• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Helicobacter pylori dengan sitokin TNF-α, IL-6, dan IL-8

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Helicobacter pylori dengan sitokin TNF-α, IL-6, dan IL-8"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Helicobacter pylori dengan sitokin TNF-α, IL-6, dan IL-8 Gontar Alamsyah Siregar

Divisi Gastroentero-Hepatologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik Medan

Helicobacter pylori

H.pylori adalah etiologi utama terjadinya gastritis. Bakteri ini merupakan bakteri Gram

negatif, bentuk heliks, mikroaerofilik, dengan panjang 3 mikrometer dan diameter sekitar 0,5

mikrometer. yang ditemukan di gaster. Pertama kali diidentifikasi tahun 1982 oleh ilmuwan

Australia Barry Marshall dan Robin Warren, yang saat itu ditemukan pada pasien gastritis

kronik dan ulkus gaster (Blaser MJ, 2006)

Berikut akan dijelaskan mengenai faktor virulesi utama dari H.pylori

a. Cytotoxin-associated gene (cag) pathogenicity island (cagPaI)

CagPaI adalah regio DNA yang disusun oleh 30 gen yang mengkode Type IV

Secretion System (T4SS). Infeksi strain H.pylori dengan cagPaI sekitar 2x beresiko

terkena ulkus peptikum dan adenokarsinoma gaster (Fischer W, et al, 2001).

T4SS dapat menginduksi ekspresi sitokin proinflamasi ketika berinteraksi

dengan sel pejamu, dengan mekanisme yang tidak melibatkan CagA tetapi komponen

dinding sel H.pylori seperti peptidoglikan. Peptidoglikan dikenali oleh molekul pertahanan pejamu, NOD1, dan hal ini menyebabkan aktivasi NF-κB, dan dapat meningkatkan ekspresi sitokin proinflamasi seperti IL-8. IL-8 merupakan kemoatraktan

penting untuk neutrofil dan limfosit. Infiltrasi neutrofil pada mukosa gaster lebih berat

secara signifikan pada pasien yang terinfeksi strain cag(+) dibandingkan yang (-).

Kondisi ini menunjukkan adanya cagPaI berperan besar menginduksi inflamasi.

Banyak penelitian melaporkan adanya hubungan antara prognosis klinis dengan adanya

cag. CagA meningkatkan produksi reactive oxidative species (ROS) dan dapat

menginduksi stres oksidatif terhadap mukosa gaster (Holck S, et al, 2003; Farinati F et

(2)
[image:2.595.144.423.76.369.2]

Gambar 1. Interaksi CagA dengan molekul pejamu (Kusters JG, et al, 2006)

b. Vacuolating cytotoxin A (VacA)

Semua strain H.pylori memiliki gen vacA dan sekitarnya separuhnya

mensekresikan protein VacA aktif. Protein ini toksin yang dapat menginduksi

pembentukan vakuola secara masif pada sel epitel in vitro dan mengurangi proliferasi

sel T. Inhibisi sel T menyebabkan H.pylori dapat menyebabkan infeksi kronik. Toksin

dapat membentuk pori-pori pada sel epitel gaster yang mengangkut cairan interstisial

bersama urea menuju ke bakteri. Dengan cara ini bakteri mendapatkan nutrisi,

mempertahankan pH dengan mengubah urea menjadi amonia sehingga membantu

H.pylori untuk tumbuh. VacA juga berperan melonggarkan tight junction antara sel-sel

dan menyebabkan kerusakan epitel (Pelicic, et al, 1999; Sundrud MS, et al, 2004).

c. Duodenal ulcer promoting gene A (dupA)

Gen dupA terutama berhubungan dengan ulkus peptikum. Pada penelitian di

China menunjukkan pasien ulkus duodenum memiliki prevalensi strain dupA positif

dibandingkan pasien Ca gaster dan ulkus gaster (Zhang Z, et al, 2008). Penelitian Lu et

al menemukan bahwa infeksi strain dupA+ berkaitan dengan peningkatan kadar IL-8

pada mukosa gaster dan infiltrasi neutrofil yang lebih berat (Lu H, et al, 2005).

(3)

Gen oipA juga dapat menginduksi ekspresi IL-8 dari sel epitel gaster. Adanya

oipA berkorelasi dengan ulkus duodenum dan Ca gaster (Yamaoka Y, et al, 2006).

e. Protein membran luar lainnya

Banyak protein membran luar H.pylori memungkinkan perlekatan H.pylori

terhadap sel epitel gaster, seperti BabA, SabA, HpaA, Omp18, AlpA, AlpB, dan HopZ.

BabA (blood group antigen binding adhesion A), salah satu faktor yang paling banyak

dipelajari, ditemukan pada sel epitel dan memfasilitasi kolonisasi H.pylori dan

meningkatkan respons IL-8, yang menyebabkan inflamasi mukosa (Rad R, et al, 2002).

f. HP-NAP

HP-NAP adalah faktor lain yang dapat mengaktivasi neutrofil. HP-NAP

mengaktivasi sel mast sehingga menyebabkan pelepasan isi granul dan sitokin

proinflamasi IL-6. Faktor ini dapat menyebabkan datangnya monosit dan neutrofil ke

lokasi infeksi (Montemurro P, et al, 2002). HP-NAP juga dapat menginduksi respons

Th1 yang kuat, induksi neutrofil untuk memproduksi ROS dan menyebabkan inflamasi

dan kerusakan sel (Montecucco C, et al, 2003).

[image:3.595.163.416.402.592.2]

Gambar 2. Biopsi gaster menunjukkan H.pylori dengan pembesaran 1000x (Garg B, et al, 2012)

Secara histologi, bakteri ini biasanya dideteksi dalam lapisan gel mukos yang

melapisi mukosa gaster. H.pylori bisa sulit dideteksi pada kasus metaplasia intestinal

ekstensif maupun selama terapi antisekretorik (PPI). Pada beberapa kasus, infeksi H.pylori

bisa diperkirakan dengan adanya inflamasi mononuklear dan neutrofilik (aktif). Setelah

(4)

neutrofil dan/atau mononuklear yang menetap mengindikasikan kegagalan pengobatan.

(Suzana MK, et al, 2009).

Walaupun dari spesimen biopsi ditemukan adanya H.pylori tidak berarti H.pylori

menjadi etiologi tunggal. Di beberapa kasus bisa terdapat etiologi multipel. Adanya

H.pylori berhubungan dengan kerusakan jaringan dan temuan histologi gastritis kronik.

Gastritis H.pylori merupakan infeksi primer pada gaster dan penyebab tersering gastritis

kronik. H.pylori mendiami gaster lebih dari 50% orang dan penyebab tersering gastritis

kronik di dunia (Suzana MK, et al, 2009).

Gastritis H.pylori menyebabkan 2 pola topografi utama yang memiliki konsekuensi

klinis yang berbeda, yaitu gastritis antrum dan gastritis atrofi multifokal. Gastritis antrum

ditandai inflamasi yang terutama terbatas pada antrum. Pasien dengan ulkus peptikum

sering mengalami gastritis pola ini. Gastritis atrofi multifokal ditandai keterlibatan korpus

dan antrum gaster dengan perkembangan atrofi gaster yang progresif (kehilangan kelenjar

gaster) dan penggantian kelenjar gaster dengan epitel tipe intestinal (metaplasia intestinal).

Pasien dengan adenoma gaster dan ulkus gaster biasanya mengalami pola ini (Suzana MK,

et al, 2009).

H.pylori ditemukan di musin yang melapisi epitel permukaan dan di dalam foveola,

oleh karena itu H.pylori dapat dideteksi dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin bila

jumlahnya banyak tetapi jika jarang, ada beberapa metode pewarnaan seperti

Warthin-Starry; Cresyl-violet, Gimminez, Alcian yellow-toluidine blu-Leung, Genta stain, Giemsa,

May Grünwald Giemsa (Suzana MK, et al, 2009).

Kolonisasi H.pylori pada awalnya menyebabkan gastritis superfisial akut, yang

ditandai dengan infiltrasi neutrofil antara permukaan dan sel epitel foveolar dan di dalam

gastric pits, epitel permukaan menunjukkan perubahan degeneratif dengan hilangnya

musin dan peningkatan eksfoliasi, awal yang terkena mukosa antrum dan pada akhirnya

mukosa korpus, infiltrasi limfoplasmasitik meningkat setelah 11-14 hari, lamina propria

edema. Infeksi H.pylori kronik ditandai infiltrasi mononuklear, predileksi foveolar;

infiltrasi aktif neutrofil pada zona proliferatif mukosa gaster, interstisial, dan epitel

foveolar; agregat limfoid, gastritis H.pylori kronik dominan di antrum. Setelah eradikasi

H.pylori neutrofil akan menghilang setelah 6-8 minggu, infiltrasi kronik menetap lebih

lama di regio antrum (Cerar A, et al, 2003).

(5)

H.pylori tinggal di lapisan mukus yang melapisi epitel gaster. H.pylori mensekresikan

faktor-faktor, peptida, dan lipopolisakarida yang bersifat kemotaktik terhadap neutrofil dan

monosit. In vivo, infeksi H.pylori di mukosa gaster menginduksi produksi sitokin-sitokin IL-1 , IL-6, IL-8 dan TNF-α. IL-IL-1 atau TNF-α saja, maupun TNF-α bersinergis dengan IFN-menginduksi produksi IL-8 di sel gaster. Peningkatan produksi IL-8 bisa disebabkan infeksi H.pylori maupun sekunder dari peningkatan kadar IL-1 atau TNF-α. Produksi IL-8 oleh sel epitel gaster berkepanjangan dapat menyebabkan rekruitmen neutrofil dan limfosit ke

[image:5.595.81.528.252.488.2]

jaringan yang terinfeksi (Szoke D, 2009).

Gambar 3. Imunopatogenesis Infeksi H.pylori (Szoke D, 2009)

H.pylori menginduksi sitokin-sitokin proinflamasi seperti IL-1 , IL-6, TNF-α, IL-8 melalui aktivasi NF-κB. Respons inflamasi yang terjadi menyebabkan Treg mensekresikan

sitokin imunosupresif, yang mempertahankan kadar H.pylori dalam mukosa gaster. Peran

Treg dalam memodulasi respon imun pejamu selama infeksi H.pylori telah beberapa kali

dipikirkan. Treg adalah subset dari sel T yang mensupresi respon imun pejamu dan

berhubungan dengan kanker. Sel T khusus tersebut mengekspresikan marker seperti CD4,

CD25, dan FoxP3. Treg meningkatkan toleransi terhadap antigen diri sendiri dan pada saat

bersamaan memfasilitasi pertumbuhan tumor melalui imunosupresi. Beberapa studi

menyebutkan peningkatan dari TH1, TH2, Treg, mengindikasikan keseimbangan

imunomodulasi pejamu untuk inflamasi. Infeksi H.pylori memiliki respon TH1 yang kuat

(6)

diseimbangkan dengan IL-10 dari Treg untuk menyebabkan infeksi kronik dengan

imunosupresi parsial (Banerjee A, et al, 2013).

[image:6.595.76.521.111.470.2]

Gambar 4. Respons Inflamasi akibat Helicobacter pylori (Banerjee A, et al, 2013)

(7)

Penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa adanya hubungan kuat antara infeksi H

pylori dan gastritis serta adanya ulkus baik di duodenum atau di lambung, MALT limfoma

dan adenokarsinoma lambung, seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Pembuktian adanya

kuman tersebut merupakan indikasi kuat untuk dilakukan eradikasi. WHO telah menetapkan

(8)
[image:8.595.150.402.68.375.2]

Gambar 5. Kaskade Kanker oleh Infeksi Helicobacter pylori (Tepes B, 2009)

Gambar 6. Infeksi Helicobacter pylori dan outcome yang bisa terjadi (Tepes B, 2009) Perjalanan alamiah dari infeksi H pylori yang berhubungan dengan inflamasi mulai

[image:8.595.102.467.423.690.2]
(9)

dengan penurunan sekresi asam, hilangnya sel parietal dan atrofi korpus. (El-Zimaity HMT,

2007).

TNF- α

TNF-α merupakan sitokin utama pada respons inflamasi akut. Infeksi yang berat dapat

memicu produksi TNF dalam jumlah besar yang menimbulkan reaksi sistemik. TNF disebut

TNF-α atas dasar historis dan untuk membedakannya dari TNF- atau limfotoksin (Pelicic V,

et al, 1999).

TNF-α diproduksi oleh neutrofil, limfosit yang diaktifkan, makrofag sel NK, dan beberapa sel non limfoid seperti astrosit, sel endotel dan sel otot polos, sementara

TNF-nampaknya hanya diproduksi oleh sel T (Detrick B, et al, 2008).

LPS merupakan rangsangan poten untuk mensekresi TNF. IFN- yang diproduksi oleh

sel T dan sel NK juga merangsang makrofag antara lain meningkatkan sintesis TNF. TNF

memiliki efek biologik antara lain pengerahan neutrofil dan monosit ke tempat infeksi serta

mengaktifkan sel-sel tersebut untuk menyingkirkan mikroba, memacu ekspresi molekul adesi

sel endotel vaskular terhadap leukosit, merangsang makrofag mensekresi kemokin dan

menginduksi kemotaksis dan pengerahan leukosit, merangsang fagosit mononuklear,

merangsang hipotalamus yang menginduksi demam dan oleh karena itu disebut pirogen

endogen (Baratawidjaja KG, 2004).

TNF-α adalah sitokin proinflamasi yang berperan penting dalam respon baik akut maupun kronis pada infeksi virus, bakteri, dan parasit. Bioaktivitas TNF-α terjadi melalui terikatnya TNF-α pada reseptor seluler spesifik TNF-R, TNF-R1 (p55) dan TNF-R2 (p75), yang berbeda berat molekul, lokasi, dan fungsinya. TNF-R1 tersebar di banyak tempat,

sementara R2 lebih terbatas distribusinya, yaitu pada sel-sel asal hematopoietin. TNF-R1 memperantarai kebanyakan respon seluler yang diinduksi TNF-α, termasuk aktivasi faktor traskripsi seperti NF-κB dan apoptosis (Bradley JR, 2008).

Interleukin-6

Interleukin 6 (IL-6) merupakan interleukin yang berperan sebagai sitokin proinflamasi.

IL-6 disekresikan oleh sel T dan makrofag untuk menstimulasi respons imun seperti infeksi,

trauma, dll. IL-6 penting dalam patofisiologi demam, inflamasi akut, dan kronik. IL-6 dapat

disekresikan oleh makrofag sebagai respons terhadap molekul mikroba spesifik, yang disebut

(10)

dengan molekul dari sistem imun bawaan yang disebut pattern recognition receptors (PRRs)

termasuk Toll-like receptors (TLRs). TLR terdapat di permukaan sel dan kompartemen

intraseluler dan menginduksi kaskade sinyal intraseluler yang dapat menyebabkan

peningkatan produksi sitokin inflamasi.

IL-6 penting dalam respons inflamasi kronik. IL-6 tidak hanya berperan dalam reaksi

fase akut tetapi juga perkembangan respons imun seluler dan humoral, termasuk diferensiasi

sel B tahap akhir, sekresi imunoglobulin, dan aktivasi sel T. Peralihan dari inflamasi akut ke

kronik yang utama adalah adanya monosit pada area inflamasi. IL-6 ini penting dalam transisi

antara inflamasi akut ke kronik (Kaplanski G, et al, 2003).

Kompleks IL-6 dan reseptor IL-6 dapat mengaktivasi sel endotel untuk mensekresikan

monocyte chemoattractant protein (MCP)-1 dan menginduksi ekspresi molekul adesi.

Kompleks IL-6/ Reseptor IL-6 memungkinkan transisi dari neutrofil ke monosit dalam

patogenesis inflamasi. Transisi dari akumulasi neutrofil ke monosit bisa akibat pergeseran

tipe kemokin yang diproduksi oleh sel stroma, makrofag atau neutrofil. Neutrofil yang

distimulasi sitokin inflamasi selama beberapa jam akan secara selektif menghasilkan MCP-1.

Aktivasi endotel (atau sel stroma) oleh molekul proinflamasi menyebabkan sekresi PAF

(Platelet activating factor), IL-8, IL-6. Kombinasi IL-6R dengan IL-6 memungkinkan ligasi

ke gp130 pada membran sel endotel dan meningkatkan sekresi IL-6 dan MCP-1 sel endotel

(atau stroma), yang memungkinkan transisi dari rekrutmen neutrofil ke monosit. Transisi dari

akumulasi neutrofil ke monosit pada lokasi inflamasi tidak hanya terjadi rekrutmen monosit

tetapi juga hilangnya neutrofil. Neutrofil apoptosis mengekspresikan antigen membran baru

yang dikenali oleh berbagai reseptor makrofag yang menyebabkan terjadinya fagositosis.

Fagositosis dari PMN apoptotik oleh makrofag menyebakan peningkatan sekresi TGF- dan

sekresi MCP-1, menyebabkan terjadinya rekrutmen monosit (Marin V, et al, 2001; Jones SA,

(11)
[image:11.595.108.496.73.412.2]

Gambar 7. Peranan IL-6 terhadap inflamasi (Gabay C, 2006)

Keterangan. Tahap 1: pada respons inflamasi akut, IL-6 dapat berikatan dengan dengan

reseptornya. Tahap 2: trans sinyal melalui gp130 menyebabkan rekrutmen monosit. Tahap 3:

paparan jangka panjang IL-6 menyebabkan apoptosis neutrofil, fagositosis, dan akumulasi

mononuklear pada lokasi cedera. IL: interleukin; JAK: Janus activated kinase; MCP:

monocyte chemoattractant protein; sIL-6R: solluble IL-6 receptor

IL-6 berperan penting dalam pertahanan pejamu sebagai messenger antara sistem

adaptif dan innate dengan menstimulasi produksi IFN- di sel T, dengan meningkatkan

sekresi imunoglobulin di sel B yang teraktivasi dan melalui aktivasi polimorfoneutrofil

(Yamaoka Y, et al, 1996).

Interleukin-8

IL-8 adalah kemokin yang diproduksi oleh monosit, limfosit T, neutrofil, sel endotel

vaskular, fibroblas dermis, keratinosit, hepatosit dan sel kanker gaster manusia. Pada manusia

(12)

neutrofil in vitro. Selain itu, IL-8 dapat menginduksi neutrofil untuk melepaskan enzim

lisosom. IL-8 ini tidak terdeteksi pada plasma orang dewasa normal (Luster AD, 1998).

IL-8 merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan influks neutrofil menuju

sel-sel yang terinfeksi dan jumlah IL-8 diekspresikan oleh sel epitel gaster sebagai respons

terhadap H.pylori yang cukup untuk menginduksi kemotaksis neutrofil (Yamada H, et al,

2001). Penelitian in vivo dan in vitro menunjukkan adanya peningkatan kadar IL-8 yang

berhubungan dengan infeksi H.pylori (Kim H, et al, 2001; Seo JH, et al, 2004; Robinson K, et

al, 2008). Induksi ekspresi IL-8 dimediasi melalui NF-κB dan proten activator-1 (AP-1) (Chu

SH, et al, 2003). H.pylori secara langsung akan melakukan up regulasi ekspresi mesenger

RNA dari IL-8 dan protein IL-8 pada sel epitel (Crabtree JE, et al, 1995).

Hubungan TNF-α, IL-6, IL-8 terhadap Infeksi Helicobacter pylori

H. pylori yang menginfeksi kurang lebih 50% penduduk di seluruh dunia, yang

menyebabkan inflamasi lambung kronis yang akan menjadi atrofi, metaplasia, displasia dan

akhirnya kanker lambung (Fox JG, 2007b).

Inflamasi kronis tersebut melibatkan netrofil, limfosit (sel T dan B), sel plasma, dan

makrofag, sesuai dengan tingkat degenerasi dan kerusakan selnya (Israel DA, 2001).

Mekanisme inflamasi lainnya melalui kontak langsung dengan sel epitel lambung dan

(13)
[image:13.595.96.503.80.442.2]

Gambar 8. Molekul adhesi, sitokin dan mediator yang terlibat pada sel mukosa lambung (Naito Y, 2002)

(14)

TNF-α berperan untuk meningkatkan reaksi inflamasi dan diyakini berperan penting dalam kerusakan mukosa gaster akibat H.pylori. TNF-α menyebabkan kaskade inflamasi terhadap infeksi, respons inflamasi berlebihan di mukosa gaster yang berhubungan dengan

inhibisi sekresi asam lambung dan kerentanan yang lebih tinggi terhadap Ca gaster (Furuta T,

et al, 2002)

Yamaoka et al, melaporkan bahwa kadar IL-6 mukosa meningkat pada gastritis

H.pylori (Yamaoka Y, et al, 1996). Nakagawa H et al melaporkan bahwa pasien dewasa di

Jepang yang terinfeksi H.pylori menunjukkan kadar IL-6 yang lebih tinggi, dan hal ini juga

konsisten dengan studi lainnya pada orang Kaukasia (Nakagawa H, et al, 2013). Lindholm et

al melaporkan bahwa pada pasien yang terinfeksi H.pylori, kadar IL-6 meningkat pada

mukosa gaster dibandingkan pasien sehat (Lindholm C, et al, 1998).

Kadar IL-6 serum dilaporkan lebih tinggi pada pasien Ca gaster dibandingkan dengan

lesi gaster jinak akibat infeksi H.pylori. Kadar IL-6 mukosa juga lebih tinggi pada Ca gaster

tahap awal dengan infeksi H.pylori aktif daripada non infeksi H.pylori. Kadar IL-6 ini turun

secara dramatis setelah eradikasi infeksi. Penelitian pada binatang menunjukkan adanya

hubungan antara IL-6 dengan H.pylori dan juga berkorelasi dengan tingkat inflamasi gaster

(Harris P, et al, 2000; Yamaoka Y, et al, 2001).

(15)

mana makin tinggi kadar sitokin sebanding dengan peningkatan derajat inflamasi dan

aktivitas neutrofil (Bodger K, et al, 2001).

Xuan, et al. tahun 2005 mendapatkan kadar IL-8 mukosa metode ELISA yang lebih

tinggi pada derajat gastritis yang lebih berat (infiltrasi neutrofil, infiltrasi mononuklear dan

atrofi) (Xuan J, et al, 2005).

Penelitian Andersen et al mendapatkan bahwa IL-8 meningkat secara signifikan pada

derajat inflamasi yang lebih berat dan tingkat kepadatan H.pylori yang makin banyak

(Andersen LP, et al, 2005).

Holck et al melaporkan adanya hubungan signifikan antara IL-8 dengan gastritis

maupun tingkat kepadatan H.pylori. Aktivitas sitokin IL-8 meningkat pada pasien yang

terinfeksi H.pylori. IL-8 ditemukan meningkat pada separuh pasien H.pylori, dibandingkan

dengan 25% pada pasien yang tidak terinfeksi H.pylori. (Holck S, et al, 2003).

DAFTAR PUSTAKA

Andersen LP, Holck S, Janulaityte-Gu¨nther D, Kupcinskas L, Kiudelis G, Jonaitis L, et al.

Gastric inflammatory markers and interleukins in patients with functional dyspepsia, with and

without Helicobacter pylori infection. FEMS Immunology and Medical Microbiology.2005;44:233–8.

Banerjee A, Mukhopadhyay AK, Paul S, Bhattacharyya A and Swarnakar S. Unveiling the

Intricacies of Helicobacter pylori-induced Gastric Inflammation: T Helper cells and Matrix

Metalloproteinases at a Crossroad. In: Mozsik G, editor. Current Topics in Gastritis. Croatia:

InTech Publishers; 2013. Chapter 7.

Baratawidjaja KG. Imunologi Dasar: Sitokin. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2004. hlm.

128-31.

(16)

Bodger K, Crabtree JE. Helicobacter pylori and gastric inflammation. British Med Bull.

1998;54:139-50.

Bradley JR. TNF-mediated inflammatory disease. J Pathol. 2008; 214:149-60.

Cerar A, Vodopivec B. Sydney and beyond: Helicobacter pylori gastritis. Update in Pathology, Proceedings Book. Ljubljana, Slovenia: Fac Med, Univ Lubljana; 2003. hlm. 89– 93.

Chu SH, Kim H, Seo JY, Lim JW, Mukaida N, Kim KH. Role of NF-kappaB and AP-1 on

Helicobater pylori-induced IL-8 expression in AGS cells. Dig Dis Sci. 2003; 48:257-65.

Crabtree JE, Covacci A, Farmery SM. Helicobacter pylori induced interleukin-8 expression

in gastric epithelial cells is associated with CagA positive phenotype. J Clin Pathol.

1995;48:41-5.

Detrick B, Nagineni CN, Hooks J. Cytokines: Regulators of Immune Responses and Key

Therapeutic Targets. In: Gorman MRG, Donnenberg AD, editor. Handbook of Human

Imunology. 2nd ed. Boca Raton, FL: CRC Press; 2008.

Farinati F, Cardin R, Russo VM, Busatto G, Franco M, Rugge M. Helicobacter pylori CagA

status, mucosal oxidative damage and gastritis phenotype: a potential pathway to cancer?

Helicobacter. 2003; 8:227-34.

Fischer W, Puls J, Buhrdorf R, Gebert B, Odenbreit S, Haas R. Systematic mutagenesis of the

Helicobacter pylori cag pathogenicity island: essential genes for CagA translocation in host

cells and induction of interleukin-8. Mol Microbiol. 2001; 42:1337-48.

Fox JG, Wang TC. Inflammation, atrophy and gastric cancer. The Journal of Clinical

(17)

Furuta T, El-Omar EM, Xiao F, Shirai N, Takashima M, Sugimura H. Interleukin 1beta

polymorphisms increase risk of hypochlorhydria and atrophic gastritis and reduce risk of

duodenal ulcer recurrence in Japan. Gastroenterology. 2002;123(1):92-105.

Gabay C. Interleukin-6 and chronic inflammation. Ar thritis Research & Therapy. 2006;

8(2):1-6.

Garg B, Sandhu V, Sood N, Sood A, Malhotra V. Histopathological analysis of chronic

gastritis and correlation of pathological features with each other and with endoscopic

findings. Pol J Pathol. 2012;3:172-8.

Harris P, Smyties LE, Smith PD, Dubois A. Inflammatory cytokine mRNA expression during

early and persistent Helicobacter pylori infection in nonhuman primates. J Infect Dis. 2000;

181:783-6.

Holck S, Norgaard A, Bennedsen M, Permin H, Norn S, Andersen LP, et al. Gastric mucosal

cytokine responses in Helicobacter pylori-infected patients with gastritis and peptic ulcers.

Association with inflammatory parameters and bacteria load. FEMS Immunology and

Medical Microbiology. 2003;36:175-80.

Israel DA, Peek RM. Review article: Pathogenesis of Helicobacter pylori-induced gastric

inflammation. Aliment Pharmacol Ther. 2001;15:1271-90.

Jones SA, Richards PJ, Scheller J, Rose-John S. IL-6 transsignaling: the in vivo

consequences. J Interferon Cytokine Res. 2005;25:241-53.

Kaplanski G, Marin V, Montero-Julian F, Mantovani A, Farnarier C. IL-6: a regulator of the

transition from neutrophil to monocyte recruitment during inflammation. Trends Immunol.

2003; 24:25-9.

Kim H, Lim JW, Kim KH. Helicobacter pylori-induced expression of interleukin-8 and

cyclooxygenase-2 in AGS gastric epithelial cells: mediation by nuclear factor-kappaB. Scand

(18)

Kusters JG, van Vliet AH, Kuipers EJ. Pathogenesis of Helicobacter pylori infection. Clin

Microbiol Rev. 2006; 19:449-90.

Lindholm C, Quiding-Jarbrink M, Lonroth H, Hamlet A, Svennerholm AM. Local cytokine

response in Helicobacter pylori-infected subjects. Infect Immun. 1998;66: 5964-71.

Lu H, Hsu PI, Graham DY, Yamaoka Y. Duodenal ulcer promoting gene of Helicobacter

pylori. Gastroenterology. 2005;128:833-48.

Luster AD. Chemokines-chemotactic cytokines that mediate inflammation. N Engl J Med.

1998;338:436-45.

Marin V, Montero-Julian FA, Gres S, Boulay V, Bongrand P, Farnarier C, et al. The

IL-6/soluble IL-6Ra autocrine loop of endothelial activation as an intermediate between acute

and chronic inflammation: an experimental model involving thrombin. J Immunol. 2001;

167:3435-42.

Montecucco C, de Bernard M. Molecular and cellular mechanisms of action of the

vacuolating cytotoxin (VacA) and neutrophil-activating protein (HP-NAP) virulence factors

of Helicobacter pylori. Microbes Infect. 2003;5:715-21.

Montemurro P, Nishioka H, Dundon WG, de Bernard M, Del Giudice G, Rappuoli R, et al.

The neutrophil-activating protein (HP-NAP) of Helicobacter pylori is a potent stimulant of

mast cells. Eur J Immunol. 2002;32:671-6.

Naito Y, Yoshikawa T. Molecular and cellular mechanism involved in Helicobacter pylori

induced inflammation and oxidative stress. Free Rad Biol and Med. 2002;33:323-6.

Nakagawa H, Tamura T, Mitsuda Y, Goto Y, Kamiya Y, Kondo T, et al. Significant

Association between Serum Interleukin-6 and Helicobacter pylori Antibody Levels among H.

(19)

Pelicic V, Reyrat JM, Sartori L, Pagliaccia C, Rappuoli R, Telford JL, et al. Helicobacter

pylori VacA cytotoxin associated with the bacteria increases epithelial permeability

independently of its vacuolating activity. Microbiology. 1999;145(8): 2043-50.

Rad R, Gerhard M, Lang R, Schoniger M, Rosch T, Schepp W, et al. The Helicobacter pylori

blood group antigen-binding adhesin facilitates bacterial colonization and augments a

nonspecific immune response. J Immunol. 2002;168: 3033-41.

Robinson K, Kenefeck R, Pidgeon E, Shakib S, Patel S, Polson R, et al. Helicobacter

pylori-induced peptic ulcer disease is associated with inadequate regulatory T-cell responses. Gut.

2008;57:1375-85.

Seo JH, Lim JW, Kim H, Kim KH. Helicobacter pylori in a Korean isolate activates

mitogen-activated protein kinases, AP-1, and NF-kappaB and induces chemokine expression in gastric

epithelial AGS cells. Lab Invest. 2004;84:49-62.

Sundrud MS, Torres VJ, Unutmaz D, Cover TL. Inhibition of primary human T cell

proliferation by Helicobacter pylori vacuolating toxin (VacA) is independent of VacA effects

on IL-2 secretion. Proc Natl Acad Sci U S A. 2004;101:7727-32.

Suzana MK, Skender T, Emine DS, Halil A, Vjollca SM, Agron K, et al. Helicobacter pylori

gastritis updated sydney classification applied in our material. Sec. Biol. Med. Sci. 2009;30(1):45–60.

Szoke D. Genetic factors related to the histological and macroscopic lesions of the stomach.

[disertasi]. Budapest: Semmelweis University; 2009. Hlm 7-61.

(20)

Viala J, Chaput C, Boneca IG, Cardona A, Girardin SE, Moran AP, et al. Nod1 responds to

peptidoglycan delivered by the Helicobacter pylori cag pathogenicity island. Nat Immunol.

2004; 5: 1166-74.

Xuan J, Deguchi R, Yanagi H, Ozawa H, Urano T, Ogawa Y, et al. Relationship between

gastric mucosal IL-8 levels and histological gastritis in patients with Helicobacter pylori

infection. Tokai J Exp Clin Med. 2005;30(2):83-8.

Yamada H, Aihara T, Okabe S. Mechanism for Helicobacter pylori stimulation of

interleukin-8 production in a gastric epithelial cell line (MKN 28): roles of mitogen-activated

protein kinase and interleukin-1beta. Biochem Pharmacol. 2001;61:1595-604.

Yamaoka Y, Kita M, Kodama Y, Sawai N, Imanishi J. Helicobacter pylori cagA gene and

expression of cytokine messenger RNA in gastric mucosa. Gastroenterology. 1996;

110:1744-52.

Yamaoka Y, Kodama T, Kita M, Imanishi J, Kashima K, Graham DY. Relation between

cytokines and Helicobacter pylori in gastric cancer. Helicobacter. 2001;6(2):116-24.

Zakaria Z. The role of interleukin-10 in Helicobacter pylori infection. Master [Tesis].

Nottingham,UK: University of Nottingham; 2010.hlm. 55.

Zhang Z, Zheng Q, Chen X, Xiao S, Liu W, Lu H. The Helicobacter pylori duodenal ulcer

promoting gene, dupA in China. BMC Gastroenterol. 2008;8:49-54.

Zuniga-Noriega JR, Bosques-Padilla FJ, Perez GI, et al. Diagnostic utility of invasive test and

serology for the diagnosis of Helicobacter pylori infection in different clinical presentation.

Gambar

Gambar 1. Interaksi CagA dengan molekul pejamu (Kusters JG, et al, 2006)
Gambar 2. Biopsi gaster menunjukkan H.pylori dengan pembesaran 1000x (Garg B, et al, 2012)
Gambar 3. Imunopatogenesis Infeksi H.pylori (Szoke D, 2009)
Tabel 1. Faktor-faktor pejamu yang diregulasi oleh aktivasi NF-κB sebagai respons
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspresi gen TNF- α pada individu hipertensi meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan orang sehat.. Kata kunci : Hipertensi, TNF -α,

Ulkus peptikum dapat disebabkan oleh (1) sekresi asam dan pepsin yang berlebihan oleh mukosa lambung, atau (2) berkurangnya kemampuan sawar mukosa gastroduodenalis untuk

Ditemukan rerata kadar serum TNF- α lebih tinggi (3,48) pada gastritis H.Pylori dengan CagA (+) dibandingkan gastritis H.Pylori dengan CagA (-) (1,29) dengan

Bagi Masyarakat : Bila terdapat pe rbedaan kadar serum TNF α yang signifikan secara statistik antara pasien gasritis H.pylori CagA (+) dan (-), maka dengan

37,39 Hal ini sangat sesuai dengan penelitian ini ditemukan perbandingan rerata yang signifikan dengan nilai p< 0,001, dimana kadar TNF- α pada kelompok pasien Gastritis

endoskopi lambung (gastroskopi) dengan puasa ± 10-12 jam sebelumnya dan jika ditemukan gambaran kemerahan pada lambung atau perdarahan, maka dilakukan pengambilan jaringan lambung

mampu meningkatkan sekresi VEGF dan PDGF, namun dosis optimal TNF-α yang mampu memaksimalkan ekspresi molekul tersebut belum diketahui secara pasti.. Variasi dosis TNF-α digunakan

Berbagai perubahan atrofik terjadi pada berbagai tipe mukosa gaster : (A) Shrinkage dari kelenjar antrum yang bersamaan dengan fibrotik lamina propria; (B)