• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Prioritas Masalah Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Diri di RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem Prov. Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Prioritas Masalah Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Diri di RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem Prov. Sumatera Utara"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas

Masalah Pemenuhan Kebutuhan Dasar Perawatan Diri

di RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem

Provinsi Sumatera Utara

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Desi Hapsani

122500137

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan

judul “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Prioritas Masalah Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Diri di RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem Prov. Sumatera

Utara”.

Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka menyelesaikan program

Diploma Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun 2015. Selama proses pengambilan kasus dan penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Sumatra Utara Medan.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku Wakil Dekan III Fakultas

Ilmu Keperawatan.

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua prodi DIII Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

6. Ibu Eryunita Lubis, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing penulis dengan sabar, dan memberikan waktunya kepada penulis

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat selesai tepat waktu.

7. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, M.Biomed selaku dosen penguji yang telah

meluangkan waktu, serta dengan sabar menguji dan membimbing penulis.

8. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara.

9. Kepada kedua orang tua, Ayahanda Anwar Hasibuan dan Ibunda Wanno Rita

(5)

dengan penuh kasih sayang selama ini sehingga saya dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini.

10.Kakak dan abang saya Devi Anrita Hasibuan dan Debbi Iskandar Hasibuan

serta semua keluarga besar yang tidak tersebutkan satu persatu. Terima kasih

atas doa dan dukungannya selama ini.

11.Teman-teman satu angkatan Stambuk 2012, Program studi D-III Keperawatan,

Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, terkhusus kepada Suci

Indriyani Srg, Repni Aprianti Rambe, Purnama Sari Srg, Nurhalimah

Hutasuhut, Halimahtussaddiah Daulay, Depi masdianti Hura yang telah

banyak membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini.

12.Serta rekan-rekan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara Medan khususnya Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2012 yang

telah mendukung selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.

Medan, 29 Juli 2015

Hormat saya,

(6)

DAFTAR ISI

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Hygien ... 6

4. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri ... 9

5. Dampak dari Masalah Perawatan Diri/Personal Hygien ... 10

6. Proses Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Pemenuhan Kebutuhan Dasar Perawatan Diri ... 10

(7)

BAB III PENUTUP ... 38

3.1. Kesimpulan ... 38

3.2. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan

karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.

Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan.

Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial, keluarga,

pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan

(Wartonah, 2009).

Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan

kondisi kesehatannya. Perawatan diri perorangan diperlukan untuk kenyamanan

individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti, pada orang sehat mampu memenuhi

kebutuhan kesehatannya sendiri dan pada orang yang mengalami gangguan jiwa

mereka juga memerlukan hygiene atau perawatan diri yang baik (Potter & Perry,

2005).

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan

menyebabkan timbulnya pikiran, presepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh

dan terganggu. Skizofrenia ditunjukkan dengan gejala klien suka berbicara

sendiri, mata melihat kekanan dan kekiri, jalan mondar mandir, sering tersenyum

sendiri, sering mendengar suara-suara dan sering mengabaikan hygiene atau

perawatan dirinya. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang

(9)

perawatan diri secara mandiri seperti mandi, berpakaian/berhias, makan dan

BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2010)

Hasil survey Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization

menyatakan tingkat gangguan kesehatan jiwa orang di Indonesia tinggi dan di atas

rata-rata gangguan kesehatan jiwa dunia. Berdasarkan data Riskesdas 2013,

prevalensi gangguan jiwa berat (termasuk skizofrenia) mencapai 1,7 per mil atau

1-2 orang dari 1000 warga di Indonesia mengalami gangguan jiwa berat (Badan

Pusat Statistik Jakarta, 2013).

Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record rumah sakit jiwa

Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan sekitar Januari sampai dengan Mei 2015

pasien skizofrenia yang dirawat inap sebanyak 380 orang. Salah satu masalah

keperawatan yang dialami skizofrenia adalah defisit perawatan diri. Hasil survei

awal pengamatan di ruangan Pusuk Buhit pada bulan Mei 2015 dari 22 orang

pasien yang dirawat inap di ruang Pusuk Buhit 17 orang yang mengalami defisit

perawatan diri.

Individu yang mengalami gangguan jiwa akan mengalami kekurangan

energi untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Keterbatasan perawatan

diri biasanya diakibatkan stressor yang cukup berat dan sulit ditangani pasien

sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri, baik dalam

hal mandi, berpakaian dan berhias. Cara perawatan diri manusia untuk

memelihara kesehatan mereka disebut hygiene perorangan. Pemeliharaan hygiene

perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan.

Keterbatasan pasien skizofrenia dalam hal perawatan diri berdampak bagi pasien

(10)

bersih, kusut dan kotor dan bagi pasien wanita tidak menghiraukan dandanannya

(Fitria, 2009).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah

keperawatan pada klien khususnya Tn. J dengan perioritas masalah pemenuhan

kebutuhan dasar perawatan diri di Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan masalah pemenuhan kebutuhan dasar

perawatan diri di ruang Pusuk Buhit.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Pemenuhan

Kebutuhan Perawatan Diri penulis mampu :

1. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan pemenuhan

kebutuhan perawatn diri : mandi dan berpakaian.

2. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan

pemenuhan kebutuhan perawatn diri : mandi dan berpakaian.

3. Mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan

pemenuhan kebutuhan perawatn diri : mandi dan berpakaian.

4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan

pemenuhan kebutuhan perawatn diri : mandi dan berpakaian.

(11)

C. Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan

manfaat :

1. Peneliti

Sarana untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan khususnya pada

pasien defisit perawatan diri.

2. Pelayanan keperawatan di Rumah sakit Jiwa.

Memberikan masukan bagi perawat khusunya di rumah sakit jiwa untuk

dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah

utama defisit perawatan diri.

3. Pendidikan keperawatan

Sebagai referensi dalam pembelajaran untuk membekali mahasiswa

dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien

(12)

BAB II

PENGELOLAHAN KASUS

A. Konsep Dasar Perawatan Diri/Personal Hygiene

1. Definisi Perawatan Diri/Personal Hygie

Perawatan diri adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dalam

memenuhi kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi

kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat

melakukan perawatan diri (Depkes, 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan

kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri (mandi, berpakaian, makan,

toileting). Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan

dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Kurang perawatan

diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan

kebersihan untuk dirinya (Potter & Perry 2005).

Defisit perawatn diri sering kali disebabkan intoleransi aktivitas, hambatan

mobilisasi fisik, nyeri, ansietas, atau gangguan kognitif. Defisit perawatan diri

menggambarkan suatu keadaan seseorang yang mengalami hambatan kemampuan

melakukan aktivitas perawatan diri seperti mandi, berpakaian, makan dan

eliminasi. Jika seseorang tidak dapat melakukan semua perawatan diri, situasi ini

(13)

2. Jenis-Jenis Perawatan Diri

Jenis-Jenis Perawatan Diri terdiri dari, (Nurjannah, 2004)

a. Kurang perawatan diri : Mandi / Kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk

melakukan aktivitas mandi / kebersihan diri.

b. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.

Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan

kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

c. Kurang perawatan diri : Makan

Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk

menunjukkan aktivitas makan.

d. Kurang perawatan diri : Toileting

Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk

melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Hygiene

Seseorang dalam melakukan hygiene perorangan dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Antara individu satu dengan individu lainnya

mempunyai pengetahuan dan cara yang berbeda-beda dalam memenuhi

kebutuhan perawatan diri tersebut. Berikut ini adalah beberapa faktor

yang sangat mempengaruhi praktik hygiene seseorang (Potter & Perry,

(14)

1. Citra tubuh

Citra tubuh atau gambaran diri merupakan konsep subjektif

seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh sesorang seringkali

dapat berubah. Citra tubuh seseorang dapat mempengaruhi cara

seseorang dalam mempertahankan hygienenya. Pada individu yang

nampak kurang rapi atau tidak tertarik pada hygiene membutuhkan

pendidikan tentang pentingnya hygiene

Kondisi kesehatan seseorang sangat mempengaruhi penampilandan

praktik kebersihan diri orang tersebut, untuk itu perawat harus mampu

meningkatkan secara ekstra kebutuhan kebersihan diri pasien.

2. Kondisi fisik

Kondisi fisik dan kesehatan seseorang sangat mempengaruhi

ketangkasan, dan kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan

kebersihan dirinya, misalnya pasien dengan kanker tahap lanjut. Lanjut

usia, pasien paska operasi, dan lain-lain. Agar kebutuhan kebersihan

diri mereka terpenuhi, maka perawat harus mempu mengkaji seberapa

jauh bantuan yang dapat diberikan pada pasien sesuai dengan tingkat

fisiknya.

3. Praktik sosial

Prakti hygiene setiap individu sanagt dipengaruhi oleh praktik

hygiene dari orang tua meraka sejak merka berada pada masa

anak-anak. Kebiasaan keluarga, jumlah anggota keluarga, ketersediaan air

dan sarana prasarana merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi

(15)

mulai lebih memperhatikan penampilan mereka terutama hygiene

mereka, karena pada masa tersebut mereka telah mengalami

ketertarikan pada lawan jenisnya. Selanjutnya dalam kehidupan,

teman-teman dan kelompok kerja membentuk harapan orang mengenai

penampilan pribadi mereka perawatan yang dilakukan dalam

mempertahankan hygiene yang adekuat.

4. Status ekonomi

Sumber daya ekonomi keluarga sangat mempengaruhi jenis dan

tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Sosial ekonomi ini dapat

membentuk penyediaan bahan-bahan yang berguna dalam pelaksanaan

praktik hygiene. Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti

sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya

memerlukan uang untuk menyediakannya.

5. Pengetahuan

Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi

kesehatan serta motivasi yang cukup sangat mempengaruhi praktik

hygiene.

6. Variable kebudayaan

Kepercayaan kebudayaan seseorang dan nilai pribadi

mempengaruhi perawatan hygiene. Masing-masing budaya mempunyai

(16)

7. Pilihan pribad

Setiap individu mempunyai dan pilihan yang berbeda-beda tentang

waktu akan mandi, keramas, bercukur, dan lain-lainnya, termasuk

produk yang akan digunakan.

4. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri

Tanda dan gejala klien defisit perawatan diri adalah seperti berikut,

(Depkes,2000) :

1. Fisik

a. Badan bau, pakaian kotor.

b. Rambut dan kulit kotor.

c. Kuku panjang dan kotor

d. Gigi kotor disertsi mulut bau

e. Penampilan tidak rapi

2. Psikologis

a. Malas, tidak ada inisiatif

b. Menarik diri, isolasi diri.

c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

3. Sosial

a. Interaksi kurang.

b. Kegiatan kurang.

c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.

d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB disembarang tempat,

(17)

5. Dampak dari masalah perawatan diri/personal hygiene

Menurut Tarwoto (2009) ada beberapa dampak yang sering timbul

pada masalah Defisit Perawatan Diri seperti :

a. Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpelihara kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang

sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membrane

mukosa kulit, infeksi pada pada mata dan telinga dan gangguan fisik

pada kuku.

b. Dampak Psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah

gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,

kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan interaksi social.

6. Proses Asuahan Keperawatan dengan perioritas Masalah Defisit

Perawatan Diri

A. Pengkajian

Pengumpulan data dapat dilakukan melaluai wawancara dengan

klien, pengamatan dan pemeriksaan. Setelah pengkajian dilakukan maka

ditemukan beberapa tanda dan gejala adanya gangguan defisit perawatan

diri yaitu (Fitria, 2010) :

 Hygiene/Mandi

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,

(18)

aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan

tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.

 Berpakain/ berhias

Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil

potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau

menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk

mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat

tambahan , menggunakan kancing tarik, melepaskan pakian,

menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat

yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.

 Makan

Klien tidak mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,

mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah

makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,

mengambil cangkir atau gelas.

 BAB/BAK

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam

mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari

jamban, memanipulasi pakaian untuk toiletin, membersihak diri

setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar

kecil.

Keterbatasan perawatan diri diatas biasanya diakibatkan karena

stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa

(19)

merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berhias, makan maupun

BAB dan BAK.

Berdasarkan diagnosis keperawatan NANDA 2012

1. Defisit Perawatan Diri : Mandi

Defenisi : Hambatan kemampuan untuk melaksanakan atau menyelesaikan

mandi/aktivitas kebersihan untuk diri sendiri.

Batasan Karakteristik :

- Ketidakmampuan mengakses kamar mandi.

- Ketidakmampuan mengeringkan tubuhnya.

- Ketidakmampuan mengambil perlengkepan mandi.

- Ketidakmampuan menjangkau sumber air.

- Ketidakmampuan mengatur air mandi.

- Ketidakmampuan membasuh tubuh.

Faktor yang berhubungan

- Gangguan kognitif.

- Penurunan motivasi.

- Kendala lingkungan.

- Ketidakmampuan merasakan bagian tubuh.

- Ketidakmampuan merasakan hubungan spesial.

- Gangguan mukuloskeletal.

- Gangguan neuromuskular.

(20)

- Ansietas berat.

- Kelemahan.

2. Defisit Perawatan Diri : Berhias / Berpakaian

Defenisi : Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan

aktivitas berpakaian dan berhias untuk dirinya sendiri.

Batasan Karakteristik :

- Ketidakmampuan mengancingkan pakaian.

- Ketidakmampuan mendapatkan pakaian.

- Ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian.

- Mengenakan sapatu/sandal/kaus kaki.

- Melepaskan atribut pakaian.

- Melepaskan sepatu/sandal/kaus kaki.

Faktor yang berhubungan

- Gangguan kognitif.

- Penurunan motivasi.

- Ketidaknyamanan.

- Kendala lingkungan.

- Keletihan.

- Gangguan mukuloskeletal.

- Gangguan neuromuskular.

- Nyeri.

- Gangguan persepsi.

- Ansietas berat.

(21)

B. Analisa data

Data Subyektif

1. Pasien mengatakan malas mandi.

2. Pasien mengatakan mandi satu kali dalam dua hari.

3. Pasien mengatakan pakaian tidak ada.

4. Pasien mengatakan sudah tiga hari tidak mengganti pakaian karena

pakaian di rumah sakit tidak memadai.

5. Klien mengatakan malas untuk melakukan perawatan diri.

Data Obyektif

1. Pasien tampak kotor dan berbau.

2. Rambut acak-acakan dan berketombe.

3. Pakaian kotor dan tidak sesuai.

4. Kuku kotor dan panjang.

(22)

C. Rumusan Masalah

1. Defisit perawatan diri : Mandi

a. (self care : bathing/bantuan perawatn diri : mandi).

Pasien menunjukkan kebersihan diri dengan mandiri yang

dibuktikan dengan indikator 1-5 (tidak ada menunjukkan,

kadang-kadang menunjukkan, sering menunjukkan, dan sesuai) yaitu :

a. Mampu untuk perawatan mandiri

b. Mampu menunjukkan dalam kebersihan pribadi terutama mandi

c. Mampu menyediakan peralatan mandi pribadi yang diinginkan.

d. Mendorong kemandirian, namun campur tangan ketika pasien tidak

dapat melakukan.

e. Mampu membentuk rutinitas untuk kegiatan perawatan diri.

2. Defisit perawatan diri : berpakaian dan berhias

a. (Self care : Dressing /bantuan perawatan diri : Berdandan)

Pasien menunujukkan kebersihan diri dengan mandiri yang di

buktikan dengan indikator 1-5 (tidak ada menunjukkan,

kadang-kadang menunjukkan, sering menunjukkan, dan sesuai) yaitu :

a. Menunjukkan kemampuan perawatan diri atau aktivitas sehari- hari

secara mandiri

b. Menunujukkan penampilan yang sesuai, bersih dan rapi.

c. Mampu menunjukkan dalam perawatan diri berpakaian.

d. Mampu menyediakan peralatan untuk berpakaian pribadi yang

(23)

D. Perencanaan

Salah satu intervensi keperawatan yang paling bisa dilakukan

menurut NIC (Nursing Intervation Clarification) adalah :

1. Defisit Perawatan Diri

a. Self care : Bathing/Bantuan Perawatan : mandi

1. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.

2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu dalam kebersihan

diri mandi

3. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal

sesuai kemampuan yang dimiliki.

4. Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan.

5. Membantu kebersihan klien dan perawatan diri.

6. Memfasilitasi klien dalam hal kebersihan diri.

7. Memfasilitasi klien untuk mandi secara mandiri.

8. Bantu klien dalam kebersihan badan, mulut, rambut, dan kuku.

9. Arahkan pasien untuk melakukan aktivitas

10.Jaga kebersihan tempat tidur, selimut bersih dan nyaman.

11.Bantu klien untuk memenuhi hygiene pribadi.

12.Lakukan pendidikan kesehatan, pentingnya kebersihan diri, pola

(24)

2. Defisit Perawatn Diri

a. Self care : Dressing/Bantuan Perawatan : berpakaian

1. Monitor kebutuhan klien untuk perlengkapan berpakaian.

2. Memfasilitasi klien untuk berpakaian secara mandiri

3. Bantu pasien untuk mengenakkan pakaian.

4. Berikan Aktivitas rutin sesuai kemampuan.

5. Bantu klien untuk menggunakan pakaian dengan sesuai

6. Lakukan pendidikan kesehatan mengenai manfaat berpakaian dan

(25)

B. Asuhan Keperawatan Kasus

1. Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. J

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 60 tahun

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Kristen

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Alamat : Ds. Rumah Sumbul Kec. STM Hulu

Tanggal Masuk RS : 27 Februari 2015

NO. Rengistrasi : 03. 41. 24

Ruangan/Kamar : Pusuk Buhit

Golongan Darah :-

Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2015

Tanggal Operasi : -

(26)

II. KELUHAN UTAMA

Tn. J malas mandi, jarang keramas, jarang gosok gigi, kulit berdaki,

ganti baju sekali dalam tiga hari dan tidak mau melakukan aktifitas

terutama tentang kebersihan dirinya dan Tn. J menganggap dirinya sudah

bersih.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

Pasien malas melakukan aktivitas terutama kebersihan dirinya.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan.

Pasien mau melakukan perawatan diri jika di arahkan oleh perawat.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

Pasien merasa badannya lemas

2. Bagaimana dilihat

Pasien terlihat kotor, rambut acak-acakan, kulit kotor, gigi kuning dan

kuku panjang.

C. Region

1. Dimana lokasinya : -

2. Apakah menyebar : -

D. Severity

Pasien mengatakan tidak mau melakukan aktifitas apapun terutama

(27)

E. Time :

Pada saat pasien mengalami gangguan jiwa.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Pasien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa dan termasuk

pasien berulang. Pasien pertama kali dirawat di RSJ pada tanggal 14

juni 2014 kemudian keluarganya menjemput pasien untuk pulang ke

rumah pada tanggal 30 agustus 2014. Namun penyakit yang

dideritanya kambuh kembali karena pasien tidak teratur minum obat

kemudian pasien dibawa kembali ke RSJ pada tanggal 27 februari

2015 sampai sekarang masih dirawat.

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Usaha pengobatan yang pernah dilakukan oleh klien yaitu dengan

dirawat di RS Prof. Dr. Moh Ildrem Provsu Medan dengan meminum

obat.

C. Pernah dirawat atau dioperasi

Pasien sudah pernah dirawat tetapi pasien berulang karena putus

obat.

D. Lama dirawat

Lamanya pasien dirawat sekitar kurang lebih 1 tahun.

E. Alergi

(28)

V. RIWAYAT KEWSEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Pasien mengatakan kedua orang tua sudah meninggal dan tidak

pernah mengalami gangguan jiwa.

B. Saudara kandung

Pasien anak pertama dari lima bersaudara. Diantara keempat

saudaranya tidak ada satupun yang menderita seperti yang diderita

oleh pasien.

C. Penyakit keturunan yang ada

Pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan didalam keluarga.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tidak ada

E. Anggota keluarga yang meninggal

Anggota keluarga klien yang meninggal yaitu ayah dan ibu kandung

klien.

F. Penyebab meninggal

Penyebab meninggal kedua orang tuanya karena sakit.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Pasien mengatakan merasa malu karena penyakitnya saat ini dan

(29)

B. Konsep Diri :

- Gambaran diri : Pasien tidak merasakan ada yang kurang

dari tubuhnya

- Ideal diri : Pasien menginginkan cepat sembuh dan

berkumpul dengan keluarganya.

- Harga diri : Pasien merasa dirinya tidak berharga.

- Peran diri : Pasien merupakan kepala rumah tangga

namun tidak dapat menjalankannya.

- Identitas : Pasien memiliki seorang istri dan tiga

orang anak.

C. Keadaan emosi :

Perasaan pasien saat ini merasa sedih, dan pasien susah diajak

berkomunikasi dengan orang lain pasien hanya diam dan tidur

dikamar.

D. Hubungan sosial :

- Orang yang berarti

Pasien mengatakan orang yang berarti adalah anaknya.

- Hubungan dengan keluarga

Pasien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang

memperhatikan dirinya.

- Hubungan dengan orang lain

Kurang baik, karena pasien lebih banyak menyendiri.

(30)

Pasien merasa minder dan malu dengan keadaannya sehingga

berdiam diri dan susah diajak untuk komunikasi.

E. Spitual

- Nilai dan keyakinan : Pasien menganut keyakinan agama

kristen dan percaya pada tuhannya.

- Kegiatan ibadah : Pasien jarang mengikuti kegiatan

ibadah kebaktian selama pasien

dirawat dirumah sakit jiwa.

VII. STATUS MENTAL

- Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran pasien bingung saat dilakukan wawancara.

- Penampilan

Penampilan pasien terlihat sangat tidak rapi, terlihat dari pasien

kotor, rambutnya yang acak-acakan serta ketombe, bau badan,

gigi kuning, dan kukunya yang panjang.

- Pembicaraan

Pada saat dilakukan wawacara oleh perawat pasien berbicara

dengan lambat namun dapat menjawab pertanyaan sesuai

dengan pertanyaan yang diajukan perawat.

- Alat perasaan

Pada saat dilakukan pengkajian oleh perawat, pasien tampak

(31)

- Afek

Afek klien adekuat, pasien merespon stimulus yang diberikan

dan pasien tersenyum saat perawat tersenyum.

- Intraksi selama wawancara

Bersikap kooperatif namun kontak mata kurang.

- Proses pikir

Proses pikir pasien koheren dibuktikan pada waktu interaksi

pasien mampu menjawab sesuai pertanyaan.

- Isi piker

Pada saat dilakukan wawancara pasien mengalami masalah isi

pikir

- Waham

Pada saat dilakukan wawancara oleh perawat pasien tidak

mengalami waham.

- Memori

Pada saat dilakukan wawancara oleh perawat, pasien tidak

mengalami gangguan daya ingat.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Kondisi pasien lemah pasien tampak lebih senang menyendiri

dikamar dan susah untuk diajak berbicara. Kondisi badan pasien

tampak kotor dan bau, penampilan tidak rapi, rambut acak-acakan,

(32)

B. Tanda-tanda Vital

- Suhu tubuh : 370C

- Tekanan darah : 110/80 mm/Hg

- Nadi : 84 x/i

- Pernapasan : 22 x/i

C. Pemeriksaan Head to toe

Kepala dan rambut : Bentuk kepala pasien bulat dan

simetris, terdapat ketombe dan

gatal-gatal dibagian kepala.

Rambut : Penyebaran rambut pasien merata,

berbau serta terlihat kotor dan

acak-acakan.

Wajah : Wajah pasien terlihat oval dengan

struktur wajah dengan tidak ada

kelainan.

Mata : Pasien memiliki mata yang lengkap

dan simetris dengan konjungtiva dan

sclera normal.

Hidung : Bentuk dan posisi hidung pasien

simetris, dengan 2 lubang dan cuping

(33)

Telinga : Telinga pasien lengkap dan tidak ada

kelainan dengan fungsi ketajaman

kurang disebabkan faktor usia.

Mulut dan faring : Keadaan bibir pasien simetris,

keadaan gigi kotor dan bau serta

terdapat gigi yang ompong bagian

depan.

Leher : Posisi trachea pasien simetris dan

normal serta tidak ada pembengkakan

pada kelenjar tyroid. Pada kelenjar

limfe juga tidak ada pembengkakan.

Pemeriksaan integument : Kulit pasien terlihat kotor, berdaki,

serta gatal-gatal pada sebagian tubuh,

kondisi kulit kering dan kusam.

Pemeriksaan thoraks/dada : pemeriksaan dada pasien normal tidak

ada kelainan, dengan frekuensi

pernafasan 22x/menit. Tidak terdapat

tanda kesulitan bernafas.

Pemeriksaan Abdomen : Abdomen normal, tidak ada

pembengkakan.

Pemeriksaan Kelamin : Tidak dilakukan pengkajian.

(34)

Fungsi sensorik : pasien mampu membedakan sensori

tumpul, tajam, panas dan dingin yang

diberikan.

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

I. Pola makan dan minum

- Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari

- Nafsu/selera makan : Nafsu makan pasien baik

- Nyeri ulu hati : Tidak ada nyeri ulu hati

- Alergi : Tidak memiliki riwayat alergi

- Mual dan Muntah : Tidak ada mual dan muntah

- Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa) :

pasien tidak mau berkumpul dengan teman-temannya.

- Waktu pemberian makan : Pagi, siang, sore

- Jumlah dan jenis makan : 1 porsi, jenis nasi + lauk pauk

- Waktu pemberian cairan : Saat makan saja

- Masalah makan dan minum : Tidak ada masalah.

II. Perawatan diri/personal hygiene

- Kebersihan tubuh : Tampak kotor, berdaki, bau

badan serta kulit kering dan

kusam.

- Kebersihan gigi dan mulut : Tampak kotor dan bau mulut

(35)

- Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku tangan dan kaki

tampak panjang dan kotor.

III. Pola kegiatan/ Aktifitas

- Uraikan aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti

pakaian, dilakukan secara mandiri, sebagian, atau total.

Pasien tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari,

terutama untuk aktivitas mandi pasien dibantu dan diarahkan

oleh perawat, pasien sangat malas untuk mandi sehingga

pasien selalu diarahkan dan terkadang dipaksa untuk mandi.

Aktivitas makan pasien dapat melakukannya secara mandiri,

pasien makan dengan menggunakan tangan, sebelum makan

pasien mengerti untuk mencuci tangan dengan air terlebih

dahulu. Pada saat makan pasien selalu menghabiskan porsi

makanan yang diberikan kepadanya. Pasien dapat melakukan

eliminasi secara mandiri dan berpakaian pasien juga dapat

melakukannya secara mandiri, walau terkadang pakaian yang

digunakan pasien tidak rapi.

- Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit

Pasien jarang melakukan kegiatan ibadah selama dirawat di

(36)

IV. Pola Eliminasi

1. BAB

- Pola BAB : 1 x sehari

- Karakter fases : kadang keras dan kadang lembek.

- Riwayat perdarahan : tidak memiliki riwayat perdarahan.

- BAB terakhir : siang hari

- Diare : tidak ada

- Penggunaan laktasif : tidak ada

V. Mekanisme koping

Saat mengalami masalah, pasien lebih memilih untuk

menyendiri dan tidak mau menceritakan dengan teman-teman

(37)

2. ANALISA DATA

No. Data Penyebab Masalah

Keperawatan

1. Ds :

- Pasien mengatakan

malas mandi

- Pasien mengatakan

tidak perlu dan tidak

berguna melakukan

kebersihan dirinya.

- Pasien mengatakan

sudah 2 hari tidak

- Kulit kotor dan berdaki

- Rambut acak-acakan

Badan bau dan kotor

Defisi perawatan diri:

Mandi

Defisit

Perawatan Diri

(38)

2. DS :

- Pasien mengatakan

tidak memiliki

pakaian ganti.

- Pasien mengatakan

sudah 3 hari tidak

Klien tampak kotor dan

tidak rapi

Defisit perawatan diri :

Berpakaian

Defisit

Perawatan Diri

(39)

3. MASALAH KEPERAWATAN

1. Defisit Perawatan Diri : Mandi

2. Defisit Perawatan Diri : Berpakaian

DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

1. Defisit Perawatan Diri : Mandi berhubungan dengan skizofrenia

ditandai dengan penurunan motivasi kebersihan diri, pasien malas

mandi dan mengatakan ia mandi satu kali dalam dua hari. Pasien

tampak kotor dan berbau, rambut acak-acakan dan berketombe, kulit

kotor dan berdaki, kuku kotor dan panjang. Pasien harus dipaksa

mandi dan diarahkan oleh perawat.

2. Defisit Perawatan Diri : Berpakaian berhubungan dengan kendala

lingkungan ditandai dengan pasien tidak memiliki pakaian ganti dan

pasien mengatakan sudah tiga hari tidak mengganti pakaian. Pasien

tampak kotor dan tidak rapi, kancing baju tidak sesuai, pasien

(40)

4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari /

tanggal No.

Dx Perencanaan Keperawatan

Selasa,

19 Mei

2015

1 Tujuan dan Kriteria Hasil berdasarkan:

NOC : Self care / Bantuan perawatan diri

- Menunjukkan kemampuan perawatan diri atau aktivitas

sehari- hari secara mandiri dan klien terbebas dari bau

badan.

- Mampu menunjukkan dalam kebersihan pribadi terutama

mandi.

- Mampu menyediakan peralatan mandi pribadi yang

diinginkan.

- Menyebutkan perasaan nyaman dan kepuasan yang

berhubungan dengan kebersihan tubuh

- Klien menunjukkan indikator keberhasilan dengan skala

4 : sering menunjukkan keberhasilan

Rencana Tindakan Rasional

(Self care : bathing / Bantuan

perawatan diri : mandi)

1. Bina hubungan saling

percaya dengan pasien.

2. Pantau kebersihan diri pasien

dan perawatan diri.

3. Fasilitasi pasien untuk mandi

secara mandiri.

4. Bantu pasien dalam

kebersihan badan, mulut,

rambut, dan kuku.

4. Mengarahkan pasien

(41)

5. Tingkatkan motivasi klien

dalam kebersihan badan,

mulut, rambut, dan kuku.

5. Meningkatkan

Dx Rencana Keperawatan

Selasa,

21 Mei

2015

2 Tujuan dan Kriteria Hasil berdasarkan :

NOC : Self care / Bantuan perawatan diri

- Menunjukkan kemampuan perawatan diri atau aktivitas

sehari- hari secara mandiri dan klien berpenampilan baik,

bersih dan rapi.

- Mampu menunjukkan dalam perawatan diri berpakaian, dan

menyisir rambut.

- Mampu menyediakan peralatan untuk berpakaian dan

berdandan pribadi yang diinginkan.

- Klien menunjukkan indikator keberhasilan dengan skala 4 :

sering menunjukkan keberhasilan.

Rencana Tindakan Rasional

(Self care : Dressing / Bantuan

perawatan diri :

Berpakaian/Berdandan)

1. Pantau penampilan pasien dan

perawatan diri.

2. Bantu pasien menyediakan

pakaian yang diinginkan.

3. Bantu klien cara berpakaian dan

berdandan yang benar.

4. Tingkatkan motivasi klien untuk

1. Mengetahui

kemampuan klien

dalam perawatan diri

(42)

berpakaian dan berdandan yang

Dx Pukul Implementasi Keperawatan Evaluasi

Rabu,

20 Mei

2015

1 08.30 -

09.30

Self care : bathing / Bantuan

perawatan diri : mandi

1. Membina hubungan saling

percaya dengan pasien

dengan cara mendekatkan

diri dengan pasien

sehinggan dapat melakukan

perawatan diri .

2. Memantau kebersihan diri

pasien dan perawatan diri

dengan cara mengajak

pasien untuk mandi setiap

hari.

3. Memfasilitasi pasien untuk

mandi secara mandiri

dengan cara menyediakan

perlengkapan mandi seperti

sabun, sikat gigi, odol.

4. Membantu pasien dalam

kebersihan badan, mulut

dan kuku dengan cara

mengajarkan cara

membersihkan tubuh,

menggunting kuku, dan

(43)

5. Meningkatkan motivasi

pasien dalam kebersihan

badan, mulut, rambut, dan

kuku.

6. Melakukan pendidikan

kesehatan mengenai

pentingnya kebersihan diri,

pola kebersihan dan cara

Dx Pukul Implementasi Keperawatan

Evaluasi

1. Memantau penampilan

pasien dan perawatan diri

dengan cara mengajari

pasien untuk memakai

pakaian yang sesuai.

2. Membantu pasien

menyediakan pakaian yang

diinginkan.

3. Meningkatkan Motivasi

pasien untuk berpakaian

dan berdandan yang benar.

4. Membantu pasien cara

berpakaian dan berdandan

yang benar.

5. Melakukan pendidikan S :

Pasien mengatakan

merasa senang dan

(44)

kesehatan mengenai

manfaat berpakaian dan

berdandan yang baik.

ndan.

- Pasien dapat

berpakaian rapi

jika diarahkan

oleh perawat.

- Pasien mulai

kooperatif

A :

Pasien sudah bisa

berpakaian

dengan rapi

masalah

teratasi

P :

Pasien belum bisa

berdandan

Intervensi

(45)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. J dengan

masalah Defisit Perawatan Diri di Rumah sakit Prof. Dr. Muhammad Idlem

Provinsi Sumatera Utara Medan, khususnya di ruangan Pusuk Buhit yang

dilakukan pada tanggal 18 Mei sampai 22 Mei 2015, maka penulis mendapatkan

data sebagai berikut : pasien malas untuk merawat diri, penampilan tidak rapi, bau

badan, kulit berdaki, rambut acak-acakan dan berketombe, gigi kotor dan bau, seta

kuku panjang. Dari data tersebut penulis menyimpulkan bahwa pasien mengalami

defisit perawatan diri.

Setelah penulis melakukan pengkajian, intervensi dan implementasi,

hasilnya masalah keperawatan dengan defisit perawatan diri pada Tn. J dihentikan

karena ia sudah mau melakukan perawatan diri. Walaupun demikian perawat

(46)

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut :

1. Bagi rumah sakit

Agar perawat lebih mengoptimalkan dalam memberikan pelayanan

terhadap kebutuhan dasar perawatan diri sehingga dapat mencegah

dampak dari masalah kebutuhan dasar perawatan diri yang lebih buruk.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Agar lebih meningkatkan penerapan dan pengajaran asuhan

keperawatan pada mahasiswa, meningkatkan ilmu pengetahuan dan

memberikan keterampilan yang lebih kepada mahasiswa dan

menambah referensi tentang pemenuhan kebutuhan dasar perawatan

diri.

3. Bagi Klien

Dengan adanya bimbingan dan bantuan asuhan yang dilakukan oleh

perawat, diharapakan dapat meningkatkan kenyamanan dan kesehatan

(47)

CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No.

Dx Hari / tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

1 Kamis, 21 Mei

2015

09.00

-09.30

Perawatan diri : mandi

1. Membina hubungan saling percaya

dengan klien.

2. Memantau kebersihan diri klien

dan perawatan diri.

3. Memfasilitasi klien untuk mandi

secara mandiri.

4. Mengajarkan klien cara melakukan

kebersihan badan, mulut rambut,

dan kuku.

5. Meningkatkan motivasi klien

dalam kebersihan badan, mulut,

rambut, dan kuku.

6. Melakukan pendidikan kesehatan

mengenai pentingnya kebersihan

diri, pola kebersihan dan cara

kebersihan diri.

S :

Klien mengatakan kalau mandi badan

jadi segar

O :

- Klien telihat rileks dan segar

- Klien tidak lagi dipaksa untuk

mandi

A : Masalah teratasi sebagian

(48)

No.

Dx

Hari /

tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

2 Kamis, 21

Mei 2015

11.00 -

11.30

Perawatan diri : Berpakaian

1. Memantau penampilan klien

2. Memfasilitasi klien untuk mandi secara

mandiri.

3. Mengajarkan klien cara melakukan

kebersihan badan, mulut rambut, dan

kuku.

4. Meningkatkan Motivasi klien untuk

berpakaian dan berdandan yang benar

5. Membantu klien cara berpakaian dan

berdandan yang benar.

6. Melakukan pendidikan kesehatan

mengenai manfaat berpakaian dan

berdandan yang baik.

S : Klien mengatakan kalau berpakaian

rapi jadi nyaman.

O : Klien tampak senang dan lebih segar

A : Masalah teratasi sebagian

(49)

No.

Dx Hari / tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

1. Jumat, 22 Mei

2015

09.00 – 09.30

1. Memantau kebersihan diri dan

perawatan diri klien.

2. Memfasilitasi klien untuk mandi

secara mandiri

3. Mengevaluasi kemampuan klien

dalam perawatan diri : mandi

S : Klien mengatakan bahwa kalau

mandi badan menjadi bersih dan

segar

O:

- Klien tampak bersih

- Klien mandi tanpa dipaksa oleh

perawat.

A : Masalah teratasi sebagian

(50)

No.

Dx

Hari /

tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

2. Jumat, 22

Mei 2015

09.30 – 10.00 1. Memantau penampilan klien

2. Memfasilitasi klien untuk berpakaian

dan berdandan secara mandiri

3. Mengevaluasi kemampuan klien

dalam perawatan diri : berpakaian dan

berdandan.

S : Klien mengatakan merasa nyaman

setelah berpakaian rapi.

O : Klien tampak rapi dan bersih

A : Masalah teratasi

(51)

Referensi

Dokumen terkait

Data yang memperkuat penulis dalam mengangkat diagnosa utama yaitu defisit perawatan diri : kebersihan diri / mandi, berhias, berpakaian yaitu dengan pengkajian data

Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami.. kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi

Salah satu kebutuhan dasar yang harus diperhatikan dalam asuhan pada klien adalah personal hygiene pada pasien dengan gangguan defisit perawatan diri (Mubarak, 2007)..

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Prioritas Masa lah Pemenuhan Kebutuhan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di sajikan dapat disimpulkan bahwa persepsi pasien Skizofrenia tentang perawatan diri (mandi,

S: klien mengatakan sudah mengerti cara kebersihan diri, dan klien mngatakan tidak malas mandi. O: klien tampak bersih

Membina hubungan saling percaya, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi/membersihkan diri, berpakaian/berhias, makan dan minum dengan baik,

 Kemampuan Perawatan Diri Perawat mengkaji kemampuan fisik klien untuk melakukan perawatan mata, telinga, hidung seperti halnya merawat alat bantu sensorik.Klien yang tidak mampu