depan
Return ekspektasi cara ini dihitung dengan metode nilai ekspektasi yaitu
mengalikan masing-masing hasil masa depan (outcome) dengan probabilitas
kejadiannya dan menjumlahkan semua produk perkalian tersebut. Secara
sistematik, return ekspektasi dapat dirumuskan sebagai berikut (Jogiyanto,
2003:126).
E(Ri) = )
dimana :
E(Ri) = return ekspektasi suatu aktiva atau sekuritas ke-i
Rij = hasil masa depan ke-j untuk sekuritas ke-i
Pj = probabilitas hasil masa depan ke-j untuk sekuritas ke-i
n = jumlah dari hasil masa depan
2. Berdasarkan rata-rata aritmatik (arithmetic mean)
Metode arithmetic mean adalah metode perhitungan statistik yang biasa
dipakai untuk menghitung nilai rata-rata dan biasanya diberi simbol X (dibaca X
bar) (Tandelilin, 2001:53). Secara sistematis rumus arithmetic mean dituliskan
X =
Dimana :
ΣX = jumlah nilai return selama satu periode
n = total jumlah periode
3. Berdasarkan rata-rata geometrik (geometric mean)
Metode geometric mean adalah perhitungan yang bersifat pelipatgandaan
(compounding) dari aliran return selama periode tertentu. Metode ini baik
digunakan untuk menghitung tingkat perubahan aliran return pada periode yang
bersifat serial dan kumulatif (Tandelilin, 2001:54). Rumus untuk menghitung
geometric mean adalah sebagai berikut :
G =
dimana :
Rn = return relatif pada periode n
n = jumlah periode
2.1.8 Pemecahan Saham
Secara sederhana, pemecahan saham (stock split) berarti membagi lembar
saham menjadi n lembar saham. Harga perlembar saham baru setelah pemecahan
adalah sebesar 1/n dari harga saham sebelumnya. Menurut Halim (2005 : 97),
stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang
lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per
Stock split merupakan tindakan yang tidak mempunyai nilai ekonomis
yang juga tidak merubah nilai saham. Meskipun tidak mempunyai nilai ekonomis,
alasan kelesuan perdagangan saham yang berhubungan dengan sinyal pasar
menjadi alasan perusahaan melakukan stock split (Kusniyah, 2012 : 8).
Misalnya jumlah saham yang beredar adalah 1 juta lembar saham dengan
nilai Rp. 1000,- per lembar. Nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 1 juta x Rp.
1000,- = Rp. 1 miliyar. Perusahaan memecah seri satu lembar saham untuk
dijadikan sebanyak 2 lembar saham, sehingga harga perlembar saham baru
menjadi Rp. 500,- dan jumlah saham beredar menjadi 2 juta lembar. Nilai ekuitas
perusahaan tidak berubah, yaitu tetap sebesar 2 juta x Rp. 500,- = Rp. 1 miliyar.
2.1.8.1 Teori Motivasi Pemecahan Saham
Secara teoritis, motivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan
pemecahan saham serta dampak yang ditimbulkan tertuang dalam beberapa teori,
antara lain:
a. Signalling Theory
Signalling Theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan
sinyal atau informasi kepada investor mengenai prospek perusahaan di masa yang
akan datang. Pada tingkat asimetris tertentu antara manajer dan investor, manajer
berkemungkinan besar akan mengambil keputusan melakukan pemecahan saham
agar investor dapat menerima informasi yang menguntungkan.
Keputusan untuk melakukan pemecahan saham yang dilakukan oleh
manajemen perusahaan ternyata merupakan suatu keputusan yang mahal. Karena
mengakibatkan bertambahnya biaya yang dikeluarkan manajemen perusahaan
yang melakukan kebijakan pemecahan saham.
Pemecahan saham mengandung biaya yang harus ditanggung, maka hanya
perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya
ini, sehingga akan memberikan sinyal yang positif pada pasar terhadap kredibilitas
perusahaan. Selain itu, dengan tingkat biaya komisi yang tinggi, tentunya akan
menjadi daya tarik bagi broker untuk benar-benar melakukan analisa seakurat
mungkin agar harga saham berada pada tingkat perdagangan optimal serta mampu
memberikan informasi yang menguntungkan bagi perusahaan dan investor.
Sebaliknya, perusahaan yang tidak memiliki prospek baik yang mencoba
memberikan sinyal tidak valid lewat pemecahan saham akan tidak mampu
menanggung biaya tersebut.
b. Trading Range Theory
Trading Range Theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan
meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Harga pasar saham mencerminkan
nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi nilai
perusahaan dan sebaliknya. Namun jika harga saham terlalu tinggi akan
mempengaruhi kemampuan investor untuk membeli saham, sehingga
menimbulkan efek seolah-olah harga saham sulit untuk meningkat kembali.
Menurut Trading Range Theory, harga saham yang dinilai terlalu tinggi
akan menyebabkan berkurangnya aktivitas saham untuk diperdagangkan. Dengan
2.1.8.2 Jenis-Jenis Stock Split
Menurut Rahayu (2006 :14), ada 2 jenis pemecahan saham yang mendasari
para emiten dalam memecahkan sahamnya, yaitu :
a. Pemecahan naik (Split Up)
Split Up adalah penurunan nominal per lembar saham yang mengakibatkan
bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan dengan
faktor pemecahan 1:2, 1:3, 1:10, dan sebagainya.
b. Pemecahan turun (Split Down)
Split Down merupakan peningkatan nilai nominal perlembar saham yang
mengakibatkan berkurangnya jumlah saham yang beredar. Misalnya
pemecahan dengan faktor 2:1, 3:1, 10:1, dan sebagainya.
2.1.8.3 Prosedur Pemecahan Saham
Prosedur pemecahan saham dapat dilakukan dengan cara menukarkan
saham dengan nilai nominal lama yang dimiliki dengan saham baru dengan nilai
nominal yang baru. Penukaran ini dapat dilakukan di Biro Administrasi Efek yang
ditunjuk oleh emiten. Tanggal-tanggal penting yang harus diperhatikan dalam
rangka pemecahan saham adalah :
1. Tanggal mulai permohonan penggantian Surat Kolektif Saham (SKS) lama
untuk stock split.
2. Periode suspensi
3. Tanggal mulai penyerahan SKS baru hasil stock split
Tanggal yang pertama merupakan tanggal dimulainya penggantian Surat
Kolektif Saham (SKS) lama. Pada tanggal ini perusahaan boleh mulai
mendaftarkan saham yang dimiliki untuk ditukarkan dengan saham baru dengan
nilai nominal yang baru. Mulai tanggal ini sampai dengan periode suspensi, saham
dengan nominal lama masih diperdagangkan dan pemegang saham lama selama
periode ini boleh mendaftarkan diri untuk stock split. Selama periode suspensi,
saham tersebut tidak dapat diperdagangkan di Bursa Efek untuk memberikan
waktu mengadministrasikan saham untuk stock split.
Tanggal ketiga adalah tanggal dimulainya penyerahan Surat Kolektif
Saham (SKS) baru hasil stock split. Saham baru dengan nominal baru ini mulai
diperdagangkan di Bursa Efek sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Biasanya
tanggal mulai perdagangan saham dengan nilai nominal baru sama dengan tanggal
mulai penyerahan SKS baru hasil stock split. Sesudah tanggal mulai perdagangan
saham dengan nilai nominal baru maka semua saham dengan nilai nominal lama
tidak dapat diperdagangkan lagi di bursa, tetapi harus ditukarkan dengan saham
dengan nilai nominal baru.
Sumber :
2.1.9 Hubungan Pemecahan Saham dengan Return Saham
Return saham adalah hasil atau tingkat keuntungan yang diperoleh
pemegang saham terhadap investasi yang dilakukan. Jika tingkat keuntungan akan
investasi tersebut tidak ada, maka investor akan berfikir ulang untuk melakukan
investasi kembali. Jadi setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka
pendek memiliki tujuan utama yaitu memperoleh keuntungan yang disebut
sebagai return (Ang, 1997).
Pemecahan saham menyebabkan harga saham menjadi tidak terlalu tinggi
dan akan meningkatkan minat investor untuk membeli saham tersebut sehingga
menimbulkan ekspektasi dan harapan dari investor untuk mendapatkan return
yang tinggi atas saham tersebut, karena setelah pemecahan saham ada
kemungkinan harga saham tersebut akan mengalami peningkatan di masa depan.
Menurut Brigham dan Houston (2006) , rata-rata harga saham sebuah
perusahaan akan naik tidak berapa lama setelah perusahaan mengumumkan stock
split. Kenaikan harga lebih disebabkan oleh adanya fakta bahwa para investor
memperlakukan pemecahan saham sebagai suatu pertanda adanya laba di masa
depan yang lebih tinggi. Para investor membeli saham tersebut dengan ekspektasi
untuk mendapatkan return yang tinggi, karena adanya kenaikan harga saham
tersebut maka akan diikuti dengan kenaikan return.
2.1.10 Hubungan Pemecahan Saham dengan Volume Perdagangan Saham
Volume perdagangan saham salah satu indikator yang digunakan untuk
melihat reaksi pasar terhadap kejadian atau informasi yang berkaitan dengan suatu
perdagangan atau Trading Volume Activity (TVA). TVA merupakan perbandingan
antara jumlah saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu dengan jumlah
saham perusahaan yang beredar pada periode tertentu. Besar kecilnya perubahan
rata-rata TVA antara sebelum dan sesudah pemecahan saham mencerminkan
dampak yang ditimbulkan oleh adanya pemecahan saham terhadap volume
perdagangan saham.
Pemecahan saham yang digunakan oleh perusahaan ketika harga
sahamnya dinilai terlalu tinggi akan mempengaruhi kemampuan investor untuk
membelinya. Sehubungan dengan adanya pemecahan saham maka harga saham
akan menjadi lebih murah sehingga maka saham akan diminati oleh investor
sehingga banyak investor yang melakukan pembelian saham. Dengan
meningkatnya transaksi pembelian saham tersebut berarti volume perdagangan
saham meningkat.
2.1.11 Hubungan Pemecahan Saham dengan Variance Return
Varians (Variance) adalah salah satu besaran yang digunakan untuk
mengukur risiko investasi. Varians merupakan kuadrat dari standar deviasi.
Besaran ini digunakan untuk menghitung seberapa besar kemungkinan
melencengnya realized return terhadap expected return (Zubir, 2011:23).
Sehubungan dengan dilakukannya pemecahan saham atau stock split, maka
investor di pasar modal akan memberikan reaksi terhadap informasi tersebut dan
menyebabkan harga saham menjadi fluktuatif. Semakin besar fluktuasi harga
2.1.12 Efesiensi Pasar
2.1.12.1 Hipotesis efisiensi pasar
Menurut Tandelilin (2001: 112), pasar yang efisien adalah pasar yang
dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua
informasi yang tersedia. Dari definisi tersebut, terdapat tiga hal penting untuk
dipahami, yaitu:
a. Fully Reflect
Investor akan mengolah semua informasi yang relevan ke dalam harga saham
pada saat akan membuat keputusan menjual atau membeli saham. Harga
sekarang yang terjadi mencerminkan semua informasi yang tersedia.
b. All Relevant Available Information / All Known Information
Informasi yang direfleksikan pada harga saham berasal dari informasi
perubahan harga saham di masa lalu (historical price information), informasi
yang tersedia di publik (public information) dan semua informasi serta
informasi yang tidak tersedia di publik (inside information).
c. Instanteously / Quickly and Accurately
Harga keseimbangan yang terbentuk di pasar modal tidak akan berubah
selama tidak ada informasi baru yag dapat mengubah kekuatan permintaan
dan penawaran. Pada suatu saat informasi baru yang relevan masuk ke pasar,
kekuatan permintaan dan penawaran atas satu atau beberapa saham akan
bereaksi sehingga terbentuk harga keseimbangan yang baru. Semakin cepat
2.1.12.2 Tingkatan Efisiensi Pasar
Aspek penting dalam menilai efisiensi pasar adalah seberapa besar
informasi baru disampaikan diserap oleh pasar yang tercermin dalam penyesuaian
menuju harga keseimbangan yang baru. Pada dasarnya, tidak ada pasar yang
sempurna efisien atau sepenuhnya tidak efisien. Semuanya adalah efisien dengan
tingkat atau derajat tertentu. Mengukur pasar yang efisien adalah dengan melihat
hubungan antara sekuritas dan informasi. Ada tiga bentuk utama dari efisiensi
pasar berdasarkan dari bentuk informasi, yaitu :
a. Efisiensi bentuk lemah (weak form)
Hipotesis bentuk lemah menyebutkan bahwa harga saham telah
mencerminkan seluruh informasi yang dapat diturunkan dengan menguji data
perdagangan pasar yaitu harga historis, volume perdagangan, dan bunga
pinjaman.
b. Efisiensi bentuk setengah kuat (semi strong form)
Hipotesis bentuk setengah kuat menyebutkan bahwa seluruh informasi yang
tersedia untuk publik tentang prospek perusahaan seharusnya tercermin pada
harga saham. Informasi tersebut meliputi, selain harga masa lalu, data
fundamental tentang lini produk perusahaan serta praktik akuntansi. Jika pasar
efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor atau grup dari
investor yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan abnormal dalam
c. Efisiensi bentuk kuat (strong form)
Hipotesis bentuk kuat menyebutkan harga pasar mencerminkan seluruh
informasi yang relevan bagi perusahaan, termasuk informasi yang hanya
tersedia bagi perusahaan. Jika pasar efisien dalam bentuk kuat, maka tidak ada
individual investor atau grup investor yang akan memperoleh keuntungan
abnormal karena mempunyai informasi privat.
2.1.13 Studi Peristiwa (event study)
Studi peristiwa atau event study adalah penelitian yang mengamati dampak
dari pengumuman informasi terhadap harga sekuritas (Tandelilin, 2001: 126).
Event Study bertujuan untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang
surat berharga dan pendapatan (return) dari surat berharga tersebut.
Studi peristiwa atau event study dapat digunakan untuk melihat reaksi
pasar modal (dengan pendekatan harga saham) terhadap suatu peristiwa tertentu
atau untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman. Sejalan dengan
itu, event study juga dapat digunakan untuk menguji hipotesis pasar efisien pada
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian Variabel
Kasus pada
2.3 Kerangka Konseptual
Tingkat kecepatan pasar modal dalam merespon informasi baru telah
menjadi perhatian para ahli ekonomi keuangan. Tingkat kecepatan pasar dalam
merefleksikan informasi baru ke dalam perubahan nilai sekuritas-sekuritasnya
merupakan salah satu indikator tingkat efisiensi. Semakin cepat pasar modal
melakukan reaksi terhadap informasi baru, maka pasar tersebut semakin efisien
(Husnan, 2002 dalam Foejisanto, 2010 : 9).
Perkembangan pasar modal membawa perubahan pada tuntutan kualitas
informasi. Pengambilan keputuan investor rasional, maka dibutuhkan suatu
informasi yang relevan sehingga investor mampu mengidentifikasi kinerja
perusahaan. Keputusan investor untuk berinvestasi merupakan reaksi atas
informasi yang mereka terima. Informasi yang dikirim manajemen akan ditangkap
oleh pasar sebagai sinyal, baik sebagai sinyal yang positif maupun negatif
tergantung pada isi informasi yang disampaikan ke pasar.
Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi pasar
dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka pasar
diharapkan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar
(Jogiyanto, 2003:410). Salah satu informasi yang terdapat dalam pasar modal
adalah pemecahan saham (stock split). Pengumuman pemecahan saham (stock
split) ini memberikan informasi, dimana pasar diharapkan akan bereaksi pada
waktu pengumuman tersebut diterima yang tercermin dari return saham, Trading
Informasi stock split sangat menarik bagi para investor karena harga
saham menjadi lebih murah sehingga banyak investor yang tertarik pada saham
tersebut karena adanya ekspektasi harga saham tersebut akan mengalami
peningkatan di masa depan. Kenaikan harga saham tersebut akan diikuti dengan
kenaikan return sehingga investor akan mendapatkan return yang tinggi atas
kepemilikan saham tersebut (Brigham dan Houston, 2006).
Trading Volume Activity (TVA) adalah salah satu instrumen yang dapat
digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter
volume saham yang diperdagangkan di pasar modal. Penelitian yang dilakukan
oleh Wulff (2002) menunjukkan bahwa stock split menimbulkan perbedaan
volume perdagangan saham. Dengan demikian dapat disimpulkan secara teoritis
bahwa, sebelum adanya stock split, volume perdagangan saham relatif rendah
karena harga saham waktu itu oleh investor sudah dianggap tinggi. Kemudian
dengan adanya stock split di mana harga saham menjadi rendah, maka saham akan
diminati oleh investor sehingga banyak investor yang melakukan pembelian
saham. Dengan meningkatnya transaksi pembelian saham tersebut berarti volume
perdagangan saham meningkat (Rahayu, 2006).
Varians (variance) adalah salah satu besaran yang dapat digunakan untuk
mengukur resiko investasi, yaitu memperhitungkan kemungkinan melencengnya
realized return terhadap expected return. Semakin besar fluktuasi harga saham
terhadap reratanya (varian), maka semakin besar pula risikonya Ohlson dan
Penman (1985) menemukan bahwa resiko yang diukur dengan varian return
penelitian ini juga didukung oleh Wulff (2002) yang menemukan adanya
peningkatan varians setelah peristiwa stock split. Peningkatan varians setelah
stock split disebabkan karena adanya reaksi berlebihan dari para investor di pasar
modal sehingga harga saham menjadi fluktuatif. Fluktuasi harga saham yang besar
terhadap rata-ratanya menyebabkan varians menjadi semakin besar (Rahayu,
2006).
Penelitian ini mengamati seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang melakukan stock split pada tahun 2011-2013 dengan
melihat perbedaan rata-rata return saham, Trading Volume Activity (TVA), dan
variance sebelum dan sesudah stock split. Analisis data akan melihat bagaimana
perbedaan rata-rata return saham, Trading Volume Activity (TVA), dan variance
yang diperoleh pada 7 hari sebelum stock split dan 7 hari sesudah stock split
secara keseluruhan dari tahun 2011-2013.
Berdasarkan uraian teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
disajikan kerangka konseptual yang dituangkan dalam sebuah model penelitian
sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Sumber : Brigham dan Houston (2006), Wulff (2002), dan Rahayu (2006) , diolah (2014)
Return saham sebelum stock split
Variance sebelum stock split
Trading volume activity (TVA) sebelum stock split
Return saham sesudah stock split
Trading volume activity (TVA) sesudah stock split
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap rumusan
masalah penelitian yang diajukan oleh karena jawaban yang diberikan baru
berdasarkan pada teori relevan belum berdasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono,2006: 306). Berdasarkan rumusan
masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat perbedaan return saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock
split.
2. Terdapat perbedaan trading volume activity (TVA) yang signifikan sebelum
dan sesudah stock split.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong kedalam penelitian
komparatif. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat
membandingkan dua atau lebih sampel atau dalam waktu yang berbeda
(Sugiyono, 2006 : 11)
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui media internet dengan situs
dan www.duniainvestasi.com. Penelitian ini dilakukan
mulai dari bulan Maret 2014 dan diperkirakan berakhir sampai dengan bulan Juni
2014.
3.3 Batasan Operasional
Untuk menghindari kesimpangsiuran dan agar dalam menganalisis serta
membahas permasalahn lebih fokus pada satu permasalahan dan topik yang
diteliti, maka ditetapkan batasan operasional untuk penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
a. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2011-2013.
b. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang melakukan pengumuman
stock split pada periode 2011-2013. Perusahaan tersebut hanya melakukan
kebijakan stock split dan tidak melakukan kebijakan corporate action (seperti
pengumuman lainnya) pada tanggal yang bersamaan dengan pengumuman
stock split yang secara langsung berpengaruh pada volume perdagangan
saham.
c. Harga saham yang digunakan adalah harga saham harian (closing price).
Penetapan harga saham harian (closing price) mulai dari 7 hari sebelum stock
split dan 7 hari setelah stock split yang dilakukan oleh perusahaan.
d. Volume perdagangan saham yang digunakan adalah volume transaksi harian
mulai 7 hari sebelum stock split dan 7 hari setelah stock split.
3.4 Definisi Operasional
1. Stock split
Stock split merupakan salah satu kebijakan yang dilakukan oleh
perusahaan go public untuk meningkatkan jumlah saham yang beredar dengan
memecah saham menjadi n lembar saham sehingga jumlah lembar saham
meningkat dengan nilai nominal saham yang lebih kecil.
Tanggal pengumuman stock split (event date) merupakan tanggal dimana
pemecahan saham diumumkan oleh perusahaan kepada publik melalui bursa efek.
Penetapan tanggal pengumuman pemecahan saham digunakan t=0 , yaitu tanggal
diumumkannya pemecahan saham. Periode pengamatan (event window) yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 14 hari yang terbagi menjadi dua bagian
2. Return
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2003:
109). Return saham terbagi menjadi dua, yaitu return realisasi dan return
ekspektasi. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja
perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko di masa mendatang.
Dalam melakukan investasi, investor dihadapkan pada ketidakpastian antara
return yang diperoleh dengan resiko yang dihadapi.
Return saham dalam penelitian ini diperoleh dari selisih harga saham
sekarang dengan harga saham sebelumnya. Data harga saham yang digunakan
adalah harga saham harian yaitu 7 hari sebelum stock split dan 7 hari setelah stock
split. Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan (closing price).
Return saham harian dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Rit =
dimana:
Rit = Return realisasi saham perusahaan ke-i pada waktu t Pit = Harga saham perusahaan i pada waktu t
Pit-1 = Harga saham perusahaan i pada waktu t-1
3. Trading Volume Activity (TVA)
Trading Volume Activity adalah jumlah saham atau surat berharga yang
Volume Activity (TVA) adalah suatu instrumen yang dapat digunakan untuk
melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter volume saham
yang diperdagangkan di pasar (Sutrisno, 2000) Untuk menghitung Trading
Volume Activity (TVA)dapat digunakan formula berikut ini,
TVA I,t =
dimana :
TVA I,t = Trading Volume Activity i pada waktu t
i = Nama perusahaan
t = Waktu tertentu.
4. Variance
Risiko adalah perbedaan antara expected return dan realized return. Inti
dari proses investasi adalah memperhitungkan kemungkinan melencengnya
realized return terhadap expected return. Besaran yang digunakan untuk
mengukur risiko adalah varians dari expected return dan realized return tersebut.
Semakin besar fluktuasi harga saham terhadap reratanya (varian), maka semakin
besar pula risikonya (Zubir, 2011 : 23). Untuk menghitung varian return saham
dapat digunakan rumus berikut ini (Hanafi, 2010:154) :
σi2 =
dimana : σi2
= variance saham pada perusahaan i
Ri,t = return saham harian saham i pada hari t
E(Ri) = expected return perusahaan i
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa
orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya
atau menjadikan objek penelitian (Kuncoro, 2006:103). Sedangkan menurut
Sugiyono (2010:80), populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2013 yang melakukan kebijakan stock
split. Pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan kriteria-kriteria
tertentu dimana kriteria tersebut harus dipenuhi oleh sampel guna mendapatkan
sampel yang representatif. Adapun kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dan melakukan pengumuman stock split pada periode 2011-2013
2. Perusahaan yang hanya melakukan kebijakan stock split dan tidak melakukan
kebijakan corporate action (seperti warrant, right issue, stock deviden, cash
deviden, bonus shares, dan pengumuman lainnya) pada tanggal yang
bersamaan dengan pengumuman stock split .
Tabel 3.1
Proses Pemilihan Sampel
No. Kriteria Sampel Jumlah
1
Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2013 yang melakukan kebijakan stock split.
28
2
Perusahaan yang melakukan kebijakan corporate action lain (seperti warrant, right issue, stock deviden, cash deviden, bonus shares, dan pengumuman lainnya) pada tanggal yang bersamaan dengan pengumuman stock split
(0)
3 Perusahaan yang datanya tidak tersedia secara lengkap
untuk kebutuhan analisis (0)
Jumlah sampel akhir 28
Sumber
Berdasarkan kriteria penarikan sampel tersebut, maka diperoleh sampel
dalam penelitian ini sebanyak 28 perusahaan. Adapun 28 perusahaan tersebut
adalah :
Tabel 3.2
Daftar Perusahaan Sampel No. Kode
Emiten
Nama Emiten Tanggal Stock Split 8 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 28 Mar 2011 1:5 9 LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk. 25 Feb 2011 1:5 10 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 11 Jan 2011 1:2 11 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk. 2 Nov 2012 1:10
12 KLBF Kalbe Farma Tbk. 8 Okt 2012 1:5
14 KREN Kresna Graha Sekurindo Tbk. 6 Aug 2012 1:4 15 DKFT Central Omega Resources Tbk. 2 Aug 2012 1:5 16 MDRN Modern International Tbk. 2 Jul 2012 1:5 17 IMAS Indomobil Sukses International Tbk. 7 Jun 2012 1:2 18 ASII Astra International Tbk. 5 Jun 2012 1:10 19 PWON Pakuwon Jati Tbk. 29 Mar 2012 1:4
20 PTRO Petrosea Tbk. 6 Mar 2012 1:10
21 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 19 Apr 2013 1:5 22 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. 8 Jul 2013 1:4 23 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk. 19 Jul 2013 1:10 24 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. 29 Jul 2013 1:10 25 JRPT Jaya Real Property Tbk. 31 Jul 2013 1:5 26 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. 27 Aug 2013 1:5
27 BATA Sepatu Bata Tbk. 4 Sep 2013 1:100
28 JKON Jaya Konstrukasi Manggala Pratama Tbk. 26 Sep 2013 1:5
Sumber :
3.6 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif.
Sedangkan sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang
diperoleh melalui media internet dengan situs dan
3.7 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi
pustaka berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu, laporan keuangan
perusahaan, dan laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan
gambaran masalah yang akan diteliti serta melalui data sekunder berupa laporan
3.8 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
3.8.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah proses pengumpulan, penyajian ringkasan
berbagai karakteristik data untuk memberikan informasi dan gambaran yang
dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum.
3.8.2 Uji Normalitas
Screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal yang harus
dilakukan untuk setiap multivariat , khususnya jika tujuannya adalah inferensi
(Ghozali, 2006:27). Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan return
saham, Trading Volume Activity (TVA), dan variance sebelum dan sesudah stock
split, sehingga perlu dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Dalam hal ini
peneliti menggunakan uji statistik Kolmogrov Smirnov untuk mendeteksi
normalitas data.
Pengujian Kolmogrov Smirnov dapat digunakan untuk mengetahui apakah
data terdistribusi secara normal atau tidak. Hal itu dapat diketahui dengan melihat
signifikansi data tersebut. Apabila signifikansi lebih dari 5% atau 0,05 maka data
berdistribusi secara normal, sehingga uji beda yang digunakan adalah uji
parametrik (paired sample t-test). Tetapi jika signifikansi kurang dari 5%, maka
data tidak berdistribusi normal, sehingga uji beda yang digunakan adalah uji non