• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Jumlah Produksi Optimal dengan Pendekatan Dynamic Programming di PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Jumlah Produksi Optimal dengan Pendekatan Dynamic Programming di PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN JUMLAH PRODUKSI OPTIMAL DENGAN

PENDEKATAN DYNAMIC PROGRAMMING

DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh

DENNY AFRIANDI PANGGABEAN 090423015

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi minyak kelapa sawit. Selain berproduksi untuk memenuhi permintaan dalam negeri perusahaan juga telah mengekspansi pasarnya untuk memenuhi kebutuhan luar negeri. Perusahaan menerapkan sistem make to stock dalam menjalankan strategi produksinya dengan tujuan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan pasar. Di pabrik PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat masih sering mengalami kekurangan bahan baku yang dipengaruhi oleh masa panen dan pabrik akan berhenti beroperasi pada saat bahan baku sudah tidak tersedia. Hal ini tentunya dapat menyebabkan kapasitas pabrik berada dalam keadaan idle, dan merupakan kerugian bagi perusahaan dimana pabrik tetap mengeluarkan biaya-biaya selama proses produksi tersebut. Untuk itu perusahaan memerlukan perencanaan produksi yang baik agar tetap mendapatkan hasil yang optimal selama terjadinya permasalahan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat produksi yang optimal dengan meminisasi biaya guna mendapatkan keuntungan yang maksimal di Pabrik PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat dengan menggunakan program dinamik (dynamic programming) yaitu suatu pendekatan matematis yang digunakan untuk pengambilan keputusan dan terdiri dari banyak tahap (multistage) dalam rencana produksi digunakan metode backward recursive yang menyelesaikan persoalan dari tahap akhir ke tahap awal.

Hasil penelitian menunjukan rencana produksi aktual perusahaan di tahun 2012 menghasilkan total biaya produksi sebesar Rp. 140.127.386.868 dengan memproduksi 25.803 ton CPO, sementara dengan dynamic programming didapatkan total biaya produksi sebesar Rp. 130.251.012.068 dengan memproduksi 25830 ton CPO. Terlihat bahwa pada biaya produksi perusahaan masih lebih besar dibandingkan dengan menggunakan dynamic programming yang disebabkan oleh besarnya produksi overtime perusahaan. Dari hasil perbandinan didapatkan metode penelitian memberikan penghematan biaya sebesar 7,05%.

Keywords: Perencanaan Produksi, Dynamic Programming, Optimisasi Produksi.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan pengetahun dan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaiakan tugas sarjana yang berjudul ”Penentuan Jumlah Produksi Optimal dengan Pendekatan Dynamic Programming di PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat”

Tugas sarjana ini dibuat sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi agar memperoleh gelar Sarjana Teknik Ekstensi pada Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam Penulisan Tugas sarjana ini, penulis telah berusaha untuk memberi yang terbaik. Namun, penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini masih memiliki kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk lebih menyempurnakan Tugas sarjana ini. Semoga Tugas Sarjana ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Universitas Sumatera Utara, Medan, Juli 2013

(8)

UCAPAN TERIMAKASIH

Laporan ini tidak akan pernah terwujud tanpa berkah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi sumber pengetahuan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang sangat penulis kasihi dan sayangi. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini yaitu kepada :

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT, selaku ketua Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Mangara M.Tambunan, MSc & Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT selaku koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Elisabeth Ginting, MSi selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan kontribusi yang bermanfaat demi terselesaikannya penelitian ini. 4. Ibu Tuti Sarma Sinaga, ST, MT selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

memberikan kontribusi yang bermanfaat demi terselesaikannya penelitian ini. 5. Bapak Pimpinan PTPN IV yang telah memberikan izin untuk mengadakan

penelitian di Pabrik PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

(9)

7. Seluruh keluarga yang telah mendukung dan mendoakan studi saya.

8. Seluruh teman–teman saya Ekstensi angkatan 2009 yang telah banyak memberikan bantuan sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.

Walapun penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari akan kekurangan diri sendiri. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran-saran dan kritikikan yang membuat penelitian ini menjadi lebih baik.

(10)

D A F T A R I S I

BAB Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pemasalahan ... I-1 1.2. Rumusan Permasalahan. ... I-3 1.3. Tujuan dan Manfaat ... I-3 1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-4 1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Umum Perusahaan ... II-1 2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-1

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman

2.3. Lokasi Perusahaan ... II-2 2.4. Daerah Pemasaran ... II-2 2.5. Dampak Ekonomi, Sosial dan Budaya ... II-3 2.6. Organisasi dan Manajemen ... II-5 2.7. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-7 2.8. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-7 2.9. Sistem Pengupahan dan Fasilitas lainnya ... II-8 2.10. Proses Produksi ... II-10 2.10.1. Bahan yang Digunakan ... II-10 2.10.2.Uraian Proses Produksi ... II-12

III LANDASAN TEORI

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman

3.2. Dynamic Programming ... III-14 3.2.1. Pengertian tentang Dynamic Programming ... III-14 3.2.2. Karakteristik Permasalahan Dynamic Programming ... III-16 3.2.3. Konsep dasar dalam Dynamic Programming ... III-17 3.2.4. Metode Dynamic Programming dalam Perencanaan

Produksi ... III-18

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Jenis Penelitian ... IV-1 4.3. Variabel Penelitian ... IV-1 4.4. Tahapan Penelitian ... IV-2

4.4.1. Identifikasi Masalah, Penetapan Tujuan dan Manfaat

Penelitian ... IV-4 4.4.2. Studi Pendahuluan ... IV-4 4.4.3. Pengumpulan Data ... IV-4 4.4.4. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-5 4.4.5. Pengolahan Data ... IV-7 4.4.6. Analisis Pemecahan Masalah ... IV-9 4.4.7. Kesimpulan dan Saran ... IV-10

(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB Halaman

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.2. Pengolahan Data ... V-4 5.2.1. Perhitungan Upah Tenaga Kerja... V-5 5.2.2. Perhitungan Biaya Produksi dan Biaya Simpan ... V-6 5.2.3. Perhitungan Kapasitas Tersedia... V-7 5.2.4. Pemecahan Masalah dengan Menggunakan Metode

Dynamic Programing ... V-8

VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Model Matematis ... VI-1 6.2. Analisis Perbandingan Kondisi Aktual Terhadap

Dynamic Programming ... VI-1

VII KESIMPULAN DAN SARAN

(14)

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

2.1. Jumlah Tenaga Kerja ... II-7 5.1. Data Permintaan CPO Januari 2012 s/d Desember 2012 ... V-1 5.2. Data Jumlah Hari Kerja Januari 2012 s/d Desember 2012 ... V-2 5.3. Data Pemakaian Listrik Januari 2012 s/d Desember 2012. ... V-3 5.4. Data Biaya Bahan Baku Januari 2012 s/d Desember 2012 ... V-4 5.5. Total Perhitungan Biaya Bahan dan Listrik... V-6 5.6. Perhitungan Total Biaya Produksi Berdasarkan Bahan dan

Listrik Aktual Tahun 2012 ... V-7 5.7. Data Kapasitas Tersedia ... V-8 5.8. Fungsi Rekursif ... V-10 5.9. Biaya Produksi dengan Dynamic Programming

Desember 2012 ... V-12 5.10.Biaya Produksi dengan Dynamic Programming

November 2012 ... V-14 5.11.Biaya Produksi dengan Dynamic Programming

Oktober 2012 ... V-16 5.12.Biaya Produksi dengan Dynamic Programming

September 2012 ... V-18 5.13.Biaya Produksi dengan Dynamic Programming

Agustus 2012 ... V-20

(15)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL Halaman

5.14.Biaya Produksi dengan Dynamic Programming

Juli 2012 ... V-22 5.15.Biaya Produksi dengan Dynamic Programming

Juni 2012 ... V-24 5.16.Biaya Produksi dengan Dynamic Programming

Mei 2012 ... V-26 5.17.Biaya Produksi dengan Dynamic Programming

April 2012 ... V-28 5.18.Biaya Produksi dengan Dynamic Programming

Maret 2012 ... V-30 5.19.Biaya Produksi dengan Dynamic Programming

Februari 2012 ... V-32 5.20.Biaya Produksi dengan Dynamic Programming

(16)

D A F T A R G A M B A R

GAMBAR Halaman

2.1. Struktur Organisasi PTP. Nusantara IV Unit Usaha

Sawit Langkat ... II-6 2.2. Diagram Proses pada Fruit Reception ... II-14 3.1. Hubungan Perencanaan dan Pengendalian dalam Sistem

Produksi ... III-1 4.1. Metodologi Penelitian. ... IV-3 4.2. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-6 4.3. Pemecahan Masalah dengan Metode Dynamic Programming ... IV-8 4.4. Block Diagram Pengolahan Data dengan Menggunakan

Metode Dynamic Programming ... IV-9 5.1. Model Pemograman Dinamis ... V-9

(17)

ABSTRAK

PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi minyak kelapa sawit. Selain berproduksi untuk memenuhi permintaan dalam negeri perusahaan juga telah mengekspansi pasarnya untuk memenuhi kebutuhan luar negeri. Perusahaan menerapkan sistem make to stock dalam menjalankan strategi produksinya dengan tujuan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan pasar. Di pabrik PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat masih sering mengalami kekurangan bahan baku yang dipengaruhi oleh masa panen dan pabrik akan berhenti beroperasi pada saat bahan baku sudah tidak tersedia. Hal ini tentunya dapat menyebabkan kapasitas pabrik berada dalam keadaan idle, dan merupakan kerugian bagi perusahaan dimana pabrik tetap mengeluarkan biaya-biaya selama proses produksi tersebut. Untuk itu perusahaan memerlukan perencanaan produksi yang baik agar tetap mendapatkan hasil yang optimal selama terjadinya permasalahan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat produksi yang optimal dengan meminisasi biaya guna mendapatkan keuntungan yang maksimal di Pabrik PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat dengan menggunakan program dinamik (dynamic programming) yaitu suatu pendekatan matematis yang digunakan untuk pengambilan keputusan dan terdiri dari banyak tahap (multistage) dalam rencana produksi digunakan metode backward recursive yang menyelesaikan persoalan dari tahap akhir ke tahap awal.

Hasil penelitian menunjukan rencana produksi aktual perusahaan di tahun 2012 menghasilkan total biaya produksi sebesar Rp. 140.127.386.868 dengan memproduksi 25.803 ton CPO, sementara dengan dynamic programming didapatkan total biaya produksi sebesar Rp. 130.251.012.068 dengan memproduksi 25830 ton CPO. Terlihat bahwa pada biaya produksi perusahaan masih lebih besar dibandingkan dengan menggunakan dynamic programming yang disebabkan oleh besarnya produksi overtime perusahaan. Dari hasil perbandinan didapatkan metode penelitian memberikan penghematan biaya sebesar 7,05%.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan

Di era globalisasi seperti sekarang ini, persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut industri-industri di bidang manufaktur maupun jasa untuk meningkatkan strategi bisnisnya. Strategi bisnis yang lama belum tentu berhasil bila tetap diterapkan dimasa sekarang sehingga perlu dikaji secara terus menerus kinerjanya. Untuk itu Industri-industri diharapkan mampu memahami sistem perencanaan produksi yang baik dan diharapkan mampu untuk terus meningkatkan efisiensi serta kemampuan untuk menghasilkan produk yang bermutu guna memenuhi pasar dan konsumen.

PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi minyak kelapa sawit. Selain berproduksi untuk memenuhi permintaan dalam negeri perusahaan juga telah mengekspansi pasarnya untuk memenuhi kebutuhan luar negeri. Pencapaian ini tentu tidak terlepas dari kualitas baik produk yang dihasilkan. Teknologi yang digunakan dalam produksi umumnya menggunakan mesin-mesin dan alat bantu kerja operator.

Perusahaan menerapkan sistem make to stock dalam menjalankan strategi produksinya dengan tujuan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan pasar. Selama ini PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat belum memiliki perencanaan yang khusus untuk menjalankan produksinya dan hanya berpatokan kepada

(19)

produksi lembur saja untuk memenuhi seluruh permintaan, tentunya hal tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan dimana pabrik akan mengeluarkan biaya lebih pada saat berproduksi pada jam lembur Untuk itu perusahaan perlu mengkaji kembali perencanaan produksi yang baik agar perusahaan dapat berproduksi secara efektif dan efisien untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Melihat dari identifikasi gejala masalah yang ada maka dalam penelitian akan diterapkan metode dynamic programming untuk mengatasi permasalahan yang terlihat diperusahaan. Dynamic programming adalah teknik matematis yang digunakan untuk pengambilan keputusan yang terdiri dari banyak tahap (multistage). Dengan kata lain, awalnya program dinamis membagi masalah asli

ke dalam sub-sub masalah kemudian menentukan solusi optimal masalah asli dengan pemecahan rekursif sub-sub masalah. Kelebihan metode Dynamic programing dibandingkan dengan metode optimasi lainnya adalah memiliki lebih

dari satu rangkaian keputusan. Penerapan metode dynamic programming telah mampu menyelesaikan aneka masalah serupa seperti yang dilakukan oleh Noviani Handayani Simanjuntak di perusahaan Turangie Oil Mill menyatakan penelitian dengan teknik dynamic programming menghasilkan rata-rata jumlah produksi optimal CPO sebesar 5.731.020 kg, lebih optimal sebesar 33 % dari jumlah produksi berdasarkan pola produksi perusahaan.

(20)

1.2. Rumusan Permasalahan

Permasalahan pokok yang menjadi fokus pembahasan dalam penelitian adalah kurang baiknya sistem perencanaan produksi perusahaan sehingga terjadi penyimpangan antara jumlah produksi dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian adalah menentukan jumlah produksi yang optimal dengan meminisasi biaya guna mendapatkan keuntungan yang maksimal di PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat dengan menggunakan metode dynamic programming.

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian adalah: - Bagi perusahaan

Sebagai masukan dalam perbaikan metode perencanaan produksi khususnya dengan menggunakan metode Dynamic programming

- Bagi mahasiswa

Memberikan pengalaman yang berharga dalam membuat perencanaan produksi dengan memanfaatkan data aktual

- Bagi universitas

Menjadi tambahan literatur yang dapat dijadikan referensi bagi semua pihak yang ingin mendalami perencanaan produksi dengan metode Dynamic Programming.

(21)

1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian dilakukan hanya pada bagian produksi di PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat.

2. Produk yang akan dianalisis adalah CPO.

3. Jangka waktu produksi dibatasi ke dalam 12 periode

4. Variabel biaya yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam penelitian ini adalah biaya penyimpanan produk, biaya listrik, biaya bahan baku, dan upah tenaga.

5. Tidak menggunakan peramalan permintaan hanya menggunakan data permntaan di tahun yang sama untuk merencanakan produksi di tahun 2012. 6. Tidak Membahas Biaya Overhead

Sedangkan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tidak ada perubahan fasilitas produksi pada saat penelitian dilakukan.

2. Proses produksi berlangsung secara normal dan tidak ada gangguan atau perubahan urutan operasi yang mempengaruhi jalannya proses produksi.

3. Mesin dan peralatan yang dipakai selama proses penelitian dapat berfungsi dengan baik.

(22)

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan latar belakang yang menjadi permasalahan dalam penelitian, merumuskan permasalahan yang terjadi, menetukan tujuan dan manfaat penelitian, dan menentukan batasan-batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menguraikan secara singkat sejarah perusahaan yang menjadi objek penelitian, jenis produk dan spesifikasinya, bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan yang digunakan dalam menunjang proses produksi, serta organisasi dan manajemen perusahaan.

BAB III LANDASAN TEORI

Berisikan teori-teori yang digunakan dalam proses penelitian seperti teori tentang perencanaan produksi, dynamic programming dan tinjauan-tinjauan kepustakaan yang lainnya dan dapat digunakan sebagai landasan dalam pembahasan serta pemecahan masalah penelitian.

(23)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Menguraikan tahap-tahap yang dilakukan penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi penentuan lokasi penelitian, objek penelitian, kerangka konseptual, variabel penelitian, serta langkah-langkah penelitian meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis pemecahan masalah sampai kesimpulan dan saran.

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Mengindetifikasi keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh dari perusahaan, baik data primer maupun data sekunder diidentifikasi sebagai bahan untuk melakukan pengolahan data yang digunakan sebagai dasar pemecahan masalah.

BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Menganalisis hasil dari pengolahan data untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan yang dibutuhkan perusahaan serta membandingkan hasil antara pengolahan dengan metode dynamic programming dan kondisi nyata perusahaan.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

(24)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Umum Perusahaan

Unit Usaha Sawit Langkat (disingkat SAL) mulai berdiri pada tanggal 01 Agustus 1974 sebagai salah satu Unit Usaha dari PTP.VIII yang bergerak dalam pengolahan hasil hutan (LOG) karena mengalami kerugian maka pada tahun 1979 di konversi menjadi kebun kelapa sawit .Tahun 1996 Unit Usaha Sawit Langkat menjadi salah satu dari 37 Unit kerja PTP. Nusantara - IV (hasil gabungan PTP. VI,VII,VIII). yang bergerak dalam pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit (karnel) dan perkebunan kelapa sawit. Unit

usaha sawit langkat terdiri dari delapan afdeling perkebunan dan pabrik pengolahannya berada di afdeling II.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PTP. Nusantara IV Unit Usaha Sawit Langkat adalah perusahaan industri yang bergerak dibidang pengolahanCrude Palm Oil (CPO) dan Kernel dari bahan tandan buah segar (TBS). Sejak tahun 1968 perusahaan ini menjalankan dan melaksanakan operasinya dalam menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel untuk memenuhi kebutuhan perusahaan lain yang mengolah Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel menjadi bahan jadi.

Selain Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK), industri ini juga menghasilkan limbah produksi, yakni limbah padat (tandan kosong, dan abu) yang

(25)

telah digunakan sebagai pupuk kompos pada lahan perkebunan, limbah cair (sluge dari sluge separator, air sisa sterilisasi dan proses penyulingan) digunakan sebagai pupuk yang dialirkan kelahan perkebunan, dan menyebabkan polusi udara namun sudah dikendalikan dengan memasang cerobong asap.

2.3. Lokasi Perusahaan

PTP. Nusantara IV Unit Usaha Sawit Langkat terletak di Desa Banjaran Raya (Desa Pemekaran pada tahun 2009) Kec.Padang Tualang, Kab. Langkat, ± 80 km dari Ibu kota Propinsi Sumatera Utara. Dengan kondisi topografi datar ± 38%, bergelombang 29% dan berbukit 33%, Sawit Langkat berada pada ketinggian ± 100 meter dari permukaan laut dengan jenis tanah Podsolik merah kuning.

Adapun iktisar luas Areal dari perkebunan Unit Usaha SawitLangkat adalah sebagai berikut :

1. Tanaman menghasilkan seluas 1.547 Ha. 2. Tanaman belum menghasilkan seluas 2.132 Ha. 3. Tanaman ulang seluas 1.092 Ha .

4. Bibitan seluas 13 Ha.

2.4. Daerah Pemasaran

(26)

Produk barang industri adalah produk yang hasilnya tidak dikonsumsi langsung oleh konsumen. Produk jenis ini diproduksi untuk diolah lagi oleh perusahaan lain yang membutuhkannya, untuk diolah menjadi bentuk lain yang bisa menambah nilai jualnya, atau dengan kata lain produk yang dihasilkan berupa bahan setengah jadi.

PTP. Nusantara IV Unit Usaha Sawit Langkat termasuk ke dalam perusahaan yang memproduksi barang industri oleh karena produk yang dihasilkan berupa Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel, tidak dikonsumsi langsung oleh konsumen. Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel ini masih harus diolah lagi oleh perusahaan yang lain sebagai bahan lain untuk membuat produk-produk lain seperti minyak goreng, mentega, biodiesel, dan lain-lain. Hasil produksi Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel seluruhnya dipasarkan oleh distributor dengan sistem

pemenangan tender dan pemasaran tersebut diatur oleh kantor direksi PTP.Nusantara IV yang berada di kota Medan.

Didalam memasarkan produknya, PTP. Nusantara IV mengadakan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang berkaitan, yakni yang mengolah Crude Palm Oil (CPO) dan Kernel menjadi produk-produk jadi seperti minyak

goreng, mentega, sabun, dan lain-lain.

2.5. Dampak Ekonomi, Sosial dan Budaya

Didirikannya PTP. Nusantara IV Unit Usaha Sawit Langkat secara tidak langsung telah banyak memberikan dampak positif bagi lingkungan masyarakat di

(27)

sekitar pabrik, baik di luar lingkungan pabrik apalagi yang berada di dalam lingkungan pabrik. Dampak sosial itu dapat dilihat sebagai berikut :

1. Keberadaan PTP. Nusantara IV Unit Usaha Sawit langkat ini turut berperan dalam peningkatan taraf ekonomi dan sosial budaya penduduk sekitar lokasi pabrik. Karyawan yang bekerja di pabrik tersebut pada umumnya berasal dari masyarakat setempat, sehingga secara tidak langsung perusahaan ini sudah menambah lapangan pekerjaan untuk menekan tingkat pengangguran.

2. Perusahaan juga menyediakan beberapa sarana umum untuk karyawan sekitar lokasi pabrik berupa :

a. Sarana Kesehatan. b. Sarana Ibadah. c. Sarana Olahraga.

Selain itu PTP. Nusantara IV Unit Uasaha Sawit Langkat juga memberikan pelayanan kepada karyawannya sesuai dengan yang ditetapkan pemerintah, seperti :

a. Memberikan asuransi kepada seluruh karyawan.

(28)

2.6. Organisasi dan Manajemen

Struktur organisasi bagi suatu perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan dan memperlancar jalannya roda perusahaan. Pendistribusian tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungannya satu sama lain dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para pegawai dan karyawan akan mengetahui dengan jalas apa tugasnya, dari mana ia mendapatkan perintah dan kepada siapa ia harus bertanggung jawab.

Adapun struktur organisasi yang diterapkan di PTPN IV Unit Usaha Sawit

Langkat adalah struktur organisasi lini fungsional karena wewenang dari pimpinan tertinggi di limpahkan kepada kepala bagian dibawahnya yang mempunyai kehlian tertentu, serta sebagian dilimpahkan kepada pejabat fungsional yang koordinasinya tetap diserahkan kepada kepala bagian. Gambaran struktur organisasi yang ada pada PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat dapat

dilihat pada Gambar 2.1.

(29)
(30)

2.7. Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

Uraian tugas, tanggung jawab,serta wewenang dari masing-masing jabatan pada PTP. Nusantara IV Unit Usaha Sawit Langkat dapat dilihat pada lampiran 1.

2.8. Jumlah Tenaga Kerja dan Jam Kerja

PTP. Nusantara IV Unit Usaha Sawit Langkat menggunakan tenaga kerja yang diangkat untuk menduduki jabatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan mematuhi peraturan yang berlaku di perusahaan.Adapun jumlah tenaga kerja di PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja

No Nama Kedudukan Jumlah Tenaga kerja

(31)

Jam kerja di PTP. Nusantara IV Unit Usaha Sawit Langkat dibagi atas: 1. Kantor

- Senin –Sabtu,07.00 – 14.30 2. Produksi

- Shift 1 : Senin –Sabtu, 07.00 – 15.00 - Shift 2 : Senin –Sabtu, 15.00 – 23.00 3. Keamanan

- Shift 1 : Senin –Sabtu, 07.00 – 15.00 - Shift 2 : Senin –Sabtu, 15.00 – 23.00 - Shift 3 : Senin –Sabtu, 23.00 – 07.00

2.9. Sistem Pengupahan dan Fasilitas Lainnya

Penghargaan terhadap hasil kerja karyawan diwujudkan dengan memberikan fasilitas-fasilitas yang dapat menjamin kesejahteraan karyawan dan keluarganya dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan karyawan dan meningkatkan produktivitas kerja.

PTP. Nusantara IV Unit Usaha Sawit Langkat berusaha sedapat mungkin meningkatkan upah karyawan. Pedoman yang diikuti adalah kebijakan tentang upah minimum perubahan sektoral (UMPS) yang telah ditetapkan pemerintah yaitu sebesar Rp. 1.800.000/bulan, dengan upah kerja/jam sebesar Rp.8670.-/jam.

Sistem pengupahan yang dilakukan perusahaan ini adalah sebagai berikut: a. Pembayaran upah dilakukan dua kali sebulan dengan sistem pinjaman pada

(32)

b. Upah lembur yang diberikan: i. Hari biasa

1. Untuk satu jam kerja lembur I dibayar 1,5 x upah/jam. 2. Untuk jam kerja lembur berikutnya dibayar 2 x upah/jam. ii. Hari istirahat mingguan /libur resmi :

1. Untuk waktu kerja 6 hari kerja/40 jam seminggu : - 7 jam pertama dibayar 2x upah sejam

- Jam ke-8 dibayar 3 x upah sejam

- Jam ke-9 dan ke-10 dibayar 4x upah sejam. 2. Jika hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek :

- 5 jam pertama dibayar 2x upah sejam. - Jam ke-6 dibayar 3x upah sejam

- Jam ke-7 dan ke-8 dibayar 4x upah sejam iii. Untuk waktu 5 hari kerja/40 jam seminggu :

1. Hari istirahat mingguan/ hari libur resmi 2. 8 jam pertama dibayar 2x upah sejam 3. Jam ke-9 dibayar 3x upah sejam

4. Jam ke-10 dan ke-11 dibayar 4x upah sejam

c. Upah yang diberikan merupakan gaji pokok, tunjangan, upah lembur, dan di dalamnya termasuk uang makan dan transportasi.

Salah satu hal yang mempengaruhi produktifitas tenaga kerja adalah pelayanan kesejahteraan karyawan yang baik, dan untuk itu perusahaan menyediakan fasititas-fasilitas maupun jaminan sosial sebagai berikut :

(33)

1. Sarana Kesehatan

Berupa poliklinik yang ada di pabrik, dimana karyawan dapat memperoleh pengobatan secara cuma-cuma.

2. Asuransi dan Tunjangan-Tunjangan

Asuransi yang diberikan perusahaan adalah asuransi tenaga kerja dan tunjangan-tunjangan yang diberikan adalah Tunjangan Hari Raya, Tunjangan Jabatan, dan Tunjangan Prestasi Kerja.

3. Sarana Ibadah

Perusahaan menyediakan sarana tempat ibadah berupa Mushalla yang ada di dekat lokasi pabrik.

2.10. Proses Produksi

(34)

Proses produksi yang terdapat di Pabrik Kelapa Sawit PTP. Nusantra IV Unit Usaha Sawit langkat adalah melakukan Pengolahan terhadap Tandan Buah Segar (TBS) untuk memperoleh minyak sawit (Crude Palm Oil) dan inti sawit (karnel). Untuk mendapat kualitas/mutu minyak yang baik bermula dari lapangan, sedangkan proses pengolahan di pabrik hanya dapat menekan sekecil mungkin perubahan/penurunan kualitas dan kehilangan (losis) selama proses. Pabrik tidak dapat memproduksi minyak lebih dari apa yang dikandung TBS.

Dalam pengolahan tandan buah sawit ini menghasilkan dua jenis produk, yaitu : Minyak Sawit (Crude Palm Oil) dari hasil olahan daging buah dan Inti Sawit (Palm Kernel) yaitu inti yang dihasilkan dari pengolahan biji (Nut).

Selain itu hasil sampingan dari proses pengolahan sawit ini yang dapat menghasilkan produk lagi, yaitu kompos yang dihasilkan dari tandan kosong dan limbah cair yang dihasikan dari proses pengolahan. Sedangkan dari hasil proses pengolahan yang tidak dapat dijadikan produk yaitu cangkang dan fibre dipergunakan untuk bahan bakar boiler.

2.10.1. Bahan yang Digunakan

Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi pada pabrik kelapa sawit PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat adalah tandan buah segar (TBS) yang diperoleh dari kebun kelapa sawit milik PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat dan dari pihak ketiga. Bahan baku yang diolah di PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat adalah berasal dari jenis tenera (persilangan dari varietas Dura dengan Pesifera). Hasil persilangan ini diharapkan akan lebih baik. Dura memiliki cangkang yang

(35)

lebih besar tetapi serabut relatif tipis sedangkan Psifera mempunyai cangkang yang kecil/tipis tetapi serabutnya tebal.

Dengan persilangan diperoleh bibit yang menghasilkan buah seperti yang diharapkan yaitu buah dengan serat yang tebal, cangkang yang tipis, dan inti yang besar. Waktu berproduksi juga lebih cepat yaitu 2,5 tahun sampai 3 tahun dibandingkan dengan varietas lain yang mencapai 3 – 4 tahun.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengutipan/pemotongan tandan buah sawit agar mutu pengolahan diperoleh yang lebih baik, yaitu :

1. Menghindarkan pemotongan tandan buah mentah. 2. Menghindarkan pemotongan tandan buah busuk. 3. Mengangkut TBS secepatnya ke pabrik.

4. Mengusahakan sedemikian rupa agar buah tidak rusak sampai di pabrik.

2.10.2. Uraian Proses Produksi

(36)

Blok diagram uraian proses produksi pengolahan kelapa sawit di PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat dapat di lihat pada gambar 2.4 berikut ini.

Gambar 2.2. Blok Diagram Uraian Proses Produk

(37)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Perencanaan Produksi

3.1.1. Definisi Perencanaan Produksi1

1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana strategis perusahaan.

Perencanaan produksi adalah pernyataan rencana produksi kedalam bentuk agregrat. Perencanaan produksi ini merupakan alat komunikasi antara manajemen teras (top management) dan manajemen produksi. Disamping itu juga perencanaan produksi merupakan pegangan untuk merancang Jadwal Induk Produksi. Beberapa fungsi lain perencanaan produksi:

2. Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi.

3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi.

4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat penyesuaian.

5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan rencana startegis

6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan Jadwal Induk Produksi.

Perencanaan produksi akan mudah dibuat bila tingkat permintaan bersifat konstan atau bila waktu produksi tidak menjadi kendala. Tetapi kedua kondisi ini

(38)

jarang terjadi dalam keadaan sebenarnya, dimana secara nyata tingkat permintaan akan berfluktuasi dan perusahaan selalu dibatasi oleh tanggal waktu penyerahan. Perencanaan yang tidak tepat dapat mengakibatkan tinggi/rendahnya tingkat persediaan, sehingga mengakibatkan peningkatan ongkos simpan/ongkos kehabisan persediaan. Dan yang lebih fatal, hal tersebut dapat mengurangi pelayanan kepada konsumen karena keterlambatan penyerahan produk.

3.1.2. Proses Perencanaan

Perencanaan produksi dimulai dengan meramalkan permintaan secara tepat sebagai input utamanya. Peramalan jangka panjang membantu manajer puncak dalam isu strategi dan penentuan kapasitas. Manajemen puncak membuat kebijakan-kebijakan untuk menjawab pertanyaan seperti: penentuan lokasi baru, pengembangan produk baru, dan penelitian pendanaan.

Perencanaan jangka menengah dimulai sejak keputusan kapasitas jangka panjang dibuat. Ini merupakan tugas manajer operasi. Keputusan penjadwalan meliputi perencanaan triwulan atau bulanan, yang ditujukan untuk menyesuaikan produktivitas terhadap permintaan yang fluktuatif. Seluruh perencanaan ini harus konsisten terhadap strategi jangka panjang dari manajemen puncak dan alokasi sumber-sumber yang telah ditentukan pada keputusan startegis sebelumnya. Isi dari perencanaan jangka menengah ini terutama adalah rencana produksi menyeluruh dan terpadu.

Perencanaan jangka pendek dibuat untuk paling lama tiga bulan ke depan. Rencana ini merupakan tugas pekerja operasional yang bekerja dengan para

(39)

supervisor, foreman, yang merupakan uraian jadwal rencana kerja dalam

mingguan, harian, dan bahkan dalam jam.

3.1.3. Arti dan Pentingnya Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi merupakan penentuan arah awal dari tindakan yang harus dilakukan di masa yang akan datang, apa yang harus dilakukan, berapa banyak dan kapan harus melakukannya.

Hasil dari perencanaan produksi adalah sebuah rencana produksi. Tanpa adanya rencana produksi yang baik, maka tujuan tidak akan dapat dicapai dengan efektif dan efisien, sehingga faktor-faktor produksi yang ada akan dipergunakan secara boros. Oleh karena itu, perencanaan produksi merupakan spesifikasi tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.

Kegunaan atau pentingnya diadakan suatu rencana produksi adalah sebagai berikut :

1. Suatu perencanaan meliputi usaha untuk menetapkan tujuan atau memformulasikan tujuan yang dipilih untuk dicapai, maka dengan adanya perencanaan produksi, dapat membedakan arah bagi setiap kegiatan produksi yang jelas. Dengan adanya kejelasan arah tersebut maka kegiatan akan dapat dilaksanakan dengan efisiensi dan efektifitas setinggi mungkin.

(40)

mungkin. Akibat dari penilaian berdasarkan tujuan yang telah direncanakan ini, pemborosan dan usaha yang tidak menunjang pencapaian tujuan dapat dihindari.

3. Memudahkan pelaksanaan kegiatan untuk mengidentifikasikan hambatan- hambatan yang mungkin timbul dalam usaha tujuan tersebut. Dengan memperhitungkan hambatan-hambatan tersebut, persiapan untuk mengatasinya menjadi lebih terarah.

4. Menghindarkan pertumbuhan dan perkembangan yang tidak terkendali. Misalnya dalam pengembangan usaha, kita selalu mempunyai kecenderungan untuk selalu menambah jumlah dan jenis tenaga kerja dari yang sudah kita miliki untuk memperbaiki mutu serta jumlah output.

3.1.3. Sifat-Sifat Perencanaan Produksi2

1. Berjangka waktu

Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh sebuah perencanaan produksi adalah sebagai berikut :

Proses produksi merupakan proses yang sangat kompleks yang memerlukan keterlibatan bermacam-macam tingkat keterampilan tenaga kerja, peralatan, modal, dan informasi yang biasanya dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang sangat lama. Lingkungan yang dihadapi perusahaan, pola permintaan, tersedianya bahan baku dan bahan penunjang, iklim usaha, peraturan pemerintah, persaingan, dan lain-lain selalu menunjukkan pola yang

2. Nasution, Arman Hakim. Perencanaan Produksi dan Pengendalian Produksi. 1999. Penerbit Guna Widya. Surabaya. Hal 15

(41)

tidak menentu dan akan selalu berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, suatu perusahaan tidak mungkin dapat membuat suatu rencana produksi yang dapat digunakan selamanya. Rencana baru harus dapat dibuat bila keadaan yang digunakan sebagai dasar pembuatan rencana yang lama sudah berubah. Karena perubahan yang akan terjadi bersifat sulit untuk diramalkan sebelumnya, maka secara periodik harus diadakan pengecekan apakah rencana produksi yang sudah dibuat masih berlaku. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah dengan membuat rencana produksi yang mencakup periode waktu tertentu dan akan diperbaharui bila periode waktu tersebut sudah dicapai Ada tiga jenis perencanaan produksi yang didasarkan pada periode waktu, yaitu : a. Perencanaan produksi jangka panjang

b. Perencanaan produksi jangka menengah c. Perencanaan produksi jangka pendek 2. Bertahap

Pembuatan rencana produksi tidak bisa dilakukan hanya sekali dan digunakan untuk selamanya. Perencanaan produksi harus dilakukan secara bertahap. Artinya perencanaan produksi akan bertingkat dari perencanaan produksi level tinggi sampai perencanaan produksi level rendah, dimana perencanaan produksi level yang lebih rendah adalah merupakan penjabaran dari perencanaan produksi level yang lebih tinggi.

(42)

a. Perencanaan produksi jangka panjang biasanya melihat 5 tahun atau lebih ke depan. Jangka waktu terpendeknya adalah ditentukan oleh berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengubah kapasitas yang tersedia. Hal ini meliputi waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan desain dari bangunan dan peralatan pabrik yang baru, konstruksinya, instalasinya, dan hal-hal lainnya sampai fasilitas baru tersebut siap dioperasikan.

b. Perencanaan produksi jangka menengah mempunyai horizon perencanaan antara 1 sampai 12 bulan, dan dikembangkan berdasarkan kerangka yang telah ditetapkan pada perencanaan produksi jangka panjang. Perencanaan jangka menengah didasarkan pada peramalan permintaan tahunan dari bulan dan sumber daya produktif yang ada (jumlah tenaga kerja, tingkat persediaan, biaya produksi, jumlah suplier dan sub kontraktor), dengan asumsi kapasitas produksi relatif tetap.

c. Perencanaan produksi jangka pendek mempunyai horizon perencanaan kurang dari 1 bulan, dan bentuk perencanaannya adalah berupa jadwal produksi. Tujuan dari jadwal produksi adalah menyeimbangkan permintaan aktual (yang dinyatakan dengan jumlah pesanan yang diterima) dengan sumber daya yang tersedia (jumlah departemen, waktu shift yang tersedia, banyaknya operator, tingkat persediaan yang dimiliki dan peralatan yang ada), sesuai batasan-batasan yang ditetapkan pada perencanaan jangka menengah.

3. Terpadu

(43)

Perencanaan produksi akan melibatkan banyak faktor, seperti bahan baku, mesin/peralatan, tenaga kerja, dan waktu, dimana ke semua faktor tersebut harus sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan dalam mencapai target produksi tertentu yang didasarkan atas perkiraan. Masing-masing faktor tersebut tidak harus direncanakan sendiri-sendiri sesuai dengan keterbatasan yang ada pada masing-masing faktor yang dimiliki perusahaan, tetapi rencana tersebut harus dibuat dengan mengacu pada satu rencana terpadu untuk produksi. Rencana produksi tersebut juga harus terkait dengan rencana produksi, seperti pemeliharaan, rencana tenaga kerja, rencana pengadaan material, dan sebagainya. Keterpaduan ini tidak hanya secara horizontal saja, tetapi juga secara vertical. Hal ini berarti rencana jangka pendek harus mengacu pada rencana jangka menengah harus terpadu dengan rencana jangka panjang, demikian juga sebaliknya

4. Berkelanjutan

Perencanaan produksi disusun untuk satu periode tertentu yang merupakan masa berlakunya rencana tersebut. Setelah habis masa berlakunya, maka harus dibuat rencana baru untuk periode waktu berikutnya lagi. Rencana baru ini harus dibuat berdasarkan hasil evaluasi terhadap rencana sebelumnya, apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum dilakukan, apa yang telah dihasilkan dan bagaimana perbandingan hasilnya dengan target yang telah ditetapkan. Dengan demikian, rencana baru tersebut haruslah merupakan kelanjutan dari rencana yang dibuat sebelumnya.

(44)

Selama pelaksanaan produksi, realisasi dari rencana produksi akan selalu dimonitor untruk mengetahui apakah terjadi penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan, maka rencana produksi harus menetapkan suatu nilai yang dapat diukur, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan ada tidaknya penyimpangan. Nilai-nilai tersebut dapat berupa target produksi dan jika dalam realisasinya tidak memenuhi target produksi, maka kita dengan mudah dapat mengukur berapa besar penyimpangan menyusun rencana berikutnya.

6. Realistis

Rencana produksi yang dibuat harus disesuaiakan dengan kondisi yang ada di perusahaan, sehingga target yang ditetapkan merupakan nilai yang realistis untuk dapat dicapai dengan kondisi yang dimiliki perusahaan pada saat rencana tersebut dibuat. Jika rencana produksi dibuat tanpa memperhitungkan kondisi yang ada pada perusahaan, maka perencanaan yang dibuat tidak akan ada gunanya karena target produksi yang ditetapkan sudah pasti tidak akan dapat dicapai. Selain itu, kita tidak dapat mengetahui penyimpangan pelaksanaannya karena pelaksanaannya tidak akan pernah tepat sesuai dengan rencana. Dengan membuat suatu rencana yang realistis, maka akan dapat memotivasi pelaksana untuk berusaha mencapai apa yang telah disusun pada rencana tersebut.

7. Akurat

Perencanaan produksi harus dibuat berdasarkan informasi-informasi yang akurat tentang kondisi internal dan eksternal sehingga angka-angka yang

(45)

dimunculkan dalam target produksi dapat dipertanggungjawabkan. Kesalahan dalam membuat perkiraan nilai parameter produksi harus dilakukan seteliti mungkin, sehingga tidak akan terjadi kesalahan yang sama

8. Menantang

Meskipun rencana produksi harus dibuat serealistis mungkin, hal ini bukan berarti rencana produksi harus menetapkan target yang dengan mudah dapat dicapai dengan usaha yang sungguh-sungguh.

3.1.4. Fungsi dan Tujuan Perencanaan Produksi3

1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana strategis perusahaan.

The American Production and Inventory Control Society mendefinisikan

perencanaan produksi sebagai suatu kegiatan yang berkenaan dengan penentuan apa yang harus diproduksi, berapa banyak diproduksi, kapan diproduksi, dan apa sumber daya yang dibutuhkan untuk produk yang telah ditetapkan. Perencanaan produksi ini merupakan alat komunikasi anatara manajemen teratas (Top management) dan manajemen produksi. Beberapa fungsi perencanaan produksi,

yaitu:

2. Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi.

3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi.

3

(46)

4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat penyesuaian.

5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan rencana strategis/

6. Menyerahkan penyusunan dan pelaksanaan Jadwal Induk Produksi. Sementara tujuan perencanaan produksi, yaitu:

1. sebagai langkah awal untuk menentukan aktivitas produksi yaitu sebagai referensi perencanaan lebih rinci dari rencana agregat menjadi item dalam jadwal induk produksi.

2. Sebagai masukan sumber daya sehingga perncanaan sumber daya dapat dikembangkan untuk mendukung perencanaan produksi.

3. Meredam (stabilisasi) produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan.

Perencanaan produksi akan mudah dibuat bila tingkat permintaan bersifat konstan atau bila waktu produksi tidak menjadi kendala, tetapi kedua kondisi tersebut jarang terjadi dalam keadaan sebenarnya, dimana secara nyata tingkat permintaan akan berfluktuasi dan perusahaan selalu dibatasi ol;eh tanggal waktu penyerahan. Perencanaan yang tidak tepat dapat mengakibatkan tinggi/rendahnya tingkat persediaan, sehingga mengakibatkan penigkatan ongkos simpan/ongkos kehabisan persediaan. Dan yang lebih fatal,hal tersebut dapat mengurangi pelayanan kepada konsumen karena keterlambatan penyerahan produk.

(47)

3.2. Dynamic Programming4

Markland dan Sweigart (1987) menyatakan programa dinamis meupakan pendekatan analis kuantitatif yang dapat diaplikasikan pada situasi pengambilan keputusan yang merupakan seri keputusan yang berinterelasi. Programa dinamis didasarkan pada ide membagi permasalahan ke dalam beberapa tahap. Keputusan 3.2.1. Pengertian tentang Dynamic Programming

Banyak literatur yangn menjelaskan tentang definisi programa dinamis, antara lain Hiller dan Hieberman (1995) yang menyatakan bahwa programa dinamisn merupakan teknik matematis yang berguna untuk membuat keputusan yang berurutan yang berinterelasi.

Arga (1985) menyatakan programa dinamis adalah teknik matematis yang dirancang dengan tujuan utama memperbaiki efisiensi perhitungan dari suatu persoalan optimasi. Ide pokok teknik tersebut adalah memisahkan persoalan menjadi bagian yang mudah dikuasai.

Dryfus dan Law (1977) menyatakan bahwa programan dinamis merupakan prosedur optimasi yang dapat diaplikasikan terutama bagi permasalahan yang membutuhkan urutan keputusan berinterelasi. Masing-masing keputusan mentransformasikan sitiasi yang ada ke dalam situasi batu. Urutan keputusan yang dibuat menghasilkan sebuah urutan situasi, yang memaksimalkan atau meminimalkan nilai tertentu.

4

(48)

dari suatu tahap memberi dampak kepada keputusan dan keluaran pada tahap berikutnya.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, programasi dinamis (dynamic programming) adalah teknik matematis yang digunakan untuk pengambilan keputusan yang terdiri dari banyak tahap (multistage). Dengan kata lain, awalnya program dinamis membagi masalah kedalam sub-sub masalah asli dan kemudian menentukan solusi optimal masalah aslii dengan pemecahan rekursif sub-sub masalah. Program ini dikembangkan oleh Ricard Bellman dan G. B Dantzing pada tahun 1949-1950. Aplikasi dynamic programming telah terbukti baik pada pengolahan persedian, jaringan, penjadwalan kerja untuk karyawan, pengendalian produksi, perencanaan penjualan dan lain-lain bidang. Formulasi model dilakukan sesuai dengan persoalannya. Secara umum terdapat tiga hal dasar dalam model programa dinamis, yaitu:

1. Permasalahan dipecah kedalam sub masalah yang dinamakan tahap

2. Antar tahap dihubungkan dengan variabel status sedemikian rupa sehingga setiap tahap dapat dioptimasikan secara terpisah.

3. Fungsi hubungan rekursif merupakan persamaan yang digunakan untuk memecahkan persoalan programa dinamis. Persamaan rekursif memungkinkan untuk mengoptimalisasikan setiap tahap secara terpisah dan mempertahankan optimsi kumulatif dari semua tahap sebelumnya, sehingga jika tahap terakir sudah diselesaikan maka nilai optimal seluruh persoalan otomatis telah diperoleh.

(49)

Terdapat dua persamaan rekursif, yaitu rekursif maju dan rekursif mundur. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah rekursif mundur, sesuai dengan namanya dalam hal ini perhitungan dilakukan dari tahap terakhir sampai tahap pertama.

3.2.2. Karakteristik Permasalahan Dynamic Programming5

Berikut ini adalah karakteristik persoalan yang dapat diselesaikan dengan metode dynamic programming

1. Persoalan dapat dibagi menjadi tahap (stage) yang pada setiap tahap hanya diambil satu keputusan.

2. Masing-masing tahap terdiri dari sejumlah status (state) yang berhubungan dengan tahap tersebut. Secara umum, status merupakan bermacam kemungkinan masukan yang ada pada tahap tersebut.

3. Hasil dari keputusan yang diambil pada setiap tahap ditransformasikan dari status yang bersangkutan ke status berikutnya pada tahap berikutnya. 4. Ongkos (Cost) padan suatu tahap meningkat secara teratur (steadily)

dengan bertambahnya jumlah tahapan.

5. Ongkos pada suatu tahap bergantung pada ongkos tahap-tahap yang sudah berjalan dan ongkos pada tahap tersebut.

6. Keputusan terbaik pada suatu tahap bersifat independen terhadap keputusan yang dilakukan pada tahap sebelumnya.

5

(50)

7. Adanya hubungan rekursif yang mengidentifikasikan keputusan terbaik untuk setiap status pada tahap k memberikan keputusan terbaik untuk setiap status pada tahap k + 1

3.2.3. Konsep dasar dalam Dynamic Programming6

Konsep-konsep dasar dalam dynamic programming, yaitu: 1. Dekomposisi

Persoalan Dynamic Programming dapat dipecah-pecah menjadi sub-persoalan atau tahapan yang lebih kecil dan berurutan. Setiap tahap disebut juga sebagai titik keputusan. Setiap keputusan yang dibuat pada suatu tahap akan mepengaruhi keputusankeputusan pada tahap berikutnya.

2. Status

Status adalah kondisi awal (Sn) dan kondisi akhir (Sn-1)pada setiap tahap, di mana pada tahap tersebut keputusan dibuat (Dn). Status akhir pada sebuah tahap tergantung keadaan status awal dan keputusan yang dibuat pada tahap yang bersangkutan. Status akhir pada suatu tahap merupakan input bagi tahap berikutnya.

3. Variabel Keputusan dan Hasil

Keputusan yang dibuat pada setiap tahap (Dn) merupakan keputusan yang berorientasi kepada return yang diakibatkannya (Rn|Dn), tingkat maksimal atau minimal.

4. Fungsi Rekursif

6

Ginting, Rosnani, Penjadwalan Mesin, op. cit, h. 218 - 220

(51)

Fungsi rekursif biasanya digunakan pada berbagai program komputer, di mana nilai sebuah variabel pada fungsi itu merupakan nilai kumulatif dari nilai variabel tersebut pada tahap sebelumnya. Pada dynamic programming, fungsi umum dituliskan sebagai:

fn(Sn,Dn) = Rn + fn-1*(Sn-1,Dn-1)

3.2.4. Metode Dynamic Programming dalam Perencanaan Produksi7

Model formulasi dynamic programming yang digunakan dalam perencanaan produksi dapat dilihat sebagai berikut:

Fungsi tujuan : fn (I) = ∑ Kn (Xn, In)

Pembatas : Xn≤ Pn

Xn≤ In + Dn

Xn≥ 0

In ≥ 0

Secara lengkap: Fn (In) =

Keterangan

Xn = Produksi terjadwal untuk priode n ( n = 1, 2,…., N)

R = Biaya produksi reguler

7

(52)

Pn = kemampuan produksi reguler untuk priode n

S = selisih biaya antara reguler dengan overtime Dn = perkiraan permintaan untuk priode n

In = persediaan akhir priode n

H = biaya simpan

F*n-1 = biaya minimum untuk I priode sebelumnya

(53)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pabrik PTPN IV Unit Sawit Langkat yang beralamat di Desa Banjaran Raya Kec. Tanjung Slamet, Kab. Langkat - Propinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2013.

4.2. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah bersifat studi kasus yang menjelaskan kondisi dari suatu sistem dengan pengamatan yang dilakukan. Penelitian ini termasuk

metode deskriptif yang bertujuan meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran.

4.3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Variabel independen

Variabel independen (biasanya disebut variabel X) adalah variabel yang mempengaruhi keberadaan Y yang termasuk dalam kategori ini, yaitu:

a. Jumlah permintaan

(54)

b. Jumlah Persediaan

Variabel ini menunjukkan banyaknya jumlah ton persediaan yang dihasilkan berdasarkan sisa volume produksi setelah dikurangi jumlah permintaan dimana ukurannya dalam satuan ton.

c. Biaya Produksi

Variabel ini menunjukan jumlah biaya yang akan dikeluarkan oleh pihak perusahaan dimana ukurannya dilihat dari satuan rupiah

d. Biaya Penyimpanan

Variabel ini menunjukkan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan dalam mengadakan persediaan dimana ukurannya dilihat dalam satuan rupiah

2. Variabel dependen

variabel dependen (biasanya disebut variabel Y) adalah variabel yang

keberadaannya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang mempengaruhinya.

biasanya disebut variabel terikat.

a. Jumlah Produksi

Variabel ini menunjukan banyaknya jumlah CPO yang dihasilkan perusahaan berdasarkan kapasitas dimana ukurannya dilihat dalam satuan ton.

(55)

4.4. Tahapan Penelitian

Tahap-tahap yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian yaitu studi pendahuluan, identifikasi masalah dan penetapan tujuan sampai pada tahap akhir yakni kesimpulan dan saran.

Langkah-langkah penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat melalui Gambar 4.1

Gambar 4.1. Metodologi Penelitian Mulai

Identifikasi Masalah

Tingginya Kapasitas produksi yang Idle

Perumusan Masalah

Banyaknya kapasitas produksi, jumlah bahan baku

Pengumpulan Data Sekunder

(56)

4.4.1. Identifikasi Masalah, Penetapan Tujuan dan Manfaat Penelitian

Indentifikasi masalah perencanaan merupakan langkah awal yang dilakukan. Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana menentukan jumlah produksi yang optimal. Dari permasahalan ini kemudian ditetapkan apa yang menjadi tujuan dan manfaat penelitian secara umum ataupun secara khusus.

4.4.2. Studi Pendahuluan

Untuk memecahkan masalah yang ada sampai kepada tahap menganalisa dan mengambil keputusan diperlukan studi pendahuluan berupa studi literatur maupun pengenalan terhadap kondisi perusahaan.

4.4.3. Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara : 1. Melakukan pengamatan langsung di lantai produksi.

2. Melakukan Wawancara kepada pihak perusahaan yang berkaitan dengan informasi yang diperlukan.

3. Mengulas buku – buku laporan administrasi serta catatan pihak perusahaan yang berhubungan dengan data yang diperlukan.

Data – data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dengan cara melakukan wawancara atau juga melalui catatan – catatan perusahaan, yaitu:

(57)

1. Jumlah permintaan dan produksi produk. 2. Gaji tenaga kerja.

3. Biaya penggunaan bahan baku. 4. Biaya penggunaan listrik. 5. Biaya penyimpanan.

4.4.4. Kerangka Konseptual Penelitian

(58)

Gambar 4.2. Kerangka Konseptual Penelitian Idle capacity

Bahan baku tidak tersedia

Kelebihan bahan baku

Terjadi peningkatan biaya

produksi

Biaya simpan meningkat Persediaan bertambah

Fluktuasi permintaan/penjualan

Perencanaan produksi dengan dynamic

programming

Jumlah produksi optimum

(59)

4.4.5. Pengolahan Data

Setelah diketahui jumlah permintaan setiap priode maka dilanjutkan ketahap pengolahan data dengan mengunakan Metode Dynamic Programming untuk mencari jumlah produksi dan jumlah persediaan optimum. Adapun prosedur pengolahan data dengan menggunakan Metode Dynamic Programming sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi variabel masukan

Variabel masukan dalam satu periode (stage) dalam model ini adalah (Sn= jumlah permintaan tiap periode, biaya variabel produksi, dan biaya simpan, jumlah persediaan dari periode i yang dibawa keperiode i+1.

2) Mengidentifikasi variabel keputusan (Xn)

Variabel keputusan yang digunakan adalah menentukan jumlah produk yang akan diproduksi dalam setiap periode (stage) untuk i = 1,2,3,..n

3) Mengidentifikasi kendala-kendala perusahaan (kapasitas gudang, kapasitas produksi, jumlah persediaan maksimum yang diizinkan)

(60)

5) Penyelesaian model dengan dynamic programming dapat dilihat pada gambar 3.3. berikut ini.

x1 x2 x3 x4 x5

s1 s2 S3 S4 Sn-1 sn

f1(S1,X1) f2(S2,X2) f3(S3,X3) fn-1(Sn-1,Xn-1) fn(Sn,Xn)

1-Stage 2-Stage

n-2 Stage n-1 Stage

12-Stage

Gambar 4.3. Pemecahan Masalah dengan Metode Dynamic Programming

Keterangan:

1.Sn(State): Input ke tahap selanjutnya ( Sn-1), diantaranya: jumlah permintaan tiap periode, biaya variabel dan biaya simpan

2. Stage n : Bulan ke n

3. Xn : Keputusan ke tahap selanjutnya (Xn-1) = Tingkat produksi setiap periode 4. Fungsi rekursif : Minimisasi total biaya produksi fn(S1,Xi)

Tahapan pengolahan data dengan menggunakan Metode Dynamic Programming dapat dilihat pada block diagram pengolahan data pada Gambar 4.4.

Bulan 2

Bulan 1 Bulan 3 Bulan n-1 Bulan n

(61)

Gambar 4.4. Block Diagram Pengolahan Data dengan Menggunakan Metode Dynamic Programming

4.4.6. Analisis Pemecahan Masalah

(62)

4.4.7. Kesimpulan dan Saran.

Kesimpulan diakhir penelitian akan memberikan hasil akhir penelitian apakah dengan hasil permintaan pabrik akan dapat menghasilkan produk secara maksimal dengan mengoptimalkann semua sumber daya yang dipunyai oleh pabrik. Saran akan diberikan untuk pabrik maupun untuk penelitian yang lebih dalam lagi selanjutnya.

(63)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data perlu dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan perencanaan produksi yang terjadi di PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat dengan menggunakan metode dynamic programming, Adapun data yang dikumpulkan sehubungan dengan penelitian ini adalah:

1. Data permintaan.

Data Permintaan CPO pada Januari 2012 s/d Desember 2012 tercantum pada tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1. Data Permintaan CPO Januari 2012 s/d Desember 2012

(64)

2. Upah tenaga kerja regular time adalah Rp. 8.670,-/jam. Sedangkan upah tenaga kerja overtime jam I adalah 1,5 x upah regular time yaitu Rp. 13.500/jam. Upah jam II dan seterusnya adalah 2 x upah reguler time yaitu Rp. 17.340,-/jam.

3. Data hari kerja pada Januari 2012 s/d Desember 2012

Jumlah hari kerja dicantumkan pada tabel 5.2. halaman berikut

Tabel 5.2. Data Jumlah Hari Kerja Januari 2012 s/d Desember 2012

Bulan Jumlah Hari

4. Data biaya pemakain listrik pada tahun 2012.

Diasumsikan Pabrik PTPN IV Unit Usaha Sawit Langkat menggunakan tarif dasar listrik untuk industri dengan golongan I-1/TR/900 VA dengan biaya pemakaian Rp. 585/Kwh dan efisiensi kerja mesin pada bagian produksi setiap bulan adalah 90%, maka dapat dihitung pemakaian listrik setiap bulan

(65)

dengan cara mengalikan total kwh perbulan, efiseinsi kerja mesin dan tarif dasar listrik, misalkan pada bulan januari biaya pemakaian listriknya adalah: 106.571 x 100/90 x 585 = Rp. 69.201.990 demikian seterusnya untuk pemakaian listrik bulan januari 2012 s/d Desember 2012 dicantumkan pada tabel 5.3. berikut ini.

Tabel 5.3. Data Pemakaian Listrik Januari 2012 s/d Desember 2012

Bulan Januari 106.571 69.201.879 Februari 140.225 91.055.104

Maret 140.225 91.055.104

April 134.616 87.412.900

Mei 134.616 87.413.900

Juni 140.225 91.055.104

Juli 151.443 98.339.512

Agustus 134.616 87.412.900 September 151.443 98.339.512 Oktober 134.616 87.412.900 November 117.789 76.486.287 Desember 123.398 80.128.491 TOTAL 1.609.783 1.045.313.593

5. Data pemakaian bahan baku

(66)

Rp.1190/Kg TBS dan Rp.950/kg yang berasal dari kebun sendiri. data pemakaian bahan baku dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut.

Tabel 5.4. Data Biaya Bahan Baku Januari 2012 s/d Desember 2012

Bulan

Januari 1.888 5.243 1.793.600.000 6.239.170.000 8.032.770.000 Februari 1.951 6.046 1.853.450.000 7.194.740.000 9.048.190.000 Maret 2.098 6.187 1.993.100.000 7.362.530.000 9.355.630.000 April 2.429 7.719 2.307.550.000 9.185.610.000 11.493.160.000 Mei 2.551 6.567 2.423.450.000 7.814.730.000 10.238.180.000 Juni 3.070 7.168 2.916.500.000 8.529.920.000 11.446.420.000 Juli 3.861 8.931 3.667.950.000 10.627.890.000 14.295.840.000 Agustus 2.614 8.858 2.483.300.000 10.541.020.000 13.024.320.000 September 3.113 9.978 2.957.350.000 11.873.820.000 14.831.170.000 Oktober 2.546 8.738 2.418.700.000 10.398.220.000 12.816.920.000 November 2.655 7.873 2.522.250.000 9.368.870.000 11.891.120.000 Desember 2.519 7.661 2.393.050.000 9.116.590.000 11.509.640.000 TOTAL 31.295 90.969 29.730.250.000 108.253.110.000 137.983.360.000 Sumber PTPN IV

6. Perusahaan hanya mengijinkan 2 jam overtime/shift setiap hari bagi tiap karyawan.

7. Rata-rata kapasitas produksi CPO per hari adalah 90 ton setiap harinya.

5.2. Pengolahan Data

Pengolahan data meliputi perhitungan upah tenaga kerja, perhitungan total biaya produksi, biaya simpan, kemudian menentukan produksi yang optimal dengan menggunakan dynamic programming

(67)

5.2.1. Perhitungan Upah Tenaga kerja

Dari wawancara dengan manajemen pabrik diketahui bahwa dengan menggunakan 8 jam kerja efektif 52 karyawan, pabrik dapat menghasilkan 90 ton CPO di setiap harinya. Apabila perusahaan dapat memberikan tambahan overtime sebanyak 2 jam setiap hari maka akan ada juga pertambahan biaya pada

produknya seperti ditunjukkan sbb:

1. Apabila berproduksi pada reguler time dihasilkan 90 ton dengan biaya tenaga kerja = 52 karyawan x 8 jam kerja x 8.670 = Rp.3.606.720, dengan kata lain bahwa biaya tenaga kerja untuk memproduksi 1 ton adalah Rp.3.606.720/90 = Rp. 40.074.

2. Apabila berproduksi dengan 2 jam overtime, maka akan dihasilkan 22,5 ton, dengan biaya tenaga kerja :

52 karyawan x 1 jam kerja I x 13.500 = Rp. 702.000 52 karyawan x 1 jam kerja II x 17.340 =

Rp. 1.603.680

Rp. 901,680

Maka biaya tenaga kerja untuk memproduksi 1 ton CPO pada jam kerja overtime adalah 1.603.680/22,5 = Rp. 71.274

(68)

5.2.2. Perhitungan Biaya Produksi dan Biaya Simpan

Perhitungan biaya produksi didapat dengan menjumlahkan biaya bahan baku, pemakaian energi listrik dan upah tenaga kerja langsung. Untuk Perhitungan total biaya bahan dan listrik dapat dilihat pada tabel 5.5. berikut.

Tabel 5.5. Total Perhitungan Biaya Bahan dan Listrik

No Bulan Biaya Bahan 1 Januari 8.032.770.000 69.201.879 8.101.971.879 2 Februari 9.048.190.000 91.055.104 9.139.245.104 3 Maret 9.355.630.000 91.055.104 9.446.685.104 4 April 11.493.160.000 87.412.900 11.580.572.900 5 Mei 10.238.180.000 87.413.900 10.325.593.900 6 Juni 11.446.420.000 91.055.104 11.537.475.104 7 Juli 14.295.840.000 98.339.512 14.394.179.512 8 Agustus 13.024.320.000 87.412.900 13.111.732.900 9 September 14.831.170.000 98.339.512 14.929.509.512 10 Oktober 12.816.920.000 87.412.900 12.904.332.900 11 November 11.891.120.000 76.486.287 11.967.606.287 12 Desember 11.509.640.000 80.128.491 11.589.768.491 TOTAL 137.983.360.000 1.045.313.593 139.028.673.593

Dari tabel 5.5. di atas diperoleh penjumlahan biaya bahan dan listrik untuk memproduksi 25.803 ton CPO adalah sebesar Rp. 139.028.673.593 sehingga dapat dikatakan bahwa biaya listrik dan bahan untuk pembuatan satu ton CPO adalah 139.028.673.593/25.803= Rp. 5.388.082

Dengan begitu, dapat dikatakan biaya produksi per ton CPO reguler time adalah 5.388.082 + 40.074 = Rp. 5.428.156, sedangkan untuk overtime

adalah 5.388.082 + 71.274 = Rp. 5.459.356. Misalkan pada bulan januari terdapat produksi reguler time sebesar 1.406 ton dan over time sebeasr 416 ton maka biaya produksi reguler time bulan januari adalah 1.406 x 5.428.156 = Rp. 7.631.987.336

(69)

sedangkan biaya produksi over time adalah 419 x 5.459.356 = Rp. 2.287.470.164. Perhitungan total biaya produksi aktual dicantumkan pada tabel 5.6 pada halaman berikut.

Tabel 5.6. Perhitungan Total Biaya Produksi Aktual Tahun 2012

Bulan

Januari 1.825 1.406 419 7.631.987.336 2.287.470.164 9.919.457.500 Februari 2.346 1.654 692 8.978.170.024 3.777.874.352 12.756.044.376

Maret 2.145 1.717 428 9.320.143.852 2.336.604.368 11.656.748.220 April 2.257 2.111 146 11.458.837.316 797.065.976 12.255.903.292 Mei 2.042 1.889 153 10.253.786.684 835.281.468 11.089.068.152 Juni 2.366 2.131 235 11.567.400.436 1.282.948.660 12.850.349.096

Juli 2.321 2.640 0 14.330.331.840 0 14.330.331.840

TOTAL 25.803 23.730 140.127.386.868

Berdasarkan asumsi yang diambil sebelumnya, persentase biaya simpan adalah 2.5% dengan memperhatikan biaya simpan tersebut, biaya simpan per ton dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Biaya simpan per ton per bulan = biaya produksi per ton x persentase biaya

simpan

5.2.3. Perhitungan Kapasitas Tersedia

(70)

Tabel 5.7. Data Kapasitas Tersedia

5.2.4. Pemecahan Masalah dengan Menggunakan Metode Dynamic Programming

Pemograman dinamis adalah suatu teknik matematis yang digunakan untuk mengoptimalkan proses pengambilan keputusan secara bertahap. Konsep dalam Dynamic Programming didasarkan pada prinsip optimalisasi Bellman yang menyatakan bahwa : “ Suatu kebijakan optimal mempunyai sifat bahwa apapun keadaan dan keputusan awal, keputusan selanjutnya harus membentuk suatu kebijakan optimal dengan memperhatikan keadaan dan hasil keputusan pertama”.

Model perencanaan produksi dengan menggunakan dynamic programming dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut :

(71)

Periode (bulan 1) Periode (bulan n-1) Periode (bulan n)

Gambar 5.1. Model Pemograman Dinamis

Berikut ini adalah tahapan-tahapan perencanaan produksi dengan menggunakan dynamic programming :

1. Dekomposisi, permasalahan rencana produksi dipecah menjadi beberapa sub masalah yang dinyatakan dengan tahap 1 sampai 12.

2. Menentukan variabel masukan/state pada tiap tahapan, dalam hal ini adalah : jumlah permintaan, kapasitas tersedia, biaya produksi dan biaya simpan.

3. Menentukan variabel keputusan, dalam hal ini adalah menentukan jumlah produksi berdasarkan pertimbangan pemakaian jam kerja reguler time atau overtime.

4. Menetapkan fungsi tujuan fn (In) =

Xn = Produksi terjadwal untuk priode n ( n = 1, 2,…., N)

R = Biaya produksi reguler

(72)

S = selisih biaya antara reguler dengan overtime Dn = permintaan untuk priode n

In = persediaan akhir priode n

H = biaya simpan

f *n-1 = biaya minimum untuk I priode sebelumnya

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan sebelumnya maka fungsi rekursif yang ditetapkan untuk setiap tahapan sub masalah rencana produksi secara rekursif mundur dapat dilihat pada tabel 5.8. berikut

(73)

Dengan menggunakan data yang didapatkan, penyelesaian perencanaan produksi dengan dynamic programming dapat dilihat sebagai berikut.

1. Periode ke - 12 bulan Desember 2012

Pada bulan Desember jumlah permintaan CPO adalah sebesar 2210 ton, dengan kemampuan reguler 1980 ton dan apabila terjadi penambahan overtime menjadi 2475 ton. Jumlah permintaan dapat dipenuhi dengan

melakukan overtime, atau hanya dengan waktu reguler saja tetapi memiliki persediaan di awal priode. Berdasarkan kebijakan jam lembur dari perusahaan maka pengadaan jam lembur dapat dilakukan jika diperlukan dan dapat dihasilkan 68 ton CPO berturut-turut selama 3 hari. Fungsi rekursif pada periode ini dapat diformulasikan sebagai berikut

f12*(I12) = 5.428.156X12+(X12-1980) 31.198+ 11.269(I12+X12-D12)

Gambar

Tabel 2.1. Jumlah Tenaga Kerja
Gambar 2.2. Blok Diagram Uraian Proses Produk
Gambar 4.1
Gambar 4.2. Kerangka Konseptual Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan aplikasi model linear di dalam perusahaan perkebunan untuk menentukan biaya produksi CPO minimum pada tingkat produksi yang optimum dengan menggunakan metode

Penelitian ini merupakan aplikasi model linear di dalam perusahaan perkebunan untuk menentukan biaya produksi CPO minimum pada tingkat produksi yang optimum dengan menggunakan metode

Hasil akhir dari rencana produksi dengan metode Fuzzy Linear Programming (FLP) menunjukkan bahwa perusahaan dapat menurunkan deviasi antara jumlah produksi dan jumlah

berpengaruh dalam perencanaan produksi kelapa sawit dan membuat suatu perencanaan produksi CPO, khususnya kegiatan di kebun untuk menghasilkan tandan buah segar (TBS) yang

Diharapkan perusahaan dapat menggunakan Metode Dynamic Programming sebagai solusi optimal dalam penetuan jumlah produksi karena dengan menggunakan metode ini akan didapat

Kendala sasarannya adalah (1) biaya produksi CPO, (2) biaya produksi TBS dari kebun inti, (3) biaya pembelian TBS dari kebun plasma, (4) target produksi CPO, (5) ketersediaan TBS

Goal Programming adalah suatu metode yang dapat diterapkan secara efektif dalam perencanaan produksi, karena metode goal programming sangat potensial untuk menyelesaikan

Optimasi Produksi CPO (Crude Palm Oil) di Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya dengan Menggunaan Goal Programming.. Fakultas Teknologi