Lampiran
Tabel: CATATAN PERKEMBANGAN
No. Dx
Hari/ta nggal
Pukul Tindakan Keperawatan dan Hasil Tindakan
1 Selasa/
Memantau keadaan umum klien: kesadaran
komposmentis dan klien mengeluh masih mual.
Mengkaji abdomen: auskultasi bising usus 16kali/
menit, dan terdapat distensi abdomen.
Melakukan vital sign: - TD: 110/80 mmHg
-HR: 88 kali/menit
-RR: 22 kali/menit
-T: 37,80C
-Skala nyeri: 4 di bagian
epigastrium
Menganjurkan untuk sering melakukan perawatan
oral dan menganjurkan makan sedikit tapi sering
untuk menghindari mual dan muntah : klien
menyetujui anjuran yang diberikan.
Mengobservasi warna/konsistensi/ jumlah feses dan
mencatat konsistensi lembek/ bau busuk: warna feses
pucat dengan konsistensi lunak dan jumlahnya
sekitar ½ gelas.
Memberikan injeksi Ranitidin 1 ampul/ 12 jam,
Novalgin 1 ampul/ 8 jam dan Cefotaxime 1 vial/ 8
jam: telah dilakukan dan klien menyetujui.
Menimbang berat badan pasien setiap hari: 46 kg
Melakukan auskultasi bising usus: frekwensi 18
kali/menit
Membagi diet makan dan memantau klien makan:
klien makan sangat lambat, nafsu makan klien masih
berkurang, makanan tersisa ¼ porsi.
18 Juni
khusus (skala 0-10): nyeri di bagian epigastrium
tengah dengan skala 5.
Memberikan lingkungan yang tenang: suara- suara
pengunjung atau pun suara lain disekitar klien
berkurang.
Membantu melakukan teknik relaksasi, yaitu tarik
nafas dalam: klien mampu melakukan sendiri setelah
dilatih.
Melakukan vital sign: - TD: 120/70 mmHg
-HR: 86 kali/menit
-RR: 18 kali/menit
-T: 37,60C
Mengkaji kembali keluhan nyeri: skala 4 dan nyeri
tekan epigastrium dengan skala 4.
3 Selasa/
Memantau suhu pasien (derajat dan pola) dan
memperhatikan apakah klien menggigil/diaphoresis:
suhu 38,00C, dan klien menggigil.
Memakaikan selimut pada klien dan menganjurkan
untuk banyak minum air putih: klien minum air putih
sebanyak 2 ½ gelas
Melakukan kompres air bersuhu normal
Menganjurkan klien untuk mandi air hangat: klien
mampu mandi di kamar mandi dan dibantu oleh
ibunya.
Memberikan obat oral Sistenol tablet 3x1 hari setelah
makan.
Melakukan vital sign: -TD: 120/80 mmHg
-HR: 82 kali/menit
-RR: 18 kali/menit
-T: 37,20C
1 Rabu/
Menganjurkan makan sedikit tapi sering dan dalam
keadaan masih hangat: klien melakukan apa yang
dianjurkan.
Menganjurkan makan-makanan yang mengandung
nutrisi yang tinggi: klien melakukan apa yang
dianjurkan.
Melakukan TTV rutin:
- TD: 110/70 mmHg
- HR: 82 kali/menit
- RR: 20 kali/menit
- T: 37,30C
Memberikan injeksi Ranitidin 1 ampul/ 12 jam,
Novalgin 1 ampul/ 8 jam dan Cefotaxime 1 vial/ 8
jam: telah dilakukan dan klien menyetujui.
Menimbang berat badan klien setiap hari: 46,4 kg
Membagi diet makan dan memantau klien makan:
nafsu makan klien mulai meningkat, makanan tidak
tersisa.
Memberikan obat oral Sistenol tablet 3x1 hari setelah
makan.
Menganjurkan kembali klien untuk mandi air hangat:
klien mampu mandi di kamar mandi dan dibantu oleh
ibunya.
Menganjurkan sering melakukan teknik relaksasi:
klien sering melakukannya.
Melakukan TTV rutin:
- TD: 120/80 mmHg
- HR: 78 kali/menit
- RR: 18 kali/menit
- T: 37,20C
1 Kamis/
20 Juni
2013
20.00
20.30
22.00
06.00
06.15
08.00
08.10
Menimbang berat badan klien: 46,7 kg
Menganjurkan makan-makanan yang mengandung
nutrisi yang tinggi.
Melakukan TTV rutin:
-TD: 120/70 mmHg
-HR: 76 kali/menit
-RR: 22 kali/menit
-T: 37,20C
Membagi diet makan dan memantau klien makan:
klien menikmati makanan yang tersedia dan
menghabiskan makanan yang tersedia.
Memberikan obat oral Sistenol tablet 3x1 hari setelah
makan.
Memberikan injeksi Novalgin 1 ampul/ 8 jam dan
Cefotaxime 1 vial/ 8 jam: telah dilakukan dan klien
menyetujui.
Menimbang berat badan klien: 47 kg
2 Kamis/
20 Juni
2013
04.00 06.00
07.00
Memberikan obat Ranitidin 1 ampul/12 jam.
Menganjurkan kembali klien untuk mandi air hangat:
klien mampu mandi di kamar mandi dan dibantu oleh
ibunya.
Melakukan TTV rutin:
-TD: 120/80 mmHg
-HR: 76 kali/menit
-RR: 18 kali/menit
-T: 37,00C
Daftar Pustaka
Asmadi, (2008).Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:Salemba Medika.
Brunner & Suddart, (2002).Buku Ajar:Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.Volume 2. Jakarta: EGC.
Doenges, dkk, (2000).Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Herdman, T.H., (2012). Diagnosa Keperawatan NANDA Internasional: Defenisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Potter, A., Perry, (2005). Buku Ajar: Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Riyadi, S., Sukarmin, (2008).Asuhan Keperawatan pada Pesien dengan Gangguan Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Tarwoto, Wartonah, (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Wahit, (2007).Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori & Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
BAB III
Kesimpulan dan Saran
3.1.KesimpulanKebutuhan nutrisi berkaitan erat dengan aspek-aspek yang lain dan
dapat dicapai jika terjadi keseimbangan dengan aspek-aspek yang lain. Nutrisi
berpengaruh juga dalam fungsi-fungsi organ tubuh, pergerakan tubuh,
mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang
rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia, maka
akan terhindar dari ancaman-ancaman penyakit.
Setelah melakukan implementasi sesuai dengan rencana asuhan
keperawatan pada Nn. P dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi,
perkembangan kesehatan klien membaik dengan kriteria terjadinya
peningkatan berat badan klien menuju angka berat badan ideal (BBI) yaitu 47
kg, tidak mengalami malnutrisi, nyeri klien berkurang menjadi skala 2, klien
tidak lagi demam (demam turun), tidak terjadi komplikasi yang mungkin
muncul jika tidak dilakukan implementasi keperawatan dengan segera, serta
perubahan pola hidup klien meningkat dengan memperhatikan diet makanan
yang tepat sesuai yang dianjurkan.
3.2.Saran
1) Bagi kebutuhan klien
Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat penting
untuk diupayakan. Upaya untuk melakukan peningkatan kebutuhan
nutrisi dapat dilakukan dengan cara makan-makanan dengan gizi
seimbang dengan di imbangi keadaan hidup bersih untuk setiap
individu. Hal tersebut harus dilakukan setiap hari, karena tanpa setiap
hari maka tubuh manusia bisa terserang penyakit akibat imun tubuh
yang menurun.
2) Bagi institusi pendidikan.
Semoga karya tulis ilmiah (KTI) ini dapat menambah wawasan
kita selaku mahasiswa tentang Asuhan Keperawatan pada klien dengan
3) Bagi pelayanan kesehatan
Bagi perawat yang profesional harus memiliki keterampilan yang
cukup tinggi selain adanya ilmu yang mendasari dan sikap yang
mendukung terhadap terwujudnya suatu bentuk pelayanan kesehatan
yang optimal.Dan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan dasar nutrisi, perawat
harus mempunyai ilmu dan keterampilan khusus yang mendukung
BAB II
Pengelolaan Kasus
2.1.Konsep Dasar Penyakit
2.1.1.Pengertian Pankreatitis
Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius
pada pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan
yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan
dengan cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap berbagai
pengobatan.(Brunner & Suddart, 2002).Pankreatitis adalah inflamasi yang
mengenai pankreas yang bersifat serius dengan intensitas yang ringan
sampai berat dan berakibat fatal (Riyadi, S & Sukarmin, 2008).Pankreatitis
juga didefenisikan sebagai peradangan pada pankreas yang mengganggu
fungsi eksokrin dalam membantu menjalankan metabolisme dalam tubuh
(Riyadi, S & Sukarmin, 2008).Sedangkan menurut Doenges (2000)
pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana
enzim pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari
pankreas.
2.1.2.Klasifikasi Pankreatitis
1) Pankreas Akut
Pankreas akut merupakan inflamasi pada pankreas akibat
tercernanya organ tersebut oleh enzim-enzim yang dikeluarkan pankreas
(terutama tripsin) (Riyadi, S & Sukarmin, 2008).Pankreatitis akut atau
inflamasi pada pankreas terjadi akibat tercernanya organ ini oleh
enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin(Brunner & Suddart, 2002).
2) Pankreas Kronik
Pankreatitis kronik merupakan kelainan inflamasi yang ditandai
oleh kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas
(Brunner & Suddart, 2002).Riyadi, S & Sukarmin (2008) juga
yang ditandai dengan kehancuran anatomis dan fungsional yang
progresif pada pancreas.
2.1.3. Etiologi
Penjelasan penyebab dari timbulnya penyakit Pankreatitis menurut
Brunner & Suddart (2002) adalah sebagai berikut:
1) Pankreas Akut
Pankreatitis akut terjadi akibat proses tercernanya organ ini oleh
enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin. Delapan puluh persen
penderita pankreatitis akut mengalami penyakit pada duktus billiaris;
meskipun demikian, hanya 5% penderita batu empedu yang kemudian
mengalami nekrosis.
Kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam waktu lama merupakan
penyebab umum pankreatitis akut, tetapi pasien biasanya sudah menderita
pankreatitis kronis yang tidak terdiagnosis sebelum episode pankreatitis
akut terjadi. Keadaan lain yang jarang ditemukan sebagai penyebab
pankreatitis adalah infeksi bakteri atau virus, atau pankreatitis akibat virus
parotitis. Trauma tumpul abdomen, penyakit ulkus peptikum, penyakit
vaskuler iskemik, hiperlipidemia, hiperkalsemia, dan penggunaan
kortikosteroid, preparat diuretik tiazida, serta kontrasepsi oral ternyata
berkaitan dengan peningkatan insidens pankreatitis.
2) Pankreas Kronik
Konsumsi alkohol dalam masyarakat Barat dan malnutrisi yang
terdapat di seluruh dunia merupakan penyebab pankreatitis kronis.Pada
alkoholisme, insiden pankreatitis 50 kali lebih tinggi dibandingkan insiden
dalam populasi bukan peminum.Konsumsi alkohol dalam waktu lama
menyebabkan hipersekresi protein dalam sekret pankreas. Akibatnya akan
terbentuk sumbat protein dan batu (kalkuli) dalam duktus pankreas.
Alkohol juga memiliki efek toksik yang langsung pada sel-sel pankreas.
Kemungkinan terjadinya kerusakan sel-sel ini akan lebih parah pada
pasien-pasien yang kandungan protein dalam makanannya buruk atau yang
2.1.4.Patofisiologi
Pankreatitis merupakan penyakit sistemik yang terdiri dari dua
fase.Pertama, fase awal yang disebabkan efek sistemik pelepasan mediator
inflamasi, disebut sindrom respons inflamasi sistemik atau systemic inflamatory response syndrome (SIRS) yang berlangsung sekitar 72 jam.Gambaran klinisnya menyerupai sepsis, tetapi tidak ada bukti-bukti
infeksi.Kedua, fase lanjut merupakan kegagalan sistem pertahanan tubuh
alami yang menyebabkan keterlibatan sampai kegagalan multiorgan, yang
biasanya dimulai pada awal minggu kedua.Kegagalan fungsi salah satu
organ merupakan penanda beratnya penyakit dan buruknya faktor prognosis.
Pankreatitis atau inflamasi pada pankreas terjadi akibat penyumbatan duktus
pankreatikus, biasanya oleh batu empedu di duktus bilaris
komunis.Hiperlipidemia adalah suatu faktor resiko timbulnya pankreatitis
yang dapat merangsang secara berlebihan pelepasan enzim-enzim pankreas,
atau berperan menyebabkan terbentuknya batu empedu.Alkoholisme kronik
juga berkaitan dengan pankreatitis, alkohol menambah konsentrasi protein
dalam cairan pankreas dan mengakibatkan endapan yang merupakan inti
untuk terjadinya kalsifikasi yang menyebabkan pankreatitis. (Brunner &
Suddart, 2002)
2.1.5.Manifestasi klinik
Manifestasi klinik dari penyakit pankreatitis menurut Brunner &
Suddart (2002) adalah sebagai berikut:
1) Pankreatitis Akut
Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis
yang menyebabkan pasien datang ke rumah sakit.Rasa sakit dan nyeri
tekan abdomen yang disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat iritasi
dan edema pada pankreas yang mengalami inflamasi tersebut sehingga
kapsul pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga turut
menimbulkan rasa sakit.
Secara khas rasa sakit yang terjadi pada bagian tengah ulu hati
(midepigastrium).Awitannya sering bersifat akut dan terjadi 24-48 jam
setelah makan atau setelah mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit ini
dapat bersifat menyebar dan sulit ditentukan lokasinya.Umumnya rasa
sakit menjadi semakin parah setelah makan dan tidak dapat diredakan
dengan pemberian antasid. Rasa sakit ini dapat disertai dengan distensi
abdomen, adanya massa pada abdomen yang dapat diraba tetapi
batasnya tidak jelas dan dengan penurunan peristaltik. Rasa sakit yang
disebabkan oleh pankreatitis sering disertai dengan muntah.
Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler
teraba pada abdomen. Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi
dan merupakan tanda yang fatal.Namun demikian abdomen dapat tetap
lunak jika tidak terjadi peritonitis.Ekimosis (memar) didaerah pinggang
dan disekitar umbilikus merupakan tanda yang menunjukkan adanya
pankreatitis haemoragik yang berat.
Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis
akut.Muntahan biasanya berasal dari isi lambung tetapi juga dapat
mengandung getah empedu.Gejala panas, ikterus, konfusidan agitasi
dapat terjadi.
Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan
hipovolemia serta syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar
cairan yang kaya protein, karena cairan ini mengalir kedalam jaringan
dan rongga peritoneum.Pasien dapat mengalami takikardia, sianosis dan
kulit yang dingin serta basah disamping gejala hipotensi.Gagal ginjal
akut sering dijumpai pada keadaan ini.
Gangguan pernafasan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat
memperlihatkan gejala infiltrasi paru yang difusi, dispnoe, takhipnoe
dan hasil pemeriksaan gas darah abnormal.Depresi miokard,
hipokalsemia, hiperglikemia dan koagulopati intravaskuler diseminata
2)
Pankreatitis KronisInsidens pankreatitis kronis meningkat pada laki-laki dewasa dan
ditandai oleh serangan nyeri hebat di daerah abdomen bagian atas dan
punggung, disertai muntah.Serangan nyeri sering sangat hebat sehingga
pemberian preparat narkotik, sekalipun dengan dosis tinggi, tidak
mampu meredakan nyeri tersebut. Resiko ketergantungan opiat akan
meningkat pada pankreatitis karena sifatnya yang kronis dan hebatnya
rasa nyeri.
Penurunan berat badan merupakan masalah utama pada
pankreatitis kronis. Biasanya disebabkan oleh penurunan asupan
makanan akibat anoreksia atau perasaan takut bahwa makan akan
memicu serangan berikutnya. Malabsorbsi mengakibatkan proses
pencernaan bahan makanan khususnya protein dan lemak akan
terganggu. Defekasi menjadi lebih sering dan feces menjadi berbuih
(steatore) akibat gangguan pencernaan lemak.
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi
2.2.1.Pengertian Nutrisi
Nutrien merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh
(Potter & Perry, 2005). Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses
proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan
dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya (Wartonah,
2010). Nutrisi dapat juga dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat
gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit ( Wartonah, 2010 ).Sedangkan
menurut Wahit (2007) nutrien adalah sejenis zat kimia organik atau
anorganik yang terdapat dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk
2.2.2.Jenis-Jenis Nutrisi
Ada 6 kategori zat makanan menurutPotter & Perry (2005), yaitu air,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Tarwoto & Wartonah
(2010) menyebutkan nutrisi terdiri atas karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, dan air. Sedangkan jenis-jenis nutrisi menurut Asmadi
(2008) yaitu karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Asmadi menyebutkan
bahwa mineral dan air termasuk ke dalam pembahasan kebutuhan cairan dan
elektrolit. Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa kebutuhan energi
dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, sedangkan
air adalah komponen tubuh yang vital dan bertindak sebagai penghancur zat
makanan, serta mineral dan vitamin tidak menyediakan energi tetapi
penting untuk proses metabolisme dan keseimbangan asam-basa.
1) Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam diet dan
merupakan sumber utama bahan bakar untuk otak, otot rangka selama
latihan, eritrosit dan leukosit, dan medulla renal (Brunner & Suddart,
2005).Sedangkan menurut Wahit (2007), karbohidrat adalah kelompok
nutrien yang penting dalam susunan makanan. Dan menurut Asmadi
(2008) karbohidrat adalah senyawa yang mengandung zat karbon (C)
dalam ikatan dengan hidrogen (H) dan oksigen (O) dalam suatu
perbandingan 1:2:1.
Rentang asupan karbohidrat dalam diet yang direkomendasikan
adalah 50%-60% dari total kalori, lebih disukai dalam bentuk
karbohidrat yang kompleks, seperti roti dari biji penuh dan sereal (Potter
& Perry, 2005).
Karbohidrat di dalam sel mengalami proses oksidasi yang
menghasilkan panas dan energi yang hasilnya dibuang melalui paru-paru
berupa H2O dan CO2 melalui kulit berupa keringat, dan melalui ginjal
dalam bentuk urine (Asmadi, 2008). Sedangkan apabila karbohidrat
tidak digunakan, maka akan terjadi glikogenesis yang akan menghasikan
lagi, maka glikogen akan pecah melalui proses glikogenolisis menjadi
glukosa kembali (Asmadi, 2008).
Jika energi yang kita butuhkan sangat tinggi, sedangkan intake
ataupun cadangan karbohidrat berkurang, maka mekanisme tubuh adalah
mengubah sumber-sumber non-karbohidrat seperti lemak menjadi
glukosa (Asmadi, 2008). Kebutuhan tubuh terhadap karbohidrat sekitar
5,5 gr/kgBB/hari (Asmadi, 2008). Tiap gram karbohidrat akan
menghasilkan 4 kilokalori (kkal) (Potter & Perry, 2005).
Adapun fungsi karbohidrat menurut Asmadi (2008) adalah
sebagai berikut:
a) Sebagai sumber utama bagi tubuh.
b) Penting untuk metabolisme lemak normal karena jika karbohidrat
kurang, maka lemak digunakan sebagai sumber energi.
c) Pada hati, glucorinic acid mempunyai fungsi yang penting dalam pengikatan racun kimia dan bakteri.
d) Penting dalam mempertahankan integritas fungsi sel saraf dan
sebagai sumber energi otak.
e) Sisa laktosa dalam usus lebih lama daripada disakarida, sehingga
mempermudah pertumbuhan bakteri yang menguntungkan. Laktosa
ini berfungsi sebagai laksatif serta sintesis vitamin B kompleks dan
vitamin K.
f) Selulosa (karbohidrat yang tidak dicerna) membantu dalam eliminasi
yang normal karena merangsang gerakan peristaltik saluran
pencernaan dan absorbsi air sehingga feses menjadi padat.
g) Makanan yang banyak mengandung karbohidrat (sereal) juga
memberikan suplai protein, mineral, dan vitamin B dalam jumlah
yang bermakna.
h) Digunakan sebuah protein sparing action, jika karbohidrat tidak mencukupi yaitu protein akan diubah menjadi glukosa
2) Protein
Wahit (2007) mengatakan protein merupakan kelompok nutrien
yang sangat penting bagi makhluk hidup.Asmadi (2008) juga
mengatakan protein adalah nutrien yang paling utama diperlukan oleh
tubuh manusia.Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan
dalam penyusunan senyawa-senyawa penting seperti enzim, hormon,
dan antibodi (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Bentuk protein yang paling sederhana adalah asam amino yang
tidak dapat disintesis oleh tubuh, tetapi harus diberikan dalam diet
(Brunner & Suddart, 2005).Wahit (2007) mengatakan kebutuhan protein
setiap orang bervariasi berdasarkan laju pertumbuhan dan berat
badannya. Kebutuhan protein pada bayi sebanyak 3 gr/kgBB, anak-anak
sebanyak 1,75 – 2,5 gr/kgBB, pada remaja sampai dengan lansia
sebanyak 1,25 – 1,75 g/kgBB, wanita hamil ditambah 10 gr/hari, dan ibu
menyusui ditambah 20 gr/hari (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Adapun fungsi protein menurut Asmadi (2008) adalah sebagai
berikut:
a) Mempertahankan kesehatan dan vitalitas tubuh.
b) Pertumbuhan dan perkembangan semua jaringan tubuh.
c) Pembentukan hormon.
d) Mencegah darah atau jaringan lebih asam atau lebih basa.
e) Memelihara keseimbangan cairan tubuh.
f) Pembentukan enzim, antibodi, dan pembentukan susu saat proses
laktasi.
g) Membantu pembekuan darah.
3) Lemak
Lemak (Lipid) merupakan nutrien padat yang paling berkalori
dan menyediakan 9 kkal per gram (Potter & Perry, 2005).Lemak
merupakan sumber energi kedua setelah karbohidrat (Asmadi,
2008).Menurut Tarwoto & Wartonah (2010) lemak atau lipid merupakan
sumber energi yang menghasilkan jumlah kalori lebih besar daripada
adalah suatu senyawa yang mengandung unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen.
Kebutuhan lemak oleh tubuh sekitar 1,5 gr/kgBB/hari (Asmadi,
2008). Setiap 1 gr lemak menyediakan 38 kJ (9 kkal) (Wahit,
2007).Ketika terjadi penurunan gula darah, dimana cadangan
karbohidrat dan protein menurun, maka lemak diubah menjadi glukosa
(Tarwoto & Wartonah, 2010). Namun jika dalam makanan terdapat
kelebihan lemak, maka dalam tubuh lemak akan disimpan dan akan
dipergunakan sebagai cadangan energi atau tenaga, bantalan bagi
alat-alat tubuh seperti ginjal dan bola mata, mempertahankan panas tubuh
karena lemak sebagai penghambat panas (konduktor yang buruk),
perlindungan tubuh terhadap trauma dan zat kimia yang berbahaya, dan
pembentuk postur tubuh seperti orang terlihat gemuk atau kurus karena
adanya lemak (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Adapun fungsi lemak menurut Asmadi (2007) adalah sebagai
berikut:
a) Sumber cadangan energi.
b) Komponen dari membran sel.
c) Insulator suhu tubuh.
d) Pelarut vitamin A, D, E, dan K.
e) Jenis lemak yaitu kolesterol berfungsi untuk menghasilkan asam
empedu yang berperan pada pencenaan dan pembentukan hormon
kortison, estrogen, testosteron, dan hidrokortison.
4) Vitamin
Vitamin merupakan sustansi organik dalam jumlah kecil pada
makanan yang esensial untuk metabolisme normal (Potter & Perry,
2005). Vitamin adalah sekelompok senyawa organik kompleks yang
dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil agar tetap sehat (Wahit,
2007). Sedangkan menurut Asmadi (2007) vitamin merupakan zat
organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit dan akan
menimbulkan penyakit yang khas bila tubuh tidak memperolehnya
Adapun fungsi vitamin menurut Tarwoto & Wartonah (2010)
adalah sebagai berikut:
a) Vitamin B1: mencegah terjadinya penyakit beri-beri, neuropati
parifer, gangguan konduksi sistem saraf, dan ensefalopati Wernicke.
b) Vitamin B2: memperbaiki kulit dan mata, serta mencegah terjadinya
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir yang mendapatkan
fototerapi.
c) Vitamin B3: menetralisasi zat racun, berperan dalam sintesis lemak,
memperbaiki kulit dan saraf, serta sebagai koenzim pada banyak
enzim dehidrogenase yang terdapat dalam sitosol dan mitokondria.
d) Vitamin B5: sebagai katalisator reaksi kimia dalam pembentukan
koenzim A yang berperan dalam pembentukan energi (ATP).
e) Vitamin B6: berperan dalam proses metabolisme asam amino, proses
glikogenolisis, pembentukan antibodi, serta regenerasi sel darah
merah.
f) Vitamin B12: membantu pembentukan sel darah merah, mencegah
kerusakan sel saraf, dan membantu metabolisme protein.
g) Vitamin C: membantu pembentukan tulang, otot, dan kulit,
membantu penyembuhan luka, meningkatkan daya tahan tubuh,
membantu penyerapan zat besi, serta melindungi tubuh dari radikal
bebas.
h) Asam folat: membantu metabolisme, khususnya asam amino,
pematangan sel darah merah, serta mencegah terjadinya penyakit
jantung bawaan.
i) Vitamin D: meningkatkan penyerapan kalsium, fosfor untuk
kekuatan tulang dan gigi, pengaturan produksi hormon, serta
pengaturan kadar kalsium darah.
j) Vitamin A: membangun sel-sel kulit, melindungi sel-sel retina dari
kerusakan.
k) Vitamin E: sebagai antioksidan dengan cara memutuskan berbagai
reaksi rantai radikal bebas.
5) Air
Air merupakan komponen kritis dalam tubuh karena fungsi sel
bergantung pada lingkungan cair yang menyusun 60% hingga 70% dari
seluruh berat badan (Potter & Perry, 2005).
Ketika kehilangan air, seseorang dapat bertahan tidak lebih dari
beberapa jam di padang pasir atau beberapa hari di lingkungan yang
sangat terlindungi (Potter & Perry, 2005). Pada individu yang sehat,
asupan cairan dari semua sumber sama dengan haluaran cairan melalui
eliminasi, respirasi, dan berkeringat, tetapi pada orang sakit terdapat
peningkatan kebutuhan cairan misalnya dengan demam atau kehilangan
cairan gastrointestinal, dan orang sakit juga mengalami penurunan
kemampuan untuk mengeluarkan cairan seperti penyakit kardiopulmonal
atau renal yang mengarah pada kebutuhan restriksi asupan cairan (Potter
& Perry, 2005).
6) Mineral
Mineral merupakan elemen esensial non-organik pada tubuh
sebagai katalis dalam reaksi biokimia (Potter & Perry, 2005).
2.2.3.Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan nutrisi tidak berada dalam kondisi yang menetap.Ada
kalanya kebutuhan nutrisi klien meningkat.Begitu pula kebalikannya,
kebutuhan nutrisi seseorang menurun.Ada beberapa faktor yang
memengaruhi kebutuhan seseorang terhadap nutrisi.Pada bagian ini
dikemukakan dua kategori faktor yaitu faktor yang meningkatkan kebutuhan
nutrisi dan faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi. Adapun faktor yang
meningkatkan kebutuhan nutrisi menurut Asmadi (2007) antara lain sebagai
berikut:
a. Pertumbuhan yang cepat, seperti bayi, anak-anak, remaja, dan ibu
hamil.
b. Selama perbaikan jaringan/ pemulihan kesehatan karena proses suatu
c. Peningkatan suhu tubuh. Setiap kenaikan suhu 10F, maka kebutuhan
kalori meningkat 7%.
d. Aktivitas yang meningkat.
e. Stres. Sebagian orang akan makan sebagai kompensasi karena
mengalami stres.
f. Terjadi infeksi.
Faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi Asmadi (2007) antara
lain sebagai berikut:
a. Penurunan laju pertumbuhan, misalnya pada lansia.
b. Penurunan basal metabolic rate (BMR) c. Hipotermi
d. Jenis kelamin. Umumnya kebutuhan nutrisi pada wanita lebih rendah
dibandingkan laki-laki. Hal ini karena pada wanita BMR-nya lebih
rendah dibanding BMR laki-laki.
e. Gaya hidup pasif.
f. Bedrest.
2.2.4.Status Nutrisi
Karakteristik suatu nutrisi ditentukan melalui adanya indeks masa
tubuh (body mass index-BMI) dan berat tubuh ideal (ideal body weight -IBW) (Tarwoto & Wartonah, 2010).
1) Indeks masa tubuh (BMI)
Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur indeks massa tubuh
menurut Asmadi (2008) adalah sebagai berikut:
Batas ambang indeks massa tubuh di Indonesia (Depkes, 2002; Asmadi,
2007) adalah sebagai berikut:
Kategori IMT
Kurus
Kekurangan BB tingkat berat <17,0
Kekurangan BB tingkat sedang 17,0 - 18,5
Normal 18,5 - 25,0
Gemuk
Kelebihan BB tingkat ringan 25,0 - 27,0
Kelebihan BB tingkat berat >27,0
2) Berat badan ideal (IBW)
Brocca adalah cara untuk mengetahui berat badan ideal menurut Asmadi
(2007), yaitu sebagai berikut:
Berat badan ideal (kg) = [TB (cm) - 100] - [10% (TB – 100)]
Hasil: - bila berat badannya <80%, dikategorikan sebagai kurus.
-bila berat badannya 80-120%, dikategorikan berat badan ideal.
-bila berat badannya >120%, dikategorikan gemuk.
2.2.5.Cara Pengukuran Kebutuhan Kalori
Kebutuhan energi individu dipengaruhi olehbeberapa factor, yaitu
laju metabolisme basal (basal metabolic rate, BMR) adalah energi yang diperlukan pada tingkat terendah fungsi seluler atau disebut istirahat,
aktivitas fisik, penyakit, cedera, demam, infeksi, pemasukan makanan, dan
kelaparan (Brunner & Suddart, 2005). Tetapi Asmadi (2008) mengukur
kebutuhan kalori seseorang hanya berdasarkan basal metabolic rate, aktifitas fisik, dan spesific dynamic action (SDA), yaitu:
1) Basal metabolic rate (BMR)
Laju metabolisme basal (basal metabolic rate) adalah energi yang digunakan pada tubuh saat istirahat, yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh
seperti aktivitas jantung, pernafasan, peristaltik usus, dan kegiatan
Ada beberapa cara untuk mengukur BMR menurut Asmadi (2008)
diantaranya adalah:
a) Rumus Harris Benedict yang dikenal dengan debutan rumus REE
(Resting Energy Expenditure), yaitu:
BMR (laki-laki) = 66,5 + [13,5 x BB (kg)] + [5,0 x TB (cm) – (6,75 x umur (th)]
BMR (wanita) = 65,1 + [9,56 x BB (kg)] + [1,85 x TB (cm) – (4,68 x umur (th)]
b) Metode faktorial, yaitu:
BMR (laki-laki) = BB (kg) x 1,0 x 24 kkal
BMR (wanita) = BB (kg) x 0,9 x 24 kkal
2) Aktivitas fisik
Klien dengan aktivitas ringan seperti pekerja kantor yang sebagian
besar waktunya dihabiskan untuk duduk harus dikurangi 10-20% dari
jumlah kalori basal, sebaliknya klien dengan aktivitas berat seperti
pekerja kuli bangunan harus menambahkan 10-20% dari jumlah kalori
basal (Asmadi, 2008). Pekerjaan rumah tangga termasuk kedalam
aktivitas sedang (Suarthana, 2007; Asmadi, 2008).
3) Spesific dynamic action (SDA)
Dalam menghitung besarnya SDA, diperkirakan besarnya 10%
jumlah energi basal dan energi aktivitas (Departemen Gizi dan
Kesehatan Masyarakat FKM UI 2007; Asmadi, 2008).
Maka rumus untuk menghitung jumlah kebutuhan kalori total menurut
Asmadi (2008) adalah:
2.2.6.Pengkajian
1) Aspek biologis menurut Asmadi (2008) antara lain meliputi:
a. Umur. Pengkajian ini terkait dengan tumbuh kembang klien.
Tingkat kebutuhan nutrisi salah satunya dipengaruhi oleh faktor usia.
Pada masa pertumbuhan, kebutuhan nutrisi sangat besar
dibandingkan dengan masa lansia.
b. Jenis kelamin. Hal yang perlu dikaji antara lain: tingkat BMR antara
laki-laki dengan wanita berbeda, begitu pula persentase lemak dalam
tubuh, dan lain-lain.
c. Tinggi badan dan berat badan. Pengkajian ini dilakukan salah
satunya adalah untuk mengetahui perbandingan antara tinggi dan
berat badan, apakah ideal atau tidak?
d. Pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri ini berguna
untuk mengidentifikasi masalah nutrisi klien. Menurut Tarwoto &
Wartonah (2010) yang termasuk pengukuran antropometri adalah
berat badan ideal ((TB-100) ±10%), lingkar pergelangan tangan,
lingkar lengan atas, (normal: laki-laki 28,3 cm dan perempuan 28,5
cm), lipatan kulit pada otot trisep (normal: laki-laki 12,5-16,5 cm
dan perempuan 16,5-18 cm).
e. Riwayat kesehatan dan diet. Riwayat kesehatan misalnya adakah
alergi terhadap jenis makanan tertentu. Gangguan pencernaan yang
sering dialami ?dan lain-lain. Riwayat diet terkait dengan kebiasaan
asupan makanan dan cairan klien, jenis makanan yang dikonsumsi,
nafsu makan, dan lain-lain.
f. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum: kelemahan, tingkat kesadaran, tanda vital, dan
lain-lain.
b) Keadaan kulit: kasar, kering, bersisik, kehilangan lemak pada
subkutan, dan lain-lain.
c) Keadaan kepala: rambut hipopigmentasi, mudah dicabut, sclera
kuning, klien sering mimisan, gigi karies, dan lain-lain.
e) Keadaan perut: permukaan perut, adanya garis vena, peristaltic
usus, pembesaran hati atau limfa, dan lain-lain.
f) Keadaan ekstremitas: edema, pergerakan lemah, penurunan
lingkar lengan, dan masa otot menurun. (Asmadi, 2008)
2) Aspek psikologis
Perlu dikaji mengenai persepsi klien tentang diet, postur
tubuhnya, konsep diri yang terkait dengan bentuk tubuh, respon terhadap
stress, apakah banyak makan atau malas makan?, dan lain-lain (Asmadi,
2008)
3) Aspek sosiokultural
Adakah kultur?, nilai-nilai yang dianut terhadap makanan,
praktik budaya terkait dengan makanan, dan lain-lain (Asmadi, 2008).
4) Aspek spiritual
Hal yang perlu dikaji misalnya adakah keyakinan yang dianut
klien terhadap makanan?, serta bagaimana keyakinan tersebut
memengaruhi kebutuhan nutrisinya?, dan lain-lain (Asmadi, 2008).
5) Laboratorium menurut Tarwoto & Wartonah (2010)
a. Albumin (normal: 4 – 5,5 mg/100 ml)
b. Transferin (normal: 170 – 250 mg/100 ml)
2.2.7.Analisa Data
Dari hasil pengkajian, maka dapat dilakukan analisa data
berbasarkan dua karakteristik, yaitu data subjek (DS) dan data objek (DO),
sebagai berikut:
No. DS DO
1 - Kram abdomen
- Nyeri abdomen
- Kurang informasi
- Kurang minat pada makan
- Ketidakmampuan memakan makanan
- Mengeluh gangguan sensasi rasa
- Mengeluh asupan makan kurang
- Menghindari makanan
- BB 20% atau lebih BBI
- Kerapuhan kapiler
- Diare
- Kehilangan rambut berlebihan
- Bising usus hiperaktif
- Kurang makan
- Penurunan BB
- Membran mukosa pucat
- Tonus otot menurun
- Sariawan rongga mulut
- Kelemahan otot mengunyah
- Kelemahan otot untuk menelan
2 - Mengonsentrasikan asupan makanan pada akhir ini
- Makan sebagai respon terhadap petunjuk eksternal( mis: siang hari, situasi sosial)
- Makan sebagai respon terhadap petunjuk internal bukan rasa lapar (mis: ansietas).
- Disfungsi pola makan
- Aktivitas monoton
- Lipatan otot trisep >15mm pada pria
- Lipatan otot trisep >25mm pada wanita
- BB 20% di atas tinggi dan kerangka tubuh ideal
makan pada malam hari
- Makan sebagai respon terhadap petunjuk eksternal( mis: siang hari, situasi sosial)
- Makan sebagai respon terhadap petunjuk internal bukan rasa lapar (mis: ansietas).
- Melaporkan penggunaan makanan padat sebagai sumber makanan utama
- BB lebih tinggi dari nilai dasar
- Terlihat penggunaan makan sebagai tindakan menyenangkan
- Terlihat penggunaan makanan sebagai penghargaan
- Membarengi makan dengan aktivitas lain
- Obesitas parenteral
- Gaya hidup monoton
4 - Nyeri epigastrik
- Bangun makan karena mimpi buruk
- Batuk malam hari
- Keluhan ada yang
menyangkut
- Tidak mampu membersihkan rongga mulut
- Pernafasan bau asam
- Terlihat menolak makan
- Hematemesis
- Hiperekstensi kepala
- Terlihat bukti kesulitan menelan (mis: stasis makanan pada rongga mulut, batuk tersedak)
- Menelan berulang
- Muntah sebelum menelan
- Makan lama dengan konsumsi sedikit
- Demam yang tidak jelas penyebabnya
2.2.8.Rumusan Masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah
kesehatan.Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan
Asuhan Keperawatan (Masalah Keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan
Diagnosis Association (NANDA), rumusan masalah keperawatan terkait masalah kebutuhan dasar nutrisi adalah:
1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
2) Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh
3) Resiko ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh
4) Gangguan menelan
2.2.9. Perencanaan
Perencanaan asuhan keperawatan menurut Wilkinson J.M. (2007)
berdasarkan NIC dan NOC dengan masalah gangguan nutrisi akibat
pankreatitis dan intervensi menurut Doenges (2000) adalah sebagai
berikut:
1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kesulitan mengunyah atau menelan, faktor ekonomi, intoleransi
makanan, kebutuhan metabolik tinggi, kurangnya pengetahuan dasar
nyeri, akses pada makanan terbatas, hilangnya nafsu makan,
mual/muntah, pengabaian oleh orangtua, ketergantungan kimiawi,
penyakit kronis, atau gangguan psikologis.
Batasan karakteristik:
a) Berat badan kurang dari 20% (atau lebih) dari ideal terhadap
tinggi badan dan kerangka.
b) Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolik (baik kalori
total atau nutrisi spesifik).
c) Kehilangan berat badan dengan asupan makanan adekuat.
d) Melaporkan asupan makanan tidak adekuat kurang dari anjuran
Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri:
Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian.
Gunakan pendekatan konsisten. Duduk dengan pasien saat makan; sediakan dan buang makan tanpa persuasi dan/atau komentar. Tingkatkan lingkungan nyaman dan catat masukan.
Berikan makan sedikit dan makanan tambahan, yang tepat.
Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.
Sadari pilihan-pilihan makanan
rendah kalori/minuman, menimbun makanan, membuang makanan dalam
berbagai tempat seperti saku
Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif/pengambilan keputusan. Perbaikan status nutrisi meningkatkan kemampuan berfikir dan kerja psikologis.
Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat beraksi terhadap tekanan. Komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan focus pada makanan. Bila staf berespons secara konsisten, pasien dapat mulai mempercayai respons staf. Area tunggal dimana pasien mempunyai kekuatan berlatih adalah makanan/makan, dan ia mengalami rasa bersalah dan berontak bila dipaksakan makan. Penyusunan makanan dan penurunan diskusi tentang makan akan menurunkan kekuatan upaya pada pasien dan menghindari dari permainan manipulatif.
Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode puasa.
Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk makan.
atau kantung pembuangan.
Pertahankan jadwal penimbangan berat badan
teratur, seperti Minggu, Rabu, dan Jumat sebelum makan pagi pada pakaian yang sama, dan gambarkan hasilnya.
Timbang dengan timbangan yang sama (tergantung pada program protokol).
Hindari pemeriksaan ruangan dan alat kontrol lain kapan pun mungkin.
Berikan pengawasan 1-1 dan biarkan pasien dengan bulimia tetap tinggal di ruangan tanpa kamar mandi selama beberapa periode (misal 2jam) setelah makan, bila perjanjian tak berhasil.
Awasi program latihan dan susun batasan aktivitas fisik. Tulis aktivitas/tingkat kerja (jalan-jalan dan sebagainya).
Pertahankan pernyataan, perilaku tak menilai bila memberikan makanan per selang, hiperalimentasi, dan sebagainya.
Sadari kemungkinan pasien mencabut selang dan mengosongkan hiperalimentasi
Memberikan catatan lanjut penurunan dan/atau peningkatan berat badan yang akurat. Juga menurunkan obsesi tentang peningkatan dan/atau penurunan.
Meskipun beberapa program memungkinkan pasien melihat hasil timbangan, ini memaksa isu kepercayaan pada pasien yang biasanya tidak mempercayai orang lain.
Menguatkan perasaan tak berdaya dan biasanya tak menolong.
Mencegah muntah selama/setelah makan. Pasien dapat menginginkan makanan dan menggunakan sindrom pembersihan pesta untuk memper-tahankan berat badan. Catatan: pembersihan dapat terjadi pertama kali pada psien sebagai respons terhadap pengadaan program peningkatan berat badan.
Latihan sedang membantu dalam mempertahankan tonus otot/berat badan dan melawan depresi. Namun pasien dapat latihan terlalu berlebihan untuk membakar kalori.
Persepsi hukuman berakibat buruk terhadap kepercayaan diri pasien dan meyakini kemampuan sendiri untuk mengontrol tujuan.
bila digunakan. Periksa pengukuran dan plester selang dengan ketat.
Kolaborasi:
Berika terapi nutrisi dalam program pengobatan sesuai indikasi.
Libatkan pasien dalam penyusunan/melakukan prog-ram perubahan perilaku. Beri-kan penguatan untuk mening-katkan berat badan seperti dinyatakan oleh penentuan individu; abaikan penurunan.
Berikan diet dan makanan ringan dengan tambahan makanan yang disukai bila ada.
Berikan diet cair dan /atau makanan
selang/hiperalimentasi bila diperlukan.
Hancurkan dan beri makan melalui selang apapun yang
badan.
Pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa perbaikan status nutrisi. Perawatan di rumah sakit memberikan control lingkungan dimana masukan makanan, muntah/eliminasi, obat, dan aktivitas dapat dipantau. Ini juga memisahkan pasien dari orang terdekat (yang dapat sebagai faktor pemberat) dan memberikan pemajanan pada orang lain dengan masalah yang sama, suasana lingkungan untuk berbagi.
Memberikan situasi terstruktur untuk makan sementara memungkinkan pasien mengontrol beberapa pilihan. Perubahan perilaku dapat efektif pada kasus ringan atau untuk peningkatan berat badan jangka pendek.
Memungkinkan variasi sediaan makanan akan memampukan paasien untuk mempunyai pilihan terhadap makanan yang dapat dinikmati.
Bila masukan kalori gagal untuk memenuhi kebutuhan metabolik, dukungan nutrisi dapat digunakan untuk mencegah malnutrisi/kematian sementara terapi dilanjutkan. Makanan cair tinggi kalori dapat diberikan sebagai obat, pada susunan waktu terpisah dari makan, sebagai alternatif peningkatan masukan kalori.
tertinggal pada nampan setelah periode waktu pemberian sesuai indikasi.
Hindari pemberian laksatif.
Berikan obat sesuai indikasi:
Siprofeptadin (Periactin)
-Antidepresan trisiklik, misalnya amitriptilin (Alavil, Endep).
-Agen antiansietas, contoh alprazola (Xanax).
-Tranquilizer utama, contoh klorpromazin (Thorazine).
Siapkan untuk/bantu ECT bila diindikasikan. Bantu pasien memahami ini bukan sebagai hukuman.
program perubahan perilaku untuk memberikan masukan total kalori yang dibutuhkan.
Penggunaan berakibat buruk karena digunakan sebagai pembersih makanan/kalori tubuh oleh pasien.
Antagonis serotonin dan vitamin yang digunakan dalam dosis tinggi untuk merangsang nafsu makan, menurunkan penolakan makanan, dan melawan depresi. Tidak tampak efek samping, meskipun penurunan mental kesadaran dapat terjadi.
Menghilangkan depresi dan merangsang nafsu makan.
Menurunkan tegangan, cemas/gugup dan dapat membantu pasien untuk berpartisipasi dalam pengobatan.
Meningkatkan berat badan dan kerja sama pada program psikoterapi. Tranquilizer utama digunakan hanya bila benar-benar perlu karena efek samping ekstrapiramidal.
2.3.
Asuhan Keperawatan Kasus
2.3.1. PengkajianPROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN USU
FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
I.BIODATA
Identitas Pasien:
Nama : Nn. P
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 18 tahun
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Jalan Karya, Pabatu
Tanggal Masuk RS : 15 Juni 2013
No. Register : 10023360087
Ruangan/Kamar : RA1 / III4
Golongan Darah : AB
Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2013
Tanggal Operasi : -
Diagnosa Medis : Pankreatitis
II. KELUHAN UTAMA
Klienmengeluhdirinya mengalami mual dan muntah sejak 2 hari
terakhir dengan frekwensi 2-3 kali per hari.Klien juga mengeluh nyeri
ulu hati dan tidak menjalar, serta kuning seluruh tubuh sejak 2 bulan
terakhir disertai mata kuning.Tidak hanya itu, klien juga mengaluh
demam tinggi terus menerus sejak 3 hari ini dan turun dengan
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab dari sakitnya.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Klien hanya memegang perut atasnya yang terasa sakit.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Klien mengatakan rasa nyeri di ulu hati dengan intensitas hilang
timbul.
2. Bagaimana dilihat
Klien terlihat meringis kesakitan dan memegang perut atasnya.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Epigastrium
2. Apakah menyebar
Klien mengatakan nyerinya tidak menyebar ke daerah lainnya.
D. Severity
Klien mengatakan nyeri sedang dengan skala 5
E. Time
Klien mengatakan nyeri terjadi terus menerus dan kadang hilang
timbul.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RSUP Haji Adam
Malik di ruangan yang sama.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Klien mengatakan selama dirawat tidak dilakukan tindakan ERCP
(Endoscopyc Retrigret Cholangeo Pancreatograph). C. Pernah dirawat/dioperasi
Klien juga mengatakan selama dirawat tidak dilakukan operasi
D. Lama dirawat
Klien mengatakan pernah dirawat selama 2 minggu.
E. Alergi
Pasien mengatakan selama ini tidak pernah memiliki riwayat alergi
F. Imunisasi
Klien mengatakan ia lupa jenis imunisasi yang sudah dilakukan.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orangtua
Orangtua klien sehat dan tidak memiliki penyakit yang serius.
B. Saudara kandung
Saudara kandung klien juga tidak memiliki penyakit yang serius
atau keturunan.
C. Penyakit keturunan yang ada
Klien mengatakan semua anggotanya tidak memiliki riwayat
penyakit keturunan
GENOGRAM
Ket:
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: klien
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan semua anggota keluarga tidak ada yang
mengalami gangguan jiwa.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Klien mengatakan ayahnya meninggal.
F. Penyebab meninggal
Klien mengatakan ayahnya meninggal karena kecelakaan sepeda
motor 2 tahun yang lalu.
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien mengatakan bahwa ia merasa cemas karena penyakitnya
sangat serius dan akan sulit untuk disembuhkan.
B. Konsep diri:
a. Gambaran diri :Klien mengatakan bahwa kesembuhan
penyakitnya diserahkan kepada Tuhan
b. Ideal diri :Klien mengatakan bahwa ia akan sulit
disembuhkan
c. Harga diri :Klien mengatakan bahwa ia malu dengan
teman-teman dan orang disekitarnya karena
kondisinya sekarang
d. Peran diri :Klien berperan sebagai anak
e. Identitas : klien masih menyadari identitas dirinya
sebagaianak dari orangtuanya, belum
menikah dan belum menikah
C. Keadaan emosi
Klien dapat mengontrol emosi tentang nyeri dan kepanikan tentang
penyakitnya.
D. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah
ibunya dan saudara kandungnya.
Hubungan klien dengan semua anggota keluarganya harmonis
karena klien sering dijenguk oleh saudara-saudaranya.
c. Hubungan dengan orang lain
Hubungan klien dengan orang lain kurang baik.
d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Hambatannya karena klien menarik diri dan tidak mau
berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini dibuktikan dengan
klien hanya diam dan tidak mau berinteraksi dengan
orang-orang yang ada di sektar ruangannya.
E. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa ia beragama Kristen Protestan dan
meyakini bahwa ia akan sembuh.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan sebelum sakit ia jarang beribadah ke gereja,
tapi selama di rumah sakit klien sering berdo’a demi
kesembuhannya.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Tingkat kesadaran pasien Composmentis, terlihat lemah dan lebih
sering berbaring di tempat tidur.
B. Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh : 38,2 0C
b. Tekanan darah : 100/50 mmHg
c. Nadi : 96 kali/ menit
d. Pernafasan : 26 kali/ menit
e. Skala nyeri : 5
f. TB : 158 cm
g. BB : 46 kg
C. Pemeriksaan head to toe
Kepala dan rambut
b. Ubun-ubun : sudah mengeras/tak teraba lembek
c. Kulit kepala :bersih dan tidak ada luka
Rambut
a. Penyebaran dan keadaan rambut: penyebaran merata dan halus
b. Bau : tidak memiliki bau yang khas
c. Warna rambut : hitam
Wajah
a. Warna kulit : kecoklatan dan sedikit pucat
b. Struktur wajah: simetris kiri dan kanan dan struktur lengkap
Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan: lengkap dan simetris
b. Palpebra : tidak ada benda asing
c. Konjungtiva dan sclera: konjungtiva pucat dan sclera putih
d. Pupil : bulat isokor dan mengecil saat respon cahaya
e. Kornea dan iris: lengkap pada posisinya
f. Visus : 6/60
g. Tekanan bola mata: simetris kiri dan kanan
Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi: tidak ada injuri
b. Lubang hidung: ada 2, tidak ada sumbatan atau perdarahan
c. Cuping hidung: tidak tampak cuping hidung
Telinga
a. Bentuk telinga : lembut dan elastis
b. Ukuran telinga : simetris antara kanan dan kiri
c. Lubang telinga: tidak ada sumbatan benda asing
d. Ketajaman pendengaran: mampu mendengarkan suara-suara
Mulut dan faring
a. Keadaan bibir : pucat
b. Keadaan gusi dan gigi: gigi lengkap dan tidak ada perdarahan
gusi
c. Keadaan lidah :tidak ada lesi, mampu menggerakkan
d. Orofaring : klien mampu menelan
Leher
a. Posisi trachea : medial (ditengah)
b. Thyroid : tidak ada pembesaran thiroid
c. Suara : masih terdengar suara
d. Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran/benjolan kelenjar
limfa
e. Vena jugularis : tidak tampak kasat mata
f. Denyut nadi karotis: teraba nadi karotis
Pemeriksaan integumen
a. Kebersihan : kulit klien bersih
b. Kehangatan : kulit klien teraba panas
c. Warna : kecoklatan
d. Turgor : turgor kulit kembali 1 detik
e. Kelembaban :kulit klien sedikit kering
f. Kelainan pada kulit: tidak ada kelainan, hanya teraba panas
Pemeriksaan payudara dan ketiak
a. Ukuran dan bentuk: simetris antara kiri dan kanan
b. Warna payudara dan areola: sama dengan kulit sekitarnya,
aerola coklat
c. Kondisi payudara dan putting: bersih dan tidak ada kelainan
d. Produksi ASI : tidak berproduksi ASI karena belum
menikah
e. Aksila dan clavikula: aksila tumbuh rambut, klavikula simetris
Pemeriksaan thoraks/dada
a. Inspeksi thoraks: normal, simetris antara kiri dan kanan.
b. Pernafasan (frekuensi,irama): frekuensi 26x/menit, irama cepat
c. Tanda kesulitan bernafas: klien bernafas menggunakan otot
bantu pernafasan: cuping hidung.
Pemeriksaan paru
a. Palpasi getaran suara: teraba getaran vokal fremitus yang sama
b. Perkusi : terdengar resonan
c. Auskultasi: suara nafas vesikuler, dan tidak ada suara tambahan.
Pemeriksaan jantung
a. Inspeksi : tak terlihat massa dan memar, serta tidak terlihat
adanya denyut jantung (pulsasi).
b. Palpasi : teraba denyut jantung (pulsasi) dengan frekuensi
96 kali/menit dengan irama cepat.
c. Perkusi : tidak ada pembesaran jantung
-batas atas jantung: interkostal 2-3
-batas kanan jantung: linea sternalis kanan
-batas kiri jantung: linea media clavicularis kiri
d. Auskultasi : terdengar normal ( S1 dan S2) dan tidak terdengar
suara tambahan/tidak normal (S3 dan S4).
Pemeriksaan abdomen
a. inspeksi (bentuk, benjolan): simetris, tidak terlihat massa,
memar maupun benjolan.
b. auskultasi : peristaltik usus normal dengan frekuensi 10-18
kali/menit
c. palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien): ada
nyeri tekan bagian epigastrium dengan skala 5, tidak ada
benjolan/ascites, dan ada distensi abdomen.
d. perkusi (suara abdomen): suara abdomen timpani
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
a. genitalia (rambut pubis, lubang uretra): ada dan bersih
b. anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum):
lubang anus dan perineum besih, dan tidak ada kelainan
Pemeriksaan muskuluskeletal/ekstremitas (kesimatrisan, kekuatan
otot, edema): simetris antara kiri dan kanan, tidak ada edema,
kekuatan otot klien penuh dengan nilai 5, dan tidak ada kelainan pada
muskuluskeletal ataupun ekstremitas.
Pemeriksaan neurologi (nervus cranialis):
b. Meningeal sign: tidak ada tanda-tanda meningitis
c. Nervus Cranialis:
1) Nervus Olfaktorius/N I
Klien mampu menyebutkan jenis bau-bauan yang diberikan.
2) Nervus Optikus/N II
Klien mampu membaca 30 cm didepan mata dan lapangan
pandang klien normal.
3) Nervus Okulomotorius/N III, Troclearis/N IV, Abdusen/N VI
Kontriksi pupil klien baik, ada reflek cahaya dan bola mata klien
mampu bergerak ke segala arah.
4) Nervus Trigeminus/N V
Mampu membedakan panas/dingin, rasa raba, nyeri, dan
getar.Serta mampu menyebutkan area yang disentuh.Dan ada
reflek kornea.
5) Nervus Facialis/N VII
Klien mampu membedakan rasa manis, asin, asem pahit serta
mampu memperagakan berbagai ekspresi wajah.
6) Nervus Vestibulococlearis/N VIII
Klien masih mampu mendengarkan berbagai jenis suara.
7) Nervus Glossofaringeus/N IX, Vagus/N X
Ada reflek tersedak, pita suara normal, palatum terangkat ke atas,
dan uvula relative ditengah.
8) Nervus Asesorius/N XI
Klien masih mampu menahan tahanan di bahu dan sejajar antara
bahu kiri dan kanan.
9) Nervus Hypoglosus/N XII
Kekuatan otot lidah klien normal, dan mampu menggerakan lidah
ke segala arah.
Fungsi motorik:
a. Cara berjalan: klien masih mampu berjalan ke kamar mandi
b. Romberg test: klien mampu menjaga keseimbangan saat berdiri dan
c. Tes jari-hidung: klien mampu merasakan sensasi jari-hidung
d. Pronasi-supinasi test: klien dapat melakukan pronasi-supinasi
bagian ekstremitas
Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin,
getaran):
a. Identifikasi sentuhan: klien masih mampu menyebutkan lokasi
sentuhan ringan.
b. Tes tajam tumpul: klien mampu menyebutkan benda tajam atau
tumpul.
c. Panas dingin: klien masih mampu membedakan panas atau dingin.
d. Getaran: klien mampu merasakan getaran di kepalanya saat
digetarkan garputala.
Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patellar, tendon achiles,
plantar):
a. Reflek bisep: mampu berkontraksi dengan baik saat otot bisep
dipukul menggunakan hammer.
b. Reflek trisep: mampu berkontraksi saat otot trisep dipukul
menggunakan hammer.
c. Reflek brachioradialis: mampu berkontraksi saat otot
brachioradialis dipukul menggunakan hammer.
d. Reflek patellar: tungkai bawah bergerak kedepan saat patella
dipukul menggunakan hammer.
e. Reflek tendon achiles: berkontraksi dengan sentakan kaki ke
bawah saat tendon achiles dipukul menggunakan hammer.
f. Reflek plantar: berkontraksi saat otot plantar dipukul
menggunakan hammer.
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
1) Frekuensi makan/hari :2-3 kali/hari
.
2) Nafsu/selera makan :Klien mengatakan sebelum sakit nafsu
3) Nyeri ulu hati :Klien mengatakan terdapat nyeri di bagian ulu hati
(epigastrium) dengan skala 5.
4) Alergi :Klien mengatakan tidak ada alergi makanan apapun.
5) Mual dan muntah :Klien mengatakan sering mual dan muntah
saat makan dengan frekuensi 2-3 kali/hari, dan isi muntahan yaitu
apa yang dimakan dalam bentuk cair dengan volume sekitar ¼ gelas
Aqua.
6) Waktu pemberian makan:Pagi pukul 08.00 WIB, siang pukul 12.00
WIB, dan malam pukul 18.00 WIB.
7) Jumlah dan jenis makan: Jenis makannya seperti biasa yaitu nasi,
ikan dan sayur. Jumlahnya masing-masing 1 porsi, tetapi sering
bersisa ¼-1/2 porsi.
8) Waktu pemberian cairan/minum: Klien hanya minum saat makan
44dan terpasang cairan infuse NaCl 20 tetes/menit.
9) Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah)
Klien mengatakan tidak terdapat kesulitan menelan atau
mengunyah, tetapi klien sering tidak menghabiskan makanannya
karena merasa mual dan takut muntah.
II. Perawatan diri/personal hygiene
1) Kebersihan tubuh :Klien biasanya mandi sendiri jika ia masih
mampu, tapi terkadang klien hanya di lap oleh ibunya selama
dirumah sakit.
2) Kebersihan gigi dan mulut :Klien mengatakan masih mampu
membersihkan mulut dan menggosok gigi selama di rumah sakit,
tetapi hanya 1 kali/hari.
3) Kebersihan kuku kaki dan tangan :Selama di rumah sakit ibu klien
yang memotong kuku kaki dan tangannya.
III. Pola kegiatan/aktivitas
1) Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti
pakaian dilakukan secara mandiri, sebagian atau total
Klien masih mampu mandi dan BAB/BAK di kamar mandi, tetapi
cairan infuse. Dalam mengganti pakaian juga klien masih mampu,
terkadang dibantu juga oleh ibunya karena terpasang cairan infuse.
2) Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit:
Selama dirawat di rumah sakit, klien sering berdo’a demi kesembuhan
penyakitnya.
IV. Pola eliminasi
1. BAB
1) Pola BAB : 1-2 kali/hari
2) Karakter feses : lunak dan berwarna pucat
3) Riwayat perdarahan : tidak ada tanda-tanda perdarahan
4) BAB terakhir : lunak dan berwarna pucat dan berbau
sangat busuk akibat kandungan lemak yang
tinggi
5) Diare : tidak diare
6) Penggunaan laktasif : tidak menggunakan laktasif
2. BAK
1) Pola BAK : 4-5 kali/hari
2) Karakter urine : kuning pekat
3) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : disangkal oleh klien
4) Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : klien mengatakan tidak
memiliki penyakit ginjal/kandung kemih.
5) Penggunaan 45lcohol45 : tidak ada
6) Upaya mengatasi masalah : tidak memiliki masalah.
V. Pola tidur dan kebiasaan
a. Waktu tidur : pukul 22.30 WIB
b. Waktu bangun : pukul 06.00 WIB
c. Masalah tidur : rasa nyeri kadang mengganggu tidur klien
d. Hal yang mempermudah tidur: klien selalu berdoa sebelum tidur
e. Hal yang mempermudah bangun: mendengar suara yang sedikit
VI. Mekanisme koping
a. Adaptif
Menggunakan teknik relaksasi
b. Maladaptif
Menghindar
IX.
PEMERIKSAAN PENUNJANGI. Laboratorium
Massa iso-hiponeus, batas tidak tegas, tepi sebagian lobulated
dengan komponen padat dan nekrotik, menyangat heterogen pasca kontras
proyeksi caput pancreas dan sedikit kekorpus, dengan struktur vena porta
sulit di evaluasi.
DD : -Pankreatitis Kronis
-Ca. Caput pancreas
X. TERAPI OBAT
a. Cefotaxime 1 vial/ 8 jam (iv)
b. Ranitidin 1 ampul/ 12 jam (iv)
c. Novalgin 1 ampul/ 8 jam (iv)
2.1.2.Analisa Data
Tabel :ANALISA DATA
No. Data Masalah Keperawatan
1 DS:
- Melaporkan mual dan muntah saat makan dengan frekuensi 2-3 kali/hari, dan isi muntahan yaitu apa yang dimakan dalam bentuk cair dengan volume sekitar ¼ gelas Aqua.
- Melaporkan perubahan sensasi rasa - Nyeri epigastrium dengan skala 5 DO:
- Tidak tertarik untuk makan
- Menolak untuk makan (anoreksia) - Porsi makan tidak habis (sisa ¼ - ½
porsi)
- Konjungtiva dan bibir pucat - Hb : 10,20 g%
- TB : 158 cm - BB : 46 kg - BBI : 52,2 kg - IMT : 18,42 kg/m2 - Na: 132 mEq/L - K : 3,2 mEq/L
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
2 DS:
Melaporkan nyeri :
- P :tidak mengetahui penyebab dari sakitnya.
- Q: Klien mengatakan rasa nyeri di ulu hati dengan intensitas hilang timbul.
- R: lokasinya epigastrium dan tidak menyebar ke daerah lainnya. - S: nyeri sedang dengan skala 5 - T: terjadi terus menerus dan kadang
hilang timbul.
- Melaporkan nyeri tekan epigastrium dengan skala 5
DO:
- ekspresi wajah meringis kesakitan - gelisah
- klien memegang perut bagian tengah saat timbul nyeri
- Nadi teraba cepat dengan frekwensi 96 kali/menit
- Nafas cepat dengan frekwensi 26 kali/menit
- Teraba distensi abdomen 3 DS:
- Melaporkan tubuhnya terasa panas DO:
- Akral teraba panas - T: 38,20C
- Leukosit: 13,47 x103/mm3
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
2.1.3.Rumusan Masalah
Setelah dilakukan analisa data, maka rumusan masalah dari kasus ini adalah:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri
3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
2.1.4.Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
Dari rumusan masalah di atas, diagnosa keperawatan menurut
NANDA International 2012-2014 berdasarkan prioritas diurutkan sebagai
berikut:
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah ditandai dengan tidak tertarik untuk makan,
menolak untuk makan (anoreksia), porsi makan tidak habis (sisa ¼ - ½
porsi), Hb: 10,20 g%, TB : 158 cm, BB : 47 kg, IMT : 18,42 kg/m2,
melaporkan mual dan muntah, melaporkan perubahan sensasi rasa, dan
nyeri epigastrium.
2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan distensi pankreas
ditandai dengan melaporkan nyeri epigastrium dengan skala 5 yang tidak
diketahui penyebabnya dan tidak menyebar ke daerah lainnya serta
dengan skala 5, ekspresi wajah meringis kesakitan, gelisah, klien
memegang perut bagian tengah saat timbul nyeri, nadi teraba cepat
dengan frekwensi 96 kali/menit, nafas cepat dengan frekwensi 26
kali/menit, dan teraba distensi abdomen.
3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan respon
sistemik terhadap peradangan ditandai dengan melaporkan tubuhnya
terasa panas, akral teraba panas, T: 38,20C, leukosit 13,47x103/mm3.
2.1.5.Perencanaan Keperawatan Dan Rasional
Tabel: PERENCANAAN KEPERAWATAN
Hari/ta
1 Tujuan dan Kriteria Hasil:
Menunjukkan status gizi: asupan makanan, cairan, dan zat
gizi, ditandai dengan:
1. Menyatakan keinginan untuk mengikuti diet 2. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan
3. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal.
4. Nilai laboratorium dalam batas normal. 5. Melaporkan keadekuatan tingkat energi. 6. Mual dan muntah berkurang atau hilang. 7. Porsi makanan dapat dihabiskan oleh pasien 8. BBI : 52,2 kg
9. IMT dalam batas normal (18,5-25,0)
Rencana Tindakan Rasional
Mandiri:
Kaji abdomen, catat adanya/karakter bising usus, distensi abdomen, dan keluhan mual.
Berikan perawatan oral
Bantu pasien dalam
Distensi abdomen dan atoni usus sering terjadi, mengakibatkan penurunan/tak danya bising usus. Kembalinya bising usus dan hilangnya gejala menunjukkan kesiapan untuk penghentian aspirasi gaster.
pemilihan
makanan/cairan yang memenuhi kebutuhan nutrisi dan pembatasan bila diet dimulai.
Observasi warna/ konsistensi/jumlah
feses. Catat konsistensi lembek/ bau busuk. Catat tanda peningkatan haus dan berkemih atau perubahan mental dan ketajam visual.
Tes urine untuk gula dan aseton.
Kolaborasi:
Pertahankan status puasa dan penghisapan gaster pada fase akut.
Awasi glukosa serum.
Berikan hiperalimentasi dan lipid, bila diindikasikan.
Mulai pemasukan oral dengan cairan bening dan diet lanjut secara
perlahan untuk memberikan diet tinggi
protein, tinggi karbohidrat bia diindikasikan.
mulut.
Kebiasaan diet sebelumnya mungkin tidak memuaskan pada pemenuhan kebutuhan saat ini untukregenerasi jaringan dan penyembuhan. Penggunaan alkohol gaster, contoh kafein, alkohol, sigaret, makanan penghasil gas atau makan terlalu banyak dapat
mengakibatkan ransangan berlebihan pada pancreas/ berulangnya gejala.
Steatorea terjadi karena pencernaan lemak tak sempurna.
Mewaspadakan terjadinya hiperglikemia karena peningkatan pengeluaran glikagon (kerusakan sel alfa) atau penurunan pengeluaran insulin (kerusakan sel beta).
Deteksi dini pada penggunaan glukosa tak adekuat dapat mencegah terjadinya ketoasidosis.
Mencegah rangsangan dan pengeluaran enzim pancreas (sekretin) bila kkimus dan asam HCl masuk ke duodenum.
Indicator kebutuhan insulin karena hiperglikemia sering terjadi meskipun tidak selalu pada kadar cukup tinggi untuk menghasilkan ketoasidosis.
Pemberian IV kalori, lipid, danasam amino harus diberikan sebelum penurunan nutrisi/nitrogen memburuk.
Pemberian makan oral terlalu dini pada penyakit berat dapat
Berikan trigliserida rantai sedang (contoh MCT, Portagen).
Berikan obat sesuai indikasi:
-Vitamin misalnya A, D, E, K
-Penggantian enzim contoh pankreatin (Viokasi), pankrelipase (Cotazym).
-Antikonilegik contoh metanhelin bromide (Banthine).
-Insulin
Kehilangan fungsi pancreas/ penurunan produksi insulin memerlukan diet 51alkohol51.
MCT memberikan kalori/nutrient tambahan yang tidak memerlukan enzim pancreas untuk pencernaan/ absorpsi.
Kebutuhan penggantian seperti 51alkohol lemak terganggu, penurunan absorpsi/penyimpangan vitamin larut dalam lemak.
Digunakan pada pancreatitis untuk memperbaiki defisiensi untuk meningkatkan pencernaan dan absorpsi nutrient.
Diperkirakan menurunkan sekresi pancreas dang aster dengan penekanan mekanisme vagal dan penurunan motilitas. Penurunan pada volume dan konsentrasi enzim memberikan istirahat untuk area yang inflamasi. Catatan: obat ini
kontraindikasi padaadanya syok/paralitik ileus, dan pemeriksaan obat ulang belum membuktikan efisiensi.
Memperbaiki hiperglikemia menetap disebabkan oleh cedera sel
beta dan peningkatan pengaluaran glukokortikoid. Terapi insulin biasanya jangka pendek kecuali terjadi kerusakan permanen pada pankreas.
Selasa-Kamis/
18-20
Juni
2 Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan: setelah dilakukan perawatan, nyeri pasien berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil: