• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question terhadap hasil belajar: kuasi eksperimen pada Kelas X SMAN 65 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question terhadap hasil belajar: kuasi eksperimen pada Kelas X SMAN 65 Jakarta"

Copied!
202
0
0

Teks penuh

(1)

(Kuasi Eksperimen Pada Kelas X SMAN 65 Jakarta)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk

Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

LIANDA DWI ASTUTI

1110016100054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

Belajar (Kuasi Eksperimen di SMAN 65 Jakarta). Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan IPA, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question terhadap hasil belajar siswa pada konsep virus. Penelitian ini dilakukan di SMAN 65 Jakarta tahun pelajaran 2014-2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question dan siswa kelas X MIA 2 sebagai kelas kontrol yang diberi strategi pembelajaran konvensional dengan metode tanya jawab. Perolehan nilai rata-rata posttest kelas eksperimen 93,11 dan kelas kontrol 81,44. Analisis data proses kedua kelompok menggunakan uji-t diperoleh hasil t-hitung 6,04 dan t-tabel pada tarafsignifikansi 5% sebesar 1,67, maka t-hitung > t-tabel. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question terhadap hasilbelajar siswa pada konsep virus.

(6)

v

(Quasi-Experimental in SMAN 65 Jakarta). BA Thesis of Biology Education Study Program, Department of Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta, 2014.

This research aims to determine the effect of using active learning strategies type learning starts with a question against learning result on virus concepts. This research was conducted in Jakarta SMAN 65 Jakarta academic year 2014-2015. The method used in this study was quasi-experimental methods. Samples were students of class X Science 1 as an experimental class-student treated active learning strategies type learning starts with a question and the students of class X Science 2 as control class student treated conventional learning strategy with question and answer method. Obtaining the average value 93,11 for post-test experimental class and 81,44 for post-test control class. Data analysis process two groups using t-test obtained results 6,04 t-test and t-table at 5% significance level was 1,67, then t-test > t-table. The results of this study indicate that there is influence of active learning strategies type learning starts with a question against learning result on virus concepts

(7)

vi

Segala puji bagi Allah, dengan Rahmat dan Hidayah-Nya yang selalu tercurahkan kepada seluruh hamba-Nya. Penulis senantiasa memanjatkan puji syukur kepada-Nya atas segala nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga.Dengan nikmat Iman dan Islam, sehat wal’afiat, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Penggunaan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question Terhadap Hasil Belajar

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu tugas akhir untuk mendapatkan gelar S1 di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Zulfiani, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Baiq Hana Susanti, M.Sc, selaku sebagai Pembimbing I dan Eny S. Rosyidatun, MA, selaku sebagai pembimbing II yang telah membimbing peneliti dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

5. Dr. Ahmad Sofyan, M. Pd, Pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dari awal sampai sekarang.

(8)

vii

9. Kedua orang tua, Sutarsono dan Asmiyati serta Gustiana Muharnani (kakakku) dan Amita Setya Wardani (Adikku) yang senantiasa mencurahkan kasih sayang dan doanya serta memberikan dukungan sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini.

10.Budi Hermawan yang telah cukup banyak membantu dan memberi semangat kepada penulis.

11.Teman-teman seperjuangan kelas Biologi B 2010 terutama Heni Lupitasari, Arifa Nurhudayanti, Woro Puspito, Eny Rahayu, dan Ristha Ingrid terima kasih atas kerjasama, dukungan, bantuan, dan doanya.

12.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis akan selalu mengingat atas kebaikan dan bantuannya.

Semoga laporan ini dapat memberikan pengetahuan baru bagi kita semua. Amin.

Jakarta, November 2014

(9)

viii

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ... 9

1. Strategi Pembelajaran Aktif ... 9

a. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 9

b. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif ... 10

c. Katakteristik Pembelajaran Aktif ... 12

d. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question ... 13

e. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question ... 14

2. Hasil Belajar ... 17

a. Konsep Belajar ... 17

1) Pengertian Belajar ... 17

2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 18

b. Konsep Hasil Belajar ... 20

(10)

1) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Materi

Virus ... 22

2) Kajian Materi Virus ... 23

B. Penelitian yang Relevan ... 26

C. Kerangka Pikir ... 28

D. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Metode dan Desain Penelitian ... 31

C. Populasi dan Sampel ... 32

D. Variabel Penelitian ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Instrumen Penelitian ... 33

1. Uji Validitas ... 35

2. Uji Reliabilitas ... 36

3. Uji Taraf Kesukaran ... 37

4. Daya Pembeda ... 38

G. Teknik Analisis Data... 40

1. Uji N-Gain ... 40

2. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 41

a. Uji Normalitas ... 41

b. Uji Homogenitas ... 41

c. Uji Hipotesis ... 42

H. Hipotesis Statistik ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44

1. Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 44

2. Data Nilai N-Gain Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 45

3. Uji Persyaratan Analisis Data ... 47

(11)

5. Pengujian Hipotesis Nilai ... 49

B. Data Hasil Proses Pembelajaran ... 51

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 53

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

(13)

xii

Lampiran 2. Soal Uji Instrumen Penelitian ... 74

Lampiran 3. Hasil Analisis Instrumen Penelitian ... 81

Lampiran 4. Instrumen Penelitian ... 91

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen... 96

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 116

Lampiran 7. Daftar Pertanyaan Kelas Eksperimen ... 126

Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa (Pertemuan 1) ... 129

Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa (Pertemuan 2) ... 131

Lampiran 10. Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa (Pertemuan 1) ... 134

Lampiran 11. Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa (Pertemuan 2) ... 138

Lampiran 12. Rekapitulasi Nilai LKS Kelas Eksperimen ... 142

Lampiran 13. Rekapitulasi Nilai LKS Kelas Kontrol ... 143

Lampiran 14. Data Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 144

Lampiran 15. Data Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 145

Lampiran 16. Data Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 146

Lampiran 17. Data Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 147

Lampiran 18. Perhitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Data Pretest Kelas Eksperimen... 148

Lampiran 19.Perhitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Data Pretest Kelas Kontrol ... 150

Lampiran 20. Perhitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Data Postest Kelas Eksperimen ... 152

Lampiran 21.Perhitungan Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi Data Postest Kelas Kontrol ... 154

Lampiran 22. Hasil uji Normal Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 156

Lampiran 23. Uji Normalitas Data Pretest dan Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 158

(14)

Lampiran 25. Uji Homogenitas Data Posttest KelasKontrol dan Kelas Kontrol ... 162 Lampiran 26. Uji Hipotesis Data N-Gain Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 163 Lampiran 27. Uji Hipotesis Data N-Gain Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 166 Lampiran 28. Lembar Observasi Keterlaksanaan RPP Kelas Eksperimen

(Pertemuan 1) ... 169 Lampiran 29. Lembar Observasi Keterlaksanaan RPP Kelas Eksperimen

(15)

1

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu pendidikan dirasa perlu sebagai suatu kebutuhan bangsa yang ingin maju. Dengan keyakinan bahwa pendidikan yang bermutu dapat menunjang pembangunan di segala bidang, apalagi mengingat era globalisasi yang kini menyentuh berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya mempersiapkan atau membekali sumber daya manusia yang memiliki keahlian dan keterampilan sesuai dengan tuntutan pembangunan bangsa.

Kenyataan saat ini, mutu pendidikan di Indonesia belum mencapai hasil yang diharapkan, sehingga mutu pendidikan masih harus terus ditingkatkan. Peningkatan mutu pendidikan penting untuk dilakukan, karena pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan kualitas sumber daya insani untuk pembangunan suatu bangsa.1

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, antara penyempurnaan kurikulum, pengadaan bahan ajar, peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan, peningkatan manajemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas pendidikan.2 Salah satu upaya yang sedang dijalankan saat ini adalah penggantian kurikulum dalam rangka penyempurnaan kurikulum di sekolah. Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.3 Tercapainya tujuan pendidikan itu merupakan

1Nur Raina Novianti, “Kontribusi Pengelolaan Laboratorium Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Efektivitas Proses Pembelajaran,” Jurnal ISSN 1412-565X Edisi Khusus, No. 1 (Agustus 2011), h.158 .(Tersedia online http://jurnal.upi.edu/saung-guru/view/644/kontribusi-pengelolaan- laboratorium-dan-motivasi-belajar-siswa-terhadap-efektivitas-proses-pembelajaran-penelitian-pada-smp-negeri-dan-swasta-di-kabupaten-kuningan-provinsi-jawa-barat).html .Pada 02/01/14)

2

Jalaluddin, “Efektivitas Manajemen Berbasis Sekolah Pada Sma Negeri I Matangkuli

Kabupaten Aceh Utara,” Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu SSN 1693-4849 (September 2010), hal. 17 . (Tersedia online: http://www.serambimekkah.ac.id/download/September-2010.pdf . Pada 02/01/14)

3Deden Cahaya Kusuma, “Analisis Komponen

-Komponen Pengembangan Kurikulum 2013

pada Bahan Uji Publik Kurikulum 2013,” Jurnal Analisis Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum 2013 FPMIPA UPI (2013), h. 3. (Tersedia online:

(16)

ukuran bagi pendidikan yang bermutu.4 Jadi dapat dikatakan apabila tujuan pendidikan tersebut tercapai maka tercapai pula pendidikan yang bermutu.

Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan tersebut. Dikarenakan hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu. Oleh karena itu, rendahnya hasil belajar siswa di sekolah saat ini sangat perlu diperhatikan.

Permasalahan mengenai rendahnya hasil belajar ini juga ditemukan khususnya pada sekolah menengah atas di SMAN 65 Jakarta, khususnya mengenai hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi. Berdasarkan wawancara penulis dengan guru mata pelajaran biologi di sekolah tersebut menunjukan bahwa kurang dari 50% hasil belajar siswa, yaitu nilai ulangan harian, masih berada dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hasil belajar yang merupakan salah satu indikator tercapainya mutu pendidikan yang diharapkan telah banyak menjadi sorotan bagi para guru dan Pemerintah. Tentunya dengan penyempurnaan kurikulum tersebut diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia atau dengan kata lain dapat meningkatkan hasil belajar. Namun, penyempurnaan kurikulum demi meningkatnya hasil belajar tersebut tidak akan berpengaruh apabila tidak direalisasikan dengan baik, terutama dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat 1 berbunyi “Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

Kurikulum_2013_Analisis_Komponen-Komponen_Pengembangan_Kurikulum_ 2013_pada_ Bahan_Uji_Publik_Kurikulum_2013_Penulis_Deden_Cahaya_Kusuma_1103500 .Pada 02/01/14)

(17)

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis Peserta Didik.”5

Dalam upaya menciptakan proses pembelajaran yang demikian, diperlukan salah satunya diperlukan strategi yang tepat. Strategi pembelajaran merupakan salah satu syarat terjadinya keefektifan pembelajaran, baik pendekatan yang berorientasi pada kondisi pembelajaran yang dikendalikan oleh pengajar maupun yang berorientasi pada peserta didik.6 Pencapaian hasil belajar akan menjadi semakin baik apabila pendekatan belajar baik. Dikarenakan pendekatan belajar yang diterapkan dengan baik tersebut dapat menjamin kebutuhan belajar dan sesuai tingkat pendidikan serta karakteristik peserta didik. Hal ini berarti peningkatan hasil belajar dapat ditentukan salah satunya oleh pendekatan belajar yang ditetapkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran dapat menjadi indikasi untuk mengetahui pencapaian dan peningkatan hasil belajar.

Berdasarkan pernyataan diatas, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar adalah meningkatkan kualitas pembelajaran dengan penerapan strategi pembelajaran yang lebih baik, disamping diperlukan pula media, sarana-prasarana, dan berbagai pendukung proses pembelajaran lainnya. Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pendidikan itu sendiri yang tidak terlepas dari peranan guru. Kemampuan guru menguasai teknologi pembelajaran untuk merencanakan, merancang, melaksanakan dan mengevaluasi serta melakukan feedback menjadi faktor penting guna mencapai tujuan pembelajaran. Kemampuan guru menguasai materi pembelajaran, gaya mengajar, penggunaan media, penentuan strategi, dan pemilihan metode pembelajaran merupakan suatu usaha guna melancarkan proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.

5 ”Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3

2 Tahun 2013 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,”

(Tersedia online: http://kesbangpol.kemendagri.go.id/files_arsip/pp_no.32-2013_.pdf .Pada 15/05/14).

6

(18)

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh penulis kepada guru mata pelajaran di SMAN 65 Jakarta, serta observasi yang juga dilakukan penulis di sekolah tersebut pada mata pelajaran biologi. Strategi pembelajaran yang biasa dilakukan sekolah SMAN 65 Jakarta pada mata pelajaran biologi ini masih dirasa kurang tepat. Dikarenakan strategi yang paling sering digunakan adalah diskusi kelompok dan presentasi, sertatanya jawab. Dimana dalam presentasi kebanyakan presentator kurang begitu memahami apa yang mereka presentasikan. Karena persiapan mereka sebelum presentasi hanya meraka dapatkan dari internet tanpa penjelasan oleh guru sebelumnya. siswa lain yang mendengarkan pun juga menjadi kurang memahami apa yang dijelaskan oleh kelompok presentator. Sesi tanya jawab pun berjalan dengan cukup kaku, dan hanya siswa-siswa yang aktif saja yang terlibat. Sedangkan sebagian besar siswa justru merupakan siswa yang pasif bertanya. Serta dalam diskusi kelompok hanya siswa yang unggul saja yang aktif berdiskusi, dan sebagian lainnya masih pasif. Sehingga sedikit banyak berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah tersebut.

Oleh karena itu, diperlukan pemilihan strategi pembelajaran lainnya yang dapat meningkatkan hasil belajar seperti yang diharapkan. Selain dari hasil belajar, masalah kepasifan siswa dalam proses pembelajaran juga menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam sekolah SMAN 64 Jakarta. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa sikap pasif siswa juga memiliki pengaruh terhadap hasil belajar yang diperoleh oleh siswa-siswa tersebut. Oleh sebab itu, penggunaan strategi yang tepat perlu diperhatikan dalam proses pengajaran, terutama di sekolah SMAN 65 Jakarta ini. Selain untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dan meningkatkan sikap pasif siswa dalam proses pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran yang tepat juga diharapkan mampu mempermudah proses pembelajaran bagi guru untk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

(19)

berlangsung secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru, dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak agar sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa, dapat mempermudah proses belajar (mempermudah dan mempercepat dalam memahami isi pembelajaran), karena strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa.

Terdapat berbagai macam strategi pembelajaran yang dapat dipergunakan guru di kelas dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan pendekatan yang tepat selain dapat mengatur siswa didalam kelas, juga dapat memberikan motivasi serta dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya secara optimal, dengan demikian siswa tidak hanya menyerap informasi dari guru, akan tetapi siswa dapat memahami konsep materi secara utuh karena adanya interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa lainnya.

Salah satu strategi yang dapat digunakan adalah strategi pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa atau anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.

Dalam strategi pembelajaran aktif, guru dituntut kreativitasnya dalam pengaplikasian strategi ini. Kemampuan guru untuk merancang dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat sasaran merupakan bagian penting dalam keterlaksanaan strategi pembelajaran aktif, terlebih jika dilakukan dengan profesional. Menurut Manulang, guru professional mampu membangun hubungan dengan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bersemangat, sehingga pembelajarannya memberi kepuasan (satisfaction), kebahagiaan (happiness), dan kebanggaan (dignities) dengan dukungan pelayanan hi-touch and high-tech.7

7

(20)

Keprofesionalan guru dan strategi pembelajaran aktif memang sangat berkesinambungan dalam upaya menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bersemangat. Strategi pembelajaran yang dapat menumbuhkan suasana demikian, sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan salah satunya adalah strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question, yaitu tipe strategi pembelajaran aktif yang mengajak siswa untuk dapat bertanya dan menemukan jawaban dari pertanyaan yang mereka ajukan denga berdiskusi sesama kelompoknya agar mereka lebih mengerti apa yang diajarkan oleh guru. Sebelum mereka mengajukan pertanyaan terlebih dahulu mereka harus membaca dan memahami materi yang diberikan oleh guru agar mereka bisa mengajukan mengenai materi yang memang belum mereka pahami. Kegiatan bertanya ini dilakukan di awal pelajaran, yaitu sebelum penjelasan dilakukan oleh guru. Sehingga siswa dipancing untung bertanya berdasarkan apa yang mereka pahami dari bahan bacaan yang diberikan.Proses bertanya sudah bukan lagi barang baru. Siswa yang tidak berani bertanya selama sekolah akan terus diam terpaku sampai lulus. Siswa yang aktif bertanya akan terus menanyakan masalah yang tidak diketahuinya. Siswa yang aktif inilah yang diharapkan pada strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question. Siswa harus bertanya. Bagaimana siswa harus bertanya? Hal ini dilakukan guru dengan membuka pembelajaran dengan menimbulkan masalah.

(21)

kemudian mendiskusikannya bersama kelompoknya, setelah itu siswa juga diminta untuk membuat pertanyaan-pertanyaan mengenai materi tersebut yang tentunya belum mereka pahami. Sehingga dengan cara tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa pada konsep virus. Atas dasar hal-hal tersebut penulis memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question Terhadap Hasil Belajar”khususnya pada konsep virus.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa masalah yang dapat di identifikasikan sebagai berikut:

1. Pemilihan strategi pembelajaran yang kurang tepat sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

2. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran biologi masih rendah, yaitu kurang dari 50% siswa yang hasil belajarnya mencapai KKM.

3. Sebagian siswa masih bersikap pasif selama proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis membatasi masalah pada: a. Strategi Pembelajaran yang diterapkan yaitu strategi pembelajaran aktif tipe

Learning Starts With A Question menurut Melvin L. Siberman.

b. Hasil belajar siswa hanya dibatasi pada aspek kognitif (C1 sampai C4). c. Konsep yang diajarkan pada penelitian ini adalah konsep virus.

d. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas X SMAN 65 Jakarta semester ganjil tahun ajaran 2014-2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan sebelumnya di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagi berikut:

“Bagaimanakah Pengaruh Penggunaan Strategi Pembelajaran Aktif tipe Learning

(22)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe learning Starts With A Question terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep virus.

F. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Bagi peneliti, menyampaikan informasi tentang pengaruh dari penggunaan strategi pembelajaran aktif tipe Learning starts with a question terhadap hasil belajar.

2. Bagi guru bidang studi khususnya biologi dapat menjadikan salah satu tipe strategi pembelajaran aktif tersebut sebagai salah satu alternatif dalam proses belajar mengajar.

(23)

9

A. Kajian Teori

1. Strategi Pembelajaran Aktif

a. Pengertian Strategi Pembelajaran

Dalam dunia pendidikan, menurut J.R. David dalam Wina Sanjaya, strategi diartikan sebagai a plan, method, or a series of activities designed to achieves a particular educational goal. Jadi, dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.1

Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumberdaya/kekuatan dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.2 Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam penetapan suatu strategi pembelajaran perlu dipertimbangkan mengenai langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan fasilitas yang tersedia seperti media pembelajaran, dan sumber belajar yang digunakan, serta tujuan yang diharapkan. Hal-hal tersebut harus diarahkan dan disesuaikan agar tercapainya tujuan yang diharapkan. Sehingga di akhir proses pembelajaran, strategi pembelajaran tersebut dapat diukur keberhasilannya, dilihat dari tercapainya tujuan yang diharapkan tersebut.

Strategi pembelajaran merupakan komponen penting dalam sistem pembelajaran. Strategi pembelajaran terkait dengan bagaimana materi disiapkan, metode apa yang baik untuk menyampaikan materi pembelajaran tersebut, dan

1

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 126

(24)

bagaimana bentuk evaluasi yang tepat digunakan untuk mendapatkan umpan balik pembelajaran.3

Strategi pembelajaran merupakan cara pengorganisasian isi pelajaran, penyampaian pelajaran dan pengelolaan kegiatan belajar dengan menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat dilakukan guru untuk mendukung terciptanya efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran.4

b. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif adalah suatu proses dimana siswa secara aktif terlibat dalam membangun pemahaman tentang fakta-fakta, gagasan, dan keterampilan melalui penyelesaian tugas dan kegiatan. Ini adalah jenis kegiatan yang dapat melibatkan siswa dalam proses belajar.5 Keterlibatan siswa merupakan hal yang sangat ditekankan dalam pembelajaran aktif ini.

Tempat yang pasti untuk menemukan pemaknaan dalam pendidikan adalah dalam bentuk pemaknaan aktif yang beragam. Dengan menempatkan anak didik dalam kerangka kerja suatu masalah yang sebenarnya, dan dengan menempatkan tanggung jawab untuk suatu solusi atas anak didik, kita memberikan pembelajaran yang penuh makna dan pengaruhnya akan bisa segera dirasakan.6

Pemaknaan aktif di sini dimaksudkan sebagai pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif merupakan segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut.

Orlich dkk menyebutkan bahwa active learning is encompasses a wide range of teaching strategies, all of which engage the learner in the actual instruction that take place. Seat work is passive. Students working on problems in

3

Darmansyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan Dengan Humor, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 17

4 Ibid. 5

Daniel Bell and Jahna Kahrhoff, Active Learning Handbook,(St. Louis: Faculty Development Center Webster University, 2006), h.1 (Tersedia online

http://www.cgs.pitt.edu/sites/default/files/Doc6-GetStarted_ActiveLearningHandbook.pdf. Pada 7/01/14)

6

(25)

small group is active.7 Dari pernyataan tersebut diterangkan bahwa pembelajaran aktif merupakan sebuah strategi dimana semua kegiatan belajar mengajar melibatkan peserta didik atau siswa. Jadi, siswa dituntut keaktifannya selama pembelajaran berlangsung.

Dalam cara belajar siswa aktif dituntut kadar keaktifan siswa yang optimal sehingga dapat mencapai hasil yang optimal pula.8 Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Peran serta siswa (peserta didik) dan guru dalam konteks belajar aktif menjadi sangat penting. Guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan siswa belajar, sebagai narasumber yang mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi siswa, sebagai pengelola yang mampu merancang dan melaksanakan kegiatan belajar bermakna, dan dapat mengelola sumber belajar yang diperlukan. Siswa juga terlibat dalam proses belajar bersama guru karena siswa dibimbing, diajar dan dilatih menjelajah, mencari, mempertanyakan sesuatu menyelidiki jawaban atas suatu pertanyaan, mengelola, dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif. Siswa juga diharapkan mampu memodifikasi pengetahuan yang baru diterima dengan pengalaman dan pengetahuan yang pernah diterimanya.9

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun antar siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing- masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Keaktifan siswa tidak hanya keaktifan fisik tapi juga keaktifan mental. Belajar aktif sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang bermuara pada belajar mandiri, maka kegiatan belajar mengajar yang dirancang harus mampu

7

Donald C. Orclich, et al., Teaching Strategies : A Guide to Effective Instruction (Boston: Wadsworth, 2010), h. 40

8

Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 30

9

(26)

melibatkan siswa secara aktif. Siswa dan guru dalam belajar aktif sama berperan untuk menciptakan suatu pengalaman belajar yang bermakna.

c. Karakteristik Pembelajaran Aktif

Strategi pembelajaran aktif memiliki karakteristik yang membedakan strategi ini dengan strategi lainnya (strategi pembelajaran pasif khususnya). Karakteristik pembelajaran aktif tersebut yaitu 1) Pembelajaran tidak ditekankan pada penyampaian informasi, 2) Suasana atau kondisi mendukung untuk mengembangkan keterbukaan dan penghargaan terhadap semua gagasan peserta didik, 3)Peserta didik tidak hanya mendengarkan ceramah secara pasif melainkan mengerjakan berbagai hal yakni membaca, melihat, mendengar, melakukan eksperimen dan berdiskusi yang berkaitan dengan dengan materi pembelajaran.

Berdasarkan pernyataan diatas, dapat dijelaskan bahwa maksud dari poin pertama yaitu dalam kegiatan belajar mengajar, bukan penyampaian informasilah ditekankan dalam pembelajaran aktif. Melainkan penyampaian informasi tersebut merupakan bagian penting pada pembelajaran pasif dimana siswa hanya mendapatkan materi dari apa yang disajikan guru atau dalam kata lain hanya mendengarkan secara pasif.

Suasana dan kondisi merupakan salah satu hal terpenting untuk mendukung pembelajaran aktif. Peran guru sebagai pengelola sangat dibutuhkan. Sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.10

Dan yang ketiga mengenai Peserta didik tidak hanya mendengarkan ceramah secara pasif melainkan mengerjakan berbagai hal yakni membaca, melihat, mendengar, melakukan eksperimen dan berdiskusi. Hal ini berkaitan dengan poin pertama. Dimana dalam strategi pembelajaran aktif, siswa dituntut untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, tidak hanya menjadi pendengar pasif.

10

(27)

Berdasarkan karakteristik strategi pembelajaran aktif diatas, maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran aktif, yaitu tujuan pembelajaran harus ditunjukkan dengan jelas, peserta didik perlu diberitahu apa yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran, peserta didik perlu mendapatkan petunjuk yang jelas dalam setiap kegiatan, agar pembelajaran berjalan dengan efektif, guru perlu memilih teknik pembelajaran aktif yang sesuai dengan konsep yang dipelajari peserta didik, serta yang terakhir guru perlu menciptakan iklim pembelajaran aktif.

d. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question

Salah satu cara untuk menciptakan kondisi pembelajaran aktif adalah dengan menstimulir siswa untuk menyelidiki atau mempelajari sendiri materi pelajarannya, tanpa penjelasan terlebih dahulu dari guru. Strategi sederhana ini menstimulasi pengajuan pertanyaan, yang mana merupakan kunci belajar.11

Learning Start With A Question merupakan salah satu metode dalam strategi pembelajaran aktif yang mampu membuat siwa lebih aktif dalam pembelajaran di kelas. Metode Learning Start With A Question adalah strategi pembelajaran aktif dalam bertanya, dimana siswa dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran. Pada metode ini siswa dituntut untuk aktif bertanya terutama pada awal pembelajaran, oleh karena itu siswa diminta untuk mempelajari terlebih dahulu materi yang akan disampaikan oleh guru. Langkah pembelajaran Learning Start With a Question dimulai dengan guru memberitahu materi apa yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya di akhir pembelajaran. Selanjutnya di rumah siswa membaca dan membuat pertanyaan sesuai materi yang diberitahukan guru. Atau selain cara tersebut, dapat juga guru memberikan materi berupa handout di kelas pada pertemuan selanjutnya untuk dibaca dan didiskusikan siswa dengan pasangannya, guru akan mempersilahkan siswa untuk menuliskan pertanyaan dan mendiskusikannya dalam kelompok. Pada saat inilah siswa mulai aktif bertanya dan berdiskusi dengan temannya. Keaktifan siswa yang ingin ditingkatkan dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menuliskan pertanyaan,

11

(28)

mengerjakan soal, mengemukakan suatu fakta atau prinsip, mengajukan pertanyaan, memberi saran, dan mengemukakan pendapat.

Belajar sesuatu yang baru akan lebih efektif jika peserta didik itu aktif dan terus bertanya ketimbang hanya menerima apa yang disampaikan oleh pengajar. Salah satu cara untuk membuat peserta didik belajar secara aktif adalah dengan membuat mereka bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari pengajar.12 Tujuan dari strategi ini adalah membuat siswa dapat aktif bertanya dikarenakan bertanya merupakan salah satu kunci belajar.

e. Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question

Menurut Melvin L. Siberman, langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question adalah sebagai berikut:

1) Distribusikan kepada peserta didik sebuah hand-out materi pelajaran pilihan (Anda boleh menggunakan satu halaman dari satu buku teks daripada satu hand-out). Kunci pemilihan materi adalah kebutuhan untuk merangsang pertanyaan bagi sebagian pembaca. Selebaran memberikan informasi sangat luas tapi kurang detail atau penjelasan yang dibatasi sangatlah sesuai. Sebuah grafik atau diagram yang menarik dan menggambarkan beberapa disiplin ilmu merupakan pilihan yang baik. Teks yang terbuka utnuk interpretasi juga pilihan yang baik. Dengan harapan untuk menimbulkan rasa ingin tahu.

2) Suruhlah peserta didik mempelajari selebaran tersebut dengan seorang teman. Mintalah pasangan tersebut membuat pengertian hand-out sebanyak mungkin dan identifikasi apa yang tidak mereka mengerti. Dengan memberi tanda dokumen dengan pertanyaan-pertanyaan informasai yang tidak mereka mengerti, doronglah peserta didik memasukan tanda Tanya sebanyak mungkin yang mereka harapkan. Jika waktu mengizinkan, bentuklah pasangan kedalam kwartet dan berikan waktu kepada masing-masing utnuk saling membantu.

12

(29)

3) Berkumpul lagi di kelas, dan jawab pertanyaan peserta didik dengan tangkas. Anda mengajar dengan jawaban anda terhadap pertanyaan peserta

daripada melalui sebuah “preset leson” atau jika anda ingin, dengarlah

seluruh pertanyaan dan kemudian ajarkan sebuah “pressed lesson”, buatlah

usaha khusus untuk merespon pertanyaan yang diajukan peserta.13

Tidak jauh berbeda dengan Melvin, Hisyam Zaini dkk juga mengemukakan langkah-langkah strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question yaitu sebagai berikut:

1) Pilih bahan bacaan yang sesuai kemudian bagikan kepada peserta didik. Dalam hal ini bacaan tidak harus difotokopi kemudian dibagi kepada peserta didik, akan tetapi dapat dilakukan dengan memilih satu topik atau bab tertentu dari buku teks. Usahakan bacaan itu bacaan yang memuat informasi umum atau yang tidak detail, atau bacaan yang memberi peluang untuk ditafsirkan dengan berbeda-beda.

2) Minta peserta didik untuk mempelajari bacaan sendirian atau dengan teman.

3) Minta peserta didik untuk memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahami. Anjurkan mereka untuk memberi tanda sebanyak mungkin. Jika waktu memungkinkan, gabungkan pasangan belajar dengan pasangan lain, kemudian minta mereka untuk membahas poin-poin yang tidak diketahui yang telah diberi tanda.

4) Di dalam pasangan atau kelompok kecil, minta peserta didik untuk menuliskan pertanyaan tentang materi yang telah mereka baca.

5) Kumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang telah ditulis oleh peserta didik. 6) Sampaikan pelajaran dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.14

Berdasarkan tahapan-tahapan metode Learning Starts With A Question menurut Melvin dan Hisyam Zaini dkk di atas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan dari guru meminta siswa untuk memahami buku pegangan atau materi yang diberikan oleh guru yaitu agar siswa aktif bertanya, maka siswa diminta untuk

13

Mel Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009) , Cet.6, h. 144-145

14

(30)

mempelajari materi yang akan dipelajari yaitu dengan membaca terlebih dahulu. Bacaan materi yang diberikan merupakan materi yang umum, sehingga diharapkan siswa memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga apabila dalam membaca/membahas materi tersebut terjadi ketidak-pahaman atau bahkan kesalahan konsep akan terlihat dan dapat ditanyakan oleh siswa untuk kemudian dibahas serta dibenarkan secara bersama-sama. Strategi ini sangat baik untuk menimbulkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran karena salah satu cara peserta didik belajar secara aktif adalah dengan membuat mereka bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan pengajar.

Teknik ini dimungkinkan mampu meningkatkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran. Learning Starts with A Question merupakan teknik sederhana yang dapat diaplikasikan pada situasi sehari-hari mengenai proses pembelajaran dan dapat memberikan langkah untuk berkomunikasi dua arah antara guru dan peserta didik, sehingga mampu menggugah peserta didik untuk mencapai kunci belajar, yaitu bertanya.15

Kelebihan dari strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question ini adalah siswa harus bisa membaca dengan baik bahan ajar yang diberikan guru karena membaca juga merupakan kunci belajar, sehingga siswa bisa memahami materi pelajaran yang mereka pelajari dengan cara membuat pertanyaan dari bahan ajar yang tidak mereka pahami dan mendiskusikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat agar mereka benar-benar mengerti maksud dari bahan ajar dan materi yang diberi oleh guru.

15

Elza Firanda Riswani dan Ani Widayati. Model Active Learning Dengan Teknik Learning Starts With A Question Dalam Peningkatan Keaktifan Peserta Didik Pada Pembelajaran Akuntansi Kelas XI Ilmu Sosial 1 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 2, Tahun 2012, h. 5 . (Tersedia Online:

(31)

2. Hasil Belajar

a. Konsep Belajar

1) Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri seseorang. Antara proses belajar dengan perubahan adalah dua gejala saling terkait yakni belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti dari hasil yang diproses. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan maupun yang menyangkut nilai sikap.16 Perubahan yang dimaksud tentu saja perubahan yang positif. Sehingga dapat disimpulkan, apabila seorang siswa menunjukan suatu perubahan positif setelah proses belajar, hal tersebut berarti proses belajar yang telah dilakukan berhasil.

Dalam The Guidance of Learning Activities W.H. Buron mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.17

Salah satu definisi lainnya yang sederhana namun mudah diingat adalah yang dikemukakan oleh Gagne: “Learning is relatively permanent change a behavior that the result from past experience or purposeful instruction”. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan atau direncanakan.18

Secara sederhana, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tahu apa sebelumnya tidak diketahui, menjadi mengerti apa yang sebelumnya tidak dimengerti, dan menjadi memahami apa yang sebelumnya tidak dipahami, yang selanjutnya diharapkan hasil belajar tersebut dapat diaplikasikan ke kehidupan sehari-hari.

16

Tengku Zahara Djaafar, Kontribusi Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar, (Jakarta: Subbag Publikasi Sekretariat Badan atas izin Sekretariat Balitbang Depdiknas, 2001) h. 82.

17

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Op.Cit., h. 4 18

(32)

2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat kita bedakan menjadi 3 macam. Faktor internal (faktor dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa, faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa, faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.19

a) Faktor Internal siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi 2 aspek, yakni 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); 2) faktor psikologis (yang bersifat rohaniah).

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.

Selain faktor fisiologis, banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang juga dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: 1) tingkat kecerdasan/intelegensi siswa; 2) sikap siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa; 5) motivasi siswa.20

Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. 21 Hal tersebut dimungkinkan karena siswa yang memiliki

tingkat intelegensi tinggi dirasa lebih dapat mengatasi segala tantangan yang dihadapi terutama mengenai keilmuan.

19

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), h. 132

20Ibid. , h. 133 21

(33)

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.22 Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya.Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya.

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.23 Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.

Faktor psikologis selanjutnya yaitu minat. Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.24 Dengan kata lain, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.

Faktor psikologis yang terakhir yaitu motivasi. Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme (baik manusia ataupun hewan) yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.25 Dari sudut

22

Ibid., h. 135 23Ibid. 24Ibid.

, h. 136 25

(34)

sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi kebutuhannya. Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.

b. Konsep Hasil Belajar

Pada latar belakang sebelumnya telah disebutkan bahwa perlu adanya pemahaman tujuan pendidikan secara mendalam demi terbentuknya generasi bangsa yang dapat menghadapi tantangan di era globalisasi ini. Dikarenakan tujuan pendidikan merupakan masalah yang fundamental dalam pelaksanaan pendidikan. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan tersebut. Dikarenakan hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu. Hasil belajar dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada diri individu yang belajar, bukan saja perubahan yang mengenai pengetahuan atau intelektual, tetapi juga kemampuan untuk membentuk kecakapan dalam bersikap.

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk

(35)

hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.26

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.

c. Hasil Belajar Biologi

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu. Sedangkan hasil belajar biologi dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran biologi dalam waktu tertentu yang diukur menggunakan alat evaluasi tertentu. Yang tentunya hasil belajar biologi tersebut harus sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan yang tertera dalam sistem pendidikan nasional.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.27

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah, dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam aspek tersebut merupakan aspek yang harus ada pada pembelajaran biologi yang merupakan salah satu ilmu sains. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yaitu (a) gerakan reflex, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan

26

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h. 44-45 27

(36)

perseptual, (d) keharmonisan dan ketepatan, (e) gerakan ketermpilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif.28

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar terutama hasil belajar sains. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

d. Konsep Virus

1) Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Materi Virus

Berikut ini adalah kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran biologi konsep virus :

Tabel 2.1

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

3. 1 Menghayati dan

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.1Mengagumi, menjaga, melestarikan keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang ruang lingkup, objek dan permasalahan Biologi menurut agama yang dianutnya

3. 2 Menghayati dan

mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara

2.1 Berperilaku ilmiah (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif dalam melakukan percobaan dan diskusi di dalam kelas maupun di luar kelas

28

(37)

efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. 3Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora

dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

3.3 Mendeskripsikan ciri-ciri, replikasi dan peran virus bagi kehidupan

2) Kajian Materi Virus

a) Sejarah Penemuan Virus

Adolf Mayer adalah ilmuan Jerman penemu virus pertama, saat meneliti penyebab penyakit mozaik pada tanaman tembakau (bercak pada daun). Kemudian Dimitri Ivanowsky seorang ilmuwan Rusia juga menyimpulkan penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri patogen yang sangat

(38)

kecil yang dapat melewati saringan. Beberapa tahun kemudian, Martinus Beijerinck seorang ahli botani Belanda menyimpulkan Virus hanya dapat hidup pada mahluk hidup yang diserangnya. Penyebab penyakit ini berukuran jauh lebih kecil dari bakteri. Dan Wendell Stanley seorang ilmuan Amerika berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit mozaik tembakau tsb, kemudian dikenal dengan sebutan Tobacco Mozaik Virus (TMV).

b) Ciri-Ciri Tubuh Virus

Ciri-ciri tubuh virus antara lain memiliki ukuran lebih kecil dari bakteri (2-20 mikron), hanya berkembang biak pada sel yang hidup (Parasit intraseluler obligat), tidak memiliki protoplasma, dapat dikristalkan, asam nukleat terdiri atas ADN dan ARN, aseluler, bersifat pathogen, serta virus tidak bisa mensintesis protein karena tak punya ribosom.Bentuk tubuh virus bervariasi, antara lain berbentuk batang, bulat, oval (peluru), filament (benang), persegi banyak (polyhedral), dan seperti huruf T.

c) Cara Hidup dan Reproduksi Virus

Virus hanya dapat hidup di dalam sel hidup organisme tertentu yang cocok sehingga disebut parasit intraseluler obligat. Virus berkembang biak dengan cara replikasi (perbanyakan diri) di dalam sel inang. Virus bereproduksi dapat melalui siklus litik dan siklus lisogenik.

Pada siklus litik terdapat 5 tahap, yaitu tahap adsorbsi, tahap penetrasi, tahap sintesis/eklifase, tahap pematangan, dan tahap lisis. Sedangkan pada siklus lisogenik terdapat 4 tahap, yaitu tahap adsorbsi yang sama seperti pada siklus lisis, kemudian tahap penetrasi. Selajutnya tahap penggabungan. Dan yang terakhir tahap replikasi, yaitu saat sel inang yang mengandung DNA virus membelah diri, maka virus akan diwarisi kepada kedua sel anaknya. d) Klasifikasi Virus

(39)

e) Peranan virus dalam kehidupan

Peranan virus yang menguntungkan, yaitu dalam teknologi rekayasa genetika, pembuatan vaksin protein, untuk pengobatan secara biologis, pemberantasan hama, serta untuk pembuatan perangkat elektronik,

Peranan virus yang merugikan, yaitu (1) Penyebab penyakit pada manusia seperti gondongan, herpes, cacar variola, cacar air varisela, influenza, campak, AIDS, poliomyelitis, tumor, kanker, karsinoma, kutil, demam berdarah, chikungunya, ebola, flu burung, dan penyakit SARS. (2) Penyebab penyakit pada hewan seperti rabies, penyakit mulut dan kuku, tetelo (NCD), tumor (kutil). (3) Penyebab penyakit pada tumbuhan seperti tungro, mosaic, dan penyakit TYLCD.

f) Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Virus

Usaha pencegahan infeksi virus dapat dilakukan dengan cara pemberian vaksin. Vaksin virus dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu vaksin virus mati dan vaksin hidup yang dilemahkan.Usaha pengobatan infeksi virus yaitu dengan penggunaan interferon dan kemoterapi antivirus Pembiakan Virus

g) Viroid dan Prion

Pada tahun 1971, ahli patologi tumbuhan O. T. Diener menemukan partikel RNA infektif yang lebih kecil dari pada virus dan dapat menyebabkan penyakit pada tumbuhan. Partikel ini dinamakan viroid. Viroid mirip dengan virus, namun terdapat perbedaan yaitu dimana setiap partikel RNA berisi RNA tunggal yang spesifik. Viroid tidak mempunyai kapsid ataupun dinding luar. Viroid tidak mengkode protein, dan dapat bereplikasi namun tidak mampu bereplikasi di dalam sel inang. Pada tahun 1997, ilmuan amerika , Stanly Prusiner, mendapatkan Hadiah Nobel atas penelitiannya terhadap protein penginfeksi yang lebih sederhana dari viroid, yaitu prion.29

29

(40)

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan terhadap penelitian ini. Sebuah penelitian dilakukan oleh Nilma Purnama menunjukan bahwa tingkat hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan metode learning starts with a question lebih tinggi daripada yang diajarkan dengan metode ekspositori. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif metode learning starts with a question berpengaruh baik terhadap hasil belajar matematika siswa.30

Riddya Hasan, Renny Risdawati dan Siska Nerita dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa bahwa hasil belajar biologi siswa yang menggunakan strategi LSQ dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa dibandingkan dengan metode ceramah di kelas X SMAN 2 Pancung Soal. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar biologi yang diperoleh dari kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dari uji Homogenitas dan uji Normalitas ternyata data homogen dan berdistribusi normal. Dimana nilai rata-rata kelas eksperimen 78,42 dan kelas kontrol 63,56.31

Eko Budi Susatyo, Sri Mantini Rahayu S., Restu Yuliawati dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan model LSQ dengan siswa yang menggunakan model SRL. Hasil belajar siswa yang menggunakan model LSQ lebih baik daripada siswa yang menggunakan model SRL karena dalam pembelajaran dengan model LSQ siswa dituntut untuk bertanya, bekerja sama dengan siswa lain dalam belajar dan

30

Nilma Purnama. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Memulai Pelajaran dengan Pertanyaan (Learning Starts With A Question) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa.” Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarifhidayatullah Jakarta, 2010, h. 63

31

Riddya Hasan, Renny Risdawati, dan Siska Nerita. “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMAN 2 Pancung Soal Kabupaten Pesisir Selatan Tahun Pelajaran

(41)

menyelesaikan soal, sehingga siswa terlatih dan siap dalam menerima pelajaran di kelas..32

Eko Kurniadi, Mukhni, dan Niniwati juga melakukan penelitian mengenai hal yang sama. Dalam penelitiannya didapatkan hasil bahwa aktivitas belajar siswa pada kelas yang menerapkan strategi Learning Starts with a Qeustion cenderung mengalami peningkatan dari pertemuan pertama sampai pertemuan ke enam pada pembelajaran matematika siswa di kelas VIII SMPN 8 Padang. Dan hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menerapkan strategi Learning Starts with a Qeustion lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menerapkan pembelajaran biasa pada siswa kelas VIII SMPN 8 Padang. 33

Silvia Otrina, Villia Anggraini, dan Merina Pratiwi dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe Learning Starts With A Question lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMPN 2 Pasaman.34

Ida Yanti, Delsi K, dan Alfi Yunita melakukan penelitian hal yang sama. Berdasarkan hasil analisis data yang dikemukakan dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman konsep matematis siswa yang menerapkan strategi Learning Starts With A Question lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional di kelas IX SMPN 2 Ranah Batahan.35

32 Eko Budi Susatyo, Sri Martini Rahayu, dan Restu Yuliawati.”

Penggunaan Model Learning Start With A Question Dan Self Regulated Learning Pada Pembelajaran Kimia.” Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol . 3 No.1, 2009, h. 406-412. (Tersedia Online:http://journal.unnes .ac.id/nju/index.php/JIPK/article/view File/1273/1324. Pada 18/11/14)

33 Eko Kurniadi, Mukhni, dan Niniwati, “Penerapan Strategi Pembelajaran Akti f Tipe Learning Starts With A Question Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 8

Padang Tahun Pelajaran 2012/2013”.Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Bung Hatta dan

Universitas Negeri Padang. (Tersedia Online : http://portalgaruda.org. Pada 18/11/14)

34Silvia Otrina, Villia Anggraini, dan Merina Pratiwi. “Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Learning Starts With A Question (LSQ) Terhadap Pemahaman Konsep Matematis

Siswa SMP Negeri 2 Pasaman.” Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI SUMBAR. (Tersedia Online http://jurnal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/MHSMAT/index.php/mat20121/ issue/view/ 1/show Toc. Pada 18/11/14)

35Ida Yanti, Delsi K, dan Alfi Yunita. ”Pengaruh Penerapan Strategi Learning Starts With

(42)

Suryo Budi Susanto dan Munoto dalam penelitiannya menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang didapatkan menggunakan strategi learning starts with a question lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran konvensional, hal ini dibuktikan dengan nilai ttest lebih besar ttabel (9,529>1,67).36

C. Kerangka Berpikir

Dalam proses belajar, terdapat dua faktor yang mempengaruhinya. Yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang terdapat dalam diri siswa, sehingga sulit bagi guru untuk meningkatkat kualitas pembelajaran melalui pendekatan faktor ini. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor luar yang mempengaruhi proses pembelajaran. Akan lebih mudah bagi guru dalam memodifikasi faktor eksternal ini untuk menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih efektif fan efisien. Salah satunya adalah strategi pembelajaran.

Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran biologi ini yaitu Strategi Pembelajaran Aktif tipe learning starts with a question. Strategi pembelajaran aktif Learning Start with a Question ini merupakan salah satu cara untuk menciptakan kondisi pembelajaran dengan menstimulir siswa untuk menyelidiki atau mempelajari sendiri materi pelajarannya, tanpa penjelasan terlebih dahulu dari guru. Karena sebelumnya siswa akan diberikan handout berisi materi untuk kemudian didiskusikan dengan kelompoknya. Dimana dalam diskusi kelompok tersebut siswa menulis pertanyaan mengenai materi yang belum mereka mengerti setelah didiskusikan. Strategi ini akan menstimulasi pengajuan pertanyaan, yang mana merupakan kunci belajar.

Kabupaten Pasaman Barat.” Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI SUMBAR. (Tersedia Online http://portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=182221. Pada 18/11/14)

36Suryo Budi Susanto dan Munoto. ”

Pengaruh Strategi Learning Starts With A Question Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Standar Kompetensi Memahami Sifat Dasar Sinyal Audio di

SMK Negeri 2 Surabaya.” Program Studi Pendidikan Elektro, Universitas Negeri Surabaya.

(43)

Diharapkan dengan pemilihan strategi belajar aktif tipe Learning Start with a Question siswa bisa lebih aktif dan ikut berpartisipasi selama proses pembelajaran karena strategi ini mengarahkan siswa untuk memahami materi yang diajarkan guru pada proses pembelajaran, sebab siswa diharuskan membuat pertanyaan. Untuk dapat berpartisipasi bertanya dan mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran tentu siswa harus membaca dan mencari sumber bacaan serta menambah dari sumber-sumber belajar lain yang sesuai, serta mendiskusikan dengan teman sekelompoknya. Selain dengan bertanya siswa juga dapat melatih dirinya berbicara di depan umum dan menjelaskan dengan bahasa sendiri mengenai pemahaman yang mereka terima.

Berdasarkan uraian tersebut terlihat adanya keterkaitan antara strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question terhadap hasil bbelajar biologi siswa terutama pada konsep virus. Dengan demikian diduga adanya pengaruh strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question terhadap peningkatan hasil belajar biologi siswa pada konsep virus.

(44)

D. Hipotesis Penelitian

(45)

31

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 65 Jakarta yang beralamat di Jalan Panjang Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015 di bulan September 2014.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) dimana tidak memungkinkan penulis untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali dari variabel-variabel tertentu. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanan eksperimen.1 Pelaksanaannya melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang diberi perlakuan Strategi pembelajaran aktif dengan metode Learning Starts With A Question dan kelompok kontrol yang diberi perlakuan Strategi pembelajaran konvensional dengan metode tanya jawab. Penelitian ini menggunakan desain penelitian berbentuk Two Group Randomized Subject Pretest Postest, yakni desain yang dilakukan terhadap dua kelas subyek. Desain penelitian berikut dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

A T1 Xe T2

B T1 Xk T2

1

(46)

Keterangan :

A = Kelas eksperimen B = Kelas kontrol

T1 = Tes awal yang diberikan

Xe = Strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question Xk = Strategi pembelajaran konvensional metode tanya jawab T2 = Tes akhir yang diberikan

C. Populasi/Sampel

Populasi sampling dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 65 Jakarta. Sedangkan populasi sasaran pada penelitan ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 65 Jakarta dan yang menjadi sampel adalah sebagian anggota populasi target. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.2 Sampel diambil dengan menggunakan teknik Purposive Sampling yaitu memilih sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang dimaksud adalah nilai rata-rata yang setara dari kedua sampel yang akan digunakan, serta kedua sampel yang akan digunakan diajarkan oleh guru mata pelajaran biologi yang sama. Teknik ini dilakukan dengan memilih 2 diantara 3 kelas yang ada. Setelah dilakukan Purposive Sampling pada populasi, maka didapatkan sebanyak 2 kelas sebagai sampel, yaitu kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA 2 sebagai kontrol.

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel X (variabel bebas) yaitu Strategi pembelajaran aktif tipe learning starts with a question, dan variabel Y (variabel terikat) yaitu hasil belajar.

2

Gambar

Tabel 2.1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

visi telah tersedia di bisnis ini visi telah tersedia di bisnis ini dalam suatu system business dalam suatu system business. school yang terpadu (K- school yang

Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir atau pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang di anggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu

utamanya adalah larangan alih fungsi lahan dan juga rencana tata ruang wilayah di. Kabupaten Semarang dan

Pertumbuhan yang luar biasa dari komunitas Napster Versi baru setiap file-pemeriksaan software termasuk sebuah tombol Beli yang mempunyai link ke CDNow Mungkin bermanfaat

Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial..

Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang sangat bermafaat dan dapat membantu Komunitas Sepak Bola Sosial Uni Papua untuk masa yang akan datang,

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif penggunaan media projector LCD terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 03 Way

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi,evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran