• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Nn. P dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di RSUP.Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Nn. P dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di RSUP.Haji Adam Malik Medan"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

Pengelolaan Kasus

2.1.Konsep Dasar Penyakit

2.1.1.Pengertian Pankreatitis

Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius

pada pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan

yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan

dengan cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap berbagai

pengobatan.(Brunner & Suddart, 2002).Pankreatitis adalah inflamasi yang

mengenai pankreas yang bersifat serius dengan intensitas yang ringan

sampai berat dan berakibat fatal (Riyadi, S & Sukarmin, 2008).Pankreatitis

juga didefenisikan sebagai peradangan pada pankreas yang mengganggu

fungsi eksokrin dalam membantu menjalankan metabolisme dalam tubuh

(Riyadi, S & Sukarmin, 2008).Sedangkan menurut Doenges (2000)

pankreatitis adalah kondisi inflamasi yang menimbulkan nyeri dimana

enzim pankreas diaktifasi secara prematur mengakibatkan autodigestif dari

pankreas.

2.1.2.Klasifikasi Pankreatitis

1) Pankreas Akut

Pankreas akut merupakan inflamasi pada pankreas akibat

tercernanya organ tersebut oleh enzim-enzim yang dikeluarkan pankreas

(terutama tripsin) (Riyadi, S & Sukarmin, 2008).Pankreatitis akut atau

inflamasi pada pankreas terjadi akibat tercernanya organ ini oleh

enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin(Brunner & Suddart, 2002).

2) Pankreas Kronik

Pankreatitis kronik merupakan kelainan inflamasi yang ditandai

oleh kehancuran anatomis dan fungsional yang progresif pada pankreas

(Brunner & Suddart, 2002).Riyadi, S & Sukarmin (2008) juga

(2)

yang ditandai dengan kehancuran anatomis dan fungsional yang

progresif pada pancreas.

2.1.3. Etiologi

Penjelasan penyebab dari timbulnya penyakit Pankreatitis menurut

Brunner & Suddart (2002) adalah sebagai berikut:

1) Pankreas Akut

Pankreatitis akut terjadi akibat proses tercernanya organ ini oleh

enzim-enzimnya sendiri, khususnya oleh tripsin. Delapan puluh persen

penderita pankreatitis akut mengalami penyakit pada duktus billiaris;

meskipun demikian, hanya 5% penderita batu empedu yang kemudian

mengalami nekrosis.

Kebiasaan mengkonsumsi alkohol dalam waktu lama merupakan

penyebab umum pankreatitis akut, tetapi pasien biasanya sudah menderita

pankreatitis kronis yang tidak terdiagnosis sebelum episode pankreatitis

akut terjadi. Keadaan lain yang jarang ditemukan sebagai penyebab

pankreatitis adalah infeksi bakteri atau virus, atau pankreatitis akibat virus

parotitis. Trauma tumpul abdomen, penyakit ulkus peptikum, penyakit

vaskuler iskemik, hiperlipidemia, hiperkalsemia, dan penggunaan

kortikosteroid, preparat diuretik tiazida, serta kontrasepsi oral ternyata

berkaitan dengan peningkatan insidens pankreatitis.

2) Pankreas Kronik

Konsumsi alkohol dalam masyarakat Barat dan malnutrisi yang

terdapat di seluruh dunia merupakan penyebab pankreatitis kronis.Pada

alkoholisme, insiden pankreatitis 50 kali lebih tinggi dibandingkan insiden

dalam populasi bukan peminum.Konsumsi alkohol dalam waktu lama

menyebabkan hipersekresi protein dalam sekret pankreas. Akibatnya akan

terbentuk sumbat protein dan batu (kalkuli) dalam duktus pankreas.

Alkohol juga memiliki efek toksik yang langsung pada sel-sel pankreas.

Kemungkinan terjadinya kerusakan sel-sel ini akan lebih parah pada

pasien-pasien yang kandungan protein dalam makanannya buruk atau yang

(3)

2.1.4.Patofisiologi

Pankreatitis merupakan penyakit sistemik yang terdiri dari dua

fase.Pertama, fase awal yang disebabkan efek sistemik pelepasan mediator

inflamasi, disebut sindrom respons inflamasi sistemik atau systemic

inflamatory response syndrome (SIRS) yang berlangsung sekitar 72

jam.Gambaran klinisnya menyerupai sepsis, tetapi tidak ada bukti-bukti

infeksi.Kedua, fase lanjut merupakan kegagalan sistem pertahanan tubuh

alami yang menyebabkan keterlibatan sampai kegagalan multiorgan, yang

biasanya dimulai pada awal minggu kedua.Kegagalan fungsi salah satu

organ merupakan penanda beratnya penyakit dan buruknya faktor prognosis.

Pankreatitis atau inflamasi pada pankreas terjadi akibat penyumbatan duktus

pankreatikus, biasanya oleh batu empedu di duktus bilaris

komunis.Hiperlipidemia adalah suatu faktor resiko timbulnya pankreatitis

yang dapat merangsang secara berlebihan pelepasan enzim-enzim pankreas,

atau berperan menyebabkan terbentuknya batu empedu.Alkoholisme kronik

juga berkaitan dengan pankreatitis, alkohol menambah konsentrasi protein

dalam cairan pankreas dan mengakibatkan endapan yang merupakan inti

untuk terjadinya kalsifikasi yang menyebabkan pankreatitis. (Brunner &

Suddart, 2002)

2.1.5.Manifestasi klinik

Manifestasi klinik dari penyakit pankreatitis menurut Brunner &

Suddart (2002) adalah sebagai berikut:

1) Pankreatitis Akut

Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis

yang menyebabkan pasien datang ke rumah sakit.Rasa sakit dan nyeri

tekan abdomen yang disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat iritasi

dan edema pada pankreas yang mengalami inflamasi tersebut sehingga

(4)

kapsul pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga turut

menimbulkan rasa sakit.

Secara khas rasa sakit yang terjadi pada bagian tengah ulu hati

(midepigastrium).Awitannya sering bersifat akut dan terjadi 24-48 jam

setelah makan atau setelah mengkonsumsi minuman keras; rasa sakit ini

dapat bersifat menyebar dan sulit ditentukan lokasinya.Umumnya rasa

sakit menjadi semakin parah setelah makan dan tidak dapat diredakan

dengan pemberian antasid. Rasa sakit ini dapat disertai dengan distensi

abdomen, adanya massa pada abdomen yang dapat diraba tetapi

batasnya tidak jelas dan dengan penurunan peristaltik. Rasa sakit yang

disebabkan oleh pankreatitis sering disertai dengan muntah.

Pasien tampak berada dalam keadaan sakit berat defens muskuler

teraba pada abdomen. Perut yang kaku atau mirip papan dapat terjadi

dan merupakan tanda yang fatal.Namun demikian abdomen dapat tetap

lunak jika tidak terjadi peritonitis.Ekimosis (memar) didaerah pinggang

dan disekitar umbilikus merupakan tanda yang menunjukkan adanya

pankreatitis haemoragik yang berat.

Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis

akut.Muntahan biasanya berasal dari isi lambung tetapi juga dapat

mengandung getah empedu.Gejala panas, ikterus, konfusidan agitasi

dapat terjadi.

Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan

hipovolemia serta syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar

cairan yang kaya protein, karena cairan ini mengalir kedalam jaringan

dan rongga peritoneum.Pasien dapat mengalami takikardia, sianosis dan

kulit yang dingin serta basah disamping gejala hipotensi.Gagal ginjal

akut sering dijumpai pada keadaan ini.

Gangguan pernafasan serta hipoksia lazim terjadi, dan pasien dapat

memperlihatkan gejala infiltrasi paru yang difusi, dispnoe, takhipnoe

dan hasil pemeriksaan gas darah abnormal.Depresi miokard,

hipokalsemia, hiperglikemia dan koagulopati intravaskuler diseminata

(5)

2)

Pankreatitis Kronis

Insidens pankreatitis kronis meningkat pada laki-laki dewasa dan

ditandai oleh serangan nyeri hebat di daerah abdomen bagian atas dan

punggung, disertai muntah.Serangan nyeri sering sangat hebat sehingga

pemberian preparat narkotik, sekalipun dengan dosis tinggi, tidak

mampu meredakan nyeri tersebut. Resiko ketergantungan opiat akan

meningkat pada pankreatitis karena sifatnya yang kronis dan hebatnya

rasa nyeri.

Penurunan berat badan merupakan masalah utama pada

pankreatitis kronis. Biasanya disebabkan oleh penurunan asupan

makanan akibat anoreksia atau perasaan takut bahwa makan akan

memicu serangan berikutnya. Malabsorbsi mengakibatkan proses

pencernaan bahan makanan khususnya protein dan lemak akan

terganggu. Defekasi menjadi lebih sering dan feces menjadi berbuih

(steatore) akibat gangguan pencernaan lemak.

2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan

Dasar Nutrisi

2.2.1.Pengertian Nutrisi

Nutrien merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh

(Potter & Perry, 2005). Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang

berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses

proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan

dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk

aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya (Wartonah,

2010). Nutrisi dapat juga dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat

gizi dan zat lain yang terkandung, aksi reaksi dan keseimbangan yang

berhubungan dengan kesehatan dan penyakit ( Wartonah, 2010 ).Sedangkan

menurut Wahit (2007) nutrien adalah sejenis zat kimia organik atau

anorganik yang terdapat dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk

(6)

2.2.2.Jenis-Jenis Nutrisi

Ada 6 kategori zat makanan menurutPotter & Perry (2005), yaitu air,

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Tarwoto & Wartonah

(2010) menyebutkan nutrisi terdiri atas karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, mineral, dan air. Sedangkan jenis-jenis nutrisi menurut Asmadi

(2008) yaitu karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Asmadi menyebutkan

bahwa mineral dan air termasuk ke dalam pembahasan kebutuhan cairan dan

elektrolit. Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa kebutuhan energi

dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, sedangkan

air adalah komponen tubuh yang vital dan bertindak sebagai penghancur zat

makanan, serta mineral dan vitamin tidak menyediakan energi tetapi

penting untuk proses metabolisme dan keseimbangan asam-basa.

1) Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam diet dan

merupakan sumber utama bahan bakar untuk otak, otot rangka selama

latihan, eritrosit dan leukosit, dan medulla renal (Brunner & Suddart,

2005).Sedangkan menurut Wahit (2007), karbohidrat adalah kelompok

nutrien yang penting dalam susunan makanan. Dan menurut Asmadi

(2008) karbohidrat adalah senyawa yang mengandung zat karbon (C)

dalam ikatan dengan hidrogen (H) dan oksigen (O) dalam suatu

perbandingan 1:2:1.

Rentang asupan karbohidrat dalam diet yang direkomendasikan

adalah 50%-60% dari total kalori, lebih disukai dalam bentuk

karbohidrat yang kompleks, seperti roti dari biji penuh dan sereal (Potter

& Perry, 2005).

Karbohidrat di dalam sel mengalami proses oksidasi yang

menghasilkan panas dan energi yang hasilnya dibuang melalui paru-paru

berupa H2O dan CO2 melalui kulit berupa keringat, dan melalui ginjal

dalam bentuk urine (Asmadi, 2008). Sedangkan apabila karbohidrat

tidak digunakan, maka akan terjadi glikogenesis yang akan menghasikan

(7)

lagi, maka glikogen akan pecah melalui proses glikogenolisis menjadi

glukosa kembali (Asmadi, 2008).

Jika energi yang kita butuhkan sangat tinggi, sedangkan intake

ataupun cadangan karbohidrat berkurang, maka mekanisme tubuh adalah

mengubah sumber-sumber non-karbohidrat seperti lemak menjadi

glukosa (Asmadi, 2008). Kebutuhan tubuh terhadap karbohidrat sekitar

5,5 gr/kgBB/hari (Asmadi, 2008). Tiap gram karbohidrat akan

menghasilkan 4 kilokalori (kkal) (Potter & Perry, 2005).

Adapun fungsi karbohidrat menurut Asmadi (2008) adalah

sebagai berikut:

a) Sebagai sumber utama bagi tubuh.

b) Penting untuk metabolisme lemak normal karena jika karbohidrat

kurang, maka lemak digunakan sebagai sumber energi.

c) Pada hati, glucorinic acid mempunyai fungsi yang penting dalam

pengikatan racun kimia dan bakteri.

d) Penting dalam mempertahankan integritas fungsi sel saraf dan

sebagai sumber energi otak.

e) Sisa laktosa dalam usus lebih lama daripada disakarida, sehingga

mempermudah pertumbuhan bakteri yang menguntungkan. Laktosa

ini berfungsi sebagai laksatif serta sintesis vitamin B kompleks dan

vitamin K.

f) Selulosa (karbohidrat yang tidak dicerna) membantu dalam eliminasi

yang normal karena merangsang gerakan peristaltik saluran

pencernaan dan absorbsi air sehingga feses menjadi padat.

g) Makanan yang banyak mengandung karbohidrat (sereal) juga

memberikan suplai protein, mineral, dan vitamin B dalam jumlah

yang bermakna.

h) Digunakan sebuah protein sparing action, jika karbohidrat tidak

mencukupi yaitu protein akan diubah menjadi glukosa

(8)

2) Protein

Wahit (2007) mengatakan protein merupakan kelompok nutrien

yang sangat penting bagi makhluk hidup.Asmadi (2008) juga

mengatakan protein adalah nutrien yang paling utama diperlukan oleh

tubuh manusia.Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan

dalam penyusunan senyawa-senyawa penting seperti enzim, hormon,

dan antibodi (Tarwoto & Wartonah, 2010).

Bentuk protein yang paling sederhana adalah asam amino yang

tidak dapat disintesis oleh tubuh, tetapi harus diberikan dalam diet

(Brunner & Suddart, 2005).Wahit (2007) mengatakan kebutuhan protein

setiap orang bervariasi berdasarkan laju pertumbuhan dan berat

badannya. Kebutuhan protein pada bayi sebanyak 3 gr/kgBB, anak-anak

sebanyak 1,75 – 2,5 gr/kgBB, pada remaja sampai dengan lansia

sebanyak 1,25 – 1,75 g/kgBB, wanita hamil ditambah 10 gr/hari, dan ibu

menyusui ditambah 20 gr/hari (Tarwoto & Wartonah, 2010).

Adapun fungsi protein menurut Asmadi (2008) adalah sebagai

berikut:

a) Mempertahankan kesehatan dan vitalitas tubuh.

b) Pertumbuhan dan perkembangan semua jaringan tubuh.

c) Pembentukan hormon.

d) Mencegah darah atau jaringan lebih asam atau lebih basa.

e) Memelihara keseimbangan cairan tubuh.

f) Pembentukan enzim, antibodi, dan pembentukan susu saat proses

laktasi.

g) Membantu pembekuan darah.

3) Lemak

Lemak (Lipid) merupakan nutrien padat yang paling berkalori

dan menyediakan 9 kkal per gram (Potter & Perry, 2005).Lemak

merupakan sumber energi kedua setelah karbohidrat (Asmadi,

2008).Menurut Tarwoto & Wartonah (2010) lemak atau lipid merupakan

sumber energi yang menghasilkan jumlah kalori lebih besar daripada

(9)

adalah suatu senyawa yang mengandung unsur karbon, hidrogen, dan

oksigen.

Kebutuhan lemak oleh tubuh sekitar 1,5 gr/kgBB/hari (Asmadi,

2008). Setiap 1 gr lemak menyediakan 38 kJ (9 kkal) (Wahit,

2007).Ketika terjadi penurunan gula darah, dimana cadangan

karbohidrat dan protein menurun, maka lemak diubah menjadi glukosa

(Tarwoto & Wartonah, 2010). Namun jika dalam makanan terdapat

kelebihan lemak, maka dalam tubuh lemak akan disimpan dan akan

dipergunakan sebagai cadangan energi atau tenaga, bantalan bagi

alat-alat tubuh seperti ginjal dan bola mata, mempertahankan panas tubuh

karena lemak sebagai penghambat panas (konduktor yang buruk),

perlindungan tubuh terhadap trauma dan zat kimia yang berbahaya, dan

pembentuk postur tubuh seperti orang terlihat gemuk atau kurus karena

adanya lemak (Tarwoto & Wartonah, 2010).

Adapun fungsi lemak menurut Asmadi (2007) adalah sebagai

berikut:

a) Sumber cadangan energi.

b) Komponen dari membran sel.

c) Insulator suhu tubuh.

d) Pelarut vitamin A, D, E, dan K.

e) Jenis lemak yaitu kolesterol berfungsi untuk menghasilkan asam

empedu yang berperan pada pencenaan dan pembentukan hormon

kortison, estrogen, testosteron, dan hidrokortison.

4) Vitamin

Vitamin merupakan sustansi organik dalam jumlah kecil pada

makanan yang esensial untuk metabolisme normal (Potter & Perry,

2005). Vitamin adalah sekelompok senyawa organik kompleks yang

dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil agar tetap sehat (Wahit,

2007). Sedangkan menurut Asmadi (2007) vitamin merupakan zat

organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit dan akan

menimbulkan penyakit yang khas bila tubuh tidak memperolehnya

(10)

Adapun fungsi vitamin menurut Tarwoto & Wartonah (2010)

adalah sebagai berikut:

a) Vitamin B1: mencegah terjadinya penyakit beri-beri, neuropati

parifer, gangguan konduksi sistem saraf, dan ensefalopati Wernicke.

b) Vitamin B2: memperbaiki kulit dan mata, serta mencegah terjadinya

hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir yang mendapatkan

fototerapi.

c) Vitamin B3: menetralisasi zat racun, berperan dalam sintesis lemak,

memperbaiki kulit dan saraf, serta sebagai koenzim pada banyak

enzim dehidrogenase yang terdapat dalam sitosol dan mitokondria.

d) Vitamin B5: sebagai katalisator reaksi kimia dalam pembentukan

koenzim A yang berperan dalam pembentukan energi (ATP).

e) Vitamin B6: berperan dalam proses metabolisme asam amino, proses

glikogenolisis, pembentukan antibodi, serta regenerasi sel darah

merah.

f) Vitamin B12: membantu pembentukan sel darah merah, mencegah

kerusakan sel saraf, dan membantu metabolisme protein.

g) Vitamin C: membantu pembentukan tulang, otot, dan kulit,

membantu penyembuhan luka, meningkatkan daya tahan tubuh,

membantu penyerapan zat besi, serta melindungi tubuh dari radikal

bebas.

h) Asam folat: membantu metabolisme, khususnya asam amino,

pematangan sel darah merah, serta mencegah terjadinya penyakit

jantung bawaan.

i) Vitamin D: meningkatkan penyerapan kalsium, fosfor untuk

kekuatan tulang dan gigi, pengaturan produksi hormon, serta

pengaturan kadar kalsium darah.

j) Vitamin A: membangun sel-sel kulit, melindungi sel-sel retina dari

kerusakan.

k) Vitamin E: sebagai antioksidan dengan cara memutuskan berbagai

reaksi rantai radikal bebas.

(11)

5) Air

Air merupakan komponen kritis dalam tubuh karena fungsi sel

bergantung pada lingkungan cair yang menyusun 60% hingga 70% dari

seluruh berat badan (Potter & Perry, 2005).

Ketika kehilangan air, seseorang dapat bertahan tidak lebih dari

beberapa jam di padang pasir atau beberapa hari di lingkungan yang

sangat terlindungi (Potter & Perry, 2005). Pada individu yang sehat,

asupan cairan dari semua sumber sama dengan haluaran cairan melalui

eliminasi, respirasi, dan berkeringat, tetapi pada orang sakit terdapat

peningkatan kebutuhan cairan misalnya dengan demam atau kehilangan

cairan gastrointestinal, dan orang sakit juga mengalami penurunan

kemampuan untuk mengeluarkan cairan seperti penyakit kardiopulmonal

atau renal yang mengarah pada kebutuhan restriksi asupan cairan (Potter

& Perry, 2005).

6) Mineral

Mineral merupakan elemen esensial non-organik pada tubuh

sebagai katalis dalam reaksi biokimia (Potter & Perry, 2005).

2.2.3.Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Nutrisi

Kebutuhan nutrisi tidak berada dalam kondisi yang menetap.Ada

kalanya kebutuhan nutrisi klien meningkat.Begitu pula kebalikannya,

kebutuhan nutrisi seseorang menurun.Ada beberapa faktor yang

memengaruhi kebutuhan seseorang terhadap nutrisi.Pada bagian ini

dikemukakan dua kategori faktor yaitu faktor yang meningkatkan kebutuhan

nutrisi dan faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi. Adapun faktor yang

meningkatkan kebutuhan nutrisi menurut Asmadi (2007) antara lain sebagai

berikut:

a. Pertumbuhan yang cepat, seperti bayi, anak-anak, remaja, dan ibu

hamil.

b. Selama perbaikan jaringan/ pemulihan kesehatan karena proses suatu

(12)

c. Peningkatan suhu tubuh. Setiap kenaikan suhu 10F, maka kebutuhan

kalori meningkat 7%.

d. Aktivitas yang meningkat.

e. Stres. Sebagian orang akan makan sebagai kompensasi karena

mengalami stres.

f. Terjadi infeksi.

Faktor yang menurunkan kebutuhan nutrisi Asmadi (2007) antara

lain sebagai berikut:

a. Penurunan laju pertumbuhan, misalnya pada lansia.

b. Penurunan basal metabolic rate (BMR)

c. Hipotermi

d. Jenis kelamin. Umumnya kebutuhan nutrisi pada wanita lebih rendah

dibandingkan laki-laki. Hal ini karena pada wanita BMR-nya lebih

rendah dibanding BMR laki-laki.

e. Gaya hidup pasif.

f. Bedrest.

2.2.4.Status Nutrisi

Karakteristik suatu nutrisi ditentukan melalui adanya indeks masa

tubuh (body mass index-BMI) dan berat tubuh ideal (ideal body

weight-IBW) (Tarwoto & Wartonah, 2010).

1) Indeks masa tubuh (BMI)

Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur indeks massa tubuh

menurut Asmadi (2008) adalah sebagai berikut:

(13)

Batas ambang indeks massa tubuh di Indonesia (Depkes, 2002; Asmadi,

2007) adalah sebagai berikut:

Kategori IMT

Kurus

Kekurangan BB tingkat berat <17,0

Kekurangan BB tingkat sedang 17,0 - 18,5

Normal 18,5 - 25,0

Gemuk

Kelebihan BB tingkat ringan 25,0 - 27,0

Kelebihan BB tingkat berat >27,0

2) Berat badan ideal (IBW)

Brocca adalah cara untuk mengetahui berat badan ideal menurut Asmadi

(2007), yaitu sebagai berikut:

Berat badan ideal (kg) = [TB (cm) - 100] - [10% (TB – 100)]

Hasil: - bila berat badannya <80%, dikategorikan sebagai kurus.

-bila berat badannya 80-120%, dikategorikan berat badan ideal.

-bila berat badannya >120%, dikategorikan gemuk.

2.2.5.Cara Pengukuran Kebutuhan Kalori

Kebutuhan energi individu dipengaruhi olehbeberapa factor, yaitu

laju metabolisme basal (basal metabolic rate, BMR) adalah energi yang

diperlukan pada tingkat terendah fungsi seluler atau disebut istirahat,

aktivitas fisik, penyakit, cedera, demam, infeksi, pemasukan makanan, dan

kelaparan (Brunner & Suddart, 2005). Tetapi Asmadi (2008) mengukur

kebutuhan kalori seseorang hanya berdasarkan basal metabolic rate,

aktifitas fisik, dan spesific dynamic action (SDA), yaitu:

1) Basal metabolic rate (BMR)

Laju metabolisme basal (basal metabolic rate) adalah energi yang

digunakan pada tubuh saat istirahat, yaitu untuk kegiatan fungsi tubuh

seperti aktivitas jantung, pernafasan, peristaltik usus, dan kegiatan

(14)

Ada beberapa cara untuk mengukur BMR menurut Asmadi (2008)

diantaranya adalah:

a) Rumus Harris Benedict yang dikenal dengan debutan rumus REE

(Resting Energy Expenditure), yaitu:

BMR (laki-laki) = 66,5 + [13,5 x BB (kg)] + [5,0 x TB (cm) – (6,75 x umur (th)]

BMR (wanita) = 65,1 + [9,56 x BB (kg)] + [1,85 x TB (cm) – (4,68 x umur (th)]

b) Metode faktorial, yaitu:

BMR (laki-laki) = BB (kg) x 1,0 x 24 kkal

BMR (wanita) = BB (kg) x 0,9 x 24 kkal

2) Aktivitas fisik

Klien dengan aktivitas ringan seperti pekerja kantor yang sebagian

besar waktunya dihabiskan untuk duduk harus dikurangi 10-20% dari

jumlah kalori basal, sebaliknya klien dengan aktivitas berat seperti

pekerja kuli bangunan harus menambahkan 10-20% dari jumlah kalori

basal (Asmadi, 2008). Pekerjaan rumah tangga termasuk kedalam

aktivitas sedang (Suarthana, 2007; Asmadi, 2008).

3) Spesific dynamic action (SDA)

Dalam menghitung besarnya SDA, diperkirakan besarnya 10%

jumlah energi basal dan energi aktivitas (Departemen Gizi dan

Kesehatan Masyarakat FKM UI 2007; Asmadi, 2008).

Maka rumus untuk menghitung jumlah kebutuhan kalori total menurut

Asmadi (2008) adalah:

(15)

2.2.6.Pengkajian

1) Aspek biologis menurut Asmadi (2008) antara lain meliputi:

a. Umur. Pengkajian ini terkait dengan tumbuh kembang klien.

Tingkat kebutuhan nutrisi salah satunya dipengaruhi oleh faktor usia.

Pada masa pertumbuhan, kebutuhan nutrisi sangat besar

dibandingkan dengan masa lansia.

b. Jenis kelamin. Hal yang perlu dikaji antara lain: tingkat BMR antara

laki-laki dengan wanita berbeda, begitu pula persentase lemak dalam

tubuh, dan lain-lain.

c. Tinggi badan dan berat badan. Pengkajian ini dilakukan salah

satunya adalah untuk mengetahui perbandingan antara tinggi dan

berat badan, apakah ideal atau tidak?

d. Pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri ini berguna

untuk mengidentifikasi masalah nutrisi klien. Menurut Tarwoto &

Wartonah (2010) yang termasuk pengukuran antropometri adalah

berat badan ideal ((TB-100) ±10%), lingkar pergelangan tangan,

lingkar lengan atas, (normal: laki-laki 28,3 cm dan perempuan 28,5

cm), lipatan kulit pada otot trisep (normal: laki-laki 12,5-16,5 cm

dan perempuan 16,5-18 cm).

e. Riwayat kesehatan dan diet. Riwayat kesehatan misalnya adakah

alergi terhadap jenis makanan tertentu. Gangguan pencernaan yang

sering dialami ?dan lain-lain. Riwayat diet terkait dengan kebiasaan

asupan makanan dan cairan klien, jenis makanan yang dikonsumsi,

nafsu makan, dan lain-lain.

f. Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum: kelemahan, tingkat kesadaran, tanda vital, dan

lain-lain.

b) Keadaan kulit: kasar, kering, bersisik, kehilangan lemak pada

subkutan, dan lain-lain.

c) Keadaan kepala: rambut hipopigmentasi, mudah dicabut, sclera

kuning, klien sering mimisan, gigi karies, dan lain-lain.

(16)

e) Keadaan perut: permukaan perut, adanya garis vena, peristaltic

usus, pembesaran hati atau limfa, dan lain-lain.

f) Keadaan ekstremitas: edema, pergerakan lemah, penurunan

lingkar lengan, dan masa otot menurun. (Asmadi, 2008)

2) Aspek psikologis

Perlu dikaji mengenai persepsi klien tentang diet, postur

tubuhnya, konsep diri yang terkait dengan bentuk tubuh, respon terhadap

stress, apakah banyak makan atau malas makan?, dan lain-lain (Asmadi,

2008)

3) Aspek sosiokultural

Adakah kultur?, nilai-nilai yang dianut terhadap makanan,

praktik budaya terkait dengan makanan, dan lain-lain (Asmadi, 2008).

4) Aspek spiritual

Hal yang perlu dikaji misalnya adakah keyakinan yang dianut

klien terhadap makanan?, serta bagaimana keyakinan tersebut

memengaruhi kebutuhan nutrisinya?, dan lain-lain (Asmadi, 2008).

5) Laboratorium menurut Tarwoto & Wartonah (2010)

a. Albumin (normal: 4 – 5,5 mg/100 ml)

b. Transferin (normal: 170 – 250 mg/100 ml)

(17)

2.2.7.Analisa Data

Dari hasil pengkajian, maka dapat dilakukan analisa data

berbasarkan dua karakteristik, yaitu data subjek (DS) dan data objek (DO),

sebagai berikut:

No. DS DO

1 - Kram abdomen

- Nyeri abdomen

- Kurang informasi

- Kurang minat pada makan

- Ketidakmampuan memakan makanan

- Mengeluh gangguan sensasi rasa

- Mengeluh asupan makan kurang

- Menghindari makanan

- BB 20% atau lebih BBI

- Kerapuhan kapiler

- Diare

- Kehilangan rambut berlebihan

- Bising usus hiperaktif

- Kurang makan

- Penurunan BB

- Membran mukosa pucat

- Tonus otot menurun

- Sariawan rongga mulut

- Kelemahan otot mengunyah

- Kelemahan otot untuk menelan

2 - Mengonsentrasikan asupan makanan pada akhir ini

- Makan sebagai respon terhadap petunjuk eksternal( mis: siang hari, situasi sosial)

- Makan sebagai respon terhadap petunjuk internal bukan rasa lapar (mis: ansietas).

- Disfungsi pola makan

- Aktivitas monoton

- Lipatan otot trisep >15mm pada pria

- Lipatan otot trisep >25mm pada wanita

- BB 20% di atas tinggi dan kerangka tubuh ideal

(18)

makan pada malam hari

- Makan sebagai respon terhadap petunjuk eksternal( mis: siang hari, situasi sosial)

- Makan sebagai respon terhadap petunjuk internal bukan rasa lapar (mis: ansietas).

- Melaporkan penggunaan makanan padat sebagai sumber makanan utama

- BB lebih tinggi dari nilai dasar

- Terlihat penggunaan makan sebagai tindakan menyenangkan

- Terlihat penggunaan makanan sebagai penghargaan

- Membarengi makan dengan aktivitas lain

- Obesitas parenteral

- Gaya hidup monoton

4 - Nyeri epigastrik

- Bangun makan karena mimpi buruk

- Batuk malam hari

- Keluhan ada yang

menyangkut

- Tidak mampu membersihkan rongga mulut

- Pernafasan bau asam

- Terlihat menolak makan

- Hematemesis

- Hiperekstensi kepala

- Terlihat bukti kesulitan menelan (mis: stasis makanan pada rongga mulut, batuk tersedak)

- Menelan berulang

- Muntah sebelum menelan

- Makan lama dengan konsumsi sedikit

- Demam yang tidak jelas penyebabnya

2.2.8.Rumusan Masalah

Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah

kesehatan.Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan

Asuhan Keperawatan (Masalah Keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan

(19)

Diagnosis Association (NANDA), rumusan masalah keperawatan terkait

masalah kebutuhan dasar nutrisi adalah:

1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

2) Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh

3) Resiko ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh

4) Gangguan menelan

2.2.9. Perencanaan

Perencanaan asuhan keperawatan menurut Wilkinson J.M. (2007)

berdasarkan NIC dan NOC dengan masalah gangguan nutrisi akibat

pankreatitis dan intervensi menurut Doenges (2000) adalah sebagai

berikut:

1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kesulitan mengunyah atau menelan, faktor ekonomi, intoleransi

makanan, kebutuhan metabolik tinggi, kurangnya pengetahuan dasar

nyeri, akses pada makanan terbatas, hilangnya nafsu makan,

mual/muntah, pengabaian oleh orangtua, ketergantungan kimiawi,

penyakit kronis, atau gangguan psikologis.

Batasan karakteristik:

a) Berat badan kurang dari 20% (atau lebih) dari ideal terhadap

tinggi badan dan kerangka.

b) Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolik (baik kalori

total atau nutrisi spesifik).

c) Kehilangan berat badan dengan asupan makanan adekuat.

d) Melaporkan asupan makanan tidak adekuat kurang dari anjuran

(20)

Tindakan/Intervensi Rasional

Mandiri:

Buat tujuan berat badan minimum dan kebutuhan nutrisi harian.

Gunakan pendekatan konsisten. Duduk dengan pasien saat makan; sediakan dan buang makan tanpa persuasi dan/atau komentar. Tingkatkan lingkungan nyaman dan catat masukan.

Berikan makan sedikit dan makanan tambahan, yang tepat.

Buat pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.

Sadari pilihan-pilihan makanan

rendah kalori/minuman, menimbun makanan, membuang makanan dalam

berbagai tempat seperti saku

Malnutrisi adalah kondisi gangguan minat yang menyebabkan depresi, agitasi, dan mempengaruhi fungsi kognitif/pengambilan keputusan. Perbaikan status nutrisi meningkatkan kemampuan berfikir dan kerja psikologis.

Pasien mendeteksi pentingnya dan dapat beraksi terhadap tekanan. Komentar apapun yang dapat terlihat sebagai paksaan memberikan focus pada makanan. Bila staf berespons secara konsisten, pasien dapat mulai mempercayai respons staf. Area tunggal dimana pasien mempunyai kekuatan berlatih adalah makanan/makan, dan ia mengalami rasa bersalah dan berontak bila dipaksakan makan. Penyusunan makanan dan penurunan diskusi tentang makan akan menurunkan kekuatan upaya pada pasien dan menghindari dari permainan manipulatif.

Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah periode puasa.

Pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk makan.

(21)

atau kantung pembuangan.

Pertahankan jadwal penimbangan berat badan

teratur, seperti Minggu, Rabu, dan Jumat sebelum makan pagi pada pakaian yang sama, dan gambarkan hasilnya.

Timbang dengan timbangan yang sama (tergantung pada program protokol).

Hindari pemeriksaan ruangan dan alat kontrol lain kapan pun mungkin.

Berikan pengawasan 1-1 dan biarkan pasien dengan bulimia tetap tinggal di ruangan tanpa kamar mandi selama beberapa periode (misal 2jam) setelah makan, bila perjanjian tak berhasil.

Awasi program latihan dan susun batasan aktivitas fisik. Tulis aktivitas/tingkat kerja (jalan-jalan dan sebagainya).

Pertahankan pernyataan, perilaku tak menilai bila memberikan makanan per selang, hiperalimentasi, dan sebagainya.

Sadari kemungkinan pasien mencabut selang dan mengosongkan hiperalimentasi

Memberikan catatan lanjut penurunan dan/atau peningkatan berat badan yang akurat. Juga menurunkan obsesi tentang peningkatan dan/atau penurunan.

Meskipun beberapa program memungkinkan pasien melihat hasil timbangan, ini memaksa isu kepercayaan pada pasien yang biasanya tidak mempercayai orang lain.

Menguatkan perasaan tak berdaya dan biasanya tak menolong.

Mencegah muntah selama/setelah makan. Pasien dapat menginginkan makanan dan menggunakan sindrom pembersihan pesta untuk memper-tahankan berat badan. Catatan: pembersihan dapat terjadi pertama kali pada psien sebagai respons terhadap pengadaan program peningkatan berat badan.

Latihan sedang membantu dalam mempertahankan tonus otot/berat badan dan melawan depresi. Namun pasien dapat latihan terlalu berlebihan untuk membakar kalori.

Persepsi hukuman berakibat buruk terhadap kepercayaan diri pasien dan meyakini kemampuan sendiri untuk mengontrol tujuan.

(22)

bila digunakan. Periksa pengukuran dan plester selang dengan ketat.

Kolaborasi:

Berika terapi nutrisi dalam program pengobatan sesuai indikasi.

Libatkan pasien dalam penyusunan/melakukan prog-ram perubahan perilaku. Beri-kan penguatan untuk mening-katkan berat badan seperti dinyatakan oleh penentuan individu; abaikan penurunan.

Berikan diet dan makanan ringan dengan tambahan makanan yang disukai bila ada.

Berikan diet cair dan /atau makanan

selang/hiperalimentasi bila diperlukan.

Hancurkan dan beri makan melalui selang apapun yang

badan.

Pengobatan masalah dasar tidak terjadi tanpa perbaikan status nutrisi. Perawatan di rumah sakit memberikan control lingkungan dimana masukan makanan, muntah/eliminasi, obat, dan aktivitas dapat dipantau. Ini juga memisahkan pasien dari orang terdekat (yang dapat sebagai faktor pemberat) dan memberikan pemajanan pada orang lain dengan masalah yang sama, suasana lingkungan untuk berbagi.

Memberikan situasi terstruktur untuk makan sementara memungkinkan pasien mengontrol beberapa pilihan. Perubahan perilaku dapat efektif pada kasus ringan atau untuk peningkatan berat badan jangka pendek.

Memungkinkan variasi sediaan makanan akan memampukan paasien untuk mempunyai pilihan terhadap makanan yang dapat dinikmati.

Bila masukan kalori gagal untuk memenuhi kebutuhan metabolik, dukungan nutrisi dapat digunakan untuk mencegah malnutrisi/kematian sementara terapi dilanjutkan. Makanan cair tinggi kalori dapat diberikan sebagai obat, pada susunan waktu terpisah dari makan, sebagai alternatif peningkatan masukan kalori.

(23)

tertinggal pada nampan setelah periode waktu pemberian sesuai indikasi.

Hindari pemberian laksatif.

Berikan obat sesuai indikasi:

Siprofeptadin (Periactin)

-Antidepresan trisiklik, misalnya amitriptilin (Alavil, Endep).

-Agen antiansietas, contoh alprazola (Xanax).

-Tranquilizer utama, contoh klorpromazin (Thorazine).

Siapkan untuk/bantu ECT bila diindikasikan. Bantu pasien memahami ini bukan sebagai hukuman.

program perubahan perilaku untuk memberikan masukan total kalori yang dibutuhkan.

Penggunaan berakibat buruk karena digunakan sebagai pembersih makanan/kalori tubuh oleh pasien.

Antagonis serotonin dan vitamin yang digunakan dalam dosis tinggi untuk merangsang nafsu makan, menurunkan penolakan makanan, dan melawan depresi. Tidak tampak efek samping, meskipun penurunan mental kesadaran dapat terjadi.

Menghilangkan depresi dan merangsang nafsu makan.

Menurunkan tegangan, cemas/gugup dan dapat membantu pasien untuk berpartisipasi dalam pengobatan.

Meningkatkan berat badan dan kerja sama pada program psikoterapi. Tranquilizer utama digunakan hanya bila benar-benar perlu karena efek samping ekstrapiramidal.

(24)

2.3.

Asuhan Keperawatan Kasus

2.3.1. Pengkajian

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I.BIODATA

Identitas Pasien:

Nama : Nn. P

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 18 tahun

Status Perkawinan : Belum menikah

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Belum bekerja

Alamat : Jalan Karya, Pabatu

Tanggal Masuk RS : 15 Juni 2013

No. Register : 10023360087

Ruangan/Kamar : RA1 / III4

Golongan Darah : AB

Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2013

Tanggal Operasi : -

Diagnosa Medis : Pankreatitis

II. KELUHAN UTAMA

Klienmengeluhdirinya mengalami mual dan muntah sejak 2 hari

terakhir dengan frekwensi 2-3 kali per hari.Klien juga mengeluh nyeri

ulu hati dan tidak menjalar, serta kuning seluruh tubuh sejak 2 bulan

terakhir disertai mata kuning.Tidak hanya itu, klien juga mengaluh

demam tinggi terus menerus sejak 3 hari ini dan turun dengan

(25)

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab dari sakitnya.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Klien hanya memegang perut atasnya yang terasa sakit.

B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan

Klien mengatakan rasa nyeri di ulu hati dengan intensitas hilang

timbul.

2. Bagaimana dilihat

Klien terlihat meringis kesakitan dan memegang perut atasnya.

C. Region

1. Dimana lokasinya

Epigastrium

2. Apakah menyebar

Klien mengatakan nyerinya tidak menyebar ke daerah lainnya.

D. Severity

Klien mengatakan nyeri sedang dengan skala 5

E. Time

Klien mengatakan nyeri terjadi terus menerus dan kadang hilang

timbul.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

Klien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di RSUP Haji Adam

Malik di ruangan yang sama.

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Klien mengatakan selama dirawat tidak dilakukan tindakan ERCP

(Endoscopyc Retrigret Cholangeo Pancreatograph).

C. Pernah dirawat/dioperasi

Klien juga mengatakan selama dirawat tidak dilakukan operasi

(26)

D. Lama dirawat

Klien mengatakan pernah dirawat selama 2 minggu.

E. Alergi

Pasien mengatakan selama ini tidak pernah memiliki riwayat alergi

F. Imunisasi

Klien mengatakan ia lupa jenis imunisasi yang sudah dilakukan.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orangtua

Orangtua klien sehat dan tidak memiliki penyakit yang serius.

B. Saudara kandung

Saudara kandung klien juga tidak memiliki penyakit yang serius

atau keturunan.

C. Penyakit keturunan yang ada

Klien mengatakan semua anggotanya tidak memiliki riwayat

penyakit keturunan

GENOGRAM

Ket:

: laki-laki

: perempuan

: meninggal

: klien

(27)

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Klien mengatakan semua anggota keluarga tidak ada yang

mengalami gangguan jiwa.

E. Anggota keluarga yang meninggal

Klien mengatakan ayahnya meninggal.

F. Penyebab meninggal

Klien mengatakan ayahnya meninggal karena kecelakaan sepeda

motor 2 tahun yang lalu.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Klien mengatakan bahwa ia merasa cemas karena penyakitnya

sangat serius dan akan sulit untuk disembuhkan.

B. Konsep diri:

a. Gambaran diri :Klien mengatakan bahwa kesembuhan

penyakitnya diserahkan kepada Tuhan

b. Ideal diri :Klien mengatakan bahwa ia akan sulit

disembuhkan

c. Harga diri :Klien mengatakan bahwa ia malu dengan

teman-teman dan orang disekitarnya karena

kondisinya sekarang

d. Peran diri :Klien berperan sebagai anak

e. Identitas : klien masih menyadari identitas dirinya

sebagaianak dari orangtuanya, belum

menikah dan belum menikah

C. Keadaan emosi

Klien dapat mengontrol emosi tentang nyeri dan kepanikan tentang

penyakitnya.

D. Hubungan sosial

a. Orang yang berarti

Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah

ibunya dan saudara kandungnya.

(28)

Hubungan klien dengan semua anggota keluarganya harmonis

karena klien sering dijenguk oleh saudara-saudaranya.

c. Hubungan dengan orang lain

Hubungan klien dengan orang lain kurang baik.

d. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Hambatannya karena klien menarik diri dan tidak mau

berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini dibuktikan dengan

klien hanya diam dan tidak mau berinteraksi dengan

orang-orang yang ada di sektar ruangannya.

E. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan

Klien mengatakan bahwa ia beragama Kristen Protestan dan

meyakini bahwa ia akan sembuh.

b. Kegiatan ibadah

Klien mengatakan sebelum sakit ia jarang beribadah ke gereja,

tapi selama di rumah sakit klien sering berdo’a demi

kesembuhannya.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum

Tingkat kesadaran pasien Composmentis, terlihat lemah dan lebih

sering berbaring di tempat tidur.

B. Tanda-tanda vital

a. Suhu tubuh : 38,2 0C

b. Tekanan darah : 100/50 mmHg

c. Nadi : 96 kali/ menit

d. Pernafasan : 26 kali/ menit

e. Skala nyeri : 5

f. TB : 158 cm

g. BB : 46 kg

C. Pemeriksaan head to toe

Kepala dan rambut

(29)

b. Ubun-ubun : sudah mengeras/tak teraba lembek

c. Kulit kepala :bersih dan tidak ada luka

Rambut

a. Penyebaran dan keadaan rambut: penyebaran merata dan halus

b. Bau : tidak memiliki bau yang khas

c. Warna rambut : hitam

Wajah

a. Warna kulit : kecoklatan dan sedikit pucat

b. Struktur wajah: simetris kiri dan kanan dan struktur lengkap

Mata

a. Kelengkapan dan kesimetrisan: lengkap dan simetris

b. Palpebra : tidak ada benda asing

c. Konjungtiva dan sclera: konjungtiva pucat dan sclera putih

d. Pupil : bulat isokor dan mengecil saat respon cahaya

e. Kornea dan iris: lengkap pada posisinya

f. Visus : 6/60

g. Tekanan bola mata: simetris kiri dan kanan

Hidung

a. Tulang hidung dan posisi septum nasi: tidak ada injuri

b. Lubang hidung: ada 2, tidak ada sumbatan atau perdarahan

c. Cuping hidung: tidak tampak cuping hidung

Telinga

a. Bentuk telinga : lembut dan elastis

b. Ukuran telinga : simetris antara kanan dan kiri

c. Lubang telinga: tidak ada sumbatan benda asing

d. Ketajaman pendengaran: mampu mendengarkan suara-suara

Mulut dan faring

a. Keadaan bibir : pucat

b. Keadaan gusi dan gigi: gigi lengkap dan tidak ada perdarahan

gusi

c. Keadaan lidah :tidak ada lesi, mampu menggerakkan

(30)

d. Orofaring : klien mampu menelan

Leher

a. Posisi trachea : medial (ditengah)

b. Thyroid : tidak ada pembesaran thiroid

c. Suara : masih terdengar suara

d. Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran/benjolan kelenjar

limfa

e. Vena jugularis : tidak tampak kasat mata

f. Denyut nadi karotis: teraba nadi karotis

Pemeriksaan integumen

a. Kebersihan : kulit klien bersih

b. Kehangatan : kulit klien teraba panas

c. Warna : kecoklatan

d. Turgor : turgor kulit kembali 1 detik

e. Kelembaban :kulit klien sedikit kering

f. Kelainan pada kulit: tidak ada kelainan, hanya teraba panas

Pemeriksaan payudara dan ketiak

a. Ukuran dan bentuk: simetris antara kiri dan kanan

b. Warna payudara dan areola: sama dengan kulit sekitarnya,

aerola coklat

c. Kondisi payudara dan putting: bersih dan tidak ada kelainan

d. Produksi ASI : tidak berproduksi ASI karena belum

menikah

e. Aksila dan clavikula: aksila tumbuh rambut, klavikula simetris

Pemeriksaan thoraks/dada

a. Inspeksi thoraks: normal, simetris antara kiri dan kanan.

b. Pernafasan (frekuensi,irama): frekuensi 26x/menit, irama cepat

c. Tanda kesulitan bernafas: klien bernafas menggunakan otot

bantu pernafasan: cuping hidung.

Pemeriksaan paru

a. Palpasi getaran suara: teraba getaran vokal fremitus yang sama

(31)

b. Perkusi : terdengar resonan

c. Auskultasi: suara nafas vesikuler, dan tidak ada suara tambahan.

Pemeriksaan jantung

a. Inspeksi : tak terlihat massa dan memar, serta tidak terlihat

adanya denyut jantung (pulsasi).

b. Palpasi : teraba denyut jantung (pulsasi) dengan frekuensi

96 kali/menit dengan irama cepat.

c. Perkusi : tidak ada pembesaran jantung

-batas atas jantung: interkostal 2-3

-batas kanan jantung: linea sternalis kanan

-batas kiri jantung: linea media clavicularis kiri

d. Auskultasi : terdengar normal ( S1 dan S2) dan tidak terdengar

suara tambahan/tidak normal (S3 dan S4).

Pemeriksaan abdomen

a. inspeksi (bentuk, benjolan): simetris, tidak terlihat massa,

memar maupun benjolan.

b. auskultasi : peristaltik usus normal dengan frekuensi 10-18

kali/menit

c. palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien): ada

nyeri tekan bagian epigastrium dengan skala 5, tidak ada

benjolan/ascites, dan ada distensi abdomen.

d. perkusi (suara abdomen): suara abdomen timpani

Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya

a. genitalia (rambut pubis, lubang uretra): ada dan bersih

b. anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum):

lubang anus dan perineum besih, dan tidak ada kelainan

Pemeriksaan muskuluskeletal/ekstremitas (kesimatrisan, kekuatan

otot, edema): simetris antara kiri dan kanan, tidak ada edema,

kekuatan otot klien penuh dengan nilai 5, dan tidak ada kelainan pada

muskuluskeletal ataupun ekstremitas.

Pemeriksaan neurologi (nervus cranialis):

(32)

b. Meningeal sign: tidak ada tanda-tanda meningitis

c. Nervus Cranialis:

1) Nervus Olfaktorius/N I

Klien mampu menyebutkan jenis bau-bauan yang diberikan.

2) Nervus Optikus/N II

Klien mampu membaca 30 cm didepan mata dan lapangan

pandang klien normal.

3) Nervus Okulomotorius/N III, Troclearis/N IV, Abdusen/N VI

Kontriksi pupil klien baik, ada reflek cahaya dan bola mata klien

mampu bergerak ke segala arah.

4) Nervus Trigeminus/N V

Mampu membedakan panas/dingin, rasa raba, nyeri, dan

getar.Serta mampu menyebutkan area yang disentuh.Dan ada

reflek kornea.

5) Nervus Facialis/N VII

Klien mampu membedakan rasa manis, asin, asem pahit serta

mampu memperagakan berbagai ekspresi wajah.

6) Nervus Vestibulococlearis/N VIII

Klien masih mampu mendengarkan berbagai jenis suara.

7) Nervus Glossofaringeus/N IX, Vagus/N X

Ada reflek tersedak, pita suara normal, palatum terangkat ke atas,

dan uvula relative ditengah.

8) Nervus Asesorius/N XI

Klien masih mampu menahan tahanan di bahu dan sejajar antara

bahu kiri dan kanan.

9) Nervus Hypoglosus/N XII

Kekuatan otot lidah klien normal, dan mampu menggerakan lidah

ke segala arah.

Fungsi motorik:

a. Cara berjalan: klien masih mampu berjalan ke kamar mandi

b. Romberg test: klien mampu menjaga keseimbangan saat berdiri dan

(33)

c. Tes jari-hidung: klien mampu merasakan sensasi jari-hidung

d. Pronasi-supinasi test: klien dapat melakukan pronasi-supinasi

bagian ekstremitas

Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin,

getaran):

a. Identifikasi sentuhan: klien masih mampu menyebutkan lokasi

sentuhan ringan.

b. Tes tajam tumpul: klien mampu menyebutkan benda tajam atau

tumpul.

c. Panas dingin: klien masih mampu membedakan panas atau dingin.

d. Getaran: klien mampu merasakan getaran di kepalanya saat

digetarkan garputala.

Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patellar, tendon achiles,

plantar):

a. Reflek bisep: mampu berkontraksi dengan baik saat otot bisep

dipukul menggunakan hammer.

b. Reflek trisep: mampu berkontraksi saat otot trisep dipukul

menggunakan hammer.

c. Reflek brachioradialis: mampu berkontraksi saat otot

brachioradialis dipukul menggunakan hammer.

d. Reflek patellar: tungkai bawah bergerak kedepan saat patella

dipukul menggunakan hammer.

e. Reflek tendon achiles: berkontraksi dengan sentakan kaki ke

bawah saat tendon achiles dipukul menggunakan hammer.

f. Reflek plantar: berkontraksi saat otot plantar dipukul

menggunakan hammer.

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

I. Pola makan dan minum

1) Frekuensi makan/hari :2-3 kali/hari

.

2) Nafsu/selera makan :Klien mengatakan sebelum sakit nafsu

(34)

3) Nyeri ulu hati :Klien mengatakan terdapat nyeri di bagian ulu hati

(epigastrium) dengan skala 5.

4) Alergi :Klien mengatakan tidak ada alergi makanan apapun.

5) Mual dan muntah :Klien mengatakan sering mual dan muntah

saat makan dengan frekuensi 2-3 kali/hari, dan isi muntahan yaitu

apa yang dimakan dalam bentuk cair dengan volume sekitar ¼ gelas

Aqua.

6) Waktu pemberian makan:Pagi pukul 08.00 WIB, siang pukul 12.00

WIB, dan malam pukul 18.00 WIB.

7) Jumlah dan jenis makan: Jenis makannya seperti biasa yaitu nasi,

ikan dan sayur. Jumlahnya masing-masing 1 porsi, tetapi sering

bersisa ¼-1/2 porsi.

8) Waktu pemberian cairan/minum: Klien hanya minum saat makan

44dan terpasang cairan infuse NaCl 20 tetes/menit.

9) Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah)

Klien mengatakan tidak terdapat kesulitan menelan atau

mengunyah, tetapi klien sering tidak menghabiskan makanannya

karena merasa mual dan takut muntah.

II. Perawatan diri/personal hygiene

1) Kebersihan tubuh :Klien biasanya mandi sendiri jika ia masih

mampu, tapi terkadang klien hanya di lap oleh ibunya selama

dirumah sakit.

2) Kebersihan gigi dan mulut :Klien mengatakan masih mampu

membersihkan mulut dan menggosok gigi selama di rumah sakit,

tetapi hanya 1 kali/hari.

3) Kebersihan kuku kaki dan tangan :Selama di rumah sakit ibu klien

yang memotong kuku kaki dan tangannya.

III. Pola kegiatan/aktivitas

1) Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti

pakaian dilakukan secara mandiri, sebagian atau total

Klien masih mampu mandi dan BAB/BAK di kamar mandi, tetapi

(35)

cairan infuse. Dalam mengganti pakaian juga klien masih mampu,

terkadang dibantu juga oleh ibunya karena terpasang cairan infuse.

2) Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit:

Selama dirawat di rumah sakit, klien sering berdo’a demi kesembuhan

penyakitnya.

IV. Pola eliminasi

1. BAB

1) Pola BAB : 1-2 kali/hari

2) Karakter feses : lunak dan berwarna pucat

3) Riwayat perdarahan : tidak ada tanda-tanda perdarahan

4) BAB terakhir : lunak dan berwarna pucat dan berbau

sangat busuk akibat kandungan lemak yang

tinggi

5) Diare : tidak diare

6) Penggunaan laktasif : tidak menggunakan laktasif

2. BAK

1) Pola BAK : 4-5 kali/hari

2) Karakter urine : kuning pekat

3) Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : disangkal oleh klien

4) Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : klien mengatakan tidak

memiliki penyakit ginjal/kandung kemih.

5) Penggunaan 45lcohol45 : tidak ada

6) Upaya mengatasi masalah : tidak memiliki masalah.

V. Pola tidur dan kebiasaan

a. Waktu tidur : pukul 22.30 WIB

b. Waktu bangun : pukul 06.00 WIB

c. Masalah tidur : rasa nyeri kadang mengganggu tidur klien

d. Hal yang mempermudah tidur: klien selalu berdoa sebelum tidur

e. Hal yang mempermudah bangun: mendengar suara yang sedikit

(36)

VI. Mekanisme koping

a. Adaptif

Menggunakan teknik relaksasi

b. Maladaptif

Menghindar

IX.

PEMERIKSAAN PENUNJANG I. Laboratorium

Darah Lengkap: Hemoglobin KGD sewaktu Ginjal

a. Ureum b. Kreatinin Elektrolit

Massa iso-hiponeus, batas tidak tegas, tepi sebagian lobulated

dengan komponen padat dan nekrotik, menyangat heterogen pasca kontras

proyeksi caput pancreas dan sedikit kekorpus, dengan struktur vena porta

sulit di evaluasi.

DD : -Pankreatitis Kronis

-Ca. Caput pancreas

X. TERAPI OBAT

a. Cefotaxime 1 vial/ 8 jam (iv)

b. Ranitidin 1 ampul/ 12 jam (iv)

c. Novalgin 1 ampul/ 8 jam (iv)

(37)

2.1.2.Analisa Data

Tabel :ANALISA DATA

No. Data Masalah Keperawatan

1 DS:

- Melaporkan mual dan muntah saat makan dengan frekuensi 2-3 kali/hari, dan isi muntahan yaitu apa yang dimakan dalam bentuk cair dengan volume sekitar ¼ gelas Aqua.

- Melaporkan perubahan sensasi rasa - Nyeri epigastrium dengan skala 5 DO:

- Tidak tertarik untuk makan

- Menolak untuk makan (anoreksia) - Porsi makan tidak habis (sisa ¼ - ½

porsi)

- Konjungtiva dan bibir pucat - Hb : 10,20 g%

- TB : 158 cm - BB : 46 kg - BBI : 52,2 kg - IMT : 18,42 kg/m2 - Na: 132 mEq/L - K : 3,2 mEq/L

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

2 DS:

Melaporkan nyeri :

- P :tidak mengetahui penyebab dari sakitnya.

- Q: Klien mengatakan rasa nyeri di ulu hati dengan intensitas hilang timbul.

- R: lokasinya epigastrium dan tidak menyebar ke daerah lainnya. - S: nyeri sedang dengan skala 5 - T: terjadi terus menerus dan kadang

hilang timbul.

- Melaporkan nyeri tekan epigastrium dengan skala 5

(38)

DO:

- ekspresi wajah meringis kesakitan - gelisah

- klien memegang perut bagian tengah saat timbul nyeri

- Nadi teraba cepat dengan frekwensi 96 kali/menit

- Nafas cepat dengan frekwensi 26 kali/menit

- Teraba distensi abdomen 3 DS:

- Melaporkan tubuhnya terasa panas DO:

- Akral teraba panas - T: 38,20C

- Leukosit: 13,47 x103/mm3

Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)

2.1.3.Rumusan Masalah

Setelah dilakukan analisa data, maka rumusan masalah dari kasus ini adalah:

1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

2. Gangguan rasa nyaman : nyeri

3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)

2.1.4.Diagnosa Keperawatan (Prioritas)

Dari rumusan masalah di atas, diagnosa keperawatan menurut

NANDA International 2012-2014 berdasarkan prioritas diurutkan sebagai

berikut:

1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual dan muntah ditandai dengan tidak tertarik untuk makan,

menolak untuk makan (anoreksia), porsi makan tidak habis (sisa ¼ - ½

porsi), Hb: 10,20 g%, TB : 158 cm, BB : 47 kg, IMT : 18,42 kg/m2,

melaporkan mual dan muntah, melaporkan perubahan sensasi rasa, dan

nyeri epigastrium.

2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan distensi pankreas

ditandai dengan melaporkan nyeri epigastrium dengan skala 5 yang tidak

diketahui penyebabnya dan tidak menyebar ke daerah lainnya serta

(39)

dengan skala 5, ekspresi wajah meringis kesakitan, gelisah, klien

memegang perut bagian tengah saat timbul nyeri, nadi teraba cepat

dengan frekwensi 96 kali/menit, nafas cepat dengan frekwensi 26

kali/menit, dan teraba distensi abdomen.

3. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan respon

sistemik terhadap peradangan ditandai dengan melaporkan tubuhnya

terasa panas, akral teraba panas, T: 38,20C, leukosit 13,47x103/mm3.

2.1.5.Perencanaan Keperawatan Dan Rasional

Tabel: PERENCANAAN KEPERAWATAN

Hari/ta nggal

No. Dx

Perencanaan Keperawatan

Selasa-Kamis/

18-20

Juni

2013

1 Tujuan dan Kriteria Hasil:

Menunjukkan status gizi: asupan makanan, cairan, dan zat

gizi, ditandai dengan:

1. Menyatakan keinginan untuk mengikuti diet 2. Toleransi terhadap diet yang dianjurkan

3. Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal.

4. Nilai laboratorium dalam batas normal. 5. Melaporkan keadekuatan tingkat energi. 6. Mual dan muntah berkurang atau hilang. 7. Porsi makanan dapat dihabiskan oleh pasien 8. BBI : 52,2 kg

9. IMT dalam batas normal (18,5-25,0)

Rencana Tindakan Rasional

Mandiri:

Kaji abdomen, catat adanya/karakter bising usus, distensi abdomen, dan keluhan mual.

Berikan perawatan oral

Bantu pasien dalam

Distensi abdomen dan atoni usus sering terjadi, mengakibatkan penurunan/tak danya bising usus. Kembalinya bising usus dan hilangnya gejala menunjukkan kesiapan untuk penghentian aspirasi gaster.

(40)

pemilihan

makanan/cairan yang memenuhi kebutuhan nutrisi dan pembatasan bila diet dimulai.

Observasi warna/ konsistensi/jumlah

feses. Catat konsistensi lembek/ bau busuk. Catat tanda peningkatan haus dan berkemih atau perubahan mental dan ketajam visual.

Tes urine untuk gula dan aseton.

Kolaborasi:

Pertahankan status puasa dan penghisapan gaster pada fase akut.

Awasi glukosa serum.

Berikan hiperalimentasi dan lipid, bila diindikasikan.

Mulai pemasukan oral dengan cairan bening dan diet lanjut secara

perlahan untuk memberikan diet tinggi

protein, tinggi karbohidrat bia diindikasikan.

mulut.

Kebiasaan diet sebelumnya mungkin tidak memuaskan pada pemenuhan kebutuhan saat ini untukregenerasi jaringan dan penyembuhan. Penggunaan alkohol gaster, contoh kafein, alkohol, sigaret, makanan penghasil gas atau makan terlalu banyak dapat

mengakibatkan ransangan berlebihan pada pancreas/ berulangnya gejala.

Steatorea terjadi karena pencernaan lemak tak sempurna.

Mewaspadakan terjadinya hiperglikemia karena peningkatan pengeluaran glikagon (kerusakan sel alfa) atau penurunan pengeluaran insulin (kerusakan sel beta).

Deteksi dini pada penggunaan glukosa tak adekuat dapat mencegah terjadinya ketoasidosis.

Mencegah rangsangan dan pengeluaran enzim pancreas (sekretin) bila kkimus dan asam HCl masuk ke duodenum.

Indicator kebutuhan insulin karena hiperglikemia sering terjadi meskipun tidak selalu pada kadar cukup tinggi untuk menghasilkan ketoasidosis.

Pemberian IV kalori, lipid, danasam amino harus diberikan sebelum penurunan nutrisi/nitrogen memburuk.

Pemberian makan oral terlalu dini pada penyakit berat dapat

(41)

Berikan trigliserida rantai sedang (contoh MCT, Portagen).

Berikan obat sesuai indikasi:

-Vitamin misalnya A, D, E, K

-Penggantian enzim contoh pankreatin (Viokasi), pankrelipase (Cotazym).

-Antikonilegik contoh metanhelin bromide (Banthine).

-Insulin

Kehilangan fungsi pancreas/ penurunan produksi insulin memerlukan diet 51alkohol51.

MCT memberikan kalori/nutrient tambahan yang tidak memerlukan enzim pancreas untuk pencernaan/ absorpsi.

Kebutuhan penggantian seperti 51alkohol lemak terganggu, penurunan absorpsi/penyimpangan vitamin larut dalam lemak.

Digunakan pada pancreatitis untuk memperbaiki defisiensi untuk meningkatkan pencernaan dan absorpsi nutrient.

Diperkirakan menurunkan sekresi pancreas dang aster dengan penekanan mekanisme vagal dan penurunan motilitas. Penurunan pada volume dan konsentrasi enzim memberikan istirahat untuk area yang inflamasi. Catatan: obat ini

kontraindikasi padaadanya syok/paralitik ileus, dan pemeriksaan obat ulang belum membuktikan efisiensi.

Memperbaiki hiperglikemia menetap disebabkan oleh cedera sel

beta dan peningkatan pengaluaran glukokortikoid. Terapi insulin biasanya jangka pendek kecuali terjadi kerusakan permanen pada pankreas.

Selasa-Kamis/

18-20

Juni

2 Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan: setelah dilakukan perawatan, nyeri pasien berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil:

(42)

2013 2. Ekspresi wajah pasien tampak rileks

3. Palpasi abdomen tidak teraba distensi dan tidak ada nyeri

tekan pada epigastrium.

4. Skala nyeri turun mendekati angka 0

5. Nadi tidak teraba cepat (frekwensi 76-84 kali/menit)

Rencana Tindakan Rasional

Mandiri:

Selidiki keluhan verbal nyeri, lihat lokasi dan intensitas khusus (skala 0-10). Catat fakto-faktor yang meningkatkan dan menghilangkan nyeri.

Pertahankan tirah baring selama serangan akut. Berikan lingkungan tenang.

Berikan pilihan tindakan nyaman (contoh pijatan punggung); dorong teknik

relaksasi (contoh bimbingan imajinasi, visualisasi); aktivitas hiburan (contoh TV, radio).

Pertahankan lingkungan bebas makanan berbau.

Berikan analgesic pada waktu yang tepat (lebih kecil, dosis lebih sering).

Pertahankan perawatan

Nyeri sering menyebar, berat, dan tidak berhubungan pada pancreatitis akut atau perdarahan. Nyeri berat sering merupakan gejala utama pada pasien dengan pankreatitis kronis. Nyeri tersembunyi pada kuadran kanan atas menunjukkan keterlibatan kepala pancreas. Nyeri pada kuadran kiri atas diduga keterlibatan ekor pancreas. Nyeri

terlokalisir menunjukkan terjadinya pseudokista atau abses.

Menurunkan laju 52metabolik alcohol52dan ransangan/sekresi GI, sehingga menurunkan aktivitas pankreas.

Meningkatkan relaksasi dan memampukan pasien untuk memfokuskan perhatian; dapat meningkatkan koping.

Rangsangan sensori dapat mengaktifkan enzim pankreas, meningkatkan nyeri.

(43)

kulit, khususnya pada adanya aliran cairan dari fistula dinding abdomen. Kolaborasi:

Berikan obat sesuai indikasi:

1. Analgesic narkotik, contoh meperidin (Demerol).

2.Sedatif, contoh

diazepam (Valium); antispasmodic, contoh atropine.

3.Antasida (contoh

Mylanta, Maalox, Amphogel, Riopan),

4.Simetidin (Tagamet),

dan ranitidine (Zantac).

Tidak memberikan makanan dan cairan sesuai indikasi.

Pertahankan penghisapan

gaster, bila menggunakan.

Siapkan untuk intervensi bedah bila diindikasikan.

dan dapat memperberat depresi pernafasan.

Enzim pankreas dapat mencerna kulit dan jaringan dinding abdomen, menimbulkan luka bakar kimiawi.

Meperidin biasanya efektif padapenghilangan nyeri dan lebih disukai dari morfin, yang dapat menunjukkan efek samping spasme bilier-pankreas. Blok paravertebral telah digunaka untuk meningkatkan control nyeri lama. Catatan : pasien yang mengalami episode pancreatitis berulang atau kronismungkin sulit untuk menangani karena mereka menjadi aditif terhadappemberian narkotik untuk mengontrol nyeri.

Mempunyai potensi kerja narkotik untuk meningkatkan istirahat dan menurunkan spasme

otot/duktus, sehingga menurunkan metabolic, sekresi

enzim.

Menetralisir asam gaster untuk produksi enzim pankreas dan menurunkan insiden perdarahan GI atas.

Penurunan sekresi HCl menurunkan ransangan pankreas dan nyeri karenanya.

Membatasi/menurunkan

pengeluaran enzim pankreas dan nyeri.

(44)

Bedah eksplorasi mungkin diperlukan pada adanya nyeri/komplikasi yang tidak hilang pada traktus bilier.

Selasa-Kamis/

18-20

Juni

2013

3 Tujuan dan Kriteria Hasil

Tujuan: setelah dilakukan perawatan, hipertermi dapat teratasi dan suhu tubuh pasien stabil.

Kriteria Hasil:

1. Pasien mengeluh tubuhnya tidak panas lagi 2. Suhu tubuh pasien 36,5 sampai 37,40C 3. Akral tidak teraba panas

Rencana Tindakan Rasional

Mandiri:

Pantau suhu pasien (derajat dan pola); perhatikan

menggigil/diaphoresis.

Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.

Berikan kompres mandi

hangat; hindari penggunaan alkohol.

Kolaborasi:

Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin),

asetaminofen (Tylenol).

Berikan selimut

Suhu 38,5-41,10C menunjukkan penyakit infeksius akut. Pola demam dapat membantu dalam diagnosis. Menggigil sering mendahului puncak suhu. Catata:

penggunaan antipiretik mengubah pola demam dan

dapat dibatasi sampai diagnosis dibuat atau bila demam tetap lebih besar dari 38,90C.

Suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk memper-tahankan suhu mendekati normal.

Dapat membantu mengurangi demam. Catatan: penggunaan air es/alkohol mungkin menyebab-kan kedinginan, peningkatan su-hu secara actual. Selain itu, alco-hol dapat mengeringkan kulit.

(45)

pendingin. autodestruksi dari sel-sel yang terinfeksi.

Digunakan untuk mengurangi demam umumnya lebih besar dari 39,5-400C pada waktu terjadi kerusakan/gangguan pada otak.

2.1.6.Implementasi Keperawatan

Tabel: PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari/ta nggal

No. Dx

Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)

Selasa/

18 Juni

2013

1 Mengkaji abdomen, dan

mencatat adanya/karakter bising usus, distensi abdomen, dan keluhan mual. Membantu dalam melakukan perawatan oral

Membantu pasien dalam pemilihan makanan/cairan yang memenuhi kebutuhan nutrisi dan pembatasan makanan.

Menganjurkan makan sedikit tapi sering untuk menghindari mual dan muntah.

Menimbang berat badan pasien setiap hari.

Mengobservasi

warna/konsistensi/ jumlah feses dan mencatat konsistensi lembek/ bau busuk.

Kolaborasi:

Memberikan injeksi Ranitidin 1 ampul/ 12 jam dan Cefotaxime 1 vial/ 8 jam.

S : Klien mengatakan rasa mual berkurang dan tidak muntah saat makan serta nafsu makannya sudah mulai meningkat.

O :

-kesadaran: composmentis -TD: 110/80 mmHg -HR: 88 kali/menit -RR: 22 kali/menit -T: 37,80C

-BB: 46 kg

-bising usus 18 kali/menit

-terpasang infuse NaCl 20tetes/menit ditangan kiri pasien

A : status nutrisi belum adekuat

P : intervensi dilanjutkan: a. menganjurkan makan

sedikit tapi sering dan dalam keadaan masih hangat.

b.menganjurkan

(46)

c. menimbang berat badan klien setiap hari.

d.melakukan TTV rutin. e. kolaborasi dengan ahli

gizi dalam pemberian makanan yang tepat. f. Kolaborasi:

memberikan injeksi Ranitidin 1 ampul/12 jam dan Cefotaxime 1 vial/ 8 jam.

Selasa/

18 Juni

2013

2 Mengkaji keluhan verbal nyeri, melihat lokasi dan intensitas khusus (skala 0-10).

Memberikan lingkungan yang tenang.

Membantu melakukan teknik relaksasi, yaitu tarik nafas dalam.

Kolaborasi:

Memberikan obat injeksi Novalgin 1 ampul/ 8 jam.

S : klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala 4 dan nyeri berkurang saat palpasi abdomen dengan skala 4. O :

-ekspresi wajah klien tampak rileks

-TD: 120/70 mmHg -HR: 86 kali/menit -RR: 18 kali/menit -T: 37,60C

A : nyeri berkurang: skala 4. P : intervensi dilajutkan:

a. menganjurkan sering melakukan teknik relaksasi.

b.melakukan TTV rutin c. kolaborasi:

memberikan obat injeksi Novalgin 1 ampul/8 jam.

Selasa/

18 Juni

2013

3 Memantau suhu pasien

(derajat dan pola) dan memperhatikan apakah pasien menggigil/diaphoresis.

Memantau suhu lingkungan. Melakukan kompres air bersuhu normal dan tidak menggunakan 56alcohol.

S : klien mengatakan tidak menggigil, dan tubuhnya tidak terasa panas.

O :

(47)

Memberikan obat oral Sistenol 3x1 hari bila diindikasikan.

-T: 37,20C

A : masalah teratasi

P : intervensi sebagian tetap dilanjutkan yaitu memantau suhu klien dengan melakukan TTV rutin, dan memberikan obat oral Sistenol 3x1 hari bila diindikasikan

Rabu/

19 Juni

2013

1 Menganjurkan makan sedikit tapi sering dan dalam keadaan masih hangat.

Menganjurkan makan-makanan yang mengandung nutrisi yang tinggi.

Menimbang berat badan klien setiap hari.

Melakukan TTV rutin. Kolaborasi:

Memberikan injeksi Ranitidin 1 ampul/ 12 jam dan Cefotaxime 1 vial/ 8 jam.

S : Klien mengatakan rasa mual berkurang dan tidak muntah saat makan serta nafsu makannya sudah mulai meningkat.

O :

-kesadaran: composmentis -TD: 110/70 mmHg -HR: 82 kali/menit -RR: 20 kali/menit -T: 37,30C

-BB: 46,4 kg

-bising usus 16 kali/menit

-terpasang infuse NaCl 20tetes/menit ditangan kiri pasien

A : status gizi kurang adekuat P: intervensi dilanjutkan:

a. Menganjurkan makan sedikit tapi sering dan dalam keadaan masih hangat.

b. Menganjurkan makan-makanan yang mengan-dung nutrisi yang tinggi.

c. Menimbang BB.

d. Memantau klien

makan.

e. Melakukan TTV rutin. f. Kolaborasi:

Gambar

Tabel :ANALISA DATA

Referensi

Dokumen terkait

Karya Tulis Ilmiah (KTI) perlu dilakukan untuk membahas masalah- masalah keperawatan pada klien yang dalam hal ini penulis mengangkat masalah kebutuhan dasar nutrisi pada

Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Semakin tinggi daratan, maka semakin rendah pula konsentrasi O2, sehingga semakin sedikit O2 yang

Menganjurkan klien untuk latihan batuk efektif dan nafas dalam.. Menganjurkan klien untuk posisi

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Memberikan obat oral Sistenol tablet 3x1 hari

Bentuk pokok tubuh dari energi yang disimpan adalah lemak, yang.. disimpan sebagai

Seluruh teman-teman mahasiswa DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara seperjuangan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.. Penulis menyadari

Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,..