• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERBEDAAN RETURN SAHAM , TRADING VOLUME ACTIVITY DAN VARIANCE SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT

(Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)

OLEH

DESY NOVITASARI 100502115

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAK

ANALISIS PERBEDAAN RETURN SAHAM , TRADING VOLUME ACTIVITY DAN VARIANCE SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT

(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

Pemecahan saham adalah salah satu aksi korporasi yang dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan untuk mengatur kembali harga saham agar berada pada rentang yang lebih likuid serta memberikan sinyal yang berkualitas kepada investor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan return saham, trading volume activity, dan variance sebelum dan sesudah pemecahan saham, sehingga investor dapat memanfaatkan pengumuman pemecahan saham untuk mendapatkan keuntungan.

Penelitian ini menggunakan event study, dimana dilakukan pengamatan terhadap rata-rata return saham, trading volume activity, dan variance selama 7 hari sebelum peristiwa dan 7 hari sesudah peristiwa. Penelitian ini menggunakan

data sekunder yang diperoleh dari

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tanggal pengumuman pemecahan saham yang digunakan sebagai event date, harga saham penutupan harian perusahaan yang melakukan pemecahan saham, jumlah saham yang diperdagangkan secara harian, dan jumlah saham yang beredar. Sampel yang digunakan berjumlah 28 perusahaan yang adalah saham-saham dari perusahaan yang melakukan pemecahan saham selama tahun 2011-2013 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan trading volume activity yang signifikan sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada return saham dan variance sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham.

(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF DIFFERENCES IN RETURN, TRADING VOLUME ACTIVITY, AND VARIANCE BEFORE AND AFTER STOCK SPLIT (CASE

STUDY OF LISTED COMPANIES IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE)

Stock split is one kind of corporate action implemented by companies in order to rearrange stock price to be a more liquid range and provide more positive signal to investor. The purpose of this research is to analyze the differences of return, trading volume activity, and variance before and after stock split event, so that investors could use this event to gain benefit.

This research uses event study method to observe average return, trading volume activity, and variance within seven days before and after event date. This research uses secondary data that collected from from announcement date of stock split applied as event date, daily closing price, the amount of daily traded share and the amount of listed shared. There are 28 samples for this research. They are stocks of the companies which implemented stock split policy within 2011 up to 2013 and which have been listed in BEI.

Result of the study show that there is significant differences of trading volume activity before and after stock split. And there are no significant differences of return and variance before and after stock split.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Perbedaan Return Saham , Trading Volume Activity Dan Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013)”.

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Strata-1 pada Universitas Sumatera Utara dan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Manajemen.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, masukan atau saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih, khususnya kepada kedua orang tua penulis, yaitu Ayahanda Zulfahmi dan Ibunda Jusmarianis atas dukungan dan doa beliau yang luar biasa. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, S.E, ME, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, S.E, M.Si, selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si, selaku Dosen Pembimbing atas ketulusan hati dan kesabarannya dalam membimbing, mendukung, dan mengarahkan penulis.

7. Ibu Dr. Khaira Amalia F, SE, MBA, AK, selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah memberikan kritik dan saran bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. 8. Seluruh Dosen Manajemen, staf, dan pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik, memberikan bimbingan, saran, dan informasi selama perkuliahan dan dalam penulisan skripsi ini. 9. Saudara-saudaraku tercinta, Kak Elfiyanti, Bang Yuhendra, dan Bang Fauzan

yang telah memberikan semangat dan dukungannya selama ini.

10.Teman-teman seperjuangan di jurusan Manajemen Reguler angkatan 2010 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, atas bantuan, saran, kerjasama, motivasi, dan perhatiannya selama ini.

(5)

penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi karya tulis yang memberikan dampak positif kepada semua pihak.

Medan, Juni 2014

(6)

DAFTAR ISI 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.8.1 Teori Motivasi Pemecahan Saham ... 20

2.1.8.2 Jenis-Jenis Stock Split ... 22

2.1.8.3 Prosedur Pemecahan Saham ... 22

2.1.9 Hubungan Pemecahan Saham dengan Return Saham ... 24

2.1.10 Hubungan Pemecahan Saham dengan Volume Perdagangan ... 24

2.1.11 Hubungan Pemecahan Saham denga Variance ... 25

2.1.12 Efisiensi Pasar ... 26

2.1.12.1 Hipotesis Efisiensi Pasar ... 26

2.1.12.2 Tingkatan Efisiensi Pasar ... 27

2.1.13 Studi Peristiwa (Event Study) ... 28

2.2 Penelitian Terdahulu ... 29

(7)

2.4 Hipotesis ... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

3.3 Batasan Operasional ... 35

3.4 Definisi Operasional ... 36

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 39

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 41

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.8 Teknik Analisis Data ... 42

3.8.1 Statistik Deskriptif ... 42

3.8.2 Uji Normalitas ... 42

3.8.3 Pengujian Hipotesis ... 43

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 47

4.2 Hasil Penelitian ... 67

4.2.1 Analisis Deksriptif ... 67

4.2.1.1 Statistik Deskriptif Return Saham ... 67

4.2.1.2 Statistik Deskriptif Trading Volume Activity ... 68

4.2.1.3. Statistik Deskriptif Variance Saham ... 69

4.2.2 Analisis Statistik ... 70

4.2.2.1 Uji Normalitas ... 70

4.2.2.2 Pengujian Hipotesis ... 73

4.3 Pembahasan ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Judul Halaman

1.1 Rata-Rata Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split tahun

2011 ………... 5

1.2 Rata-Rata Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Tahun 2011 ……… 7

1.3 Rata-Rata Variance Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Tahun 2011……….………... 8

2.1 Penelitian Terdahulu……… 29

3.1 Proses Pemilihan Sampel……… 40

3.2 Daftar Perusahaan Sampel………... 40

4.1 Statistik Deskriptif Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Periode 2011-2013……… 67

4.2 Statistik Deskriptif Trading Volume Activity (TVA) Sebelum dan Sesudah Stock Split Periode 2011-2013………. 68

4.3 Statistik Deskriptif Variance Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Periode 2011-2013………. 69

4.4 Uji One Sample Kolmogrov Smirnov Test Rata-rata Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split………. 71

4.5 Uji One Sample Kolmogrov Smirnov Test Rata-rata Trading Volume Activity (TVA) Sebelum dan Sesudah Stock Split………… 71

4.6 Uji One Sample Kolmogrov Smirnov Test Rata-rata variance Sebelum dan Sesudah Stock Split………... 72

4.7 Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test pada Return Saham…………. 73

4.8 Hasil Uji Wilcoxon Sign Rank Test pada Trading Volume Activity (TVA)……….. 74

(9)

DAFTAR GAMBAR No.

Gambar Judul Halaman

2.1 Skema Prosedur Pelaksanaan Stock Split……….. 23

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1

Daftar Harga Saham dan Return Saham pada 7 Hari Sebelum

Stock Split dan 7 Hari Sesudah Stock Split……… 86

2 Rata-rata return, TVA, dan variance sebelum stock split……. 100

(11)

ABSTRAK

ANALISIS PERBEDAAN RETURN SAHAM , TRADING VOLUME ACTIVITY DAN VARIANCE SEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT

(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

Pemecahan saham adalah salah satu aksi korporasi yang dilakukan oleh perusahaan dengan tujuan untuk mengatur kembali harga saham agar berada pada rentang yang lebih likuid serta memberikan sinyal yang berkualitas kepada investor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan return saham, trading volume activity, dan variance sebelum dan sesudah pemecahan saham, sehingga investor dapat memanfaatkan pengumuman pemecahan saham untuk mendapatkan keuntungan.

Penelitian ini menggunakan event study, dimana dilakukan pengamatan terhadap rata-rata return saham, trading volume activity, dan variance selama 7 hari sebelum peristiwa dan 7 hari sesudah peristiwa. Penelitian ini menggunakan

data sekunder yang diperoleh dari

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tanggal pengumuman pemecahan saham yang digunakan sebagai event date, harga saham penutupan harian perusahaan yang melakukan pemecahan saham, jumlah saham yang diperdagangkan secara harian, dan jumlah saham yang beredar. Sampel yang digunakan berjumlah 28 perusahaan yang adalah saham-saham dari perusahaan yang melakukan pemecahan saham selama tahun 2011-2013 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan trading volume activity yang signifikan sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada return saham dan variance sebelum dan sesudah peristiwa pemecahan saham.

(12)

ABSTRACT

ANALYSIS OF DIFFERENCES IN RETURN, TRADING VOLUME ACTIVITY, AND VARIANCE BEFORE AND AFTER STOCK SPLIT (CASE

STUDY OF LISTED COMPANIES IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE)

Stock split is one kind of corporate action implemented by companies in order to rearrange stock price to be a more liquid range and provide more positive signal to investor. The purpose of this research is to analyze the differences of return, trading volume activity, and variance before and after stock split event, so that investors could use this event to gain benefit.

This research uses event study method to observe average return, trading volume activity, and variance within seven days before and after event date. This research uses secondary data that collected from from announcement date of stock split applied as event date, daily closing price, the amount of daily traded share and the amount of listed shared. There are 28 samples for this research. They are stocks of the companies which implemented stock split policy within 2011 up to 2013 and which have been listed in BEI.

Result of the study show that there is significant differences of trading volume activity before and after stock split. And there are no significant differences of return and variance before and after stock split.

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai

kegiatan operasionalnya. Dana tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber,

pertama berasal dari dalam perusahaan yakni modal pemilik maupun laba ditahan

(retained earning). Sedangkan sumber pembiayaan yang lain berasal dari luar,

yakni dalam bentuk pinjaman atau hutang dari pihak lain. Selain dari pinjaman,

untuk memperoleh tambahan dana untuk kegiatan operasionalnya, beberapa

perusahaan yang sudah go public dapat memperolehnya melalui penjualan saham

pada investor atau pemilik modal.

Media yang digunakan perusahaan dalam menjual sahamnya kepada

publik adalah pasar modal. Dalam hal ini, pasar modal berfungsi sebagai perantara

untuk mempertemukan pemilik modal (investor) dengan pihak-pihak yang

membutuhkan dana (emiten). Pasar modal Indonesia terus mengalami

perkembangan dan keberadaan pasar modal dirasakan sangat penting bagi

perekonomian di Indonesia. Pasar modal diharapkan dapat memfasilitasi

penyaluran dana dari pihak investor sebagai pemilik dana kepada pihak yang

membutuhkan dana (emiten).

Fluktuasi harga saham di pasar modal dapat mempengaruhi tingkat

permintaan dan penawaran terhadap harga saham. Kenaikan harga saham yang

terlalu tinggi akan menyebabkan permintaan terhadap pembelian saham tersebut

(14)

perusahaan tersebut menjadi statis. Penurunan permintaan tersebut dapat

disebabkan karena tidak semua investor tertarik untuk membeli saham dengan

harga yang terlalu tinggi, terutama investor perorangan yang memiliki dana

terbatas, sehingga para investor tersebut akan berbalik untuk membeli

saham-saham perusahaan lain.

Untuk menghindari munculnya kondisi tersebut, maka upaya yang

dilakukan perusahaan adalah dengan menempatkan kembali harga saham pada

jangkauan tertentu atau dengan kata lain, perusahaan harus berusaha menurunkan

harga saham pada kisaran harga yang menarik minat investor untuk membeli

saham tersebut. Salah satu kebijakan yang dapat diambil perusahaan adalah

dengan melakukan stock split atau pemecahan saham (Kusniyah, 2012 : 3).

Menurut Jogiyanto (2003:415), Stock split (pemecahan saham) adalah

memecah selembar saham menjadi n lembar saham. Harga perlembar saham

adalah 1/n dari harga sebelumnya, sehingga total ekuitas perusahaan tidak

mengalami perubahan. Dengan demikian, sebenarnya stock split tidak menambah

nilai dari perusahaan atau dengan kata lain stock split tidak mempunyai nilai

ekonomis.

Meskipun secara teoritis tidak memiliki nilai ekonomis, tetapi banyak

emiten yang melakukan kebijakan stock split. Kemungkinan alasannya adalah

berhubungan dengan likuiditas harga sekuritas dan yang berhubungan dengan

sinyal yang akan disampaikan oleh perusahaan kepada publik atau yang dikenal

(15)

Signalling Theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan

sinyal atau informasi kepada investor tentang peningkatan return masa depan

yang substansial. Jadi, jika pasar bereaksi terhadap pengumuman stock split,

bukan berarti bahwa pasar bereaksi karena informasi stock split tersebut tidak

memiliki nilai ekonomis, tetapi bereaksi karena mengetahui prospek perusahaan

di masa depan yang disinyalkan melalui stock split. Sedangkan Trading Range

Theory menyatakan bahwa pemecahan saham dilakukan supaya harga saham tidak

terlalu tinggi sehingga dengan harga yang tidak terlalu tinggi diharapkan akan

meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Likuiditas saham merupakan jumlah

transaksi suatu saham di pasar modal dalam suatu periode tertentu. Suatu saham

dikatakan likuid apabila saham tersebut mudah diperjualbelikan dan mudah

dicairkan sehingga banyak peminatnya. Likuiditas saham bisa diukur dengan

Trading Volume Activity.

Sehubungan dengan adanya pemecahan saham maka harga saham akan

menjadi lebih murah sehingga maka saham akan diminati oleh investor sehingga

banyak investor yang melakukan pembelian saham. Dengan meningkatnya

transaksi pembelian saham tersebut berarti volume perdagangan saham

meningkat. Copeland (1979) menemukan hal yang sebaliknya mengenai likuiditas

perdagangan, yaitu likuiditas perdagangan justru semakin rendah setelah stock

split. Hal ini disebabkan karena biaya transaksi pialang secara proporsi semakin

meningkat dan selisih harga yang diajukan pembeli dan harga yang diminta

(16)

Selain berdampak terhadap likuiditas perdagangan, kebijakan stock split

juga berpengaruh terhadap return saham dan variance. Dengan dilakukannya

kebijakan stock split, maka harga saham yang tidak terlalu tinggi akan

meningkatkan minat investor untuk membeli saham tersebut sehingga akan

menimbulkan ekspektasi dan harapan dari investor untuk mendapatkan return

yang tinggi atas saham tersebut, karena setelah pemecahan saham ada

kemungkinan harga saham tersebut akan mengalami peningkatan di masa depan.

Hal tersebut didukung oleh Brigham dan Houston (2006) yang

menyatakan bahwa rata-rata harga saham sebuah perusahaan akan naik tidak

berapa lama setelah perusahaan mengumumkan stock split. Kenaikan harga lebih

disebabkan oleh adanya fakta bahwa para investor memperlakukan pemecahan

saham sebagai suatu pertanda adanya laba di masa depan yang lebih tinggi. Para

investor membeli saham tersebut dengan ekspektasi untuk mendapatkan return

yang tinggi, karena adanya kenaikan harga saham tersebut maka akan diikuti

dengan kenaikan return.

Varians (variance) adalah salah satu besaran yang dapat digunakan untuk

mengukur resiko investasi, yaitu memperhitungkan kemungkinan melencengnya

realized return terhadap expected return. Semakin besar fluktuasi harga saham

terhadap reratanya (varians), maka semakin besar pula risikonya. Ohlson dan

Penman (1985) dalam Jogiyanto (2003: 419) menemukan bahwa resiko yang

diukur dengan varian return setelah stock split lebih besar 30% dibandingkan

dengan sebelum stock split. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Wulff (2002)

(17)

modal di Jerman. Wulff menemukan adanya peningkatan varians setelah peristiwa

stock split. Peningkatan varians setelah stock split disebabkan karena adanya

reaksi berlebihan dari para investor di pasar modal sehingga harga saham menjadi

fluktuatif. Fluktuasi harga saham yang besar terhadap rata-ratanya menyebabkan

varians menjadi semakin besar.

Penelitian ini mengamati seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) yang melakukan stock split pada tahun 2011-2013 dengan

melihat perbedaan rata-rata return saham, Trading Volume Activity (TVA), dan

variance sebelum dan sesudah stock split. Adapun rata-rata return, rata-rata

Trading Volume Activity (TVA), dan rata-rata variance sebelum dan sesudah

pemecahan saham yang diwakili oleh tahun 2011 dapat dilihat pada tabel-tabel

berikut ini.

Tabel 1.1

Rata-Rata Return Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split Tahun 2011 1 MTSM Metro Realty Tbk. 0.00000000 -0.007619048 2 JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. -0.006627698 -0.014448306 3 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk. -0.001042523 0.006679075 4 AUTO Astra Otoparts Tbk. 0.008983498 0.040475229 5 PBRX Pan Brothers Tbk. 0.007319843 0.004761426 6 INTA Intraco Penta Tbk. 0.001885604 -0.013471155 7 BTPN Bank Tabungan Pensiunan

Nasional Tbk. 0.008659008 -0.004214404 8 LSIP PP London Sumatera Indonesia

Tbk. -0.000508871 0.015908919

(18)

Keterangan:

a. Rata-rata return saham sebelum stock split = rata-rata dari return saham 7 hari

sebelum stock split.

b. Rata-rata return saham setelah stock split = rata-rata dari return saham 7 hari

setelah stock split.

Sumber :(Maret, 2014, diolah).

Pemecahan saham atau stock split yang diwakili oleh tahun 2011

menunjukkan rata-rata return saham sebelum dan sesudah stock split. Berdasarkan

Tabel 1.1, menunjukkan adanya penurunan rata-rata return saham setelah stock

split terhadap 5 emiten pada tahun 2011, yaitu MTSM, JTPE, PBRX, INTA, dan

BTPN. Misalnya , rata-rata return saham PBRX (PT.Pan Brothers Tbk.) yang

mengalami penurunan rata-rata return saham sebesar -34,95% dari 0.007319843

(sebelum stock split) menjadi 0.004761426 (setelah stock split).

Namun demikian, ada 5 emiten yang mengalami peningkatan rata-rata

return saham, yaitu SSIA, AUTO, LSIP, MAIN, dan BBRI. Misalnya, rata-rata

return AUTO (PT. Astra Otoparts Tbk.) yang mengalami peningkatan rata-rata

return saham sebesar 305.55 % dari 0.008983498 (sebelum stock split) menjadi

(19)

Tabel 1.2

Rata-Rata Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split 1 MTSM Metro Realty Tbk. 0.000103072 0.000007976 2 JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. 0.04465194 0.004194424 3 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk. 0.019406653 0.009322369 4 AUTO Astra Otoparts Tbk. 0.001243493 0.003138511 5 PBRX Pan Brothers Tbk. 0.032238429 0.001979505 6 INTA Intraco Penta Tbk. 0.094417539 0.01086275 7 BTPN Bank Tabungan Pensiunan

Nasional Tbk. 0.00142042318 0.00017041256 8 LSIP PP London Sumatera Indonesia

Tbk. 0.018267988 0.003147421

9 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 0.005846294 0.002157337 10 MAIN Malindo Feedmill Tbk. 0.000708386 0.002814159

Keterangan:

a. Rata-rata TVA sebelum stock split = rata-rata dari TVA 7 hari sebelum stock split.

b. Rata-rata TVA setelah stock split = rata-rata dari TVA 7 hari setelah stock split.

Sumber :

Pemecahan saham atau stock split yang diwakili oleh tahun 2011

menunjukkan rata-rata Trading Volume Activity (TVA) sebelum dan sesudah stock split. Berdasarkan Tabel 1.2, menunjukkan adanya penurunan rata-rata

Trading Volume Activity (TVA) setelah stock split terhadap 8 emiten pada tahun

2011, yaitu MTSM, JTPE, SSIA, PBRX, INTA, BTPN, LSIP, dan BBRI.

Misalnya , rata-rata Trading Volume Activity (TVA) BBRI (Bank Rakyat

(20)

mengalami peningkatan rata TVA, yaitu AUTO dan MAIN. Misalnya,

rata-rata TVA AUTO (PT. Astra Otoparts Tbk.) yang mengalami peningkatan rata-rata-rata-rata

TVA sebesar 152,39 % dari 0.001243493 (sebelum stock split) menjadi

0.003138511 (setelah stock split).

Tabel 1.3

Rata-Rata Variance Sebelum dan Sesudah Stock Split Tahun 2011 1 MTSM Metro Realty Tbk. 0.000000 0.000406349 2 JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. 0.000195491 0.00053679 3 SSIA Surya Semesta Internusa Tbk. 0.000044460 0.00073856 4 AUTO Astra Otoparts Tbk. 0.000159948 0.015030645 5 PBRX Pan Brothers Tbk. 0.001145628 0.000919307 6 INTA Intraco Penta Tbk. 0.000038482 0.000120413 7 BTPN Bank Tabungan Pensiunan

Nasional Tbk. 0.001029239 0.000298406

8 LSIP PP London Sumatera Indonesia

Tbk. 0.000305491 0.000167621

9 BBRI Bank Rakyat Indonesia Tbk. 0.0000000000670 0.0000000001867 10 MAIN Malindo Feedmill Tbk. 0.000000000003 0.000000000358

Keterangan:

a. Rata-rata variance sebelum stock split = rata-rata dari variance 7 hari sebelum

stock split.

b. Rata-rata variance setelah stock split = rata-rata dari variance 7 hari setelah

stock split.

Sumber :

Pemecahan saham atau stock split yang diwakili oleh tahun 2011

menunjukkan rata-rata variance sebelum dan sesudah stock split. Berdasarkan

(21)

terhadap 3 emiten pada tahun 2011, yaitu, PBRX, , BTPN, dan LSIP. Misalnya ,

rata-rata variance PBRX (PT. Pan Brothers Tbk.) yang mengalami penurunan rata-rata variance sebesar 19,75 % dari 0.001145628 (sebelum stock split) menjadi

0.000919307 (setelah stock split). Namun demikian, ada 7 emiten yang

mengalami peningkatan rata-rata variance, yaitu MTSM, JTPE, SSIA, AUTO,

INTA, BBRI, dan MAIN. Misalnya, rata-rata variance JTPE (PT. Jasuindo Tiga Perkasa Tbk.) yang mengalami peningkatan rata-rata variance sebesar 174,58 % dari 0.000195491 (sebelum stock split) menjadi 0.00053679 (setelah stock split).

Berdasarkan kondisi tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang event

study mengenai hubungan antara return saham , Trading Volume Activity (TVA),

dan variance di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan informasi stock split.

Penelitian ini mencoba menganalisis perbedaan rata-rata return, rata-rata Trading

Volume Activity (TVA), dan rata-rata variance atas muatan informasi stock split.

Oleh karena itu perlu diadakan penelitian dengan judul “Analisis Perbedaan

return saham , Trading Volume Activity (TVA), dan variance pada Sebelum dan

Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2011-2013).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka perumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan return saham,

Trading Volume Activity (TVA), dan variance yang signifikan sebelum dan

(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis perbedaan

return saham, Trading Volume Activity (TVA), dan variance sebelum dan sesudah

stock split pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2011-2013.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi perusahaan (emiten)

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan tambahan informasi

pertimbangan bagi perusahaan go public yang tertarik untuk menerapkan

kebijakan stock split dalam mencapai tujuan perusahaan.

b. Bagi investor

Penelitian ini bermanfaat untuk dapat memberikan tambahan informasi dan

pengetahuan mengenai stock split dalam memilih saham yang dianggap likuid.

c. Bagi pihak lain

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran dan

informasi bagi berbagai pihak yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut,

sehingga hasilnya menjadi lebih sempurna khususnya mengenai stock split.

d. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan

menambah wawasan dan pola pikir tentang perbedaan return saham, Trading

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pasar Modal

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),

ekuitas (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar

modal merupakan sarana pendanaaan bagi perusahaan maupun institusi lainnya

dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan kata lain, pasar modal

memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait

lainnya .

Menurut Rivai, dkk (2007:927), pasar modal adalah kegiatan yang

bersangkutan dengan penawaran umum, dan perdagangan efek, perusahaan publik

yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang

berkaitan dengan efek. Efek merupakan suatu istilah baku yang digunakan

undang-undang untuk menyatakan surat berharga atau sekuritas.

Produk yang diperjualbelikan di pasar modal merupakan hak

(kepemilikan) perusahaan dan surat pernyataan utang perusahaan. Pembeli modal

di pasar modal adalah individu atau organisasi yang bersedia menyisihkan

kelebihan dananya untuk melakukan kegiatan investasi di pasar modal. Kegiatan

(24)

pendapatan dimasa mendatang. Sementara itu, penjual modal adalah perusahaan

yang memerlukan modal atau tambahan modal untuk keperluan usahanya.

Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara

karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi

pendanaan usaha bagi perushaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat

pemodal (investor). Dana yang diperoleh ini dapat digunakan untuk

pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan sebagianya. Fungsi

kedua adalah menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen

keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan sebagainya. Dengan kata lain,

masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai karakteristik

keuntungan dan resiko dari masing-masing instrumen.

2.1.2 Saham

Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset

perusahaan yang menerbitkan saham (Tandelilin, 2001 : 18). Dengan memiliki

saham suatu perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap

pendapatan dan kekayaan perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas

yang cukup popular diperjualbelikan di pasar modal.

Saham dapat diklasifikasikan atas beberapa hal, yaitu :

1. Cara peralihan hak

Saham dapat diklasifikasikan atas :

a) Saham atas unjuk (beared stocks), artinya pada saham tersebut tidak

tertulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor

(25)

b) Saham atas nama (registered stocks), merupakan saham yang ditulis

dengan jelas siapa nama pemiliknya, dimana cara peralihannya harus

melalui prosedur tertentu.

2. Hak tagihan atas klaim

Saham terbagi atas :

a) Saham biasa (common stocks), yaitu sekuritas yang menunjukkan bahawa

pemegang saham tersebut mempunyai hak atas kepimilikan atas aset-aset

perusahaan.

b) Saham preferen (preferred stocks), yaitu saham yang mempunyai

karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bisa

menghasilkan pendapatan tetap dan juga mendapatkan hak kepemilikan

seperti pada saham biasa.

3. Kinerja saham

a) Blue-chip stocks, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki

reputasi tinggi sebagai leader di industri sejenis, memiliki pendapatan

yang stabil dan konsisten dalam membayar deviden.

b) Income stocks, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan

untuk membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang

dibayarkan pada tahun sebelumnya.

c) Growth stocks (well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang

memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri

(26)

d) Speculative stocks, yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara

konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun.

e) Counter cyclical stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi

ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.

2.1.3 Likuiditas Saham

Likuiditas saham adalah ukuran jumlah transaksi saham di pasar modal

dalam periode tertentu. Semakin tinggi frekuensi transaksi maka semakin tinggi

likuiditas saham dan ini berarti saham tersebut semakin diminati oleh para

investor. Namun pada kenyataannya tidak semua saham mudah ditransaksikan

atau dengan kata lain mengalami kesulitan likuidasi.

Saham yang tidak likuid dapat dikeluarkan atau delisting dari Bursa Efek.

Suatu saham dikatakan likuid apabila saham tersebut mudah ditukarkan atau

dijadikan uang. Saham yang tidak likuid akan menyebabkan kehilangan

kesempatan untuk mendapatkan keuntungan (gain). Jadi semakin likuid suatu

saham berarti jumlah transaksi semakin tinggi. Hal tersebut juga menunjukkan

minat investor untuk memiliki saham tersebut juga tinggi. Tingginya minat

investor ini dimungkinkan karena saham yang likuiditasnya tinggi mampu

memberikan kemungkinan yang lebih tinggi untuk mendapatkan return

dibandingkan dengan saham yang likuiditasnya rendah sehingga tingkat likuiditas

(27)

2.1.4 Harga Saham

Harga pasar (market price) merupakan harga pasar riil dan merupakan

harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham

pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar

tersebut adalah harga penutupan (closing price) dari suatu saham (Anoraga, 2006 :

59).

Harga saham dalam investasi dan perdagangan adalah harga yang

mengacu pada harga saham terkini dalam perdagangan saham. Indikator harga

saham menggambarkan banyak hal tentang apa yang sebenarnya pada saat ini

sedang terjadi antara pembeli dan penjual. Indikator harga saham tidak hanya

menggambarkan harga pasar tetapi juga menggambarkan siapa yang saat ini

sedang memegang kendali di pasar modal. Informasi terbaru yang masuk ke pasar

modal akan menyebabkan investor membeli atau menjual saham.

Harga saham menjadi sangat penting bagi investor karena mempunyai

konsekuensi ekonomi, secara umum perbedaan harga pasar saham dapat

mengakibatkan perubahan perilaku konsumsi dari investor-investor. PT Bursa

Efek Indonesia menetapkan fraksi yang wajar dalam kisaran persentase antara

1%- 5% dari harga pokok untuk emiten yang akan melakukan stock split,

menerbitkan saham baru atau right issue. Cara yang dilakukan emiten untuk

mempertahankan agar sahamnya tetap berada dalam rentang perdagangan yang

optimal sehingga daya beli investor meningkat adalah dengan melakukan

pemecahan saham atau stock split sehingga dapat menurunkan harga saham yang

(28)

2.1.5 Return Saham

Return saham adalah pendapatan per lembar saham yang dinikmati

investor atas suatu investasi yang dilakukan. Return merupakan keuntungan yang

diperoleh investor dari investasi. Suatu hal yang sangat wajar jika investor

menuntut tingkat return tertentu atas dana yang diinvestasikannya.

Dalam manajemen investasi, perlu dibedakan antara return yang

diharapkan (expected return) dan return yang terjadi (realized return). Return

saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi yang

selanjutnya akan disebut dengan ‘return saja’. Return realisasi merupakan capital

gain atau loss yaitu selisih antara harga saham periode saat ini (Pit) dengan harga

saham pada periode sebelumnya (Pit-1). Secara sistematis, return realisasi dapat dirumuskan sebagai berikut ini (Jogiyanto, 2003:110) ,

Rit

=

Dimana:

Rit = Return realisasi saham perusahaan ke-i pada waktu t Pit = Harga saham perusahaan i pada waktu t

Pit-1 = Harga saham perusahaan i pada waktu t-1

2.1.6 Trading Volume Activity (TVA)

Trading Volume Activity adalah jumlah saham atau surat berharga yang

diperdagangkan di pasar modal selama periode yang telah ditentukan. Trading

Volume Activity (TVA) adalah suatu instrumen yang dapat digunakan untuk

(29)

yang diperdagangkan di pasar (Sutrisno, 2000). Untuk menghitung Trading

Volume Activity (TVA)dapat digunakan formula berikut ini,

TVA I,t =

dimana :

TVA I,t = Trading Volume Activity i pada waktu t

i = Nama perusahaan

t = Waktu tertentu.

2.1.7 Varians

Risiko adalah perbedaan antara expected return dan realized return. Inti

dari proses investasi adalah memperhitungkan kemungkinan melencengnya

realized return terhadap expected return. Besaran yang digunakan untuk

mengukur risiko adalah varians dari expected return dan realized return tersebut.

Semakin besar fluktuasi harga saham terhadap reratanya (varian), maka semakin

besar pula risikonya (Zubir, 2011 : 23). Untuk menghitung varian return saham

dapat digunakan rumus berikut ini (Hanafi, 2010:154) :

σi2 =

dimana :

σi2

= variance saham pada perusahaan i

Ri,t = return harian saham i pada hari t

E(Ri) = expected return perusahaan i

(30)

Expected Return

Return ekspektasi (Expected return) adalah return yang diharapkan akan

diperoleh oleh investor di masa mendatang dan sifatnya belum terjadi (Jogiyanto,

2003:109). Return ekspektasi dapat dihitung berdasarkan beberapa cara, yaitu

sebagai berikut:

1. Berdasarkan nilai ekspektasi masa depan

Return ekspektasi cara ini dihitung dengan metode nilai ekspektasi yaitu

mengalikan masing-masing hasil masa depan (outcome) dengan probabilitas

kejadiannya dan menjumlahkan semua produk perkalian tersebut. Secara

sistematik, return ekspektasi dapat dirumuskan sebagai berikut (Jogiyanto,

2003:126).

E(Ri) = )

dimana :

E(Ri) = return ekspektasi suatu aktiva atau sekuritas ke-i

Rij = hasil masa depan ke-j untuk sekuritas ke-i

Pj = probabilitas hasil masa depan ke-j untuk sekuritas ke-i

n = jumlah dari hasil masa depan

2. Berdasarkan rata-rata aritmatik (arithmetic mean)

Metode arithmetic mean adalah metode perhitungan statistik yang biasa

dipakai untuk menghitung nilai rata-rata dan biasanya diberi simbol X (dibaca X

bar) (Tandelilin, 2001:53). Secara sistematis rumus arithmetic mean dituliskan

(31)

X =

Dimana :

ΣX = jumlah nilai return selama satu periode

n = total jumlah periode

3. Berdasarkan rata-rata geometrik (geometric mean)

Metode geometric mean adalah perhitungan yang bersifat pelipatgandaan

(compounding) dari aliran return selama periode tertentu. Metode ini baik

digunakan untuk menghitung tingkat perubahan aliran return pada periode yang

bersifat serial dan kumulatif (Tandelilin, 2001:54). Rumus untuk menghitung

geometric mean adalah sebagai berikut :

G =

dimana :

Rn = return relatif pada periode n

n = jumlah periode

2.1.8 Pemecahan Saham

Secara sederhana, pemecahan saham (stock split) berarti membagi lembar

saham menjadi n lembar saham. Harga perlembar saham baru setelah pemecahan

adalah sebesar 1/n dari harga saham sebelumnya. Menurut Halim (2005 : 97),

stock split adalah pemecahan jumlah lembar saham menjadi jumlah lembar yang

lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal yang lebih rendah per

(32)

Stock split merupakan tindakan yang tidak mempunyai nilai ekonomis

yang juga tidak merubah nilai saham. Meskipun tidak mempunyai nilai ekonomis,

alasan kelesuan perdagangan saham yang berhubungan dengan sinyal pasar

menjadi alasan perusahaan melakukan stock split (Kusniyah, 2012 : 8).

Misalnya jumlah saham yang beredar adalah 1 juta lembar saham dengan

nilai Rp. 1000,- per lembar. Nilai ekuitas perusahaan adalah sebesar 1 juta x Rp.

1000,- = Rp. 1 miliyar. Perusahaan memecah seri satu lembar saham untuk

dijadikan sebanyak 2 lembar saham, sehingga harga perlembar saham baru

menjadi Rp. 500,- dan jumlah saham beredar menjadi 2 juta lembar. Nilai ekuitas

perusahaan tidak berubah, yaitu tetap sebesar 2 juta x Rp. 500,- = Rp. 1 miliyar.

2.1.8.1 Teori Motivasi Pemecahan Saham

Secara teoritis, motivasi yang melatarbelakangi perusahaan melakukan

pemecahan saham serta dampak yang ditimbulkan tertuang dalam beberapa teori,

antara lain:

a. Signalling Theory

Signalling Theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan

sinyal atau informasi kepada investor mengenai prospek perusahaan di masa yang

akan datang. Pada tingkat asimetris tertentu antara manajer dan investor, manajer

berkemungkinan besar akan mengambil keputusan melakukan pemecahan saham

agar investor dapat menerima informasi yang menguntungkan.

Keputusan untuk melakukan pemecahan saham yang dilakukan oleh

manajemen perusahaan ternyata merupakan suatu keputusan yang mahal. Karena

(33)

mengakibatkan bertambahnya biaya yang dikeluarkan manajemen perusahaan

yang melakukan kebijakan pemecahan saham.

Pemecahan saham mengandung biaya yang harus ditanggung, maka hanya

perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu menanggung biaya

ini, sehingga akan memberikan sinyal yang positif pada pasar terhadap kredibilitas

perusahaan. Selain itu, dengan tingkat biaya komisi yang tinggi, tentunya akan

menjadi daya tarik bagi broker untuk benar-benar melakukan analisa seakurat

mungkin agar harga saham berada pada tingkat perdagangan optimal serta mampu

memberikan informasi yang menguntungkan bagi perusahaan dan investor.

Sebaliknya, perusahaan yang tidak memiliki prospek baik yang mencoba

memberikan sinyal tidak valid lewat pemecahan saham akan tidak mampu

menanggung biaya tersebut.

b. Trading Range Theory

Trading Range Theory menyatakan bahwa pemecahan saham akan

meningkatkan likuiditas perdagangan saham. Harga pasar saham mencerminkan

nilai suatu perusahaan. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi nilai

perusahaan dan sebaliknya. Namun jika harga saham terlalu tinggi akan

mempengaruhi kemampuan investor untuk membeli saham, sehingga

menimbulkan efek seolah-olah harga saham sulit untuk meningkat kembali.

Menurut Trading Range Theory, harga saham yang dinilai terlalu tinggi

akan menyebabkan berkurangnya aktivitas saham untuk diperdagangkan. Dengan

(34)

2.1.8.2 Jenis-Jenis Stock Split

Menurut Rahayu (2006 :14), ada 2 jenis pemecahan saham yang mendasari

para emiten dalam memecahkan sahamnya, yaitu :

a. Pemecahan naik (Split Up)

Split Up adalah penurunan nominal per lembar saham yang mengakibatkan

bertambahnya jumlah saham yang beredar. Misalnya pemecahan dengan

faktor pemecahan 1:2, 1:3, 1:10, dan sebagainya.

b. Pemecahan turun (Split Down)

Split Down merupakan peningkatan nilai nominal perlembar saham yang

mengakibatkan berkurangnya jumlah saham yang beredar. Misalnya

pemecahan dengan faktor 2:1, 3:1, 10:1, dan sebagainya.

2.1.8.3 Prosedur Pemecahan Saham

Prosedur pemecahan saham dapat dilakukan dengan cara menukarkan

saham dengan nilai nominal lama yang dimiliki dengan saham baru dengan nilai

nominal yang baru. Penukaran ini dapat dilakukan di Biro Administrasi Efek yang

ditunjuk oleh emiten. Tanggal-tanggal penting yang harus diperhatikan dalam

rangka pemecahan saham adalah :

1. Tanggal mulai permohonan penggantian Surat Kolektif Saham (SKS) lama

untuk stock split.

2. Periode suspensi

3. Tanggal mulai penyerahan SKS baru hasil stock split

(35)

Tanggal yang pertama merupakan tanggal dimulainya penggantian Surat

Kolektif Saham (SKS) lama. Pada tanggal ini perusahaan boleh mulai

mendaftarkan saham yang dimiliki untuk ditukarkan dengan saham baru dengan

nilai nominal yang baru. Mulai tanggal ini sampai dengan periode suspensi, saham

dengan nominal lama masih diperdagangkan dan pemegang saham lama selama

periode ini boleh mendaftarkan diri untuk stock split. Selama periode suspensi,

saham tersebut tidak dapat diperdagangkan di Bursa Efek untuk memberikan

waktu mengadministrasikan saham untuk stock split.

Tanggal ketiga adalah tanggal dimulainya penyerahan Surat Kolektif

Saham (SKS) baru hasil stock split. Saham baru dengan nominal baru ini mulai

diperdagangkan di Bursa Efek sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Biasanya

tanggal mulai perdagangan saham dengan nilai nominal baru sama dengan tanggal

mulai penyerahan SKS baru hasil stock split. Sesudah tanggal mulai perdagangan

saham dengan nilai nominal baru maka semua saham dengan nilai nominal lama

tidak dapat diperdagangkan lagi di bursa, tetapi harus ditukarkan dengan saham

dengan nilai nominal baru.

Sumber :

(36)

2.1.9 Hubungan Pemecahan Saham dengan Return Saham

Return saham adalah hasil atau tingkat keuntungan yang diperoleh

pemegang saham terhadap investasi yang dilakukan. Jika tingkat keuntungan akan

investasi tersebut tidak ada, maka investor akan berfikir ulang untuk melakukan

investasi kembali. Jadi setiap investasi baik jangka panjang maupun jangka

pendek memiliki tujuan utama yaitu memperoleh keuntungan yang disebut

sebagai return (Ang, 1997).

Pemecahan saham menyebabkan harga saham menjadi tidak terlalu tinggi

dan akan meningkatkan minat investor untuk membeli saham tersebut sehingga

menimbulkan ekspektasi dan harapan dari investor untuk mendapatkan return

yang tinggi atas saham tersebut, karena setelah pemecahan saham ada

kemungkinan harga saham tersebut akan mengalami peningkatan di masa depan.

Menurut Brigham dan Houston (2006) , rata-rata harga saham sebuah

perusahaan akan naik tidak berapa lama setelah perusahaan mengumumkan stock

split. Kenaikan harga lebih disebabkan oleh adanya fakta bahwa para investor

memperlakukan pemecahan saham sebagai suatu pertanda adanya laba di masa

depan yang lebih tinggi. Para investor membeli saham tersebut dengan ekspektasi

untuk mendapatkan return yang tinggi, karena adanya kenaikan harga saham

tersebut maka akan diikuti dengan kenaikan return.

2.1.10 Hubungan Pemecahan Saham dengan Volume Perdagangan Saham

Volume perdagangan saham salah satu indikator yang digunakan untuk

melihat reaksi pasar terhadap kejadian atau informasi yang berkaitan dengan suatu

(37)

perdagangan atau Trading Volume Activity (TVA). TVA merupakan perbandingan

antara jumlah saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu dengan jumlah

saham perusahaan yang beredar pada periode tertentu. Besar kecilnya perubahan

rata-rata TVA antara sebelum dan sesudah pemecahan saham mencerminkan

dampak yang ditimbulkan oleh adanya pemecahan saham terhadap volume

perdagangan saham.

Pemecahan saham yang digunakan oleh perusahaan ketika harga

sahamnya dinilai terlalu tinggi akan mempengaruhi kemampuan investor untuk

membelinya. Sehubungan dengan adanya pemecahan saham maka harga saham

akan menjadi lebih murah sehingga maka saham akan diminati oleh investor

sehingga banyak investor yang melakukan pembelian saham. Dengan

meningkatnya transaksi pembelian saham tersebut berarti volume perdagangan

saham meningkat.

2.1.11 Hubungan Pemecahan Saham dengan Variance Return

Varians (Variance) adalah salah satu besaran yang digunakan untuk

mengukur risiko investasi. Varians merupakan kuadrat dari standar deviasi.

Besaran ini digunakan untuk menghitung seberapa besar kemungkinan

melencengnya realized return terhadap expected return (Zubir, 2011:23).

Sehubungan dengan dilakukannya pemecahan saham atau stock split, maka

investor di pasar modal akan memberikan reaksi terhadap informasi tersebut dan

menyebabkan harga saham menjadi fluktuatif. Semakin besar fluktuasi harga

(38)

2.1.12 Efesiensi Pasar

2.1.12.1 Hipotesis efisiensi pasar

Menurut Tandelilin (2001: 112), pasar yang efisien adalah pasar yang

dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua

informasi yang tersedia. Dari definisi tersebut, terdapat tiga hal penting untuk

dipahami, yaitu:

a. Fully Reflect

Investor akan mengolah semua informasi yang relevan ke dalam harga saham

pada saat akan membuat keputusan menjual atau membeli saham. Harga

sekarang yang terjadi mencerminkan semua informasi yang tersedia.

b. All Relevant Available Information / All Known Information

Informasi yang direfleksikan pada harga saham berasal dari informasi

perubahan harga saham di masa lalu (historical price information), informasi

yang tersedia di publik (public information) dan semua informasi serta

informasi yang tidak tersedia di publik (inside information).

c. Instanteously / Quickly and Accurately

Harga keseimbangan yang terbentuk di pasar modal tidak akan berubah

selama tidak ada informasi baru yag dapat mengubah kekuatan permintaan

dan penawaran. Pada suatu saat informasi baru yang relevan masuk ke pasar,

kekuatan permintaan dan penawaran atas satu atau beberapa saham akan

bereaksi sehingga terbentuk harga keseimbangan yang baru. Semakin cepat

(39)

2.1.12.2 Tingkatan Efisiensi Pasar

Aspek penting dalam menilai efisiensi pasar adalah seberapa besar

informasi baru disampaikan diserap oleh pasar yang tercermin dalam penyesuaian

menuju harga keseimbangan yang baru. Pada dasarnya, tidak ada pasar yang

sempurna efisien atau sepenuhnya tidak efisien. Semuanya adalah efisien dengan

tingkat atau derajat tertentu. Mengukur pasar yang efisien adalah dengan melihat

hubungan antara sekuritas dan informasi. Ada tiga bentuk utama dari efisiensi

pasar berdasarkan dari bentuk informasi, yaitu :

a. Efisiensi bentuk lemah (weak form)

Hipotesis bentuk lemah menyebutkan bahwa harga saham telah

mencerminkan seluruh informasi yang dapat diturunkan dengan menguji data

perdagangan pasar yaitu harga historis, volume perdagangan, dan bunga

pinjaman.

b. Efisiensi bentuk setengah kuat (semi strong form)

Hipotesis bentuk setengah kuat menyebutkan bahwa seluruh informasi yang

tersedia untuk publik tentang prospek perusahaan seharusnya tercermin pada

harga saham. Informasi tersebut meliputi, selain harga masa lalu, data

fundamental tentang lini produk perusahaan serta praktik akuntansi. Jika pasar

efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor atau grup dari

investor yang dipublikasikan untuk mendapatkan keuntungan abnormal dalam

(40)

c. Efisiensi bentuk kuat (strong form)

Hipotesis bentuk kuat menyebutkan harga pasar mencerminkan seluruh

informasi yang relevan bagi perusahaan, termasuk informasi yang hanya

tersedia bagi perusahaan. Jika pasar efisien dalam bentuk kuat, maka tidak ada

individual investor atau grup investor yang akan memperoleh keuntungan

abnormal karena mempunyai informasi privat.

2.1.13 Studi Peristiwa (event study)

Studi peristiwa atau event study adalah penelitian yang mengamati dampak

dari pengumuman informasi terhadap harga sekuritas (Tandelilin, 2001: 126).

Event Study bertujuan untuk mengukur hubungan antara suatu peristiwa yang

surat berharga dan pendapatan (return) dari surat berharga tersebut.

Studi peristiwa atau event study dapat digunakan untuk melihat reaksi

pasar modal (dengan pendekatan harga saham) terhadap suatu peristiwa tertentu

atau untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman. Sejalan dengan

itu, event study juga dapat digunakan untuk menguji hipotesis pasar efisien pada

(41)

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Variabel

(42)

Kasus pada

(43)

2.3 Kerangka Konseptual

Tingkat kecepatan pasar modal dalam merespon informasi baru telah

menjadi perhatian para ahli ekonomi keuangan. Tingkat kecepatan pasar dalam

merefleksikan informasi baru ke dalam perubahan nilai sekuritas-sekuritasnya

merupakan salah satu indikator tingkat efisiensi. Semakin cepat pasar modal

melakukan reaksi terhadap informasi baru, maka pasar tersebut semakin efisien

(Husnan, 2002 dalam Foejisanto, 2010 : 9).

Perkembangan pasar modal membawa perubahan pada tuntutan kualitas

informasi. Pengambilan keputuan investor rasional, maka dibutuhkan suatu

informasi yang relevan sehingga investor mampu mengidentifikasi kinerja

perusahaan. Keputusan investor untuk berinvestasi merupakan reaksi atas

informasi yang mereka terima. Informasi yang dikirim manajemen akan ditangkap

oleh pasar sebagai sinyal, baik sebagai sinyal yang positif maupun negatif

tergantung pada isi informasi yang disampaikan ke pasar.

Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi pasar

dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka pasar

diharapkan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar

(Jogiyanto, 2003:410). Salah satu informasi yang terdapat dalam pasar modal

adalah pemecahan saham (stock split). Pengumuman pemecahan saham (stock

split) ini memberikan informasi, dimana pasar diharapkan akan bereaksi pada

waktu pengumuman tersebut diterima yang tercermin dari return saham, Trading

(44)

Informasi stock split sangat menarik bagi para investor karena harga

saham menjadi lebih murah sehingga banyak investor yang tertarik pada saham

tersebut karena adanya ekspektasi harga saham tersebut akan mengalami

peningkatan di masa depan. Kenaikan harga saham tersebut akan diikuti dengan

kenaikan return sehingga investor akan mendapatkan return yang tinggi atas

kepemilikan saham tersebut (Brigham dan Houston, 2006).

Trading Volume Activity (TVA) adalah salah satu instrumen yang dapat

digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter

volume saham yang diperdagangkan di pasar modal. Penelitian yang dilakukan

oleh Wulff (2002) menunjukkan bahwa stock split menimbulkan perbedaan

volume perdagangan saham. Dengan demikian dapat disimpulkan secara teoritis

bahwa, sebelum adanya stock split, volume perdagangan saham relatif rendah

karena harga saham waktu itu oleh investor sudah dianggap tinggi. Kemudian

dengan adanya stock split di mana harga saham menjadi rendah, maka saham akan

diminati oleh investor sehingga banyak investor yang melakukan pembelian

saham. Dengan meningkatnya transaksi pembelian saham tersebut berarti volume

perdagangan saham meningkat (Rahayu, 2006).

Varians (variance) adalah salah satu besaran yang dapat digunakan untuk

mengukur resiko investasi, yaitu memperhitungkan kemungkinan melencengnya

realized return terhadap expected return. Semakin besar fluktuasi harga saham

terhadap reratanya (varian), maka semakin besar pula risikonya Ohlson dan

Penman (1985) menemukan bahwa resiko yang diukur dengan varian return

(45)

penelitian ini juga didukung oleh Wulff (2002) yang menemukan adanya

peningkatan varians setelah peristiwa stock split. Peningkatan varians setelah

stock split disebabkan karena adanya reaksi berlebihan dari para investor di pasar

modal sehingga harga saham menjadi fluktuatif. Fluktuasi harga saham yang besar

terhadap rata-ratanya menyebabkan varians menjadi semakin besar (Rahayu,

2006).

Penelitian ini mengamati seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) yang melakukan stock split pada tahun 2011-2013 dengan

melihat perbedaan rata-rata return saham, Trading Volume Activity (TVA), dan

variance sebelum dan sesudah stock split. Analisis data akan melihat bagaimana

perbedaan rata-rata return saham, Trading Volume Activity (TVA), dan variance

yang diperoleh pada 7 hari sebelum stock split dan 7 hari sesudah stock split

secara keseluruhan dari tahun 2011-2013.

Berdasarkan uraian teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

disajikan kerangka konseptual yang dituangkan dalam sebuah model penelitian

sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Sumber : Brigham dan Houston (2006), Wulff (2002), dan Rahayu (2006) , diolah (2014)

Return saham sebelum stock split

Variance sebelum stock split

Trading volume activity (TVA) sebelum stock split

Return saham sesudah stock split

Trading volume activity (TVA) sesudah stock split

(46)

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap rumusan

masalah penelitian yang diajukan oleh karena jawaban yang diberikan baru

berdasarkan pada teori relevan belum berdasarkan pada fakta-fakta empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono,2006: 306). Berdasarkan rumusan

masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat perbedaan return saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock

split.

2. Terdapat perbedaan trading volume activity (TVA) yang signifikan sebelum

dan sesudah stock split.

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong kedalam penelitian

komparatif. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat

membandingkan dua atau lebih sampel atau dalam waktu yang berbeda

(Sugiyono, 2006 : 11)

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui media internet dengan situs

dan www.duniainvestasi.com. Penelitian ini dilakukan

mulai dari bulan Maret 2014 dan diperkirakan berakhir sampai dengan bulan Juni

2014.

3.3 Batasan Operasional

Untuk menghindari kesimpangsiuran dan agar dalam menganalisis serta

membahas permasalahn lebih fokus pada satu permasalahan dan topik yang

diteliti, maka ditetapkan batasan operasional untuk penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

a. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2011-2013.

b. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang melakukan pengumuman

stock split pada periode 2011-2013. Perusahaan tersebut hanya melakukan

kebijakan stock split dan tidak melakukan kebijakan corporate action (seperti

(48)

pengumuman lainnya) pada tanggal yang bersamaan dengan pengumuman

stock split yang secara langsung berpengaruh pada volume perdagangan

saham.

c. Harga saham yang digunakan adalah harga saham harian (closing price).

Penetapan harga saham harian (closing price) mulai dari 7 hari sebelum stock

split dan 7 hari setelah stock split yang dilakukan oleh perusahaan.

d. Volume perdagangan saham yang digunakan adalah volume transaksi harian

mulai 7 hari sebelum stock split dan 7 hari setelah stock split.

3.4 Definisi Operasional

1. Stock split

Stock split merupakan salah satu kebijakan yang dilakukan oleh

perusahaan go public untuk meningkatkan jumlah saham yang beredar dengan

memecah saham menjadi n lembar saham sehingga jumlah lembar saham

meningkat dengan nilai nominal saham yang lebih kecil.

Tanggal pengumuman stock split (event date) merupakan tanggal dimana

pemecahan saham diumumkan oleh perusahaan kepada publik melalui bursa efek.

Penetapan tanggal pengumuman pemecahan saham digunakan t=0 , yaitu tanggal

diumumkannya pemecahan saham. Periode pengamatan (event window) yang

digunakan dalam penelitian ini adalah 14 hari yang terbagi menjadi dua bagian

(49)

2. Return

Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi (Jogiyanto, 2003:

109). Return saham terbagi menjadi dua, yaitu return realisasi dan return

ekspektasi. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi yang dihitung

berdasarkan data historis. Return realisasi ini penting dalam mengukur kinerja

perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko di masa mendatang.

Dalam melakukan investasi, investor dihadapkan pada ketidakpastian antara

return yang diperoleh dengan resiko yang dihadapi.

Return saham dalam penelitian ini diperoleh dari selisih harga saham

sekarang dengan harga saham sebelumnya. Data harga saham yang digunakan

adalah harga saham harian yaitu 7 hari sebelum stock split dan 7 hari setelah stock

split. Harga saham yang digunakan adalah harga saham penutupan (closing price).

Return saham harian dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Rit =

dimana:

Rit = Return realisasi saham perusahaan ke-i pada waktu t Pit = Harga saham perusahaan i pada waktu t

Pit-1 = Harga saham perusahaan i pada waktu t-1

3. Trading Volume Activity (TVA)

Trading Volume Activity adalah jumlah saham atau surat berharga yang

(50)

Volume Activity (TVA) adalah suatu instrumen yang dapat digunakan untuk

melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter volume saham

yang diperdagangkan di pasar (Sutrisno, 2000) Untuk menghitung Trading

Volume Activity (TVA)dapat digunakan formula berikut ini,

TVA I,t =

dimana :

TVA I,t = Trading Volume Activity i pada waktu t

i = Nama perusahaan

t = Waktu tertentu.

4. Variance

Risiko adalah perbedaan antara expected return dan realized return. Inti

dari proses investasi adalah memperhitungkan kemungkinan melencengnya

realized return terhadap expected return. Besaran yang digunakan untuk

mengukur risiko adalah varians dari expected return dan realized return tersebut.

Semakin besar fluktuasi harga saham terhadap reratanya (varian), maka semakin

besar pula risikonya (Zubir, 2011 : 23). Untuk menghitung varian return saham

dapat digunakan rumus berikut ini (Hanafi, 2010:154) :

σi2 =

dimana : σi2

= variance saham pada perusahaan i

Ri,t = return saham harian saham i pada hari t

E(Ri) = expected return perusahaan i

(51)

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa

orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya

atau menjadikan objek penelitian (Kuncoro, 2006:103). Sedangkan menurut

Sugiyono (2010:80), populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2013 yang melakukan kebijakan stock

split. Pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan kriteria-kriteria

tertentu dimana kriteria tersebut harus dipenuhi oleh sampel guna mendapatkan

sampel yang representatif. Adapun kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Perusahaan yang telah go public dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

dan melakukan pengumuman stock split pada periode 2011-2013

2. Perusahaan yang hanya melakukan kebijakan stock split dan tidak melakukan

kebijakan corporate action (seperti warrant, right issue, stock deviden, cash

deviden, bonus shares, dan pengumuman lainnya) pada tanggal yang

bersamaan dengan pengumuman stock split .

(52)

Tabel 3.1

Proses Pemilihan Sampel

No. Kriteria Sampel Jumlah

1

Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2013 yang melakukan kebijakan stock split.

28

2

Perusahaan yang melakukan kebijakan corporate action lain (seperti warrant, right issue, stock deviden, cash deviden, bonus shares, dan pengumuman lainnya) pada tanggal yang bersamaan dengan pengumuman stock split

(0)

3 Perusahaan yang datanya tidak tersedia secara lengkap

untuk kebutuhan analisis (0)

Jumlah sampel akhir 28

Sumber

Berdasarkan kriteria penarikan sampel tersebut, maka diperoleh sampel

dalam penelitian ini sebanyak 28 perusahaan. Adapun 28 perusahaan tersebut

adalah :

Tabel 3.2

Daftar Perusahaan Sampel No. Kode

Emiten

Nama Emiten Tanggal Stock Split 8 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. 28 Mar 2011 1:5 9 LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk. 25 Feb 2011 1:5 10 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 11 Jan 2011 1:2 11 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk. 2 Nov 2012 1:10

12 KLBF Kalbe Farma Tbk. 8 Okt 2012 1:5

(53)

14 KREN Kresna Graha Sekurindo Tbk. 6 Aug 2012 1:4 15 DKFT Central Omega Resources Tbk. 2 Aug 2012 1:5 16 MDRN Modern International Tbk. 2 Jul 2012 1:5 17 IMAS Indomobil Sukses International Tbk. 7 Jun 2012 1:2 18 ASII Astra International Tbk. 5 Jun 2012 1:10 19 PWON Pakuwon Jati Tbk. 29 Mar 2012 1:4

20 PTRO Petrosea Tbk. 6 Mar 2012 1:10

21 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 19 Apr 2013 1:5 22 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk. 8 Jul 2013 1:4 23 TOWR Sarana Menara Nusantara Tbk. 19 Jul 2013 1:10 24 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. 29 Jul 2013 1:10 25 JRPT Jaya Real Property Tbk. 31 Jul 2013 1:5 26 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. 27 Aug 2013 1:5

27 BATA Sepatu Bata Tbk. 4 Sep 2013 1:100

28 JKON Jaya Konstrukasi Manggala Pratama Tbk. 26 Sep 2013 1:5

Sumber :

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif.

Sedangkan sumber data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

diperoleh melalui media internet dengan situs dan

3.7 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi

pustaka berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu, laporan keuangan

perusahaan, dan laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan

gambaran masalah yang akan diteliti serta melalui data sekunder berupa laporan

(54)

3.8 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

3.8.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah proses pengumpulan, penyajian ringkasan

berbagai karakteristik data untuk memberikan informasi dan gambaran yang

dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum, dan nilai minimum.

3.8.2 Uji Normalitas

Screening terhadap normalitas data merupakan langkah awal yang harus

dilakukan untuk setiap multivariat , khususnya jika tujuannya adalah inferensi

(Ghozali, 2006:27). Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan return

saham, Trading Volume Activity (TVA), dan variance sebelum dan sesudah stock

split, sehingga perlu dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Dalam hal ini

peneliti menggunakan uji statistik Kolmogrov Smirnov untuk mendeteksi

normalitas data.

Pengujian Kolmogrov Smirnov dapat digunakan untuk mengetahui apakah

data terdistribusi secara normal atau tidak. Hal itu dapat diketahui dengan melihat

signifikansi data tersebut. Apabila signifikansi lebih dari 5% atau 0,05 maka data

berdistribusi secara normal, sehingga uji beda yang digunakan adalah uji

parametrik (paired sample t-test). Tetapi jika signifikansi kurang dari 5%, maka

data tidak berdistribusi normal, sehingga uji beda yang digunakan adalah uji non

Gambar

Tabel 1.1
Rata-Rata Tabel 1.2 Trading Volume Activity (TVA)  Saham Sebelum dan Sesudah
Tabel 1.3
Gambar 2.1 : Skema Prosedur Pelaksanaan Stock Split
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari periode pengangkatan ini diketahui bahwa induk cumi-cumi menempelkan telurnya pada malam hari karena semua telur cumi-cumi yang menempel pada atraktor ditemukan pada

Pelaksanaan discharge planning yaitu tindakan yang dilakukan perawat di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta untuk mempersiapkan pasien dan keluarga dalam perawatan lanjutan di rumah

Kemudian klik Step by step Mail Merge Wizard …Klik Next : Starting document , Klik Next : Select recipients , recipients adalah data yang akan kita masukkan ke dokumen yaitu surat

Abstract — Effect of stirring rate on the formation of silver nanowires (AgNWs) have been successfully synthesized by using polyol process.. The scanning

Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perawatan menjelang ajal pada pasien di RSUD Kabupaten Magelang yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,001 yang menunjukkan

This study aims to determine the efficiency of the use of mud crab shells as raw material for chitosan and to determine the most optimal chitosan concentration and stirring time

Minimal Diploma III di bidang Ilmu yang relevan dengan tugas jabatan Jabata.n pelaksana Penguji terdir-i atas:. Penyiap Bahan Rencana Keia dan Anggaran Kementerian /

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-NYA, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Reaksi Pasar Modal Terhadap