• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan Tahun 2013"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA

PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT ISLAM

MALAHAYATI MEDAN

TAHUN 2013

TESIS

Oleh

KHASYIAH

117032049/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA

PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT ISLAM

MALAHAYATI MEDAN

TAHUN 2013

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

KHASYIAH

117032049/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis

: PENGARUH MOTIVASI TERHADAP

KEPUASAN KERJA PERAWAT

PELAKSANA DI RUMAH SAKIT ISLAM

MALAHAYATI MEDAN TAHUN 2013

Nama Mahasiswa

: Khasyiah

Nomor Induk Mahasiswa : 117032049

Program Studi

: S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi

: Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Ketua

( Dr. Juanita, S.E, M.Kes)

Anggota

(dr. Fauzi, S.K.M)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 24 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Dr. Juanita, S.E, M.Kes

Anggota

: 1. dr. Fauzi, S.K.M

2. dr. Arifin Siregar, M.S

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KEPUASAN KERJA

PERAWAT PELAKSANA DI RUMAH SAKIT

ISLAM MALAHAYATI MEDAN

TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapaat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, September 2013

(6)

ABSTRAK

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan adalah rumah sakit swasta setara

kelas C, dimana Rumah Sakit Malahayati Medan sedang dalam proses

pembenahan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Kualitas pelayanan

akan tercapai apabila motivasi kerja perawat tinggi dan kepuasan kerja di

tercapai.

Masalah yang ada di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan adalah

tingginya angka perputaran tenaga kerja, khususnya perawat. Perputaran tenaga

kerja erat kaitannya dengan motivasi dan kepuasan kerja. Motivasi perawat

pelaksana ditinjau dari motivasi intrinsik yang terdiri dari prestasi,

tanggungjawab, dan pengembangan diri. Motivasi ekstrinsik ditinjau dari

penghasilan, supervisi, rekan kerja dan lingkungan kerja.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh motivasi intrinsik dan

ekstrinsik terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam

Malahayati Medan dan menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi

kepuasan kerja perawat pelaksana Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

Penelitian ini menggunakan desain

cross sectional

yang bersifat

deskriptif. Populasi adalah perawat pelaksana yang telah bekerja lebih dari 2

tahun, yang berjumlah 71 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh

populasi. Analisa data dengan menggunakan uji regresi logistik.

Hasil uji regresi logistik didapatkan bahwa ada 4 variabel yang

berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam

Malahayati Medan yaitu variabel prestasi, penghasilan, rekan kerja dan

lingkungan kerja. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kepuasan kerja

adalah penghasilan dengan B = 22,044

Untuk meningkatkan kepuasan kerja perawat pelaksana Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan, disarankan kepada pihak manajemen dapat

memberikan penghargaan dalam bentuk finansial berupa penambahan bonus

dan instensif.

(7)

ABSTRACT

Medan Malahayati Islamic Hospital, is a private hospital class C since

it is in the process of preparation for increasing its service quality. Service

quality will be achieved if the employees have high performance and work

satisfaction.

The main problem which exists in Medan Malahayati Islamic Hospital,

is the high rate of the rotation among the employees, particularly among the

nurses. Rotation of employees is closely related to motivation and work

satisfaction. Nurses’ motivation is viewed from intrinsic motivation which

includes performance, responsibility, and self-development, while extrinsic

motivation is viewed from income, supervision, co-workers, and work

environment.

The objective of the research was to analyze the influence of intrinsic

motivation and extrinsic motivation on the nurse practitioners’ work

satisfaction at Medan Malahayati Islamic Hospital, and to analyze the

dominant factor which influenced nurse practitioners’ work satisfaction in

Medan Malahayati Islamic Hospital.

The research used descriptive method with cross sectional design. The

population were 71 nurse practitioners who had worked for more than two

years, and all of them were used as the samples. The data were analyzed by

using logistic regression test.

The result of logistic regression test showed that there were four

variables which influenced the nurse practitioners;’ work satisfaction in Medan

Malahayati Islamic Hospital. The variable which had the most dominant

influence on work satisfaction was income, with β = 22.0

44.

In order to increase the nurse practitioners’ work satisfaction in Medan

Malahayati Islamic Hospital, it is recommended that the management of the

hospital give reward, financially such as incentives and bonus.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas

berkat dan rahmat serta pertolongan-NYA yang berlimpah sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini dengan judul

“Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Rumah

Sakit Islam Malahayati Medan Tahun 2013”.

Penelitian tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Dengan selesainya penyusunan tesis ini , penulis mengucapkan terima

kasih kepada yang terhormat :

1.

Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc (CTM)., Sp.A, (K)

sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.

2.

Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3.

Dr. Evawany Aritonang, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

(9)

meluangkan waktu untuk membimbing penulis hingga penulisan tesis

selesai.

5.

dr. Arifin Siregar, M.S selaku ketua komisi penguji dan Drs. Alam Bakti

Keloko, M.Kes, selaku anggota komisi penguji yang telah memberi

masukan guna kesempurnaan penulisan tesis.

6.

dr. Isfanuddin Nyak Kaoy selaku Direktur Rumah Sakit Islam Malahayati

Medan, yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian di Rumah Sakit Ialam Malahayati Medan.

7.

Terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang tercinta, Ibunda Hanifah,

S.Ag dan Ayahanda M.Nur Ibrahim, BcKN, atas segala jasa, motivasi serta

doa yang tak pernah henti.

8.

Teristimewa buat suami terbaik Saiful Bahri, Amd, dan ananda tersayang

Muhammad Zaid Saifannur serta Sitti Fatima Khairunnisa, atas pengertian,

kesabaran, dan doa yang selalu terlantun dengan ikhlas.

Akirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan penulisan tesis ini,

oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat mambangun sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan tesis ini, dengan harapan semoga tesis ini

bermanfaat bagi instansi rumah sakit dan instansi pelayanan kesehatan lainnya.

Medan, September 2013

Penulis

Khasyiah

(10)

RIWAYAT HIDUP

Khasyiah lahir pada tanggal 19 Maret 1980 di Kota Lhokseumawe, anak

ke-5 dari 6 bersaudara dari pasangan Ayahanda M.Nur Ibrahim, BcKN dan

Ibunda Hanifah, S.Ag.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar di

Sekolah Dasar Negeri 3 Lhokseumawe selesai tahun 1992, Sekolah Menengah

Pertama Negeri 1 Lhokseumawe selesai tahun 1995, Sekolah Menengah Umum

Al-Azhar Medan selesai tahun 1998, Fakultas D3 MIPA Universitas Sumatera

Utara selesai tahun 2001, dan melanjutkan pendidikan Strata 1 di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara selesai tahun 2004.

Mulai bekerja sejak tahun 2006 sebagai staf sarana dan prasarana di

Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe hingga saat ini.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT

... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ………. vi

DAFTAR TABEL ………viii

DAFTAR GAMBAR ………... . ix

DAFTAR LAMPIRAN ………... .. x

BAB 1. PENDAHULUAN ………. .... 1

1.1 Latar Belakang ……….. ... 1

1.2 ....Permasalahan ………...9

1.3 Tujuan Penelitian ………. ... 9

1.4 Hipotesis Penelitian ……… ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ……… .. 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ……… .. 11

2.1 Motivasi ……….……… ... 11

2.2 Indikator Motivasi Kerja .………... 15

2.2.1 Prestasi …...……… . 16

2.2.2 Tanggung Jawab ………... . 17

2.2.3 Pengembangan Diri ……… . 17

2.2.4 Imbalan ……….... 18

2.2.5 Rekan Kerja ……… . 19

2.2.6 Atasan (Supervisi) ………. .. 20

2.2.7 Lingkungan Kerja ……….... 22

2.3 Kepuasan Kerja ………...…… .. 23

2.4 Indikator Kepuasan Kerja ………... 24

2.5 Perawat ………. .. 30

.. 2.5.1 Peran Perawat ………32

2.6 Landasan Teori ……… .. 34

2.7 Kerangka Konsep ………... 35

BAB 3. METODE PENELITIAN ……… ... 36

3.1 Jenis Penelitian ………. . 36

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. ... 36

(12)

3.3.1 Populasi ………... 36

3.3.2 Sampel ………...……… .. 36

3.4 Metode Pengumpulan Data ………...……… 37

3.4.1. Uji Validitas dan Reabilitas ……...……….. 37

3.5 Variabel dan Definisi Operasional.………. .... 38

3.6 Metode Pengukuran ……...………. ... 39

3.7 Metode Analisis Data...………. .. 40

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum RSIM Medan ……… ... .42

4.2 Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan RSIM Medan …………. . 43

4.3 Visi dan Misi RSIM Medan ……….……. . 43

4.4 Sumber Daya Manusia RSIM Medan ……….. . 44

4.5 Analisis Univariat ……..……….. . 45

4.5.1 Motivasi Intrinsik ……….. . 46

4.5.2 Motivasi Ekstrinsik ……… 49

4.5.3 Kepuasan Kerja ……….. . 55

4.6 Analisis Bivariat ……….57

4.7Analisis Multivariat... 62

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Prestasi terhadap Kepuasan Kerja .. ... 64

5.2 Hubungan Tanggungjawab terhadap Kepuasan Kerja ………66

5.3 Hubungan Pengembangan Diri terhadap Kepuasan Kerja … 68

5.4

Hubungan Penghasilan terhadap Kepuasan Kerja ……… .... 69

5.5 Hubungan Supervisi terhadap Kepuasan Kerja .. ... 71

5.6 Hubungan Rekan Kerja terhadap Kepuasan Kerja ………. . 73

5.7 Hubungan Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan Kerja …. 74

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ……… 76

6.2 Saran ……….. 77

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

4.1

SDM RSIM tahun 2012 ………

44

4.2

Distribusi Tenaga Perawat Pelaksana Berdasarkan Karakteristik … 45

4.3

Distribusi Motivasi Intrinsik ………... 46

4.4

Distribusi Kategori Motivasi Intrinsik ……….. 49

4.5

Distribusi Motivasi Ekstrinsik ……….. 49

4.6

Distribusi Kategori Motivasi Ekstrinsik ………... 55

4.7

Distribusi Kepuasan Kerja ……… 55

4.8

Distribusi Kategori Kepuasan Kerja ……… 57

4.9

Hubungan Prestasi Terhadap Kepuasan Kerja ... 57

4.10

Hubungan Tanggungjawab Terhadap Kepuasan Kerja ………….. 58

4.11

Hubungan Pengembangan Diri Terhadap Kepuasan Kerja ……… 59

4.12

Hubungan Penghasilan Terhadap Kepuasan Kerja ………. 59

4.13

Hubungan Supervisi Terhadap Kepuasan Kerja ………. 60

4.14

Hubungan Rekan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja ……….. 61

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul

Halaman

1.

Kuesioner Penelitian ……….

83

2.

Uji Reliabilitas ………..

88

3.

Uji Validitas ………...

91

4.

Master Data Penelitian ………..

98

5.

Analisis Univariat ………..

99

6.

Analisis Bivariat ……….

101

(16)

ABSTRAK

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan adalah rumah sakit swasta setara

kelas C, dimana Rumah Sakit Malahayati Medan sedang dalam proses

pembenahan untuk meningkatkan kualitas pelayanannya. Kualitas pelayanan

akan tercapai apabila motivasi kerja perawat tinggi dan kepuasan kerja di

tercapai.

Masalah yang ada di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan adalah

tingginya angka perputaran tenaga kerja, khususnya perawat. Perputaran tenaga

kerja erat kaitannya dengan motivasi dan kepuasan kerja. Motivasi perawat

pelaksana ditinjau dari motivasi intrinsik yang terdiri dari prestasi,

tanggungjawab, dan pengembangan diri. Motivasi ekstrinsik ditinjau dari

penghasilan, supervisi, rekan kerja dan lingkungan kerja.

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh motivasi intrinsik dan

ekstrinsik terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam

Malahayati Medan dan menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi

kepuasan kerja perawat pelaksana Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

Penelitian ini menggunakan desain

cross sectional

yang bersifat

deskriptif. Populasi adalah perawat pelaksana yang telah bekerja lebih dari 2

tahun, yang berjumlah 71 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh

populasi. Analisa data dengan menggunakan uji regresi logistik.

Hasil uji regresi logistik didapatkan bahwa ada 4 variabel yang

berpengaruh terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Islam

Malahayati Medan yaitu variabel prestasi, penghasilan, rekan kerja dan

lingkungan kerja. Variabel yang paling berpengaruh terhadap kepuasan kerja

adalah penghasilan dengan B = 22,044

Untuk meningkatkan kepuasan kerja perawat pelaksana Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan, disarankan kepada pihak manajemen dapat

memberikan penghargaan dalam bentuk finansial berupa penambahan bonus

dan instensif.

(17)

ABSTRACT

Medan Malahayati Islamic Hospital, is a private hospital class C since

it is in the process of preparation for increasing its service quality. Service

quality will be achieved if the employees have high performance and work

satisfaction.

The main problem which exists in Medan Malahayati Islamic Hospital,

is the high rate of the rotation among the employees, particularly among the

nurses. Rotation of employees is closely related to motivation and work

satisfaction. Nurses’ motivation is viewed from intrinsic motivation which

includes performance, responsibility, and self-development, while extrinsic

motivation is viewed from income, supervision, co-workers, and work

environment.

The objective of the research was to analyze the influence of intrinsic

motivation and extrinsic motivation on the nurse practitioners’ work

satisfaction at Medan Malahayati Islamic Hospital, and to analyze the

dominant factor which influenced nurse practitioners’ work satisfaction in

Medan Malahayati Islamic Hospital.

The research used descriptive method with cross sectional design. The

population were 71 nurse practitioners who had worked for more than two

years, and all of them were used as the samples. The data were analyzed by

using logistic regression test.

The result of logistic regression test showed that there were four

variables which influenced the nurse practitioners;’ work satisfaction in Medan

Malahayati Islamic Hospital. The variable which had the most dominant

influence on work satisfaction was income, with β = 22.0

44.

In order to increase the nurse practitioners’ work satisfaction in Medan

Malahayati Islamic Hospital, it is recommended that the management of the

hospital give reward, financially such as incentives and bonus.

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Rumah sakit memiliki kewajiban serta tanggung jawab moral dan

hukum untuk memberikan mutu pelayanan sesuai standar yang ada untuk

kebutuhan pasien yang dirawatnya. Hal tersebut tertuang dalam Undang

Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009, pasal (5) ayat (2) yang menyatakan

bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan

yang aman, bermutu dan terjangkau.

Undang-Undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit menyatakan

bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu

pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi

masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya.

(19)

Untuk itu sangat penting bagi pihak manajemen rumah sakit untuk

memperhatikan kepuasan pelanggan internal agar dapat bekerja dengan

maksimal sehingga tercapai tingkat kepuasan pelanggan eksternal (Atmojo,

2006).

Upaya peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari pelayanan sehari hari di rumah sakit. Dalam hal ini

pelanggan internal rumah sakit memiliki kontribusi yang sangat penting dalam

upaya peningkatan mutu pelayanan. Karena citra sebuah rumah sakit akan

sangat bergantung dari pelayanan yang diberikan oleh tenaga perawat. Semakin

baik pelayanan yang diberikan akan semakin baik pula citra rumah sakit

dihadapan publik.

Mutu pelayanan keperawatan merupakan indikator kualitas pelayanan

kesehatan yang menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan

kesehatan di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan

kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan

penderitaan, kesakitan serta kesengsaraan yang dialami pasien dan keluarganya.

Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan adalah pelayanan

keperawatan yang diberikan kepada pasien memuaskan atau tidak.

(20)

menuntut pelayanan keperawatan yang sesuai dengan haknya, yakni pelayanan

keperawatan yang bermutu dan paripurna. Pasien akan mengeluh bila perilaku

kepedulian yang diberikan tidak memberikan nilai kepuasan bagi dirinya.

Nursalam (2012) menyatakan bahwa kualitas rumah sakit sebagai

institusi yang menghasilkan produk teknologi jasa kesehatan sangat tergantung

pada kualitas pelayanan medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan

kepada pasien. Berdasarkan fenomena tersebut, pelayanan keperawatan

memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap citra rumah sakit, sehingga

sangat perlu diperhatikan kinerja tenaga kesehatan perawat agar dapat

memberikan pelayanan keperawatan yang efektif dan efisien sesuai dengan

standar profesi, dimana pelayanan tersebut dilaksanakan secara menyeluruh

sesuai dengan kebutuhan pasien, sehingga tercapai derajat kesehatan yang

optimal.

(21)

selanjutnya. Selain memiliki kemampuan intelektual, interpesonal, dan

teknikal, perawat juga harus mempunyai otonomi yang berbarti mandiri dan

bersedia menanggung resiko, bertanggung jawab, dan bertanggung gugat

terhadap tindakan yang dilakukannya, termasuk dalam melakukan dan

mengatur dirinya sendiri.

Dalam penelitian Kartini (2008) menyatakan bahwa ada pengaruh

antara motivasi intrinsik terhadap kepuasan kerja perawat di Rumah Sakit

Melati Perbaungan. Menurut Nursalam (2012) indikator keselamatan pasien

yang dilaksanakan SGH (2006) antara meliputi : pasien jatuh disebabkan

kelalaian perawat, pasien pulang paksa karena rendahnya kepuasan terhadap

pelayanan yang diberikan perawat,

sharp injury

yang meliputi bekas tusukan

infus yang berkali-kali karena kurangnya keterampilan perawat, dan

medication

incident

meliputi lima tidak tepat (jenis obat, dosis, pasien, cara dan waktu)

yang dilakukan oleh perawat.

(22)

yang mempengaruhinya agar staf dapat melaksanakan pekerjaannya dan

tercapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun tujuan dari motivasi adalah meningkatkan moral dan kepuasan

kerja karyawan, meningkatkan produktivitas kerja karyawan, meningkatkan

loyalitas dan partisipasi karyawan, meningkatkan kedisiplinan karyawan,

menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik (Hasibuan, 2001).

Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap

pekerjaannya. Ini nampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan

segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan kerjanya. Manajemen harus

senantiasa memonitor kepuasan kerja, karena hal itu mempengaruhi tingkat

absensi, perputaran tenaga kerja, semangat kerja dan keluhan-keluhan.

Berdasarkan penelitian Prabu (2005), Saleem et.al (2010) dan Jehanzeb

et.al (2012), dapat disimpulkan bahwa motivasi memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi faktor-faktor motivasi yang diberikan maka akan semakin tinggi

pula kepuasan kerja pegawai. Sedangkan penelitian Wakhyuni (2010)

menyatakan bahwa efek dari ketidakpuasan kerja menyebabkan adanya

perputaran tenaga kerja.

(23)

sejumlah tenaga kerja. Kehilangan ini harus diganti dengan karyawan baru. Ini

berarti perusahaan harus mengeluarkan biaya mulai dari perekrutan hingga

mendapatkan tenaga kerja yang siap pakai. Keluarnya karyawan berarti ada

posisi tertentu yang harus segera diisi. Selama masa tersebut karyawan yang

tertinggal akan terpengaruh motivasi dan semangat kerjanya.

Berdasarkan penelitian Lambert et.al (2001) dapat disimpulkan bahwa

perputaran tenaga kerja dapat diturunkan dengan memperhatikan lingkungan

kerja untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan.

Menurut Heneman et.al (2006) menyatakan bahwa keinginan untuk

keluar karyawan tergantung pada tiga faktor umum : mengamati sifat ingin

meninggalkan, mengamati mudahnya meninggalkan, dan penggunaan alternatif

untuk karyawan.

Keinginan karyawan untuk keluar dari perusahaan dengan mengamati

atau melihat faktor sifat keinginannya seperti pengaruh ketidakpuasan, konflik

kerja keluarga, dan alasan pribadi lainnya, apakah mudah menemukan

pekerjaan baru setelah meninggalkan perusahaan, dan pekerjaan alternatif

lainnya di tempat lain jika karyawan sudah meninggalkan perusahaan.

(24)

memperoleh keahlian yang berbeda dari sebelumnya dan mengembangkan

karir. Alasan negatif antara lain : imbalan, kesempatan berkembang kurang

mendapat perhatian dari perusahaan. Dan faktor organisasi seperti jam kerja

yang lebih panjang, konflik kerja, keluarga, manajemen yang tidak efektif,

pelatihan, adanya diskriminasi dan perasaan tidak cocok pada tempat kerja.

(25)

efisiensi. Sebaliknya jika motivasi kerja karyawan menurun akan menimbulkan

kerugian bagi perusahaan sendiri.

Dengan demikian perusahaan harus dapat mengetahui indikasi turunnya

motivasi karyawan sehingga perusahaan dapat mengambil tindakan pencegahan

atau menemukan pemecahan masalah sedini mungkin. Untuk dapat mengetahui

indikasi menurunnya motivasi kerja karyawan perlu dilakukan evaluasi.

Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009) menyatakan bahwa kepuasan

kerja pada tingkat tertentu dapat mencegah karyawan untuk mencari pekerjaan

di perusahaan lain. Apabila karyawan di perusahaan tersebut mendapat

kepuasan, karyawan cenderung akan bertahan pada perusahaan walaupun tidak

semua aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan kerja terpenuhi. Karyawan

yang memperleh kepuasan kerja dari perusahaannya akan memiliki rasa

keterikatan atau komitmen yang lebih besar terhadap perusahaan dibanding

karyawan yang tidak puas.

Dengan demikian kepuasan kerja mengandung arti yang sangat penting,

baik dari sisi karyawan maupun perusahaan serta masyarakat secara umum.

Oleh karena itu menciptakan keadaan yang bernilai positif dalam lingkungan

kerja suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan.

(26)

rumah sakit harus menciptakan lingkungan kerja yang mendukung untuk

meningkatkan motivasi dan tercapainya kepuasan kerja perawat sehingga

pelaksanaan pelayanan keperawatan dapat efektif dan efisien sesuai dengan

standar profesi dan kebutuhan pasien.

Berdasarkan laporan Medical Record Rumah Sakit Islam Malahayati

Medan diketahui indikator pelayanan yang dilaksanakan sudah baik. Hal

tersebut terlihat dari capaian nilai BOR rata rata yang mencapai 74,17 %, LOS

rata-rata 5,4 hari, TOI rata-rata 1,9 hari. Nilai tersebut secara umum telah

mencapai nilai efisiensi.

Dari survey pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Medan

diketahui pada tahun 2011 jumlah karyawan yang keluar mencapai 34 orang,

dengan alasan, 1 orang meninggal, 2 orang di PHK, 4 orang pensiun, 6 orang

lulus PNS, 21 orang mengundurkan diri. Selain itu beberapa karyawan

mengeluhkan ruangan kerja yang kurang memadai dan minimnya fasilitas yang

tersedia, kurangnya penghargaan yang diterima oleh para karyawan. Dari 34

karyawan yang keluar tersebut, 25 diantaranya adalah tenaga kesehatan

perawat.

1.2.

Permasalahan

(27)

1.3.

T

ujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh motivasi intrinsik (prestasi, tanggungjawab

dan pengembangan diri) dan ekstrinsik (penghasilan, supervisi, rekan kerja dan

lingkungan kerja) terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana yang bekerja di

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

1.4. Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana yang

bekerja di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

1.

Bagi Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

terkait peningkatan motivasi dan kepuasan kerja perawat pelaksana

dalam memberikan asuhan keperawatan guna tercapainya pelayanan

prima.

2.

Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Memberikan informasi sejauh mana motivasi mempengaruhi kepuasan

kerja perawat pelaksana di rumah sakit.

3.

Bagi Peneliti

(28)

4.

Bagi Penelitian Lain

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa Latin,

Mavere

yang berarti dorongan atau

daya penggerak. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong

gairah kerja bawahan agar mau bekerja keras dengan memberikan semua

kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan perusahaan, karena

pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu,

cakap, dan terampil, tetapi yang terpenting adalah mereka mau bekerja giat dan

berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal (Hasibuan, 2001).

Menurut Hasibuan (2001), motivasi adalah pemberian daya penggerak

yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama,

bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai

kepuasan.

Menurut Koontz et.al (1990), motivasi mengacu pada dorongan dan

usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan. Menurut Cascio (2003),

motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk

memuaskan kebutuhannya (misalnya : rasa lapar, haus, dan bermasyarakat).

(30)

dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan

individu.

Menurut

American Encyclopedia

,

motivation

: motivasi adalah

kecenderungan (suatu sifat uang merupakan pokok pertentangan) dalam diri

seseorang yang membangkit topangan dan mengarahkan tindak tanduknya.

Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat

diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.

Menurut J. Moskowits, yang dikutip Hasibuan (2001), motivasi secara

umum didefinisikan sebagai inisiatif dan pengarahan tingkah laku dan pelajaran

motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku.

(31)

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan, bahwa

motivasi adalah dorongan yang berasal dari keinginan untuk mencapai tujuan

dan dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia.

Perlunya motivasi diberikan oleh pimpinan kepada karyawan antara lain

adalah karena :

1.

Pimpinan membagi-bagikan pekerjaannya kepada para bawahan untuk

dikerjakan dengan baik

2.

Ada bawahan yang mampu untuk mengerjakan pekerjaannya¸ tetapi ia

malas atau kurang bergairah mengerjakannya

3.

Untuk memelihara dan atau meningkatkan kegairahan kerja bawahan

dalam menyelesaikan tugas-tugasnya

4.

Untuk memberikan penghargaan dan kepuasan kerja kepada

bawahannya

(32)

Dalam memotivasi karyawan, pimpinan hanya berdasarkan

perkiraan-perkiraan mengenai kebutuhan dan atau keinginan-keinginan dari hasil

pekerjaannya.

Menurut

Peterson

dan

Plowman

yang dikutip Hasibuan (2001),

keinginan-keinginan itu adalah :

1.

The desire to live

, artinya keinginan untuk hidup. Keinginan ini

merupakan keinginan utama setiap orang. Manusia bekerja untuk dapat

makan dan makan untuk dapat melanjutkan hidupnya.

2.

The desire for posession

, artinya keinginan untuk memiliki sesuatu.

Keinginan ini merupakan keinginan manusia yang kedua dan ini salah

satu sebab mengapa manusia mau bekerja.

3.

The desire for power

, artinya keinginan akan kekuasaan. Keinginan ini

merupakan keinginan selangkah diatas keinginan untuk memiliki, dan

mendorong orang mau bekerja.

4.

The desire for recognition

, artinya keinginan akan pengakuan.

Keinginan ini merupakan jenis terakhir dari kebutuhan dan juga

mendorong orang untuk bekerja.

(33)

1.

Kebutuhan fisik dan keamanan, yang menyangkut kepuasan kebutuhan

fisik (biologis), seperti makan, minum, tempat tinggal, dan lain-lainnya

disamping kebutuhan akan rasa aman dalam menikmatinya.

2.

Kebutuhan sosial, karena manusia tergantung satu sama lain. Terdapat

berbagai kebutuhan yang hanya bisa dipuaskan, jika masing-masing

individu ditolong atau diakui oleh orang lain.

3.

Kebutuhan egoistik yang berhubungan dengan keinginan orang untuk

bebas mengerjakan sesuatu sendiri dan puas karena berhasil

menyelesaikannya dengan baik.

2.2. Indikator Motivasi Kerja

Menurut Luthans (2006), motivasi mencakup tiga elemen yang

berinteraksi dan saling tergantung :

1.

Kebutuhan. Kebutuhan tercipta saat tidak adanya keseimbangan

fisiologis atau psikologis.

2.

Dorongan. Dorongan fisiologis dan psikologis adalah tindakan yang

berorientasi dan menghasilkan daya dorong dalam meraih insentif.

3.

Insentif. Pada akhir siklus motivasi adalah insentif, didefinisikan

(34)

KEBUTUHAN DORONGAN INSENTIF

Gambar 2.1 Proses Motivasi Dasar

Menurut Suyanto (2008), ada beberapa teori yang membahas tentang

motivasi, salah satunya adalah teori motivasi Herzberg, yang meninjau

motivasi dalam hubungannya dengan kepuasan kerja. Ia membedakan

kebutuhan yang mendorong orang bertingkah laku menjadi dua kelompok yaitu

: faktor higienik (ekstrinsik) dan faktor motivasional (intrinsik).

a.

Faktor Higienik (faktor ekstrinsik)

Faktor ekstrinsik disebut juga faktor yang mempengaruhi ketidakpuasan

kerja atau faktor yang dapat mencegah terjadinya ketidakpuasan kerja.

Faktor-faktor tersebut adalah : Jabatan, status, gaji, kondisi lingkungan kerja,

kebijakan, peraturan, kualitas hubungan interpersonal, hubungan dalam

kelompok, hubungan bawahan-atasan, jaminan keamanan dalam bekerja.

b.

Faktor Motivasional (faktor intrinsik)

Faktor motivasional adalah seperangkat kondisi kerja yang membantu

membangun suatu motivasi. Faktor-faktor tersebut adalah : Prestasi,

peningkatan status pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab dan pengembangan

diri.

(35)

menimbulkan kegairahan kerja. Dengan mengubah desain tugas maka akan

terjadi pengkayaan tugas (

Job Enrichment

).

Dengan demikian, untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan perlu

direncanakan adanya promosi jabatan, memberikan kesempatan melanjutkan

pendidikan dan pelatihan, menciptakan lingkungan kerja yang aman dan

nyaman. Selain itu dalam menetapkan peraturan dan kebijakan karyawan perlu

diikutsertakan atau diminta masukannya, juga perlu dibina hubungan kerja

antar sesama karyawan baik yang seprofesi maupun antar profesi.

2.2.1. Prestasi

Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009), kepuasan kerja akan

mendorong karyawan untuk berprestasi lebih baik. Prestasi yang lebih baik

akan menimbulkan imbalan ekonomi dan psikologis yang lebih tinggi. Apabila

imbalan tersebut dipandang pantas dan adil maka timbul kepuasan yang lebih

besar karena karyawan merasa bahwa mereka menerima imbalan sesuai dengan

prestasinya. Sebaliknya apabila imbalan dipandang tidak sesuai dengan tingkat

prestasi maka cenderung timbul ketidakpastian.

Menurut Luthans (2006) menyatakan bahwa orang dengan tingkat

prestasi / pencapaian tinggi menganggap penyelesaian tugas merupakan hal

yang menyenangkan secara pribadi. Mereka tidak mengharapkan atau

menginginkan penghargaan material.

(36)

Menurut Luthans (2006), nilai pemberdayaan karyawan dan

penggunaan penghargaan terhadap kekuasaan (membiarkan karyawan membuat

pilihan, menetapkan tujuan mereka, dan meningkatkan tanggung jawab) perlu

dilakukan untuk memotivasi karyawan.

2.2.3. Pengembangan Diri

Program pelatihan karyawan sangat diperlukan untuk mengantisipasi

persaingan yang semakin ketat, perubahan teknologi semakin cepat yang

memacu organisasi untuk selalu meningkatkan produktivitasnya. Pelatihan

faormal dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan antara lain, seminar, kursus

atau lokakarya. Kegiatan pelatihan formal ini diperlukan untuk memperbaiki

keterampilan dan mengembangkan karier sehingga dapat meeprsiapkan

karyawan yang lebih kompeten. Agar berhasil guna, perlu diperhatikan jenis

ketrampilan yang dapat diperbaiki, metode pelatihan keterampilan, maupun

program pengembangan karier.

Menurut Rivai (2008), untuk memenuhi persyaratan pengisian staf yang

berubah-ubah dan meningkatkan keanekaragaman angkatan kerja serta

mendukung tugas yang dibutuhkan karyawan, diperlukan upaya pengembangan

diri para karyawan. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan.

2.2.4. Imbalan

(37)

kegiatan bekerja. Imbalan dapat membantu memberikan kepuasan serta

memotivasi pekerja untuk bekerja keras dalam upaya meraih kinerja tinggi. Jika

timbul ketidakpuasan terhadap imbalan, maka dapat menyebabkan adanya

pemogokan, keluhan-keluhan, tidak masuk kerja, bahkan sampai berhenti

bekerja. Sehingga imbalan merupakan hal yang sangat kompleks yang perlu

diperhatikan oleh setiap manajer.

Selain gaji, bonus berupa uang tunai (

cash bonuses

) atau pembayaran

ekstra untuk kinerja yang melebihi standar-standar, telah menjadi praktik umum

dalam hal memberikan imbalan, untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan.

Menurut Hadari (1997), menyatakan bahwa sistem imbalan terdiri dari:

kompensasi langsung, tidak langsung dan insentif. Kompensasi langsung adalah

penghargaan/ ganjaran yang disebut gaji atau upah, yang dibayar secara tetap

berdasarkan tenggang waktu yang tetap. Upah atau gaji diartikan juga sebagai

pembayaran dalam bentuk uang secara tunai yang diperoleh karyawan untuk

melaksanakan pekerjaannya. Upah juga diartikan sebagai harga untuk jasa-jasa

yang telah diberikan oleh seseorang kepada orang lain. Kompensasi langsung

disebut juga upah dasar yakni upah atau gaji tetap yang diterima seorang

karyawan dalam bentuk upah bulanan (salary) atau upah mingguan atau upah

setiap jam dalam bekerja.

(38)

berupa uang atau barang. Misalnya Tunjangan Hari raya, Tunjangan Hari natal

dan lain-lain. Dengan kata lain kompensasi tidak langsung adalah program

pemberian penghargaan/ganjaran dengan variasi yang luas, sebagai pemberian

bagian keuntungan organisasi/perusahaan atau dapat berupa pemberian jaminan

kesehatan, liburan, cuti.

Insentif adalah

penghargaan/ganjaran yang diberikan untuk memotivasi karyawan agar

produktivitas kerjanya tinggi, sifatnya tidak tetap atau sewaktu-waktu. Oleh

karena itu insentif sebagai bagian dari keuntungan terutama sekali diberikan

pada karyawan yang bekerja secara baik atau berprestasi, misalnya dalam

bentuk bonus, dapat juga berbentuk barang.

2.2.5. Rekan Kerja

Dalam Kode Etik Keperawatan Indonesia yang dikutip Hidayat (2008),

dinyatakan bahwa tanggung jawab perawat dan teman sejawat adalah :

1.

Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat

maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan memelihara keserasian

suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan

kesehatan secara menyeluruh.

(39)

2.2.6. Atasan (Supervisi)

Menurut Sudjana (2004) yang dikutip Nursalam (2012), supervisi

merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan

pihak yang disupevisi agar mereka dapat melaksanakan tugas yang telah

ditetapkan secara efisien dan efektif.

Arief (1987) dalam Nursalam (2012) merumuskan supervisi sebagai

suatu proses kegiatan dalam upaya meningkatkan kemampuan dan ketrampilan

tenaga pelaksana program, sehingga program itu dapat terlaksana sesuai dengan

proses dan hasil yang diharapkan.

Menurut Nursalam (2012), supervisi keperawatan adalah kegiatan

pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh

supervisor mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan

peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat.

Menurut Azwar (1996), menyatakan bahwa agar supervisi dapat

terlaksana dengan baik, diperlukan beberapa karakteristik supervisor yang

harus dimiliki, antara lain :

1.

Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang

disupervisi¸atau apabila tidak mungkin dapat ditunjuk staf khusus

dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas;

(40)

3.

Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilan melakukan supervisi,

artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi;

4.

Pelaksana supervisi harus mempunyai sifat edukatif, suportif dan bukan

otoriter;

5.

Pelaksana supervisi harus memiliki waktu yang cukup, tidak

tergesa-gesa melainkan secara sabar berupaya meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap bawahan yang di supervisi.

Pelaksana supervisi yang baik, memerlukan bekal kemampuan yang

banyak. Selain lima syarat atau karakteristik tersebut juga diperlukan

kemampuan melakukan motivasi, pengarahan, bimbingan dan kepemimpinan.

Menurut WHO (1999) yang dikutip Nursalam (2012), proses supervisi

yang baik antara lain memenuhi syarat sebagai berikut :

1.

Tepat waktu, artinya untuk mempertahankan standar kerja, tindakan

pengawasan harus dilakukan pada saat yang tepat;

2.

Sederhana, artinya tindakan pengawasan harus sederhana, bila tidak,

maka akan memerlukan waktu lama untuk menerapkan dan

menghasilkan efek yang diinginkan;

(41)

4.

Luwes, artinya pengawasan yang selalu kaku, akan membuat para

pekerja mencoba meghindar untuk di supevisi.

Menurut Nursalam (2012), dalam melaksanakan supervisi, perlu

diperhatikan kapan dan apa yang perlu dilakukan dalam supervisi. Tujuan

supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung,

sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas

atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Menurut WHO (1999) dalam Nursalam

(2012), tujuan dari pengawasan yaitu :

1.

Menjamin bahwa pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan

yang telah ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan

menggunakan sumber daya yang tersedia;

2.

Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan-kekurangan para

petugas kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan, dan

pemahaman serta mengatur pelatihan yang sesuai;

3.

Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan

atas pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan

kenaikan jabatan dan pelatihan lebih lanjut;

4.

Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi

petugas telah cukup dan dipergunakan dengan baik;

(42)

2.2.7. Lingkungan Kerja

Menurut Rivai (2008), dalam suatu pekerjaan, karyawan cenderung

lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi kesempatan untuk

menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dalam melaksanakan

beragam tugas, kebebasan, dan umpan balik mengenai betapa baik mereka

bekerja. Selain itu, para karyawan juga menginginkan sistem upah dan

kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, tidak meragukan, dan

segaris dengan pengharapan mereka.

Menurut Luthans (2006), keamanan merupakan motif yang sangat kuat

dalam masyarakat teknologi yang bergerak cepat. Keamanan dalam bekerja

akan berdampak besar terhadap perilaku organisasi, terutama sistem pekerja

temporer dan kontrak membuat banyak karyawan merasa tidak aman dengan

pekerjaan mereka.

2.3. Kepuasan Kerja

(43)

Menurut Locke (1976), kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang

senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau

pengalaman kerja seseorang. Sedangkan menurut Rivai (2008), kepuasan kerja

adalah penilaian dari pekerja tentang seberapa jauh pekerjaannya secara

keseluruhan memuaskan kebutuhannya.

Menurut Umar (2008), kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan

pegawai tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Apabila

seseorang bergabung dalam suatu organisasi sebagai seorang pekerja, ia

membawa serta seperangkat keinginan, kebutuhan, hasrat dan pengalaman

masa lalu yang menyatu membentuk hrapan kerja. Kepuasan kerja

menunjukkan kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan

yang disediakan pekerjaan.

Menurut Winardi (2001), kepuasan merupakan sebuah kondisi akhir

yang timbul karena dicapainya tujuan tertentu. Sedangkan menurut Hasibuan

(1999) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap emosional yang

menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral

kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam

pekerjaan, luar pekerjaan dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.

(44)

menunjukkan perilaku yang negatif, seperti mengeluh, membangkang dan

menghindar dari tanggung jawabnya. Perilaku tersebut pada akhirnya akan

merugikan karyawan itu sendiri dan perusahaan.

2.4. Indikator Kepuasan Kerja

Menurut Rowland dan Rowland (1997), fungsi manajer dalam

meningkatkan kepuasan kerja staf didasarkan pada faktor-faktor motivasi, yang

meliputi :

1.

Keinginan untuk peningkatan;

2.

Percaya bahwa gaji yang didapatkan sudah mencukupi;

3.

Memiliki kemampuan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang

diperlukan;

4.

Umpan balik;

5.

Kesempatan untuk mencoba;

6.

Instrumen penampilan untuk promosi, kerja sama, dan peningkatan

penghasilan.

(45)

Menurut Luthans (2006), lima aspek yang terdapat dalam kepuasan

kerja, antara lain :

1.

Pekerjaan itu sendiri (

Work It self

). Setiap pekerjaan memerlukan suatu

keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing. Sukar

tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya

dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan

atau mengurangi kepuasan kerja.

2.

Atasan (

Supervision

), atasan yang baik berarti mau menghargai

pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai

figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.

3.

Teman sekerja (

Workers

), Merupakan faktor yang berhubungan dengan

hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain,

baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.

4.

Promosi (

Promotion

),Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada

tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama

bekerja.

5.

Gaji/Upah (

Pay

), Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup

pegawai yang dianggap layak atau tidak.

Menurut Sunarto (2004) ada beberapa faktor yang mendorong kepuasan

kerja karyawan, antara lain:

(46)

Kebanyakan Karyawan menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi

mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka

dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik

mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara mental

menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan,

tetapi terlalu banyak menantang menciptaka

kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai

kesenangan dan kepuasan.

2.

Ganjaran yang pantas.

Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang

mereka persepsikan sebagai adil,dan segaris dengan pengharapan mereka.

Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat

keterampilan

akan dihasilkan kepuasan. tidak semua orang mengejar uang.

(47)

Karyawan akan berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi

yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu

individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat

dalam cara yang adil (

fair and just

) kemungkinan besar akan mengalami

kepuasan dari pekerjaan mereka.

3.

Kondisi kerja yang mendukung

Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi

maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan

bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya

atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan

lain seharusnya tidak esktrim.

4.

Rekan kerja yang mendukung

Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi

yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga

mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh karena itu bila mempunyai rekan sekerja

yang ramah dan menyenangkan dapat menciptakan kepuasan kerja yang

meningkat. Tetapi Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari

kepuasan.

5.

Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan

(48)

untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih

besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan kondisi ini,

memberi peluang yang lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari

dalam pekerjaan mereka.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut Hasibuan

(2001), adalah sebagai berikut:

a. Balas jasa yang adil dan layak

b. Penempatan yang tepat sesuai keahlian

c. Berat ringannya pekerjaan

d. Suasana dan lingkungan pekerjaan

e. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan

f. Sikap pimpinan dalam kepemimpinannya

g. Sifat pekerjaan monoton atau tidak

Menurut Rivai (2008), kepuasan kerja pada dasarnya merupakan

security feeling

(rasa aman) dan dapat ditinjau dari beberapa segi, antara lain :

a.

Segi sosial ekonomi (gaji dan jaminan sosial)

(49)

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja seseorang adalah :

kedudukan, pangkat dan jabatan, umur, jaminan finansial dan sosial serta mutu

pengawasan.

Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2009), kepuasan kerja dipengaruhi

oleh kerangka referensi sosial, dimana kepuasan atau ketidakpuasan secara

individual pegawai secara subyektif berasal dari kesimpulan yang berdasarkan

perbandingan antara apa yang diterima pegawai dari pekerjaan yang dilakukan

dengan apa yang diharapkan, diinginkan atau difikirkan oleh seseorang.

Kepuasan kerja dalam pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati

dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan,

perlakuan, peralatan dan suasana lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang

lebih suka menikmati kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih

mengutamakan pekerjaannya dari pada balas jasa walaupun balas jasa itu

penting.

Kepuasan diluar pekerjaan adalah kepuasan kerja karyawan yang

dinikmati diluar pekerjaan dengan besarnya balas jasa yang akan diterima dari

hasil kerjanya, agar dia dapat membeli kebutuhan-kebutuhannya. Karyawan

yang lebih suka menikmati kepuasannya diluar pekerjaan lebih mempersoalkan

balas jasa dari pada pelaksanaan tugas-tugasnya.

(50)

dengan pelaksanaan pekerjaannya. Karyawan yang lebih menikmati kepuasan

kerja kombinasi dalam dan luar pekerjaan akan merasa puas jika hasil kerja dan

balas jasanya dirasa adil dan layak.

Kepuasan kerja mengandung arti yang sangat penting, baik dari sisi

pekerja maupun perusahaan serta bagi masyarakat secara umum. Oleh karena

itu menciptakan keadaan yang bernilai positif dalam lingkungan kerja suatu

perusahaan mutlak merupakan kewajiban dari setiap jajaran pimpinan

perusahaan.

Kepuasan kerja pada tingkat tertentu dapat mencegah karyawan untuk

mencari pekerjaan diperusahaan lain. Apabila karyawan di perusahaan tersebut

mendapatkan kepuasan, karyawan cenderung akan bertahan pada perusahaan

walaupun tidak semua aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan kerja

terpenuhi. Karyawan yang memperoleh kepuasan dari perusahaannya akan

memiliki rasa keterikatan atau komitmen lebih besar terhadap perusahaan

dibanding karyawan yang tidak puas.

(51)

2.5. Perawat

Menurut Kusnanto (2004), perawat adalah tenaga profesional yang

mempunyai kemampuan baik intelektual, teknis, maupun interpersonal dan

moral yang bertanggung jawab dan berwenang melaksanakan pelayanan asuhan

keperawatan.

Keperawatan adalah suatu profesi yang mengabdi kepada manusia dan

kemanusiaan, mendahulukan kepentingan kesehatan masyarakat diatas

kepentingan sendiri, suatu bentuk pelayanan / asuhan yang bersifat humanistik,

menggunakan pendekatan holistik, dilaksanakan berdasarkan ilmu dan kiat

keperawatan berpegang pada standar pelayanan / asuhan keperawatan serta

menggunakan kode etik keperawatan sebagai tuntutan utama dalam

melaksanakan pelayanan / asuhan keperawatan.

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada

praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien / pasien pada

berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan dilaksanakan

dengan metode proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan,

dilandasai etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung

jawabnya.

(52)

Menurut Monica (1998), seorang kepala perawat bertanggung jawab

untuk memotivasi bawahan dalam hal mencapai tujuan-tujuan organisasi.

Pemimpin menggunakan faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik untuk

memuaskan kebutuhan bawahannya.

Proses motivasi eksternal sangat bergantung pada individu, sehingga

pemimpin hanya dapat mencoba memotivasi, namun ada kemungkinan proses

ini tidak berhasil mengarahkan seseorang untuk bertindak atau berperilaku

seperti yang diharapkan. merupakan tanggung jawab pemimpin untuk mencoba

lagi dengan merencanakan strategi lain untuk memotivasi karyawan secara

eksternal. Hal yang perlu dilakukan adalah mengkaji kembali atau mendiagnosa

kembali kebutuhan-kebutuhan dari bawahan. Dengan demikian dibutuhkan

komitimen dari pemimpin untuk berjuang secara tetap dalam mengembangkan

cara-cara memotivasi bawahan agar bersedia melaksanakan pekerjaannya.

(53)

berusaha melakukan pendekatan pribadi terhadap bawahan yang belum

terpuaskan.

2.5.1. Peran Perawat

Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, di mana dapat

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar

profesi keperawatan yang bersifat konstan.

Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri

dari peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokat pasien, pendidik,

koordinator, kolaborator, konsultan dan pembaharu (Hidayat, 2008).

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, dapat dilakukan perawat

dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan

melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses

keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar dapat

direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat

kebutuhan

dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat

perkembangannya.

(54)

berperan dalam mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi

hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak

atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri, dan hak untuk menerima

ganti rugi akibat kelalaian.

Peran sebagai edukator, dapat dilakukan dengan membantu klien dalam

meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan

yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku klien setelah dilakukan

pendidikan kesehatan,

Peran koordinator, dilakukan dengan mengarahkan, merencanakan serta

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pelayanan

kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien

Peran kolaborator, dilakukan karena perawat bekerja melalui tim

kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan

berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk

diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

(55)

Peran pembaharu, dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,

kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode

pemberian pelayanan keperawatan.

2.6. Landasan Teori

Landasan teori dalam penelitian ini mengacu pada teori Herzberg, yang

meninjau motivasi dari faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik serta kaitannya

dengan kepuasan kerja.

2.7. Kerangka Konsep

[image:55.612.141.489.388.645.2]

Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Faktor Motivasi Intrinsik :

1.

Prestasi

2.

Tanggungjawab

3.

Pengembangan Diri

Kepuasan Kerja

Puas

Tidak Puas

Faktor Motivasi Ekstrinsik :

(56)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain

cross sectional

yang bersifat

deskriptif yaitu mendeskripsikan atau menggambarkan kondisi yang ada.

Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap

tingkat kepuasan perawat pelaksana di Rumah Sakit Malahayati Medan tahun

2013.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan.

Waktu penelitian mulai Januari sampai dengan Juni 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga perawat yang

bekerja di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan, yang telah bekerja lebih dari

2 tahun, yaitu sebanyak 71 orang.

3.3.2. Sampel

(57)

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah :

1.

Data primer, diperoleh dari responden melalui kuesioner, wawancara, dan

observasi, yang meliputi : identitas responden, motivasi dan kepuasan kerja

2.

Data sekunder, diperoleh dari dokumen bagian personalia.

3.4.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sehubungan alat utama adalah kuesioner, maka sebelum kuesioner

dibagikan kepada responden terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan

reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan kepada 30 orang perawat

pelaksana Rumah Sakit Hidayah.

1.

Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah alat

ukur tersebut valid. Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan dengan

menggunakan Korelasi

Pearson.

Kuesioner dikatakan valid jika nilai rxy hitung

lebih besar dari r

xy

tabel atau bila nilai p-value lebih kecil dari 0,05.

2.

Uji Reliabilitas

(58)

Dalam penelitian ini uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji

Alfa Cronbach

. Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai alpha lebih besar dari

0,50. (Sunyoto, 2011).

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini adalah motivasi, dan

variabel dependen (terikat) adalah kepuasan kerja

1.

Motivasi ditinjau dari :

Faktor Intrinsik adalah faktor pendorong yang berasal dari dalam diri

pelanggan internal yang meliputi prestasi, tanggung jawab dan

pengembangan diri.

a.

Prestasi adalah hasil yang dicapai dari pekerjaan yang dilakukan

perawat Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

b.

Tanggung jawab adalah besar kecilnya tanggungjawab yang di

emban oleh perawat Rumah Sakit Islam Malahayati Medan

c.

Pengembangan diri adalah peluang yang diberikan untuk

memperkaya keterampilan dan wawasan pelanggan internal Rumah

Sakit Islam Malahayati Medan

Faktor Ekstrinsik adalah faktor pendorong yang berasal dari luar,

meliputi penghasilan, supervisi, rekan kerja dan lingkungan kerja.

a.

Penghasilan adalah besarnya upah yang diterima sebagai hasil

(59)

b.

Rekan Kerja adalah rekan sejawat yang bekerja di Rumah Sakit

Islam Malahayati Medan

c.

Supervisi adalah bentuk pengawasan yang diterima dari atasan

terhadap asuhan keperawatan yang dilaksanakan

d.

Lingkungan kerja adalah tempat dimana pegawai melaksanakan

aktivitas pekerjaannya, meliputi : ruangan kerja serta fasilitas

sarana penunjang kegiatan lainnya.

2.

Kepuasan kerja perawat adalah kepuasan kerja berdasarkan peran

perawat di rumah sakit, meliputi : peran sebagai pemberi asuhan

keperawatan, peran sebagai advokat klien, peran sebagai edukator,

peran koordinator, peran kolaborator, peran konsultan, peran

pembaharu.

3.6. Metode Pengukuran

Pengukuran variabel bebas motivasi ditinjau dari faktor intrinsik dan

ekstrinsik.Dalam penyusunan kuesioner, skala Likert yang dipakai terdiri dari 4

(empat) alternatif jawaban (Sunyoto, 2011).

Alternatif jawaban motivasi meliputi :

1.

Sangat Setuju

: Skor 4

2.

Setuju

: Skor 3

(60)

Alternatif jawaban kepuasan kerja meliputi :

1.

Puas

[image:60.612.107.528.226.427.2]

2.

Tidak Puas

Tabel 3.1. Pengukuran Variabel Independen dan Dependen

Variabel

Pertanyaan

Kategori

Skala

Ukur

Independen (Motivasi)

-

Prestasi

-

Tanggung Jawab

-

Pengembangan diri

-

Penghasilan

-

Supervisi

-

Rekan Kerja

-

Lingkungan Kerja

3

4

3

4

10

4

12

Tinggi : Skor : 8 -12

Rendah : Skor : 3-7

Tinggi : Skor : 11-16

Rendah : Skor : 4-10

Tinggi : skor : 30-48

Rendah : skor :12-29

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Dependen (Kepuasan Kerja)

-

Puas

-

Tidak Puas

3.7. Metode Analisis Data

Tehnik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini melalui

proses dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1.

Analisis Univariat

(61)

Analisis bivariat adalah analisis statistik yang dapat digunakan untuk

mengetahui hubungan motivasi terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan. Analisis bivariat dilakukan dengan

menggunakan uji

chi square.

3.

Analisis Multivariat

(62)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum RSIM Medan

Rumah Sakit Islam Malahayati Medan mulai terbentuk pada tahun 1970

yang berawal dari sebuah bangunan milik Yayasan Kerukunan Aceh bersama

dengan Dewan Pimpinan Pusat Aceh Sepakat Sumatera Utara yang terletak di

Jalan P. Diponegoro No. 4 Medan. Saat itu bangunan hanya digunakan sebagai

tempat pertemuan yang sifatnya tidak rutin sehingga timbul pemikiran untuk

memanfaatkan bangunan tersebut dengan mendirikan komplek rumah sakit.

Nama Malahayati diambil dari nama seorang laksamana armada Aceh

yang memimpin pertempuran melawan Portugis pada abad ke 16. Nama

tersebut juga terinspirasi dari penggalan kata Maal dan Hayati yang berarti

kekayaan hidup, yang bermakna bahwa kekayaan hidup yang paling berharga

adalah kesehatan.

Pada tanggal 10 Mei 1973 dibentuk Yayasan Rumah Sakit Malahayati

dengan sistem pengelolaan yayasan agar dapat berjalan sebagai usaha non

profit. Dengan pengertian, jika ada keuntungan yang dihasilkan, maka

keuntungan tersebut akan digunakan untuk perluasan dan peningkatan

kegiatan-kegiatan rumah sakit itu sendiri.

(63)

sakit. Pada tanggal 13 Agustus 1974 yayasan membuka poliklinik yang

diresmikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kotamadya Medan. pada tanggal 14

Januari 1975, Gubernur Sumatera Utara H. Marah Halim Harahap meresmikan

rumah sakit dengan nama Rumah Sakit Islam Malahayati Medan dengan

dipimpin oleh Dokter Djafar Siddik, yang dilengkapi dengan peralatan

sederhana.

Pada tanggal 9 Mei 1976 fasilitas kamar bedah dan laboratorium

diresmikan pemakaiannya oleh Walikota Medan H. Saleh Arifin, menyusul

pula pembangunan paviliun yang juga mendapat bantuan dari para donatur dan

masyarakat. Kemudian diresmikan pemakaiannya oleh Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, dr. Suwardjono Soerjaningrat pada tanggal 5 November

1980. Sampai saat ini Rumah Sakit Islam Malahayati Medan masih berupaya

menunjukkan eksistensinya kepada masyarakat dengan fasilitas yang lengkap

untuk menunjang kebutuhan masyarakat.

4.2. Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan RSIM Medan

(64)

4.3. Visi dan Misi RSIM

Visi Rumah Sakit Islam Malahayati Medan adalah merupakan cita-cita

yang menggambarkan akan dibawa kemana Rumah Sakit Islam Malahayati

Medan di masa mendatang dan visi selalu berpijak pada kondisi, potensi,

tantangan dan hambatan yang ada. Sehubungan dengan analisis dan

pendalaman tersebut, maka ditetapkan visi Rumah Sakit Islam Malahayati

Medan adalah : “Menjadi Rumah Sakit yang dapat memberikan pelayanan

kesehatan bagi semua orang”

Sedangkan misi adalah sesuatu yang harus dilaksanakan, agar tujuan

organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dengan persyaratan misi

tersebut diharapkan seluruh pegawai dan pihak yang berkepentingan dapat

mengenal Rumah Sakit Islam Malahayati, mengetahui program-programnya

serta hasil yang akan diperoleh di masa mendatang. Dari gambaran tersebut

maka ditetapkan misi Rumah Sakit Islam Malahayati Medan adalah sebagai

berikut :

1.

Memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh yang bermutu dan

berorientasi kepada kepuasan masyarakat yang membutuhkan

2.

Meningkatkan sumber daya manusia yang profesional

3.

Meningkatkan kualitas sarana/prasarana dan pelayanan secara

berkesinambungan

(65)

4.4. Sumber Daya Manusia RSIM Medan

[image:65.612.101.519.320.412.2]

Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan pada

tahun terdiri dari :

Tabel 4.1 SDM RSIM Medan Tahun 2012

No

Jenis Tenaga

Jumlah

1

Medis

97

2

Non Medis

64

3

Paramedis Keperawatan

134

4

Paramedis Non Keperawatan

32

Total

327

Dari 327 junlah sumber daya manusia Rumah Sakit Islam Malahayati

Medan, 134 diantaranya adalah tenaga paramedis keperawatan, 71 orang

diantaranya adalah perawat pelaksana yang telah bekerja lebih dari 2 tahun.

4.5. Analisis Univariat

Gambaran perawat pelaksana berdasarkan identitas meliputi : umur,

jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, dan masa kerja.

Tabel 4.2 Distribusi Tenaga Perawat Pelaksana Berdasarkan

Karakteristik

No.

Karakteristik

(66)

Umur

1.

≤ 24

Gambar

Gambar 2.4. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1. Pengukuran Variabel Independen dan Dependen
Tabel 4.1 SDM RSIM Medan Tahun 2012
Tabel 4.2 (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang telah diutarakan, maka hipotesis penelitian ini adalah: “ Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik berpengaruh positif dan signifikan terhadap Prestasi Kerja karyawan pada PT

bonus dari atasan, 35 perawat (58,3%) tidak pernah memperoleh penghargaan dari hasil pekerjaan yang telah dicapai selama ini, dan 7 perawat (11,7%) tidak pernah diajak berdiskusi

Bagaimana pengaruh motivasi intrinsik (prestasi, pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju, kepuasan kerja) dan ekstrinsik (kompensasi, keamanan dan keselamatan

1.5 Pengaruh Pelaksanaan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Islam Malahayati Medan ..... 2.2 Pengaruh Pelaksanaan

Kinerja perawat dipengaruhi oleh motivasi intrinsik yang terdiri dari tanggung jawab, kebutuhan atas penghargaan, pekerjaan dan kebutuhan atas pengembangan dan motivasi ekstrinsik

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik terhadap kinerja kader posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas

Judul Tesis Hubungan Supervisi Kepala Ruangan Terhadap Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Imelda Medan.. Nama Mahasiswa

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja tanggung jawab, kondisi kerja, supervisi, insentif terhadap kinerja asuhan keperawatan dalam pengkajian dan