Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas
Masalah Pemenuhan Kebutuhan Dasar Perawatan Diri
di RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem
Provinsi Sumatera Utara
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun Dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Desi Hapsani
122500137
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Prioritas Masalah Pemenuhan Kebutuhan Perawatan Diri di RSJ Prof. Dr. Muhammad Ildrem Prov. Sumatera
Utara”.
Karya tulis ilmiah ini disusun dalam rangka menyelesaikan program
Diploma Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Tahun 2015. Selama proses pengambilan kasus dan penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatra Utara Medan.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku Wakil Dekan III Fakultas
Ilmu Keperawatan.
5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua prodi DIII Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.
6. Ibu Eryunita Lubis, S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dengan sabar, dan memberikan waktunya kepada penulis
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat selesai tepat waktu.
7. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, M.Biomed selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktu, serta dengan sabar menguji dan membimbing penulis.
8. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara.
9. Kepada kedua orang tua, Ayahanda Anwar Hasibuan dan Ibunda Wanno Rita
dengan penuh kasih sayang selama ini sehingga saya dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
10.Kakak dan abang saya Devi Anrita Hasibuan dan Debbi Iskandar Hasibuan
serta semua keluarga besar yang tidak tersebutkan satu persatu. Terima kasih
atas doa dan dukungannya selama ini.
11.Teman-teman satu angkatan Stambuk 2012, Program studi D-III Keperawatan,
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, terkhusus kepada Suci
Indriyani Srg, Repni Aprianti Rambe, Purnama Sari Srg, Nurhalimah
Hutasuhut, Halimahtussaddiah Daulay, Depi masdianti Hura yang telah
banyak membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
12.Serta rekan-rekan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Medan khususnya Program Studi DIII Keperawatan Stambuk 2012 yang
telah mendukung selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Medan, 29 Juli 2015
Hormat saya,
DAFTAR ISI
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Hygien ... 6
4. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri ... 9
5. Dampak dari Masalah Perawatan Diri/Personal Hygien ... 10
6. Proses Asuhan Keperawatan dengan Prioritas Masalah Pemenuhan Kebutuhan Dasar Perawatan Diri ... 10
BAB III PENUTUP ... 38
3.1. Kesimpulan ... 38
3.2. Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA ... 40
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan
karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.
Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan.
Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial, keluarga,
pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan
(Wartonah, 2009).
Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Perawatan diri perorangan diperlukan untuk kenyamanan
individu, keamanan, dan kesehatan. Seperti, pada orang sehat mampu memenuhi
kebutuhan kesehatannya sendiri dan pada orang yang mengalami gangguan jiwa
mereka juga memerlukan hygiene atau perawatan diri yang baik (Potter & Perry,
2005).
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran, presepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh
dan terganggu. Skizofrenia ditunjukkan dengan gejala klien suka berbicara
sendiri, mata melihat kekanan dan kekiri, jalan mondar mandir, sering tersenyum
sendiri, sering mendengar suara-suara dan sering mengabaikan hygiene atau
perawatan dirinya. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang
perawatan diri secara mandiri seperti mandi, berpakaian/berhias, makan dan
BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2010)
Hasil survey Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization
menyatakan tingkat gangguan kesehatan jiwa orang di Indonesia tinggi dan di atas
rata-rata gangguan kesehatan jiwa dunia. Berdasarkan data Riskesdas 2013,
prevalensi gangguan jiwa berat (termasuk skizofrenia) mencapai 1,7 per mil atau
1-2 orang dari 1000 warga di Indonesia mengalami gangguan jiwa berat (Badan
Pusat Statistik Jakarta, 2013).
Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record rumah sakit jiwa
Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan sekitar Januari sampai dengan Mei 2015
pasien skizofrenia yang dirawat inap sebanyak 380 orang. Salah satu masalah
keperawatan yang dialami skizofrenia adalah defisit perawatan diri. Hasil survei
awal pengamatan di ruangan Pusuk Buhit pada bulan Mei 2015 dari 22 orang
pasien yang dirawat inap di ruang Pusuk Buhit 17 orang yang mengalami defisit
perawatan diri.
Individu yang mengalami gangguan jiwa akan mengalami kekurangan
energi untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Keterbatasan perawatan
diri biasanya diakibatkan stressor yang cukup berat dan sulit ditangani pasien
sehingga dirinya tidak mau mengurus atau merawat dirinya sendiri, baik dalam
hal mandi, berpakaian dan berhias. Cara perawatan diri manusia untuk
memelihara kesehatan mereka disebut hygiene perorangan. Pemeliharaan hygiene
perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan, dan kesehatan.
Keterbatasan pasien skizofrenia dalam hal perawatan diri berdampak bagi pasien
bersih, kusut dan kotor dan bagi pasien wanita tidak menghiraukan dandanannya
(Fitria, 2009).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah
keperawatan pada klien khususnya Tn. J dengan perioritas masalah pemenuhan
kebutuhan dasar perawatan diri di Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan masalah pemenuhan kebutuhan dasar
perawatan diri di ruang Pusuk Buhit.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Pemenuhan
Kebutuhan Perawatan Diri penulis mampu :
1. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan pemenuhan
kebutuhan perawatn diri : mandi dan berpakaian.
2. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
pemenuhan kebutuhan perawatn diri : mandi dan berpakaian.
3. Mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan
pemenuhan kebutuhan perawatn diri : mandi dan berpakaian.
4. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan
pemenuhan kebutuhan perawatn diri : mandi dan berpakaian.
C. Manfaat
Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan
manfaat :
1. Peneliti
Sarana untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan khususnya pada
pasien defisit perawatan diri.
2. Pelayanan keperawatan di Rumah sakit Jiwa.
Memberikan masukan bagi perawat khusunya di rumah sakit jiwa untuk
dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
utama defisit perawatan diri.
3. Pendidikan keperawatan
Sebagai referensi dalam pembelajaran untuk membekali mahasiswa
dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien
BAB II
PENGELOLAHAN KASUS
A. Konsep Dasar Perawatan Diri/Personal Hygiene
1. Definisi Perawatan Diri/Personal Hygie
Perawatan diri adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dalam
memenuhi kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat
melakukan perawatan diri (Depkes, 2000). Defisit perawatan diri adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri (mandi, berpakaian, makan,
toileting). Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Kurang perawatan
diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya (Potter & Perry 2005).
Defisit perawatn diri sering kali disebabkan intoleransi aktivitas, hambatan
mobilisasi fisik, nyeri, ansietas, atau gangguan kognitif. Defisit perawatan diri
menggambarkan suatu keadaan seseorang yang mengalami hambatan kemampuan
melakukan aktivitas perawatan diri seperti mandi, berpakaian, makan dan
eliminasi. Jika seseorang tidak dapat melakukan semua perawatan diri, situasi ini
2. Jenis-Jenis Perawatan Diri
Jenis-Jenis Perawatan Diri terdiri dari, (Nurjannah, 2004)
a. Kurang perawatan diri : Mandi / Kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi / kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Hygiene
Seseorang dalam melakukan hygiene perorangan dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Antara individu satu dengan individu lainnya
mempunyai pengetahuan dan cara yang berbeda-beda dalam memenuhi
kebutuhan perawatan diri tersebut. Berikut ini adalah beberapa faktor
yang sangat mempengaruhi praktik hygiene seseorang (Potter & Perry,
1. Citra tubuh
Citra tubuh atau gambaran diri merupakan konsep subjektif
seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh sesorang seringkali
dapat berubah. Citra tubuh seseorang dapat mempengaruhi cara
seseorang dalam mempertahankan hygienenya. Pada individu yang
nampak kurang rapi atau tidak tertarik pada hygiene membutuhkan
pendidikan tentang pentingnya hygiene
Kondisi kesehatan seseorang sangat mempengaruhi penampilandan
praktik kebersihan diri orang tersebut, untuk itu perawat harus mampu
meningkatkan secara ekstra kebutuhan kebersihan diri pasien.
2. Kondisi fisik
Kondisi fisik dan kesehatan seseorang sangat mempengaruhi
ketangkasan, dan kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan
kebersihan dirinya, misalnya pasien dengan kanker tahap lanjut. Lanjut
usia, pasien paska operasi, dan lain-lain. Agar kebutuhan kebersihan
diri mereka terpenuhi, maka perawat harus mempu mengkaji seberapa
jauh bantuan yang dapat diberikan pada pasien sesuai dengan tingkat
fisiknya.
3. Praktik sosial
Prakti hygiene setiap individu sanagt dipengaruhi oleh praktik
hygiene dari orang tua meraka sejak merka berada pada masa
anak-anak. Kebiasaan keluarga, jumlah anggota keluarga, ketersediaan air
dan sarana prasarana merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
mulai lebih memperhatikan penampilan mereka terutama hygiene
mereka, karena pada masa tersebut mereka telah mengalami
ketertarikan pada lawan jenisnya. Selanjutnya dalam kehidupan,
teman-teman dan kelompok kerja membentuk harapan orang mengenai
penampilan pribadi mereka perawatan yang dilakukan dalam
mempertahankan hygiene yang adekuat.
4. Status ekonomi
Sumber daya ekonomi keluarga sangat mempengaruhi jenis dan
tingkat praktik kebersihan yang digunakan. Sosial ekonomi ini dapat
membentuk penyediaan bahan-bahan yang berguna dalam pelaksanaan
praktik hygiene. Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti
sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
5. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi
kesehatan serta motivasi yang cukup sangat mempengaruhi praktik
hygiene.
6. Variable kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan seseorang dan nilai pribadi
mempengaruhi perawatan hygiene. Masing-masing budaya mempunyai
7. Pilihan pribad
Setiap individu mempunyai dan pilihan yang berbeda-beda tentang
waktu akan mandi, keramas, bercukur, dan lain-lainnya, termasuk
produk yang akan digunakan.
4. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri
Tanda dan gejala klien defisit perawatan diri adalah seperti berikut,
(Depkes,2000) :
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor.
b. Rambut dan kulit kotor.
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertsi mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada inisiatif
b. Menarik diri, isolasi diri.
c. Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
3. Sosial
a. Interaksi kurang.
b. Kegiatan kurang.
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
d. Cara makan tidak teratur BAK dan BAB disembarang tempat,
5. Dampak dari masalah perawatan diri/personal hygiene
Menurut Tarwoto (2009) ada beberapa dampak yang sering timbul
pada masalah Defisit Perawatan Diri seperti :
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpelihara kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa kulit, infeksi pada pada mata dan telinga dan gangguan fisik
pada kuku.
b. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan interaksi social.
6. Proses Asuahan Keperawatan dengan perioritas Masalah Defisit
Perawatan Diri
A. Pengkajian
Pengumpulan data dapat dilakukan melaluai wawancara dengan
klien, pengamatan dan pemeriksaan. Setelah pengkajian dilakukan maka
ditemukan beberapa tanda dan gejala adanya gangguan defisit perawatan
diri yaitu (Fitria, 2010) :
Hygiene/Mandi
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan
tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
Berpakain/ berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan , menggunakan kancing tarik, melepaskan pakian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
Makan
Klien tidak mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah
makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,
mengambil cangkir atau gelas.
BAB/BAK
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toiletin, membersihak diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.
Keterbatasan perawatan diri diatas biasanya diakibatkan karena
stressor yang cukup berat dan sulit ditangani oleh klien (klien bisa
merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berhias, makan maupun
BAB dan BAK.
Berdasarkan diagnosis keperawatan NANDA 2012
1. Defisit Perawatan Diri : Mandi
Defenisi : Hambatan kemampuan untuk melaksanakan atau menyelesaikan
mandi/aktivitas kebersihan untuk diri sendiri.
Batasan Karakteristik :
- Ketidakmampuan mengakses kamar mandi.
- Ketidakmampuan mengeringkan tubuhnya.
- Ketidakmampuan mengambil perlengkepan mandi.
- Ketidakmampuan menjangkau sumber air.
- Ketidakmampuan mengatur air mandi.
- Ketidakmampuan membasuh tubuh.
Faktor yang berhubungan
- Gangguan kognitif.
- Penurunan motivasi.
- Kendala lingkungan.
- Ketidakmampuan merasakan bagian tubuh.
- Ketidakmampuan merasakan hubungan spesial.
- Gangguan mukuloskeletal.
- Gangguan neuromuskular.
- Ansietas berat.
- Kelemahan.
2. Defisit Perawatan Diri : Berhias / Berpakaian
Defenisi : Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas berpakaian dan berhias untuk dirinya sendiri.
Batasan Karakteristik :
- Ketidakmampuan mengancingkan pakaian.
- Ketidakmampuan mendapatkan pakaian.
- Ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian.
- Mengenakan sapatu/sandal/kaus kaki.
- Melepaskan atribut pakaian.
- Melepaskan sepatu/sandal/kaus kaki.
Faktor yang berhubungan
- Gangguan kognitif.
- Penurunan motivasi.
- Ketidaknyamanan.
- Kendala lingkungan.
- Keletihan.
- Gangguan mukuloskeletal.
- Gangguan neuromuskular.
- Nyeri.
- Gangguan persepsi.
- Ansietas berat.
B. Analisa data
Data Subyektif
1. Pasien mengatakan malas mandi.
2. Pasien mengatakan mandi satu kali dalam dua hari.
3. Pasien mengatakan pakaian tidak ada.
4. Pasien mengatakan sudah tiga hari tidak mengganti pakaian karena
pakaian di rumah sakit tidak memadai.
5. Klien mengatakan malas untuk melakukan perawatan diri.
Data Obyektif
1. Pasien tampak kotor dan berbau.
2. Rambut acak-acakan dan berketombe.
3. Pakaian kotor dan tidak sesuai.
4. Kuku kotor dan panjang.
C. Rumusan Masalah
1. Defisit perawatan diri : Mandi
a. (self care : bathing/bantuan perawatn diri : mandi).
Pasien menunjukkan kebersihan diri dengan mandiri yang
dibuktikan dengan indikator 1-5 (tidak ada menunjukkan,
kadang-kadang menunjukkan, sering menunjukkan, dan sesuai) yaitu :
a. Mampu untuk perawatan mandiri
b. Mampu menunjukkan dalam kebersihan pribadi terutama mandi
c. Mampu menyediakan peralatan mandi pribadi yang diinginkan.
d. Mendorong kemandirian, namun campur tangan ketika pasien tidak
dapat melakukan.
e. Mampu membentuk rutinitas untuk kegiatan perawatan diri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian dan berhias
a. (Self care : Dressing /bantuan perawatan diri : Berdandan)
Pasien menunujukkan kebersihan diri dengan mandiri yang di
buktikan dengan indikator 1-5 (tidak ada menunjukkan,
kadang-kadang menunjukkan, sering menunjukkan, dan sesuai) yaitu :
a. Menunjukkan kemampuan perawatan diri atau aktivitas sehari- hari
secara mandiri
b. Menunujukkan penampilan yang sesuai, bersih dan rapi.
c. Mampu menunjukkan dalam perawatan diri berpakaian.
d. Mampu menyediakan peralatan untuk berpakaian pribadi yang
D. Perencanaan
Salah satu intervensi keperawatan yang paling bisa dilakukan
menurut NIC (Nursing Intervation Clarification) adalah :
1. Defisit Perawatan Diri
a. Self care : Bathing/Bantuan Perawatan : mandi
1. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu dalam kebersihan
diri mandi
3. Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
4. Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan.
5. Membantu kebersihan klien dan perawatan diri.
6. Memfasilitasi klien dalam hal kebersihan diri.
7. Memfasilitasi klien untuk mandi secara mandiri.
8. Bantu klien dalam kebersihan badan, mulut, rambut, dan kuku.
9. Arahkan pasien untuk melakukan aktivitas
10.Jaga kebersihan tempat tidur, selimut bersih dan nyaman.
11.Bantu klien untuk memenuhi hygiene pribadi.
12.Lakukan pendidikan kesehatan, pentingnya kebersihan diri, pola
2. Defisit Perawatn Diri
a. Self care : Dressing/Bantuan Perawatan : berpakaian
1. Monitor kebutuhan klien untuk perlengkapan berpakaian.
2. Memfasilitasi klien untuk berpakaian secara mandiri
3. Bantu pasien untuk mengenakkan pakaian.
4. Berikan Aktivitas rutin sesuai kemampuan.
5. Bantu klien untuk menggunakan pakaian dengan sesuai
6. Lakukan pendidikan kesehatan mengenai manfaat berpakaian dan
B. Asuhan Keperawatan Kasus
1. Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. J
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 60 tahun
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Kristen
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Ds. Rumah Sumbul Kec. STM Hulu
Tanggal Masuk RS : 27 Februari 2015
NO. Rengistrasi : 03. 41. 24
Ruangan/Kamar : Pusuk Buhit
Golongan Darah :-
Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2015
Tanggal Operasi : -
II. KELUHAN UTAMA
Tn. J malas mandi, jarang keramas, jarang gosok gigi, kulit berdaki,
ganti baju sekali dalam tiga hari dan tidak mau melakukan aktifitas
terutama tentang kebersihan dirinya dan Tn. J menganggap dirinya sudah
bersih.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Pasien malas melakukan aktivitas terutama kebersihan dirinya.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan.
Pasien mau melakukan perawatan diri jika di arahkan oleh perawat.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Pasien merasa badannya lemas
2. Bagaimana dilihat
Pasien terlihat kotor, rambut acak-acakan, kulit kotor, gigi kuning dan
kuku panjang.
C. Region
1. Dimana lokasinya : -
2. Apakah menyebar : -
D. Severity
Pasien mengatakan tidak mau melakukan aktifitas apapun terutama
E. Time :
Pada saat pasien mengalami gangguan jiwa.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Pasien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa dan termasuk
pasien berulang. Pasien pertama kali dirawat di RSJ pada tanggal 14
juni 2014 kemudian keluarganya menjemput pasien untuk pulang ke
rumah pada tanggal 30 agustus 2014. Namun penyakit yang
dideritanya kambuh kembali karena pasien tidak teratur minum obat
kemudian pasien dibawa kembali ke RSJ pada tanggal 27 februari
2015 sampai sekarang masih dirawat.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Usaha pengobatan yang pernah dilakukan oleh klien yaitu dengan
dirawat di RS Prof. Dr. Moh Ildrem Provsu Medan dengan meminum
obat.
C. Pernah dirawat atau dioperasi
Pasien sudah pernah dirawat tetapi pasien berulang karena putus
obat.
D. Lama dirawat
Lamanya pasien dirawat sekitar kurang lebih 1 tahun.
E. Alergi
V. RIWAYAT KEWSEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
Pasien mengatakan kedua orang tua sudah meninggal dan tidak
pernah mengalami gangguan jiwa.
B. Saudara kandung
Pasien anak pertama dari lima bersaudara. Diantara keempat
saudaranya tidak ada satupun yang menderita seperti yang diderita
oleh pasien.
C. Penyakit keturunan yang ada
Pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan didalam keluarga.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada
E. Anggota keluarga yang meninggal
Anggota keluarga klien yang meninggal yaitu ayah dan ibu kandung
klien.
F. Penyebab meninggal
Penyebab meninggal kedua orang tuanya karena sakit.
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Pasien mengatakan merasa malu karena penyakitnya saat ini dan
B. Konsep Diri :
- Gambaran diri : Pasien tidak merasakan ada yang kurang
dari tubuhnya
- Ideal diri : Pasien menginginkan cepat sembuh dan
berkumpul dengan keluarganya.
- Harga diri : Pasien merasa dirinya tidak berharga.
- Peran diri : Pasien merupakan kepala rumah tangga
namun tidak dapat menjalankannya.
- Identitas : Pasien memiliki seorang istri dan tiga
orang anak.
C. Keadaan emosi :
Perasaan pasien saat ini merasa sedih, dan pasien susah diajak
berkomunikasi dengan orang lain pasien hanya diam dan tidur
dikamar.
D. Hubungan sosial :
- Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti adalah anaknya.
- Hubungan dengan keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang
memperhatikan dirinya.
- Hubungan dengan orang lain
Kurang baik, karena pasien lebih banyak menyendiri.
Pasien merasa minder dan malu dengan keadaannya sehingga
berdiam diri dan susah diajak untuk komunikasi.
E. Spitual
- Nilai dan keyakinan : Pasien menganut keyakinan agama
kristen dan percaya pada tuhannya.
- Kegiatan ibadah : Pasien jarang mengikuti kegiatan
ibadah kebaktian selama pasien
dirawat dirumah sakit jiwa.
VII. STATUS MENTAL
- Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran pasien bingung saat dilakukan wawancara.
- Penampilan
Penampilan pasien terlihat sangat tidak rapi, terlihat dari pasien
kotor, rambutnya yang acak-acakan serta ketombe, bau badan,
gigi kuning, dan kukunya yang panjang.
- Pembicaraan
Pada saat dilakukan wawacara oleh perawat pasien berbicara
dengan lambat namun dapat menjawab pertanyaan sesuai
dengan pertanyaan yang diajukan perawat.
- Alat perasaan
Pada saat dilakukan pengkajian oleh perawat, pasien tampak
- Afek
Afek klien adekuat, pasien merespon stimulus yang diberikan
dan pasien tersenyum saat perawat tersenyum.
- Intraksi selama wawancara
Bersikap kooperatif namun kontak mata kurang.
- Proses pikir
Proses pikir pasien koheren dibuktikan pada waktu interaksi
pasien mampu menjawab sesuai pertanyaan.
- Isi piker
Pada saat dilakukan wawancara pasien mengalami masalah isi
pikir
- Waham
Pada saat dilakukan wawancara oleh perawat pasien tidak
mengalami waham.
- Memori
Pada saat dilakukan wawancara oleh perawat, pasien tidak
mengalami gangguan daya ingat.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Kondisi pasien lemah pasien tampak lebih senang menyendiri
dikamar dan susah untuk diajak berbicara. Kondisi badan pasien
tampak kotor dan bau, penampilan tidak rapi, rambut acak-acakan,
B. Tanda-tanda Vital
- Suhu tubuh : 370C
- Tekanan darah : 110/80 mm/Hg
- Nadi : 84 x/i
- Pernapasan : 22 x/i
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut : Bentuk kepala pasien bulat dan
simetris, terdapat ketombe dan
gatal-gatal dibagian kepala.
Rambut : Penyebaran rambut pasien merata,
berbau serta terlihat kotor dan
acak-acakan.
Wajah : Wajah pasien terlihat oval dengan
struktur wajah dengan tidak ada
kelainan.
Mata : Pasien memiliki mata yang lengkap
dan simetris dengan konjungtiva dan
sclera normal.
Hidung : Bentuk dan posisi hidung pasien
simetris, dengan 2 lubang dan cuping
Telinga : Telinga pasien lengkap dan tidak ada
kelainan dengan fungsi ketajaman
kurang disebabkan faktor usia.
Mulut dan faring : Keadaan bibir pasien simetris,
keadaan gigi kotor dan bau serta
terdapat gigi yang ompong bagian
depan.
Leher : Posisi trachea pasien simetris dan
normal serta tidak ada pembengkakan
pada kelenjar tyroid. Pada kelenjar
limfe juga tidak ada pembengkakan.
Pemeriksaan integument : Kulit pasien terlihat kotor, berdaki,
serta gatal-gatal pada sebagian tubuh,
kondisi kulit kering dan kusam.
Pemeriksaan thoraks/dada : pemeriksaan dada pasien normal tidak
ada kelainan, dengan frekuensi
pernafasan 22x/menit. Tidak terdapat
tanda kesulitan bernafas.
Pemeriksaan Abdomen : Abdomen normal, tidak ada
pembengkakan.
Pemeriksaan Kelamin : Tidak dilakukan pengkajian.
Fungsi sensorik : pasien mampu membedakan sensori
tumpul, tajam, panas dan dingin yang
diberikan.
IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari
- Nafsu/selera makan : Nafsu makan pasien baik
- Nyeri ulu hati : Tidak ada nyeri ulu hati
- Alergi : Tidak memiliki riwayat alergi
- Mual dan Muntah : Tidak ada mual dan muntah
- Tampak makan memisahkan diri (pasien gangguan jiwa) :
pasien tidak mau berkumpul dengan teman-temannya.
- Waktu pemberian makan : Pagi, siang, sore
- Jumlah dan jenis makan : 1 porsi, jenis nasi + lauk pauk
- Waktu pemberian cairan : Saat makan saja
- Masalah makan dan minum : Tidak ada masalah.
II. Perawatan diri/personal hygiene
- Kebersihan tubuh : Tampak kotor, berdaki, bau
badan serta kulit kering dan
kusam.
- Kebersihan gigi dan mulut : Tampak kotor dan bau mulut
- Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku tangan dan kaki
tampak panjang dan kotor.
III. Pola kegiatan/ Aktifitas
- Uraikan aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti
pakaian, dilakukan secara mandiri, sebagian, atau total.
Pasien tidak mau melakukan aktivitas sehari-hari,
terutama untuk aktivitas mandi pasien dibantu dan diarahkan
oleh perawat, pasien sangat malas untuk mandi sehingga
pasien selalu diarahkan dan terkadang dipaksa untuk mandi.
Aktivitas makan pasien dapat melakukannya secara mandiri,
pasien makan dengan menggunakan tangan, sebelum makan
pasien mengerti untuk mencuci tangan dengan air terlebih
dahulu. Pada saat makan pasien selalu menghabiskan porsi
makanan yang diberikan kepadanya. Pasien dapat melakukan
eliminasi secara mandiri dan berpakaian pasien juga dapat
melakukannya secara mandiri, walau terkadang pakaian yang
digunakan pasien tidak rapi.
- Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit
Pasien jarang melakukan kegiatan ibadah selama dirawat di
IV. Pola Eliminasi
1. BAB
- Pola BAB : 1 x sehari
- Karakter fases : kadang keras dan kadang lembek.
- Riwayat perdarahan : tidak memiliki riwayat perdarahan.
- BAB terakhir : siang hari
- Diare : tidak ada
- Penggunaan laktasif : tidak ada
V. Mekanisme koping
Saat mengalami masalah, pasien lebih memilih untuk
menyendiri dan tidak mau menceritakan dengan teman-teman
2. ANALISA DATA
No. Data Penyebab Masalah
Keperawatan
1. Ds :
- Pasien mengatakan
malas mandi
- Pasien mengatakan
tidak perlu dan tidak
berguna melakukan
kebersihan dirinya.
- Pasien mengatakan
sudah 2 hari tidak
- Kulit kotor dan berdaki
- Rambut acak-acakan
Badan bau dan kotor
Defisi perawatan diri:
Mandi
Defisit
Perawatan Diri
2. DS :
- Pasien mengatakan
tidak memiliki
pakaian ganti.
- Pasien mengatakan
sudah 3 hari tidak
Klien tampak kotor dan
tidak rapi
Defisit perawatan diri :
Berpakaian
Defisit
Perawatan Diri
3. MASALAH KEPERAWATAN
1. Defisit Perawatan Diri : Mandi
2. Defisit Perawatan Diri : Berpakaian
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
1. Defisit Perawatan Diri : Mandi berhubungan dengan skizofrenia
ditandai dengan penurunan motivasi kebersihan diri, pasien malas
mandi dan mengatakan ia mandi satu kali dalam dua hari. Pasien
tampak kotor dan berbau, rambut acak-acakan dan berketombe, kulit
kotor dan berdaki, kuku kotor dan panjang. Pasien harus dipaksa
mandi dan diarahkan oleh perawat.
2. Defisit Perawatan Diri : Berpakaian berhubungan dengan kendala
lingkungan ditandai dengan pasien tidak memiliki pakaian ganti dan
pasien mengatakan sudah tiga hari tidak mengganti pakaian. Pasien
tampak kotor dan tidak rapi, kancing baju tidak sesuai, pasien
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Hari /
tanggal No.
Dx Perencanaan Keperawatan
Selasa,
19 Mei
2015
1 Tujuan dan Kriteria Hasil berdasarkan:
NOC : Self care / Bantuan perawatan diri
- Menunjukkan kemampuan perawatan diri atau aktivitas
sehari- hari secara mandiri dan klien terbebas dari bau
badan.
- Mampu menunjukkan dalam kebersihan pribadi terutama
mandi.
- Mampu menyediakan peralatan mandi pribadi yang
diinginkan.
- Menyebutkan perasaan nyaman dan kepuasan yang
berhubungan dengan kebersihan tubuh
- Klien menunjukkan indikator keberhasilan dengan skala
4 : sering menunjukkan keberhasilan
Rencana Tindakan Rasional
(Self care : bathing / Bantuan
perawatan diri : mandi)
1. Bina hubungan saling
percaya dengan pasien.
2. Pantau kebersihan diri pasien
dan perawatan diri.
3. Fasilitasi pasien untuk mandi
secara mandiri.
4. Bantu pasien dalam
kebersihan badan, mulut,
rambut, dan kuku.
4. Mengarahkan pasien
5. Tingkatkan motivasi klien
dalam kebersihan badan,
mulut, rambut, dan kuku.
5. Meningkatkan
Dx Rencana Keperawatan
Selasa,
21 Mei
2015
2 Tujuan dan Kriteria Hasil berdasarkan :
NOC : Self care / Bantuan perawatan diri
- Menunjukkan kemampuan perawatan diri atau aktivitas
sehari- hari secara mandiri dan klien berpenampilan baik,
bersih dan rapi.
- Mampu menunjukkan dalam perawatan diri berpakaian, dan
menyisir rambut.
- Mampu menyediakan peralatan untuk berpakaian dan
berdandan pribadi yang diinginkan.
- Klien menunjukkan indikator keberhasilan dengan skala 4 :
sering menunjukkan keberhasilan.
Rencana Tindakan Rasional
(Self care : Dressing / Bantuan
perawatan diri :
Berpakaian/Berdandan)
1. Pantau penampilan pasien dan
perawatan diri.
2. Bantu pasien menyediakan
pakaian yang diinginkan.
3. Bantu klien cara berpakaian dan
berdandan yang benar.
4. Tingkatkan motivasi klien untuk
1. Mengetahui
kemampuan klien
dalam perawatan diri
berpakaian dan berdandan yang
Dx Pukul Implementasi Keperawatan Evaluasi
Rabu,
20 Mei
2015
1 08.30 -
09.30
Self care : bathing / Bantuan
perawatan diri : mandi
1. Membina hubungan saling
percaya dengan pasien
dengan cara mendekatkan
diri dengan pasien
sehinggan dapat melakukan
perawatan diri .
2. Memantau kebersihan diri
pasien dan perawatan diri
dengan cara mengajak
pasien untuk mandi setiap
hari.
3. Memfasilitasi pasien untuk
mandi secara mandiri
dengan cara menyediakan
perlengkapan mandi seperti
sabun, sikat gigi, odol.
4. Membantu pasien dalam
kebersihan badan, mulut
dan kuku dengan cara
mengajarkan cara
membersihkan tubuh,
menggunting kuku, dan
5. Meningkatkan motivasi
pasien dalam kebersihan
badan, mulut, rambut, dan
kuku.
6. Melakukan pendidikan
kesehatan mengenai
pentingnya kebersihan diri,
pola kebersihan dan cara
Dx Pukul Implementasi Keperawatan
Evaluasi
1. Memantau penampilan
pasien dan perawatan diri
dengan cara mengajari
pasien untuk memakai
pakaian yang sesuai.
2. Membantu pasien
menyediakan pakaian yang
diinginkan.
3. Meningkatkan Motivasi
pasien untuk berpakaian
dan berdandan yang benar.
4. Membantu pasien cara
berpakaian dan berdandan
yang benar.
5. Melakukan pendidikan S :
Pasien mengatakan
merasa senang dan
kesehatan mengenai
manfaat berpakaian dan
berdandan yang baik.
ndan.
- Pasien dapat
berpakaian rapi
jika diarahkan
oleh perawat.
- Pasien mulai
kooperatif
A :
Pasien sudah bisa
berpakaian
dengan rapi
masalah
teratasi
P :
Pasien belum bisa
berdandan
Intervensi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. J dengan
masalah Defisit Perawatan Diri di Rumah sakit Prof. Dr. Muhammad Idlem
Provinsi Sumatera Utara Medan, khususnya di ruangan Pusuk Buhit yang
dilakukan pada tanggal 18 Mei sampai 22 Mei 2015, maka penulis mendapatkan
data sebagai berikut : pasien malas untuk merawat diri, penampilan tidak rapi, bau
badan, kulit berdaki, rambut acak-acakan dan berketombe, gigi kotor dan bau, seta
kuku panjang. Dari data tersebut penulis menyimpulkan bahwa pasien mengalami
defisit perawatan diri.
Setelah penulis melakukan pengkajian, intervensi dan implementasi,
hasilnya masalah keperawatan dengan defisit perawatan diri pada Tn. J dihentikan
karena ia sudah mau melakukan perawatan diri. Walaupun demikian perawat
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis simpulkan adalah sebagai berikut :
1. Bagi rumah sakit
Agar perawat lebih mengoptimalkan dalam memberikan pelayanan
terhadap kebutuhan dasar perawatan diri sehingga dapat mencegah
dampak dari masalah kebutuhan dasar perawatan diri yang lebih buruk.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Agar lebih meningkatkan penerapan dan pengajaran asuhan
keperawatan pada mahasiswa, meningkatkan ilmu pengetahuan dan
memberikan keterampilan yang lebih kepada mahasiswa dan
menambah referensi tentang pemenuhan kebutuhan dasar perawatan
diri.
3. Bagi Klien
Dengan adanya bimbingan dan bantuan asuhan yang dilakukan oleh
perawat, diharapakan dapat meningkatkan kenyamanan dan kesehatan
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No.
Dx Hari / tanggal Pukul Tindakan Keperawatan
1 Kamis, 21 Mei
2015
09.00
-09.30
Perawatan diri : mandi
1. Membina hubungan saling percaya
dengan klien.
2. Memantau kebersihan diri klien
dan perawatan diri.
3. Memfasilitasi klien untuk mandi
secara mandiri.
4. Mengajarkan klien cara melakukan
kebersihan badan, mulut rambut,
dan kuku.
5. Meningkatkan motivasi klien
dalam kebersihan badan, mulut,
rambut, dan kuku.
6. Melakukan pendidikan kesehatan
mengenai pentingnya kebersihan
diri, pola kebersihan dan cara
kebersihan diri.
S :
Klien mengatakan kalau mandi badan
jadi segar
O :
- Klien telihat rileks dan segar
- Klien tidak lagi dipaksa untuk
mandi
A : Masalah teratasi sebagian
No.
Dx
Hari /
tanggal Pukul Tindakan Keperawatan
2 Kamis, 21
Mei 2015
11.00 -
11.30
Perawatan diri : Berpakaian
1. Memantau penampilan klien
2. Memfasilitasi klien untuk mandi secara
mandiri.
3. Mengajarkan klien cara melakukan
kebersihan badan, mulut rambut, dan
kuku.
4. Meningkatkan Motivasi klien untuk
berpakaian dan berdandan yang benar
5. Membantu klien cara berpakaian dan
berdandan yang benar.
6. Melakukan pendidikan kesehatan
mengenai manfaat berpakaian dan
berdandan yang baik.
S : Klien mengatakan kalau berpakaian
rapi jadi nyaman.
O : Klien tampak senang dan lebih segar
A : Masalah teratasi sebagian
No.
Dx Hari / tanggal Pukul Tindakan Keperawatan
1. Jumat, 22 Mei
2015
09.00 – 09.30
1. Memantau kebersihan diri dan
perawatan diri klien.
2. Memfasilitasi klien untuk mandi
secara mandiri
3. Mengevaluasi kemampuan klien
dalam perawatan diri : mandi
S : Klien mengatakan bahwa kalau
mandi badan menjadi bersih dan
segar
O:
- Klien tampak bersih
- Klien mandi tanpa dipaksa oleh
perawat.
A : Masalah teratasi sebagian
No.
Dx
Hari /
tanggal Pukul Tindakan Keperawatan
2. Jumat, 22
Mei 2015
09.30 – 10.00 1. Memantau penampilan klien
2. Memfasilitasi klien untuk berpakaian
dan berdandan secara mandiri
3. Mengevaluasi kemampuan klien
dalam perawatan diri : berpakaian dan
berdandan.
S : Klien mengatakan merasa nyaman
setelah berpakaian rapi.
O : Klien tampak rapi dan bersih
A : Masalah teratasi